Attitude of Pig Breeders To The Impact Of Miningitis Streptococcus suis (MSs) Disease at Abiansemal District of Badung Regency
on
e--journal FAPET UNUD
e-Journal
Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
Submitted Date: August 30, 2018
Accepted Date: September 10, 2018
Editor-Reviewer Article;: A. A. P. P. Wibawa & I M. Mudita
Sikap Peternak Babi Terhadap Dampak Penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung
Noviyanti. N. I. K., I. N Suparta, dan I. N Tirta Ariana
P.S Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jl. P. B. Sudirman, Denpasar
E-mail: [email protected] Telphone. 089675823493
ABSTRAK
Ternak babi merupakan salah satu komoditi peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan peternak dalam pemeliharaan ternak babi selain perkandangan, yakni penyakit. Salah satu penyakit yang dapat dijumpai pada ternak babi yaitu Miningitis Streptococcus suis (MSs) karena infeksinya tidak hanya menyerang hewan ternak, tetapi juga dapat menginfeksi manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap peternak babi terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Penelitian dilaksanakan di Desa Sibang Gede dan Desa Bongkasa Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Pemilihan lokasi penelitian menggunakan metode Purposive. Responden ditentukan dengan metode Purposive Sampling yaitu secara sengaja berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu. Responden dari penelitian ini berjumlah 35 peternak yang memelihara ternak babi. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan uji korelasi berjenjang Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap peternak babi terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) termasuk dalam katagori positif setuju. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap peternak babi seperti tingkat pendidikan, kepemilikan ternak dan persepsi memiliki hubungan nyata (p<0,05) dengan sikap peternak babi terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs).
Kata Kunci: Peternak babi, penyakit Miningitis Streptococcus suis(MSs), sikap
Attitude of Pig Breeders To The Impact Of Miningitis Streptococcus suis (MSs) Disease at Abiansemal District of Badung Regency
ABSTRACT
Pig is one of potential commodity to develop some things must be pay more attention in this case are pen, feed, disease etc. One of disease that often infected pig is Miningitis Streptococcus suis (MSs), is also infected human being. This research aims to know attitud to the impact of Miningitis Streptococcus suis (MSs) disease at Abiansemal districk of Badung regency. The research conducted for 3 months. Ellection of location and determination of respondent used was Purposive Samplingwhich means sample was taken randomly. The number of respondents mean 35 pig breeders. Analysis of data used was descriptive qualitative analysis and correlation test spearman. The result of the research showed that attitude of pig breeders to the impact of Minigitis Streptococcus suis (MSs) is in the category positive. Factors related the attitude of the breeders to the impact of Minigitis Streptococcus suis (MSs) disease at Abiansemal district of Badung regency such as education, livestock
owning and perception had significant corelationn (P<0,05) to the impact of Miningitis Streptococcus suis (MSs) disease .
Key words: pig breeders, Miningitis Streptococcus suis (MSs), attitude
PENDAHULUAN
Ternak babi merupakan salah satu dari sekian jenis ternak yang mempunyai potensi sebagai suatu sumber protein hewani dengan sifat-sifat yang dimiliki yaitu prolifik (memiliki banyak anak setiap kelahiran), efisien dalam mengkonversi bahan makanan menjadi daging dan mempunyai daging dengan persentase karkas yang tinggi (Siagian, 1999). Ternak babi merupakan salah satu komoditi peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Hal tersebut disebabkan ternak babi dapat mengkonsumsi makanan dengan efisien, sangat prolifik yakni beranak dua kali setahun dan sekali beranak antara 10 – 14 ekor (Wheindrata, 2013).
Beberapa hal yang harus diperhatikan peternak dalam pemeliharaan ternak babi selain perkandangan yakni penyakit, merupakan hal penting yang harus diketahui oleh peternak babi untuk kelangsungan usahanya. Penyakit pada ternak babi umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit, selain dari organisme pembawa penyakit, manajemen pemeliharaan yang kurang baik turut berpengaruh pada kesehatan ternak babi (Sihombing, 2006).
Jenis penyakit yang dapat dijumpai pada ternak babi yakni Anemia (penyakit kekurangan darah), Agalactia, Rheumatik, Scours (mencret), White Scours (mencret putih), Cholera, Brucellosis (keguguran menular), Pneumonia (penyakit radang paru-paru), Penyakit Mulut dan Kuku (Apthae Epizootticae), Penyakit Cacing Bulat (Ascarids), Scabies (kudis) dan Miningitis Streptococcus suis (MSs) yang dapat menular pada manusia. Streptococcus suis merupakan bakteri yang sumber penularannya adalah ternak babi (Soedarto, 2003). Sudah 20 tahun terakhir ini Miningitis Streptococcus suis (MSs) menjadi masalah besar bagi industri ternak babi karena infeksi tidak hanya menyerang hewan ternak tetapi juga dapat menginfeksi manusia.
Streptococcus suis pada hewan dapat ditemukan pada tonsil palatina babi dalam bentuk komensal atau patogen oportunis (Salasia dan Lämmler, 1994). Streptococcus suis pada ternak sering menimbulkan angka kematian tinggi yang berakibat fatal pada babi, hal ini terlihat pada terjadinya miningitis yang ditandai dengan demam, depresi, gangguan kordinasi dan kelumpuhan (Sukada et.al., 2016).
Penyampaian informasi mengenai penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) kepada masyarakat khususnya peternak dan konsumen daging babi melalui penyuluhan, diharapkan peternak tidak menjual ternak babi yang sakit kerumah potong agar konsumen
tidak mengkonsumsi daging yang terjangkit penyakit dan konsumen daging babi tidak tertular penyakit Miningitis Streptococcus Suis (MSs) yang dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka untuk memperoleh gambaran lebih jauh tentang isu yang telah ada, diadakan penelitian mengenai sikap peternak babi terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bongkasa dan Desa Sibang Gede Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Penentuan lokasi penelitian menggunakan metode “Purposive” yaitu suatu metode penentuan daerah penelitian dengan pertimbangan tertentu (Hadi, 1983).Waktu penelitian ini berawal dari bulan Mei sampai dengan bulan Juli. Waktu ini digunakan mulai dari persiapan hingga analisis data dan penulisan skripsi
Penentuan Responden
Responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 35 orang peternak yang merupakan bagian dari keseluruhan peternak babi yang ada di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Pengambilan sampel sebagai reponden menggunakan metode Purposive sampling” yaitu anggota sampel ditentukan secara sengaja berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi (Gorda, 1989).
Jenis Data dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil secara langsung dari sumber data. Data primer meliputi: 1. Ciri-ciri responden mencakup: umur, pendidikan formal, jumlah pemilikan ternak; 2. Pengetahuan peternak babi terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung; 3. Persepsi peternak babi terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung; 4. Sikap peternak babi terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. Data sekunder sebagai data pelengkap sebagai gambaran umum tempat penelitian. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survei yaitu pengumpulan data dengan cara mendatangi serta mewawancarai responden dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan sesuai dengan tujuan penelitian (Singaribun dan Effendi, 1989). Observasi merupakan pengamatan secara langsung untuk memperoleh infomasi yang lebih jelas serta mengetahui keadaan sebenarnya. Pengambilan data dengan observasi dilakukan agar data yang diperoleh lebih meyakinkan dan dapat dipercaya. Observasi akan dilakukan pada saat peneliti turun kelapangan untuk meninjau lokasi serta melakukan wawancara bebas dengan peternak. Sedangkan, data sekunder menggunakan metode arsip atau dokumentasi berdasarkan fakta-fakta. Data sekunder terdiri dari keadaan ilmiah atau gambaran umum yang bersifat menunjang dan diperoleh dari instansi terkait.
Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data. Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada (Sugiyono, 2014)
Pengukuran Variabel
Variabel yang digunakan seperti pengetahuan dan persepsi dampak penyakit diukur dengan skala jenjang 5 (1,2,3,4,5). Sedangkan untuk mengukur sikap responden digunakan skala Likert, yaitu pemberian skor dilakukan dengan memberikan bilangan bulat 1,2,3,4,5 (Singaribun dan Effendi, 1989). Setiap jawaban diberikan skor secara konsisten. Pemberian skor merupakan derajat respon dari responden untuk setiap pertanyaan. Skor tertinggi adalah 5 diberikan untuk jawaban sangat diharapkan dan skor yang terendah adalah 1 diberikan untuk jawaban yang paling tidak diharapkan.
Perolehan total skor tingkat pengetahuan, persepsi dan sikap peternak babi terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung disajikan dalam bentuk persen (%) berdasarkan jumlah skor maksimum ideal, dengan rumus sebagai berikut:
X =--x 100⅜ SMI
Keterangan:
x = perolehan skor
SMI = skor maksimum ideal
Dalam menentukan distribusi hasil penelitian, dilakukan dengan cara menggolongkan variabel dalam kriteria tertentu, maka menggunakan rumus interval kelas dari Dajan (1978), sebagai berikut :
i Jcifcilc kelas jumlah kelas
Keterangan:
i = interval kelas
jarak kelas = selisih data tertinggi dengan data terendah
jumlah kelas = jumlah kriteria ditentukan
Dengan menggunakan rumus interval kelas tersebut, maka variabel-variabel berikut dikatagorikan sebagai berikut:
Tabel 1. KatagoriVariabel Berdasarkan Persentase Skor yang Diperoleh
No |
Perolehan Pencapaian skor (%) |
Katagori | ||
Pengetahuan |
Persepsi |
Sikap | ||
1 |
> 84 % - 100 % |
Sangat tinggi |
Sangat positif |
Sangat setuju |
2 |
> 68 % - 84 % |
Tinggi |
Positif |
Setuju |
3 |
> 55 % - 68 % |
Sedang |
Ragu-ragu |
Ragu-ragu |
4 |
> 36 % - 55 % |
Rendah |
Negatif |
Tidak setuju |
5 |
> 20 % - 36 % |
Sangat rendah |
Sangat negatif |
Sangat tidak setuju |
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik analisis data secara deskriptif kualitatif. Analisis data deskriptif kualitatif yaitu anlisis yang menguraikan, menggambarkan dan menjelaskan secara sistematis data yang diperoleh di lapangan melalui wawancara dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan objektif tentang pengetahuan, persepsi dan sikap peternak babi terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.
Untuk analisis hubungan antara variabel penelitian digunakan metode Koefisien Korelasi Jenjang Spearman (Siegel, 1997)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Umur
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan, sebagian besar responden berumur 41-50
berjumlah 18 orang dengan persentase (51,42%), umur 51-60 berjumlah 10 orang dengan
persentase (28,57%) kemudian umur 31-40 berjumlah 5 orang dengan persentase (14,28%) serta yang terakhir adalah umur responden 20-30 berjumlah 2 orang dengan persentase (5,80%). Dengan demikian sebagain besar responden berada pada berumur anatara 40-50 tahun dimana tingkat umur tersebut dikatakan umur produktif.
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
No |
Umur (tahun) |
PeternakBabi di KecamatanAbiansemal | |
Jumlah (orang) |
Persentase (%) | ||
1 |
20- 30 |
2 |
5,80 % |
2 |
>30-40 |
5 |
14,28 % |
3 |
>40-50 |
18 |
51,42 % |
4 |
>50-60 |
10 |
28,57 % |
Jumlah |
35 |
100,00 |
Pendidikan Formal
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, sebagian besar yakni dengan jumlah 18 orang (51,42%) memiliki tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), sedangkan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) berjumlah 1 orang (2,90%) dan tingkat Sekolah Menengah Atas berjumlah 14 orang (40%) serta tingkat Perguruan Tinggi dengan jumlah 2 orang (5,71%). Distribusi pendidikan formal selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal
No |
Lama pendidikan (tahun) |
Katagori |
Responden | |
Jumlah (orang) |
Persentase (%) | |||
1 |
0-6 |
SD |
18 |
51,42 % |
2 |
>6-9 |
SMP |
1 |
2, 90 % |
3 |
>9-12 |
SMA |
14 |
40 % |
4 |
>12-15 |
Diploma |
- |
0 |
5 |
>15 |
Sarjana |
2 |
5,71 % |
Jumlah |
35 |
100,00 |
Jumlah Kepemilikan Ternak
Jumlah ternak yang dimiliki responden berkisaran 4-6 ekor berjumlah 10 orang (28,57%), dengan kisaran ≥ 9 ekor, jumlah responden yakni 5 orang (14,28%) dan yang paling kecil responden memiliki ternak babi dengan kisaran 7-9 ekor yakni 3 orang (8,60%) serta sebagian besar dari responden memiliki ternak babi berkisaran 1-3 ekor berjumlah 17 orang (48,57%) itu menunjukan bahwa sebagian besar responden peternak babi di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung memelihara 1 sampai 3 ekor ternak babi. Distribusi jumlah kepemilikan ternak disajikan dalam Tabel 3
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Kepemilikan Ternak Babi
No SkalaKepemilikanTernak |
Peternak Babi di KecamatanAbiansemal Jumlah (orang) Persentase (%) |
1 1-3 2 4-6 3 7-9 4 ≥ 9 |
17 48,57% 10 28,57% 3 8,60% 5 14,28% |
Jumlah |
35 100,00 |
Pengetahuan responden terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcu suis (MSs)
Dalam penelitian ini pengetahuan responden terhadap dampak penyakit Miningitis |
Streptococcus suis (MSs) tergolong sedang dengan rataan capaian (66,04%) dari skor maksimal ideal 50. Sebagian besar 62,85% dari responden memiliki pengetahuan sedang , 34,28% memiliki pengetahuan tinggi dan 2,90% memiliki pengetahuan sangat tinggi. Data tersebut menggambarkan tingkat pengetahuan responden antara sedang sampai tinggi. Rincian selengkapnya mengenai pengetahuan responden disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4.Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap Dampak Penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs)
No |
JenjangKatagori Jumlahpeternak Persentase Katagori (%) (orang) (%) |
1 2 3 4 5 |
>84-100 1 2,90% SangatTinggi >68-84 12 34,28% Tinggi >55-68 22 62,85% Sedang >36-55 - - Rendah 20-26 - - SangatRendah Jumlah 35 100,00 |
Sikap responden terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs)
Dalam penelitian ini sikap responden terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) termasuk dalam katagori setuju dengan rataan capaian (83.48%) dari skor maksimal ideal 50. Sebanyak (54,28%) memiliki katagori sikap setuju dan (45,80%) memiliki sikap dengan katagori sangat setuju. Data tersebut menggambarkan sikap responden antara katagori setuju sampai katagori sangat setuju. Rincian selengkapnya mengenai sikap responden disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Peternak Terhadap Dampak Penyakit Miningitis Streptococcus sui (MSs)
No |
Jenjang Katagori (%) |
Jumlah peternak (orang) |
Persentase (%) |
Katagori |
1 |
>84-100 |
16 |
45,80% |
Sangat Setuju |
2 |
>68-84 |
19 |
54,28% |
Setuju |
3 |
>55-68 |
- |
- |
Ragu-Ragu |
4 |
>36-55 |
- |
- |
Tidak Setuju |
5 |
20-26 |
- |
- |
Sangat Tidak Setuju |
Jumlah |
35 |
100,00 |
Persepsi responden terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs)
Dalam penelitian ini persepsi responden terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) termasuk dalam katagori positif dengan rataan capaian (83.88%) dari skor maxsimal ideal 50. Sebanyak (65,71%) memiliki persepsi dengan katagori positif dan (34,30%) memiliki persepsi dengan katagori sangat positif. Data tersebut menggambarkan persepsi responden antara katagori positif sampai katagori sangat positif. Rincian selengkapnya mengenai persepsi responden disajikan dalam Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Dampak Penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs)
No |
JenjangKatagori (%) |
Jumlahpeternak (orang) |
Persentase (%) |
Katagori |
1 |
>84-100 |
12 |
34,20% |
Sangatpositif |
2 |
>68-84 |
23 |
65,71% |
Positif |
3 |
>55-68 |
- |
- |
Ragu-ragu |
4 |
>36-55 |
- |
- |
Negatif |
5 |
20-26 |
- |
- |
Sangatnegatif |
Jumlah |
35 |
100,00 |
Faktor karakteristik yang berhubungan dengan dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs)
Berdasarkan hasil analisis data dengan Uji Koefisien Korelasi Jenjang Spearman menunjukkan bahwa faktor yang diduga berhubungan dengan sikap responden mengenai dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) seperti pengetahuan memiliki faktor berhubungan yang tidak nyata (P>0,01), faktor umur memiliki hubungan yang tidak nyata (P>0,05), persepsi memiliki hubungan yang nyata (P<0,05), faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan nyata (p<0,05) dan faktor kepemilikan ternak memiliki hubungan yang
nyata (P<0,05), dengan sikap peternak babi tentang dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs)di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Rincian data selengkapnya mengenai analisis data dengan menggunakan Uji Koefisien Korelasi Jenjang Spearman disajikan pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hubungan Beberapa Faktor Karakteristik dengan Sikap Peternak Babi Terhadap Dampak Penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs)
No |
Faktor-Faktor Peternak Babi di KecamatanAbiansemal Rs t hitung |
1 2 3 4 5 |
Umur 0,303 0,172tn Pendidikan Formal 0,683 8,414n Jumlah Kepemilikan Ternak 0,325 2,088n Pengetahuan 0,366 2,427tn Persepsi 0,427 3,178n |
Keterangan:
rs = Koefisien Korelasi
n = Nyata t tabel (0,01) db 33 = 2,457
tn = Tidak nyata t tabel (0,05) db 33 = 1,697
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan sikap peternak babi terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcu suis (MSs) di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung termasuk dalam katagori positif setuju dengan pencapaian skor 83,48% dari skor maksimal ideal 50, sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Positif setujunya sikap peternak ini, disebabkan adanya pandangan peternak tentang dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) yang sangat berbahaya bagi ternak babi, karena dapat menyebabkan ternak mati dan dapat menular pada manusia.
Hasil penelitian ini menunjukkan pada variabel pengetahuan peternak babi di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung memiliki hubungan tidak nyata (p>0,01) dengan rata-rata pencapain presentase skor 66.04% dari skor maksimal ideal 50, ini menunjukkan bahwa sebagian responden sudah mengetahui penyakit Miningitis Streptococcu suis (MSs) dan dampaknya namun diantara pengetahuan tersebut beberapa responden tidak mengetahui penyakit Miningitis Streptococcu suis (MSs) dan dampaknya. Hal ini disebabkan karena pengetahuan peternak sangat menunjang kelancaran dalam menerima informasi dan berkomonikasi sehingga mempengaruhi sikap peternak tersebut.
Hubungan persepsi dengan sikap peternak babi tentang dampak penyakit Miningitis Streptococcu suis (MSs) adalah positif nyata (P<0,05), dengan rata-rata pencapain nilai persepsi 83.88% dari skor maksimal ideal 50, sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat
diterima. Hal ini sesuai dengan pendapat Jalaludin, Rakhmat (2007) yang menyatakan bahwa persepsi merupakan pengamatan tentangobjek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperolehdengan menyimpulkan informasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel umur responden yang ada di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, memiliki hubungan yang tidak nyata (P>0,05) dengan sikap peternak babi tentang dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs). Rataan umur responden di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung adalah 47,65% tahun. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden berumur 41-50 tahun yakni berjumlah 18 orang (51,42%). Sari, el al (2009) menyatakan bahwa variabel umur berpengaruh negatif terhadap adopter cepat, hal ini menunjukkan orang yang muda umurnya lebih inovatif dari pada mereka yang berumur lebih tua.
Tingkat pendidikan formal pada responden yang ada di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung memiliki hubungan yang nyata (P<0,05), dengan sikap terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs). Hal ini disebabkan oleh semakin lama peternak memperoleh pendidikan formal, maka semakin tinggi daya berfikir, serta tanggapannya terhadap informasi. Mosher (1984) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang dialami seseorang, maka tingkat pengetahuan dan keterampilannya semakin tinggi serta sikapnya lebih terbuka terhadap informasi dan teknologi.
Jumlah kepemilikan ternak berhubungan nyata (P<0,05) dengan sikap peternak babi tentang dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs). Hal ini disebabkan karena semakin banyak ternak yang dipelihara oleh responden maka makin tinggi pula resiko yang dihadapi, sehingga besar kecilnya ternak yang mereka pelihara dapat memacu para peternak untuk melaksanakannya secara intensif. Hal ini sesuai dengan pendapat Slamet (1978) yang menyatakan bahwa besar kecilnya pemilikan ternak akan mempengaruhi motivasi peternak untuk belajar giat menambah pengetahuan serta membina keterampilan khususnya dalam bidang kesehatan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut ini: Sikap peternak babi terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) dalam katagori positif setuju; Tingkat pengetahuan peternak babi terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) termasuk dalam katagori sedang; Terdapat hubungan yang tidak nyata antara pengetahuan dengan sikap peternak tetapi terdapat hubungan yang sangat nyata antara persepsi dengan sikap peternak babi terhadap dampak penyakit Miningitis Streptococcus suis (MSs) di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pekenankan penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh responden yang telah bekerja sama dengan baik dalam pengumpulan data selama penelitian ini. Terimakasih yang mendalam juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang membantu menyelesaikan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dajan, A. 1978. Pengantar Metode Statistika Jilid II. Lembaga Penelitian dan Penerangan Ekonomi. Jakarta.
Gorda, I. G. N. 1989. Metodologi Penelitian Ilmu Sosial. STIE Satya Dharma Singaraja Bekerjasama dengan Widya Kriya Gematama, Denpasar.
Hadi, S. 1983. Statistik II. Andi Offset. Yogyakarta.
Jalaludinn, R.2007. Persepsi Dalam Proses Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta.
Mosher, A. T. 1984. Menggerakan dan Membangun Pertanian. Disadur oleh Krinandi dan Bachrudin Samad, CV. Yasa Guna, Jakarta.
Sari, A.R., Trisakti, H. Dan Suci, P.S. 2009. Karakteristik Katagori Adopter Dalam Inovasi Feed Additive Herbal Untuk Ayam Pedaging. Buletin Peternakan Vol. 33 (3): 1962013. Yogyakarta.
Salasia, S.I. O. And C. Lämmler. 1994. Occurrence of haemag glutinating adhesin among virulent and avirulent isolates of Streptococcus suis. Med.Sci.Res. 22, 347-348.
Siagian, P. H. 1999. Studi Tentang Performans dari Bangsa Ternak Babi. Landrace,Duroc dan Yorkshire. Institut Pertanian Bogor. Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, Bogor.
Siegel, S., 1997. Statistik Non parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Judul Asli: Non Parametric Statistics For The behavioral Sciences, Penerjemah: Zanzawi Sayuti dan Landung Simatupang. Gramedia Pusaka Utama, Jakarta.
Sihombing, D.T.H. 2006. Petunjuk Praktis Beternak Babi. Fakultas Peternakan,IPB. Edisi Kedua. Bogor.
Soedarto, 2003. Zoonosis Kedokteran. Cetakan I. Universitas Airlangga, Surabaya.
Subronto danI. Tjahajati. 2001. Ilmu Penyakit Ternak, II A. Universitas GajahMada, Jogyakarta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods).Alfabeta. Bandung.
Sukada, I. M., A. A. G. O. Dharmayudha dan M. S. Anthara. 2016. Interpretasi Kejadian Streptococcous suis pada Babi di Daerah Tabanan. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Denpasar.
Wheindrata, HS. 2013. Cara Mudah Untung Besar Dari Beternak Babi. Andi Publisher. Hal 2, 8, 11, 73-74, 127-129, 129-134. Yogyakarta.
Noviyanti et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 3 Th. 2018: 637 - 647
Page 647
Discussion and feedback