EFFECT OF THAWINGLENGTH ON QUALITY OF BOAR SEMEN ATTECHNICAL SERVICE UNIT OF ARTIFICIAL INSEMINATION CENTRE BALI PROVINCE
on

e-journal FAPET UNUD
e-Journal

Universitas Udayana
Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science
email: peternakantropika@yahoo.com
Submitted Date: August 10, 2018
Accepted Date: August 27, 2018
Editor-Reviewer Article;: I M. Mudita & I W. Wirawan
PENGARUH LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BABI DI UPT BIBD PROVINSI BALI
Simarmata. Y.N.S., N.L.G. Sumardani dan N.M.ArtiningsihRasna
PS. Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jl. P. B. Sudirman, Denpasar E-mail: yenisaragih95@gmail.com HP. 081236301860
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama thawing terhadap kualitas semen babi yang ada di Unit Pelaksanaan Teknis(UPT) Balai Inseminasi Buatan Daerah(BIBD Provinsi Bali, dilaksanakan selama dua bulan (April – Mei 2018) di dua tempat yang berbeda yaitu di UPT BIBD Baturiti Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali dan di UPT BIBD Buruan Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Materi yang digunakanadalah dua ekor babi landrace di UPT BIBD Baturiti berumur dua tahun dan dua ekor babi landrace di UPT BIBD Buruan berumur dua tahun. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan. Perlakuan pertama (T1) lama thawing tiga menit, perlakuan kedua (T2) lama thawing lima menit dan perlakuan ketiga (T3) lama thawing tujuh menit. Masing-masing diulang sebanyak lima kali. Variable yang diamati melipui volume, warna, bau, konsistensi, pH, motilitas, konsentrasi dan viabilitas.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan T1, T2, dan T3 tidak terjadi perubahan pada volume, warna, bau, dan konsistensi. Sedankan pada pH, motilitas, konsentrasi dan viabilitas ditemukan berbeda nyata pada perlakuan T1, T2 dan T3. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan lama thawing terbaik di UPT BIBD Baturiti adalah lama thawing lima menit, sedangkan lama thawing terbaik di UPT BIBD Buruan adalah lama thawing tiga menit.
Kata kunci: thawing, semen, landrace, kualitas
EFFECT OF THAWINGLENGTH ON QUALITY OF BOAR SEMEN AT TECHNICAL SERVICE UNIT OF ARTIFICIAL INSEMINATION CENTRE BALI PROVINCE
ABSTRACT
The aims of this research was to know the effect of thawing length on the quality of boar semen at Technical Service Unit (TSU) of Artificial Insemination Centre (AIC), Bali Province.The research was conducted for two months (April– May, 2018) in two different placeswereTSUof AIC Baturiti District,Tabanan and TSU ofAIC Buruan District,Gianyar-Bali.The material used were two landrace(2 years old) at TSU of AICBaturiti and the other two landrace (2 years old) at TSU of AIC Buruan. The researchused design Completely Randomized Design (CRD) with 3 treatmentswere the first treatment (T1) was 3 minutesthawing length, the second treatment (T2)was5 minutes thawing length and the third treatmentwas 7 minutes thawing length,and each treatment consisted of 5 replications. Variables observed were volume, color, odor, consistency, pH, motility, concentration and viability.Results of the researchshowed that the T1, T2, and T3 were no change on volume, color, smell, and consistency.Whereas pH, motility, concentration and viability were significantdifference (P<0.05) within the treatmentT1, T2 and T3.It could be concluded that 5

minutes thawing length at TSU of AIC Baturiti was the best, while at TSU of AIC Buruan it was 3 minutes.
Keywords: thawing, semen, Landrace, quality
PENDAHULUAN
Inseminasi Buatan (IB) merupakan teknik perkawinan buatan untuk meningkatkan kualitas genetik ternak pada keturunannya.Keuntungan IB pada babi yaitu mengurangi penyebaran penyakit, pemanfaatan pejantan-pejantan unggul, satu pejantan mampu mengawini lebih dari satu induk betina, menghemat waktu, dan biaya, memanfaatkan bibit unggul yang tidak mampu kawin (Toelihere, 1985). Seiring berkembangnya program IB di masyarakat, banyak hal yang menjadi kendala yang mengakibatkan hasil IB tidak sesuai dengan yang diharapkan, diantaranya adalah kurangnya keterampilan inseminator dalam melakukan IB, faktor suhu dan lama thawing pada saat melakukan IB.
Faktor yang mendukung keberhasilan IB selain kemampuan peternak untuk memberi informasi yang tepat kepada inseminator, yaitu bahan pengencer yang digunakan untuk meningkatkan daya tahan hidup spermatozoa selama penyimpanan dan lama thawing sebelum inseminasi dilakukan. Syarat dari bahan pengencer spermatozoa adalah mampu memberikan sumber nutrisi dan protein bagi kelangsungan metabolisme spermatozoa selama penyimpanan (Jhonson, et al., 2000). Bahan pengencer yang mampu menyediakan nutrisi bagi spermatozoa dan sebagai pelindung terhadap cold shock adalah Beltville Thawing Solution (BTS). Lama thawing sebelum dilakukan IB juga adalah hal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan IB.
Thawing adalah proses menghangatkan semen kembali sebelum digunakan. Sesudah dilakukan thawing, semen tidak dapat tahan lama sperti semen cair (Toelihere, 1993). Semen sebaiknya digunakan segera setelah thawinguntuk memperoleh efesiensi reproduksi yang maksimal (Morrow, 1980). Teknik thawing yang tepat akan menjaga aktivitas biologis dan kualitas semen. Thawing membuat semen kembali motil dan kembali ke temperature optimum sehingga thawing harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari kerusakan semen (Bearden, et al., 2004). Zenichiro, etal.(2002) menyatakan thawing menggunakan air yang bersuhu 37 – 38 oC akan menghasilkan motilitas semen yang lebih baik dibanding suhu thawing yang lebih rendah, karena proses metabolisme yang meningkat pada suhu 37 oC dan tidak akan mengurangi substrat energi semen sehingga motilitas semen akan tinggi karena tidak kekurangan energi. Penelitian mengenai temperatur thawing yang diberikan pada saat
akan dilakukan IB telah banyak ditemukan, sedangkan penelitian tentang lama thawing pada saat melakukan IB sangatjarang ditemukan, sehingga belum ada dasar yang membuktikan berapa lama waktu yang ideal untuk melakukan thawing pada suhu optimal (37-38 oC), hal tersebut membuat para inseminator kurang memperhatikan lama thawing pada saat melakukan IB, sementara lama thawing merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan IB.Maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh lama thawing terhadap kualitas semen babi yang ada di UPT BIBD Provinsi Bali untuk mendorong peningkatan keberhasilan dalam IB pada babi.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh lama thawing terhadap kualitas semen babi di UPT BIBD Baturiti dan Buruan dan diharapkan mampu meberikan landasan dan informasi tentang lama thawing terhadap kualitas semen babi, dan juga sebagai acuan bagi inseminator dalam memperhatikan lama thawing terhadap keberhasilan dalam melakukan Inseminasi Buatan di lapangan.
MATERI DAN METODE
Sumber semen berasal dari empat ekor babi jantan bangsa Landrace, dalam kondisi sehat berumur dua tahun, penampungan dilakukan sebanyak tiga kali seminggu, penampungan semen dan evaluasi semen dilakukan di dua tempat yaitu di UPT BIBD Baturiti Kabupaten Tabanan Provinsi Bali dan di UPT BIBD Buruan Kabupaten Gianyar Provinsi Bali selama duabulan, dimulai dari bulan April – Mei.Penelitian ini dilakukan untuk evaluasi semen segar secara makrokopis (volume, bau, warna, konsistensi, pH) dan mikrokopis (motilitas, konsentrasi, dan viabilitas). Pasca evaluasi secara makrokopis dan mikrokopis, yang dilanjutkan dengan proses pengenceran, selanjutnya dilakukan packing, setelah dilakukan packing dilakukan penyimpanan pada suhu 20-22 oC selama ±24 jam, setelah disimpan dilakukan thawingdengan tiga perlakuan berbeda yaitu perlakuan pertaman (T1) dengan lama thawing tiga menit, perlakuan kedua (T2) dengan lama thawing lima menit, dan perlakuan ketiga (T3) dengan lama thawing tujuh menit. Semua perlakuan di thawing menggunakan air hangat bersuhu 37-38 oC. kemudian dilakukan evaluasi kembali secara makroskopis dan mikroskopis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuandan lima kali ulangan untuk masing-masing perlakuan. Parameter yang diamati meliputi: volume, warna, bau, konsistensi, pH, motilitas, konsentrasi dan viabilitas. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisa varian dan pengolahan data menggunakan software costat versi 6.003.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas semen segar
Evaluasi semen segar perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas semen yang dikoleksi dan untuk mengetahui kadar pengenceran yang dibutuhkan. Kualitas semen segar disajikan pada tabel. Hasil evaluasi semen segar tersebut menjadi dasar untuk menentukan kelayakan semen yang akan diproses lebih lanjut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semen yang diperoleh dari tiga kali penampungan di UPT BIBD Baturiti dan tiga kali di UPT BIBD Buruan mempunyai kualitas dan kuantitas yang cukup baik, bersifat voluminous dengan motilitas sepermatozoa >65%, konsentrasi spermatozoa >200 x 106 sel/mldan viabilitas >80%. Hasil evaluasi makrokopis semen segar di UPT BIBD Baturiti dan Buruan pada penelitian ini menunjukkan bahwa volume rata-rata 245 ml dan 312 ml, sesuai dengan pendapat Arifiantini (2012) yang menyatakan volume semen babi sekitar 100 – 300 ml.
Jhonson et al. (2000) menyatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi volume semen pada saat ditampung adalah variasi umur, tingkat ransangan, frekuensi ejakulasi dan kualitas pakan. Pemberian ransum dengan protein rendah dapat mengakibatkan pengurangan konsumsi pakan, penurunan berat badan, penurunan libido, dan produksi spermatozoa. Dapat disimpulkan dari hasil evaluasi semen segar, umur pejantantan yang ada di UPT BIBD Baturiti dan Buruan sangat produktif, kualitas pakan yang disediakan juga cukup baik.
Tabel. Kualitas semen sega
Variabel |
Baturiti |
Buruan |
Volume (ml) |
245 |
312 |
Warna |
Susu krim |
Susu krim |
Bau |
Khas semen |
Khas semen |
Konsistensi |
Encer |
Encer |
pH |
7,417 |
7,384 |
Motilitas (%) |
73 |
73 |
Konsentrasi (106sel/ml) |
326 |
320 |
Spermatozoa hidup (%) |
83.08 |
86.50 |
Spermatozoa mati (%) |
16.92 |
13.50 |
Kualitas semen babi di UPT BIBD Provinsi Bali setelah thawing
Kualitas semen babi Landrace dengan lama thawing berbeda menggunakan air yang bersuhu 37-38 oC disajikan pada tabel. Tabel menunjukkan bahwa setelah dilakukan thawing dengan durasi yang berbeda kualitas semen secara makroskopis yang ada di UPT BIBD Baturiti dan Buruan tidak terjadi perubahan (non signifikan) pada volume, warna, bau dan konsistensi. Sedangkan pada pH semen yang ada di UPT BIBD Baturiti dan Buruan masih berada pada rentan pH semen babi normal yaitu 7– 8. Rataan pH semen yang ditemukan padapenelitian ini adalah 7.088 – 7.207.
Tabel. Kualitas semen setelah thawing di UPT BIBD Baturiti
Variabel |
Perlakuan | |||
T1 |
T2 |
T3 |
EMS | |
Warna |
Putih keruh |
Putih keruh |
Putih Keruh |
- |
Bau |
khas Semen |
Khas Semen |
Khas Semen |
- |
Konsistensi |
Encer |
Encer |
Encer |
- |
Volume(ml) |
80 |
80 |
80 |
- |
pH |
7.207 a |
7.124 b |
7.088b |
0.001 |
Motilitas(%) |
69 a |
78 a |
62 b |
3.4 |
Konsentrasi |
266 a |
274.5 a |
211 b |
348.5 |
(106sel/ml) Spermatozoa |
84 a |
86 a |
78 b |
7.6 |
hidup(%) Spermatozoa mati (%) |
16a |
14a |
22 b |
1.2 |
Keterangan:
T1 :Thawing selama 3 menit., T2 : Thawing selama 5 menit., T3 : Thawing selama 7 menit
Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama secara statistik adalah berbeda nyata (P<0,05). EMS: Error Mean Squer
Tabel. Kualitas semen setelah thawing di UPT BIBD Buruan
Variabel |
Perlakuan | |||
T1 |
T2 |
T3 |
EMS | |
Warna |
Putih keruh |
Putihkeruh |
Putih Keruh |
- |
Bau |
khas Semen |
Khas Semen |
Khas Semen |
- |
Konsistensi |
Encer |
Encer |
Encer |
- |
Volume(ml) |
80 |
80 |
80 |
- |
pH |
7.125b |
7.189a |
7.132ab |
0.002 |
Motilitas(%) |
69a |
58.6b |
48c |
5.8 |
Konsentrasi |
232.5a |
206b |
202b |
176 |
Spermatozoa hidup (%) |
83a |
78b |
72c |
4.6 |
Spermatozoa mati (%) |
17a |
22b |
28c |
4.6 |
Keterangan:
T1 :Thawing selama 3 menit., T2 : Thawing selama 5 menit., T3 : Thawing selama 7 menit
Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama secara statistik adalah berbeda nyata (P<0,05).
EMS: Error Mean Squer
Berdasarkan hasil statistik yang ditemukan pada penelitian di UPT BIBD Baturiti, maupun di Buruan menunjukkan motilitas semen pada setiap perlakuan ditemukan signifikan, dimana motilitas semen yang ada di UPT BIBD Baturiti menunjukkanpada perlakuan kedua(T2) dengan thawing lima menit nyata lebih baik (P<0,05) dibandingkan dengan perlakuan thawing tiga menit (T1) dan thawing tujuh menit (T3). Pada penelitian ini ditemukan perlakuan T1 dengan T2 tidak berbeda nyata, sedangkan T1 dengan T3, T2 dengan T3 detemukan berbeda nyata. Berbeda dengan hasil evaluasi di UPT BIDB Buruan dimana motilitas semen pada perlakuan T1 nyata lebih baik (P<0,05) dibanding dengan motilitas pada perlakuan T2 dan T3. Pada penelitian ini ditemukan perlakuan T1 dengan T2, T1 dengan T3 berbeda nyata, sedangkan T2 dengan T3 ditemukan tidak berbeda nyata. Menurut pendapat Garner dan Hafez (2000) menyatakan nilai rata-rata normal motilitas spermatozoa babi adalah 50–80%, maka dari hasil evaluasi yang dilakukan di UPT BIBD Baturiti dinyatakan setiap perlakuan layak untuk di pakai dalam kepentingan inseminasi buatan karena memiliki motilitas >50%, sedangkan dari hasil evaluasi di UPT BIBD Buruan yang layak digunakan untuk kepentingan inseminasi buatan adalah pada perlakuan T1 dan T2, sedangkan pada perlakuan thawing tujuh menit (T3) dianggap tidak layak untuk kepentingan inseminasi buatan karena memiliki motilitas <50%, hal tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh faktor suhu lingkungan. Sesuai dengan pendapat dari Shukla et al. (1992) yang menyatakan nilai motilitas semen dapat dipengaruhi oleh perubahan suhu. Shukla et al. (1992) berpendapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motilitas spermatozoa yakni genetik, umur, cahaya, dan temperature, menejemen pemeliharaan, frekuensi penampungan, dan pengenceran serta lingkungan.
Berdasarkan hasil statistik yang ditemukan pada penelitian di UPT BIBD Baturiti maupun Buruan ditemukan bahwa konsentrasi spermatozoa berbeda nyata pada setiap perlakuan, dimana konsentrasi semen pada perlakuan T2 nyata lebih baik (P<0,05) dibanding dengan perlakuan T1 dan T3. Pada perlakuan T1 dan T2 memiliki konsentrasi berbeda tidak nyata, sedangkan konsentrasi pada perlakuan T1 dengan T3, T2 dengan T3 mendapatkan hasil yang berbeda nyata. Berbeda dengan hasil konsentrasi semen di UPT BIBD Buruan dimana melalui analisis statistik ditemukan konsentrasi pada perlakuan T1 nyata lebih baik (P<0,05) dibanding dengan perlakuan T2 dan T3. Pada perlakuan T1 dengan T2, T1 dengan T3 ditemukan hasil yang berbeda nyata, sedangkan pada perlakuan T2 dengan T3 ditemukan hasil tidak berbeda nyata. Rerata konsentrasi spermatozoa yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu 202 x 106 – 274.5 x 106 sel/ml hasil ini sesuai dengan pendapat Garner dan Hafez
(2000) yaitu jumlah spermatozoa/ml adalah sebanyak 200 – 300 x 106 sel/ml. Beberapa faktor yang mempengaruhi konsentrasi spermatozoa antara lain jumlah ejakulat, interval penampungan, kondisi pejantan dan lingkungan (Jhonson et al. 2000) dari hasil penelitian dadat dibuktikan bahwa kualitas semen babi yang digunakan pada penelitian sangat baik karena konsentrasi spermatozoa berada pada konsentrasi normal babi setelah dilakukan pengenceran.
Viabilitas semen menunjukkan jumlah spermatozoa yang hidup dan yang mati, dapat diketahui dengan cara pewarnaan eosin. Zat warna eosin akan diserap oleh spermatozoa yang mati sehingga akan berwarna merah muda akibat permeabilitas dinding sel meningkat pada sel spermatozoa yang mati. Sebaliknya, spermatozoa yang hidup tidak akan menyerap warna. Dari hasil statistik yang ditemukan pada penelitian di UPT BIBD Baturiti dan Buruan spermatozoa hidup dan mati ditemukan berbeda nyata. Dimana spermatozoa hidup pada perlakuan T2 nyata lebih baik (P<0,05) dibanding dengan spermatozoa hidup pada perlakuan T1 dan T3 sebaliknya, spermatozoa mati pada perlakuan T2 nyata lebih rendah dibanding dengan perlakuan T1 dan T3. Pada perlakuan T1 dan T2 ditemukan hasil viabilitas tidak berbeda nyata, sedangkan pada perlakuan T1 dengan T3, dan T2 dengan T3 ditemukan hasil viabilitas yang berbeda nyata (P<0.05). Berbeda dengan viabilitas semen yang ada di Buruan, spermatozoa hidup pada perlakuan T1nyata lebih baik (P<0,05) dibanding dengan perlakuan T2 dan T3. Sebaliknya spermatozoa mati pada perlakuan T1 sangat nyata lebih rendah dibanding dengan perlakuan T2 dan T3. Pada perlakuan T1, T2, T3 ditemukan hasil yang berbeda nyata. (P<0.05).
Rerata dari sperma hidup yang ditemukan dari setiap perlakuan di UPT BIBD Baturiti adalah pada T1 86%, T2 84%, dan T3 78% yang artinya dari nilai sperma hidup yang didapatkan pada penelitian ini semen yang layak untuk digunakan adalah semen pada perlakuan T1 dan T2, sedangkan semen pada T3 tidak layak digunakan, karena menurut pendapat dari Garner dan Hafez (2000) menyatakan bahwa viabilitas normal spermatozoa babi adalah 80% – 90%. Berbeda halnya dengan viabilitas spermatozoa yang ada di UPT BIBD Buruan dimana viabilitas T1 83%, T2 78%, T3 72% dari hasil ini dapat disimpukan bahwa semen pada perlakuan T2 dan T3 tidak layak digunakan karena memiliki viabilitas < 80%. Hal tersebut dapat terjadi akibat stres yang dialami spermatozoa pada saat thawing. Sesuai dengan pendapat Susilawati (2011) bahwa proses pendinginan dan thawing yang tidak tepat mengakibatkan stres fisik dan kimia pada membran sel yang dapat menurunkan viabilitas spermatozoa.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bawa lama thawing berpengaruh terhadap kualitas semen babi dan lama thawinglima menit adalah lama thawing terbaik di UPT BIBD Baturiti, lama thawing tiga menit adalah lama thawing terbaik di UPT BIBD Buruan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucap syukur untuk Tuhan Yesus Kristus karna penulis dikuatkan, dimampukan, dicukupkan, dilancarkan dalam melakukan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan trimakasih kepada kedua dosen pembimbing, orang tua dan teman karena selalu membimbing dan mendukung penulis dalam melakukan penelitian, dan juga kepada seluruh pegawai UPT BIBD Provinsi Bali karena telah mengijinkan dan membantu penulis selama melakukan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arifiantini, I.R. 2012. Teknik Koleksi dan Evaluasi Semen pada Ternak. IPB Press. Bogor
Bearden, H. J., F. Fuquay., S.T. Willard. 2004.Applied Animal Reproduction, 6th Ed. Pearson
Prentice Hallm. New Jersey. USA.
Garner, D. L and E. S. E. Hafez. 2000. Spermatozoa and seminal plasma. In: E. S. E.
Hafez and B. Hafez. Reproduction in Farm Animal. 7thEd. William & Wilkins. USA
Jhonson, L.A., KF. Weitze., P. Fiser., WMC. Maxwell. 2000. Storage of boar semen. J. Anim Sci 62:143-172
Morrow, D. A. (1980) Current Therapy and Theriogenologi Diagnosis Treatment and Prevention of Reproductive Disease in Animals WB Saunder Company. Philadelphia. USA.
Susilawati, T. 2011. Spermatology. UB Press. Universitas Brawijaya. Malang.
Shukla, S.N., B.B. Sigh, N.S. Tomar, and B.S Misra. 1992. Faktor effecting spermatozoa motility in preserve semen. J. Indian Vet.69:856-857.
Suparno, A dan A.D. Nusantara. 2014. Perancangan Percobaan Aplikasi Minitab, SAS dan CoStat dalam Analisis Data. Alfabeta. Bandung.
Toelihere, M.R. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak.Angkasa. Bandung.
Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung
Zenichiro, K., Herliantien and Sarastina. 2002. Instruksi Praktis Teknologi Prosesing Semen Beku Pada Sapi. JICA-BIB Singosari. Malang.
Simarmata et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 2 Th. 2018: 501- 508
Page 508
Discussion and feedback