Financial Analysis Of Giving Mung Bean Sprout Bark Flour In Rations On Income Of Bali Duck Farms
on

e-journal
FAPET UNUD
e-Journal

Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science email: peternakantropika@yahoo.com
Submitted Date: August 28 , 2019
Accepted Date: September 3, 2019
Editor-Reviewer Article;: A.A.Pt. Putra Wibawa & I Wyn Wirawan
Analisis Finansial Penggunaan Tepung Kulit Kecambah Kacang Hijau Pada Ransum Terhadap Pendapatan Peternakan Itik Bali
WYANDHANA. D., I G. N. KAYANA, dan I M. SUASTA.
PS Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali.
E-mail: wyandhanadextra@gmail.com Hp. 087852676726
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh tepung kulit kecambah kacang hijau terhadap pendapatan usaha peternakan Itik Bali. Penelitian ini dilaksanakan selama 8 minggu dan dilaksanakan di laboratorium Fakultas Peternakan, Universitas Udayana jalan Raya Sesetan, Denpasar. Penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan dampak finansial dari tiga perlakuan yaitu: (P0) Itik tanpa perlakuan (sebagai kontrol) , (P1) Itik yang diberikan 6 % tepung kulit kecambah kacang hijau dan (P2) Itik yang diberikan 12 % tepung kulit kecambah kacang hijau. Setiap perlakuan dilakukan 5 kali pengulangan, masing masing pengulangan menggunakan 3 ekor Itik. Variable yang diamati dalam penelitian ini adalah: Total biaya, Total penerimaan, pendapatan bersih, Revenue and Cost Ratio (R/C), Profit Rate dan BEP (Break Even Point). Hasil penelitian ini menunjukkan Itik dengan perlakuan pemberian kulit kecambah kacang hijau 12% paling layak untuk dilakukan. Dengan hasil Net Benefit Sebesar Rp. 172.578 lebih tinggi dari (P0) Rp. 91.210 dan (P1) 172.578 dari Revenue and Costs Ratio (P2) memperoleh nilai sebesar 1,156, (P0) 1,077 dan (P1) 1,099. Profit Rate (P2) sebesar 15,6%, P0 sebesar 7,7% dan P1 sebesar 9,9%, BEP Rupiah (P2) sebesar Rp. 232.764 (P0) sebesar Rp. 359.272 dan (P1) Rp. 304.385 dan BEP unit (P2) sebanyak 4 unit, (P0) sebanyak 6 Unit dan (P1) sebanyak 5 Unit. Disimpulkan bahwa perlakuan (P2) paling menguntungkan dibandingkan perlakuan lainnya.
Kata kunci: Itik, Analisis Finansial. tepung kulit kecambah kacang hijau.
Financial Analysis Of Giving Mung Bean Sprout Bark Flour In Rations On Income Of Bali Duck Farms.
ABSTRACT
This research was conducted with the aim to determine the effect of mung bean sprout bark flour in rations on the income of Bali duck farms. This research was carried out for 8 weeks and carried out in the laboratory of the Faculty of Animal Husbandry, Udayana University, Sesetan street, Denpasar. This study was conducted by comparing the financial impact of three treatments, namely: (P0) Unprotected ducks (as controls), (P1) Ducks given 6% mung bean sprouts bark flour and (P2) Duks given 12% mung bean sprouts bark flour. Each treatment was carried out 5 repetitions, each repetition using 3 ducks. The variables observed in this study were: Total costs, Total revenues, Net Benefit, Revenue and Cost Ratio

(R / C), Profit Rate and BEP (Break Even Point). The results of this study show that the ducks treated with mung bean sprouts bark flour were 12% the most profitable. With the Net Benefit of Rp. 53,130 higher than (P0) Rp. 8.420 and (P1) 18,190. from Revenue and Costs Ratio (P2) obtained a value of 1.06 higher than (P0) 1.01 and (P1) 1.02. Profit Rate (P2) of 6.68% higher than P0 1.03% and P1 2.25%, BEP Rupiah (P2) Rp. 329,750, (P0) Rp.659,500 and (P1) Rp. 494,625 and BEP units (P2) as many as 6 units, (P0) as many as 12 units and (P1) as many as 10 units. It was concluded that the treatment (P2) was the most profitable compared to other treatments.
Keywords: Duck, financial analysis, mung bean sprouts bark flour.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Itik adalah salah satu komoditas ternak unggas yang menghasilkan telur dan daging. Ternak ini mempunyai peran yang cukup penting dalam mendukung ketersediaan protein hewani yang murah dan mudah didapat. Usaha peternakan Itik sebagai alternatif sumber pendapatan semakin banyak diminati baik oleh masyarakat di perdesaan maupun di sekitar perkotaan. Populasi itik di Indonesia pada tahun 2009 sebanyak 40.675.995 ekor dan selanjutnya mengalami kenaikan yang tajam pada tahun 2010, 2012 dan 2013 yaitu sebanyak 44.301.805 ekor, 44.356.543 ekor dan 46.312.661 ekor (Badan Pusat Statistik, 2013).
Menurut Direktorat Jenderal Peternakan Republik Indonesia (2016) dilaporkan bahwa produksi daging itik di Bali meningkat setiap tahunnya rata-rata 16,24% dari tahun 2012 sampai 2016, munculnya banyak rumah makan yang menggunakan Itik Bali sebagai menu utama semakin menguatkan bahwa itik Bali banyak digemari oleh masyarakat. Dengan adanya data diatas ternak itik memiliki prospek yang cukup cerah, permasalahan yang muncul biasanya adalah biaya produksi yang cukup tinggi, salah satu penyebabnya adalah biaya pakan, jumlah biaya pakan berkisar 55-85% dari seluruh pengeluaran biaya produksi. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dicari bahan pakan lain yang murah, mempunyai nilai nutrisi yang baik, terjamin ketersediaannya, dapat dimanfaatkan oleh ternak dan tidak bersaing dengan manusia seperti kulit kecambah kacang hijau.
Kulit kecambah kacang hijau baik digunakan sebagai bahan alternatif untuk pakan Itik karena kulit kecambah kacang hijau memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik. Hasil analisis laboratorium dan makanan ternak UNS kulit kecambah kacang hijau mengandung protein kasar 13,56 %, serat kasar 33,07 %, lemak kasar 0,22%, dan TDN 64,58%, sehingga kulit kecambah ini potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan pengganti konsentrat. Limbah yang dihasilkan dari pembuatan kecambah kacang hijau 20 – 40% merupakan kulit
kecambah kacang hijau. (Singh et.al, 2013) menyatakan bahwa kecambah kacang hijau mengandung enzim yang dapat meningkatkan kecernaan nutrien serta tinggi vitamin dan mineral. Serat yang terkandung dalam limbah kecambah kacang hjau merupakan serat yang tidak dapat dicerna oleh saluran pencernaan, tetapi dapat dimanfaatkan oleh bakteri nonpatogen dalam saluran pencernaan. Aktivitas bakteri nonpatogen dapat menekan pertumbuhan bakteri patogen sehingga kerja saluran pencernaan menjadi optimal dalam mencerna nutrien. Penyerapan nutrien yang optimal akan mendukung pembentukan daging yang dapat dilihat dari pertambahan bobot badan.
Kulit kecambah kacang hijau belum dimaksimalkan dengan baik oleh masyarakat sebagai pakan ternak khususnya itik, selain semua faktor diatas kulit kecambah kacang hijau juga tidak dapat dikonsumsi lagi oleh manusia sehingga tidak bersaing dengan manusia dalam pemanfaatannya.
Kulit kecambah kacang hijau tidak dapat diberikan pada Itik dalam jumlah yang besar, hal ini disebabkan oleh tingginya serat kasar yang terkandung pada kulit kecambah kacang hijau sehingga tidak dapat dicerna dengan baik oleh Itik. Pemberian tepung kulit kecambah kacang hijau dalam bentuk tepung untuk unggas hingga saat ini belum banyak diteliti. Berdasarkan data diatas peneliti ingin mencari informasi dampak finansial dari penggunaan tepung kulit kecambah kacang hijau pada batas aman. Semakin tinggi penggunaan tepung kulit kecambah kacang hijau diharapkan semakin rendah biaya ransum tersebut. Pada prinsip ekonomi peternakan semakin rendah biaya produksi, semakin tinggi keuntungan yang didapatkan.
MATERI DAN METODE
Itik
Ternak Itik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Itik Bali jantan sebanyak 45 ekor dengan bobot badan Rata-rata ± 42 Gram. Itik tersebut diperoleh dari UD. Erna, Kediri, kabupaten Tabanan.
Kandang dan perlengkapan
Kandang yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kandang sistem “Battery Colony” sebanyak 15 unit, yang terbuat menggunakan bahan dasar bambu dan kawat jaring. Setiap unit kandang mempunyai ukuran panjang 80 cm, Lebar 65 cm, tinggi 50 cm, alas kandang terbuat dari kawat dengan jarak dengan lantai 57 cm. Kandang diletakan pada bangunan berukuran 7,96 m x 4,98 m.
Setiap petak kandang dilengkapi dengan tempat pakan yang terbuat dari paralon dengan ukuran 40 Cm dan tempat minum terbuat dari botol bekas 1500 ml. Bagian bawah
kandang di letakkan selembar Plastik untuk menampung Ransum yang jatuh. Untuk mengurangi aroma dari feses Itik alas kandang diberikan sekam.
Ransum dan air minum
Ramsum yang akan digunakan dalam penelitian ini Cp511 (Produksi Charoen Pokphan) dan tepung kulit kecambah kacang hijau. Komposisi bahan penyusun ransum dapat dilihat pada Tabel 1. Air minum yang digunakan adalah air yang berasal dari PDAM dengan tambahan molases pada 2 minggu pertama.
Table 1. komposisi bahan penyusun ransum
Bahan (%) |
Perlakuan1) | |||
P0 |
P1 |
P2 | ||
CP511 |
100 |
94 |
88 | |
Tepung kulit kecambah kacang hijau |
0 |
6 |
12 | |
Total |
100 |
100 |
100 |
Keterangan
1) P0: Ransum tanpa pemberian tepung kulit kecambah kacang hijau
P1: Ransum pemberian tepung kulit kecambah kacang hijau 6% P2: Ransum pemberian tepung kulit kecambah kacang hijau 12%
Tabel 2. Komposisi nutrien dalam ransum
Nutrien |
Perlakuan1) |
Standar2) | |||
P0 |
P1 |
P2 | |||
Metabolisme energi |
(kkal/kg) |
3.100 |
2.990.5 |
2.981 |
Min 2.700 |
Protein Kasar |
(%) |
22 |
21.49 |
20.98 |
Min 18 |
Lemak kasar |
(%) |
5 |
5,6 |
4.42 |
7 |
Serat kasar |
(%) |
5 |
4.8 |
6.6 |
7 |
Kalisum (Ca) |
(%) |
0,9 |
0,84 |
0,79 |
0,9-1,2 |
Fospor (P) |
(%) |
0,6 |
0,56 |
0.52 |
0,6-1,0 |
Keterangan
1) P0: Ransum tanpa pemberian tepung kulit kecambah kacang hijau
P1: Ransum pemberian tepung kulit kecambah kacang hijau 6% P2: Ransum pemberian tepung kulit kecambah kacang hijau 12%
2) Standar SNI 2008
Alat penelitian
Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu 1) alat tulis untuk mencatat setiap kegiatan yang dilaksanakan dari awal sampai akhir 2) timbangan elektrik 5 kg dengan kepekaan 1gram yang digunakan untuk menimbang berat Itik, bahan-bahan penyusun ransum; 3) baskom dengan ukuran sedang untuk mencampur ransum; 4) kantong plastic untuk tempat perlakuan ransum; 5) tempat pakan dan air minum 6) lembaran plastik dan nampan diletakan dibawah tempat makan dan minum untuk menampung pakan yang jatuh, pakan yang terjatuh nantinya akan diganti pakan yang baru sehingga diharapkan konsumsi pakan Itik sesuai dengan yang diharapkan.
Tempat dan lama penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Peternakan, Universitas Udayana yang berlokasi di jalan Raya Sesetan, Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Februari hingga 16 April. Rancangan penelitian
Rancangan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) terdiri dari tiga perlakuan yaitu; P0: pemberian ransum tanpa tepung kulit kacang hijau, P1: Ransum mengandung 6% tepung kulit kacang hijau, P2: Ransum mengandung 12% tepung kulit kacang hijau. setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali dan setiap ulangan berisi 3 ekor Itik, sehingga total Itik yang digunakan adalah 3 x 5 x 3 = 45 ekor.
Pengacakan itik
Sebelum penelitian dimulai, untuk mendapatkan berat badan Itik yang homogen, Itik ditimbang untuk mencari bobot badan rata-rata (X). Itik yang digunakan adalah itik dengan kisaran bobot 42,9 g ± 1,98 g sebanyak 45 ekor. Itik tersebut kemudian dimasukan ke dalam 15 unit kandang secara acak dan masing-masing unit diisi 3 ekor.
Pembuatan tepung kulit kecambah kacang hijau
Kulit kacang hijau di jemur di bawah sinar matahari selama 1 sampai 3 hari hingga kulit kecambah kacang hijau berubah warna menjadi coklat dan kering. setelah itu di giling sampai halus, lalu simpan tepung kulit kacang hijau di dalam wadah tertutup. Hasil analisis laboratorium UNS menunjukkan kulit kecambah kacang hijau memiliki 2841,67 kKal/Kg, Protein kasar 13,56%, Serat kasar 33,07 % dan Lemak kasar 0,22 %.
Pencampuran ransum
Sebelum mencampur ransum terlebih dahulu mempersiapkan alat-alat seperti timbangan, wadah plastik dan baskom yang sudah di beri label perlakuan. Pencampuran ransum akan dilakukan dengan cara menimbang terlebih dahulu bahan-bahan penyusun ransum.Bahan ransum yang sudah ditimbang diratakan diatas alas, kemudian dibagi empat bagian, masing-masing bagian diaduk sampai rata, kemudian dicampur secara silang. Selanjutnya, campuran tersebut dijadikan satu dan diaduk sampai homogen. Ransum yang telah diaduk dimasukan ke dalam kantong plastik dan di beri kode sesuai perlakuan.
Pemberian pakan dan air minum
Ransum diberikan 2 kali sehari, yaitu pagi hari pukul 07.00-08.00 dan sore 15.3016.30 WITA. Tempat pakan diisi ransum hanya setengahnya, hal ini bertujuan agar ransum tidak tercecer. Pemberian air minum diberikan ad libitum (tersedia setiap saat), sebelum
diberikan air minum ditampung terlebih dahulu dalam sebuah ember, hal ini bertujuan agar air yang ditambahkan dapat diukur.
Definisi oprasional
Definisi operasional digunakan untuk memberikan penjelasan terhadap substansi pada penelitian ini yang bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam pemaknaan pada istilah-istilah yang digunakan pada penelitian ini. Adapun definisi dari istilah-istilah yang digunkan antara lain:
-
1. Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut pandang peternak sebagai pemilik. Analisis finansial diperhatikan didalamnya adalah dari segi cash-flow yaitu perbandingan antara hasil penerimaan atau penjualan kotor (gross-sales) dengan jumlah biaya-biaya (total cost) yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu usaha. (Soetriono,2006)
-
2. Biaya Investasi adalah biaya yang masa kegunaannya dapat berlangsung untuk waktu yang relatif lama. Biaya investasi ini biasanya berhubungan dengan pembangunan atau pengembangan infrastruktur fisik dan kapasitas produksi (alat produksi). Pada penelitian ini biaya investasi meliputi kendang dan peralatan.
-
3. Biaya tetap (fixed cost) adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode kerja berjumlah tetap dan tidak mengalami perubahan meskipun volume produksi berubah (Saputro, 2006). Biaya tetap meliputi penyusutan dan biaya suku bunga bank pinjaman. Pada penelitian ini biaya tetap meliputi penyusutan kendang dan peralatan.
-
4. Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan sebagai cadangan untuk membeli atau mengganti peralatan dan bangunan yang sudah tidak terpakai (lama) dengan yang baru yang disebabkan oleh menurunnya daya guna dari barang tersebut. Metode yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutan adalah metode garis lurus.
-
5. Total penerimaan (total revenue) adalah seluruh hasil penjualan dalam satu periode pemeliharaan (Soekartawi, 1986). Sedangkan menurut Rosyidi (2004), total penerimaan adalah hasil perkalian antara harga (P) dengan jumlah barang yang diproduksi (Q).
Variabel yang diamati
Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi total pengeluaran, total pendapatan dan analisis finansial pada itik disetiap perlakuan.
Analisis finansial
-
1. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan yang telah dikurangi
oleh biaya yang dikeluarkan, dengan kata lain pendapatan dapat diartikan dengan Net Benefit.
Rumus Net Benefit : Total Revenue - Total Costs
-
2. R/C Rasio adalah selisih antara total revenue dengan total costs Kemudian ditambah lagi bahwa “Revenue and Cost Ratio” (R/C) merupakan perbandingan antara semua total penjualan dengan total biaya produksi secara keseluruhan (Soekartawi, 1986).
Revenue and Cost Ratio” (R/C): Total revenue
Total Cost
-
3. Profit Rate adalah tingkat Pendapatan (net benefit) yang didapatkan dari suatu usaha yang dinyatakan dalam persentase yang nantinya akan di bandingkan dengan suku bunga tabungan yang ada, apabila didapatkan hasil yang lebih besar dapat ditarik kesimpulan bahwa perlakuan yang diberikan layak dilakukan.
Profit Rate dirumuskan dengan:
~ total revenue — total costs izλ∕λλ/ Profit Rate = x 100%
total costs
-
4. BEP (Break Even Point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik laba sama dengan nol Hansen dan Mowen (2006). Garrison, et al (2006) menyatakan Titik impas adalah tingkat penjualan dimana laba sama dengan nol. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Break even point (titik impas) adalah suatu keadaan sebuah usaha tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak mengalami keruagian dari kegiatan operasinya, karena hasil penjualan yang diperoleh perusahaan sama besarnya dengan total biaya yang dikeluarkan. BEP dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2 yaitu BEP Penerimaan dan BEP unit, BEP Penerimaan digunakan untuk menentukan berapa Rupiah yang dihasilkan untuk mendapatkan titik impas, sedangkan BEP unit digunakan untuk menentukan berapa unit barang yang harus diproduksi agar mendapatkan titik impas.
Rumus dari BEP penerimaan : ^ ,Γαπα⅛⅛ Costs r
total revenue
(sumber : Martono dan Harjitno, 2010)
Rumus dari BEP unit : Fix Cost
harga jual pβrunit —Variable cost per Uni t
(sumber : Simamora, 1999)
Keterangan:
Harga jual perunit : total revenue/ jumlah itik tiap perlakuan
Variable cost perunit : variable cost/ jumlah itik tiap perlakuan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Total pengeluaran
Variable Costs yang dihitung pada Penelitian ini adalah Bibit, Pakan, Air, molasses, sekam dan karyawan. Untuk Fixed Costs yang dihitung meliputi penyusutan kandang dan penyusutan peralatan kandang. Berikut tabel 3. rincian biaya pengeluaraan pemeliharaan 15 ekor itik disetiap perlakuan.
Table 3. Rincian pengeluaran pemeliharaan
Komponen biaya (Rupiah) |
Perlakuan1) | ||
P0 |
P1 |
P2 | |
Biaya Variable - Pakan Cp511 |
609.520 |
588.050 |
541.500 |
Tepung kulit kecambah kacang hijau |
0 |
1.980 |
4.662 |
- Bibit |
105.000 |
105.000 |
105.000 |
- Air |
9.000 |
9.000 |
9.000 |
- Molasses |
1.050 |
1.050 |
1.050 |
- Sekam |
150.000 |
150.000 |
150.000 |
- Tenaga kerja |
19.140 |
19.140 |
19.140 |
Sub Total |
893.710 |
874.220 |
830.352 |
Biaya Tetap - Penyusutan kandang |
24.750 |
24.750 |
24.750 |
- Penyusutan peralatan |
14.820 |
14.820 |
14.820 |
Sub Total |
39.570 |
39.570 |
39.570 |
Total Biaya (Rupiah) |
933.280 |
913.790 |
869.922 |
Keterangan
1) P0: Ransum tanpa pemberian tepung kulit kecambah kacang hijau
P1: Ransum pemberian tepung kulit kecambah kacang hijau 6% P2: Ransum pemberian tepung kulit kecambah kacang hijau 12%
Itik tanpa perlakuan (P0) memiliki selisih biaya produksi sebesar Rp 19.490 dengan perlakuan pemberian tepung kulit kecambah kacang hijau 6% (P1) dan memiliki selisih Rp 63.358 dengan perlakuan pemberian tepung kulit kecambah kacang hijau 12% (P2). Perbedaan biaya produksi dimasing masing perlakuan dipengaruhi oleh banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk pakan. Pada perlakuan (P0) pakan menyumbang Rp. 609.520 paling tinggi dibandingkan (P1) dengan Rp. 590.030 dan (P2) dengan Rp. 546.162.
Total Penerimaan
Itik pada penelitian ini dihargai senilai Rp. 55.000 sesuai dengan harga minimum yang didapatkan peternak, data ini bersumber dari pengantar itik di pasar tradisional yaitu pasar Kumbasari kota Denpasar dan pasar Kuta baru kecamatan Kuta kabupaten Badung. Data ini juga diperkuat dari harga yang ditetapkan oleh Dinas Peternakan provinsi Bali tahun 2017.
Table 4. Harga itik dan jumlah penerimaan disetiap perlakuan.
Jenis ternak |
Harga (Rp) |
Banyak barang disetiap perlakuan (ekor) |
Total (Rp) |
Itik 1,1-1,2kg |
45.000 |
0 |
0 |
Itik1.3-1.4kg |
55.000 |
15 |
625.000 |
Total penerimaan dari itik pada penelitian ini disetiap perlakuan sebesar Rp. 862.500. selain dari penjualan itik pada penelitian ini, penerimaan juga didapat dari penjualan sekam yang telah bercampur dengan kotoran. Harga dari sekam ini sebesar Rp. 3.000/karung dan banyaknya perpelakuan adalah 60 karung. Total penerimaan yang didapat dari sekam sebesar Rp.180.000.
Total penerimaan dari masing masing perlakuan pada penelitian ini sebesar Rp. 1.005.000.
Analisis finansial
Analisis finansial yang dilakukan pada penelitian ini adalah Net Benefit, Revenue and Cost Ratio, Profit Rate dan Break Even Point (BEP) (Penerimaan dan Unit).
-
1. Net benefit
Net Benefit dalam penelitian ini sebesar Rp. 71.720 untuk itik tanpa Perlakuan (P0), Rp. 91.210 untuk Itik Perlakuan pemberian tepung kulit kecambah kacang hijau 6% (P1) dan Rp.135.078 untuk itik perlakuan pemberian tepung kulit kecambah kacang hijau 12% (P2). Perhitungan Net Benefit dilakukan dengan cara mengurangi Total pendapatan (Total Revenue) dengan Total pengeluaran (Total Costs). Berikut Tabel 5. Net Benefit masing masing perlakuan.
Tabel 5. Net benefit
Jenis pengeluaran (Rupiah) |
Perlakuan | ||
P0 |
P1 |
P2 | |
Total Revenue |
1.005.000 |
1.005.000 |
1.005.000 |
Total Costs |
933.280 |
913.790 |
869.922 |
Net Benefit (Rupiah) |
71.720 |
91.210 |
135.078 |
Hasil pengamatan penelitian
Perbedaan Net Benefit disebabkan oleh harga jual itik yang sama sedangkan biaya produksi berbeda, pada prinsip ekonomi semakin rendah biaya produksi suatu produk semakin tinggi pendapatan yang didapatkan apabila kualitas suatu produk itu sama atau harga hasil produksi sama.
-
2. Revenue and costs ratio
Itik tanpa perlakuan (P0) memiliki nilai (R/C) sebesar 1,077, setiap 1 produk yang terjual memiliki keuntungan 0.077, untuk itik dengan perlakuan pemberian tepung kulit kecambah kacang hijau 6% (P1) memiliki nilai (R/C) sebesar 1,099, setiap 1 produk yang terjual menghasilkan keuntungan 0,099, untuk itik perlakuan pemberian tepung kulit kacang hijau 12% (P2) memiliki nilai (R/C) sebesar 1,156, setiap 1 produk menghasilkan keuntungan 0,156.
Dari hasil perhitungan Revenue and Costs ratio seluruh perlakuan layak untuk dilakukan, namun keuntungan terbesar ada pada perlakuan P2.
-
3. Profit rate
Analisis Profit Rate dilakukan agar mengetahui berapa perbandingan keuntungan dalam persen dengan suku bunga bank yang ada saat ini. Menurut Bank Indonesia (2019) suku bunga tabungan berada dititik 6%.
Dari hasil penelitian itik tanpa perlakuan (P0) memiliki Profit Rate sebesar 7,7%, itik perlakuan pemberian tepung kulit kecambah kacang hijau 6% (P1) sebesar 9,9% dan itik perlakuan pemberian kulit kecambah kacang hijau 12% (P2) sebesar 15,6%. Seluruh perlakuan layak dilakukan
-
4. Break Even Point (BEP)
Dalam penelitian ini analisis BEP yang dipergunakan adalah BEP penerimaan dan BEP unit. Hasil BEP penerimaan menunjukkan untuk Itik tanpa perlakuan (P0) mendapatkan hasil Rp. 359.727 usaha ini harus mendapatkan omset sebesar Rp. 359.727 agar terjadi BEP. untuk Itik perlakuan pemberian tepung kulit kacang hijau 6% (P1) mendapatkan hasil Rp. 304.385 dan untuk itik perlakuan pemberian tepung kulit kacang hijau 12% (P2) mendapatkan hasil Rp. 232.764 Semakin rendah nilai yang harus dicapai semakin layak usaha itu untuk dilakukan.
Dari hasil perhitungan BEP unit, Itik tanpa perlakuan (P0) harus memproduksi 6 unit barang (Itik) agar mendapatkan titik impas. 5 unit barang (Itik) untuk perlakuan pemberian tepung kulit kecambah kacang hijau 6% (P1) dan 4 unit (Itik) perlakuan pemberian tepung kulit Kacang hijau 12%. Perbedaan yang ada terjadi disebabkan oleh besar kecilnya biaya Variable perunit.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1). Biaya Produksi mengalami penurunan yang cukup signifikan dengan perlakuan control (P0) Rp. 933.280 menurun pada (P1) menjadi Rp. 913.790, kembali mengalami penurunan pada (P2) Rp. 869.922. 2). Total penerimaan masing masing sama, hal ini disebabkan mutu dari itik relatif sama. 3). Secara finansial itik dengan perlakuan pemberian kulit kecambah kacang hijau 12% memiliki keuntungan paling besar. Dengan hasil Net Benefit Sebesar Rp. 172.578 Revenue and Costs Rasio sebesar 1,156, Profit Rate sebesar 15,6%, BEP Penerimaan sebesar Rp. 232.764 dan BEP unit sebanyak 4 unit.
Saran
Pemberian bahan alternative sangat dianjurkan untuk menekan biaya produksi.Pemberian bahan alternative tidak boleh melebihi batas aman karena dapat mempengaruhi mutu itik.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr A.A. Raka Sudewi, Sp. S (K), Dekan Fakultas Peternakan Dr. Ir Ida Bagus Gaga Partama, MS dan seluruh responden yang telah bekerja sama dengan baik dalam pengumpulan data selama peneitian ini. Terimakasih yang mendalam juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang membantu menyelesaikan penlitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2013. Populasi Ternak Unggas Menurut Dinas Kabupaten Pertanian dan Peternakan Sumatera Utara. Indonesia.
Garrison, H. Ray; Eric W. Noreen; dan Peter C. Brewer. 2006, Akuntansi Manajerial, (terjemahan: A. Totok Budisantoso), Buku I, Edisi Kesebelas, Penerbit : Salemba Empat. Jakarta
Hansen dan Mowen. 2006. Management Accounting. Salemba Empat. Jakarta.
Kementan. 2016. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Departemen Pertanian, Penerbit Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI.Jakarta.
Martono dan Harjito D Agus. 2010. Manajemen Keuangan, Yogyakarta. Ekonosia. Rosyidi, Suherman. 2004. Pengantar Teori Ekonomi : Pendekatan Kepada Teori Ekonomi. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Saputro. 2006. Analisis Finansial Pemberian Probiotik Tape Ubi Dan Susu Kedelai Asam Dalam Air Minum Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Udayana. Denpasar.
Simamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemen, Salemba Empat. Jakarta.
Singh, V.S., J. Palod, S. Vatsya, R.R. Kumar, and S.K. Shukla. Effect of sprouted mung bean (Vigna radiata) supplementation on performance of broilers during mixed Eimeria species infection.Veterinary Research International. 1 (2) : 41 – 45.
Standar Nasional Indonsesia. 2018. Kumpulan SNI Bidang Pakan Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia. Direktorat Jendral Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta.
Soekartawi, 1986, Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil, UI– Press. Jakarta.
Wyandahana, D ., et al, Peternakan Tropika Vol. 7 No. 2Th. 2019: 946 – 957 .
Page 957
Discussion and feedback