e-journal

FAPET UNUD


e-Journal

Universitas Udayana


Peternakan Tropika

Journal of Tropical Animal Science

email: peternakantropika_ejournal@yahoo.com

email: jurnaltropika@unud.ac.id

Submitted Date: Desember 26, 2017

Accepted Date: Desember 29, 2017


Editor-Reviewer Article;: I Wayan Wirawan dan Ni Wayan Siti

AKTIVITAS ENZIM LIGNASE DARI BAKTERI LIGNOLITIK YANG DIISOLASI DARI CACING TANAH PADA SUBSTRAT GULMA TANAMAN PANGAN

Wijana, I W. dan I M. Mudita

Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Jl. P. B. Sudirman Denpasar email: muditafapet_unud@yahoo.com HP. 087784792574

ABSTRAK

Evaluasi aktivitas enzim lignase dari 8 isolat bakteri lignolitik yang diisolasi dari cacing tanah (Lumbricus rubellus) pada substrat gulma tanaman pangan (eceng gondok dan daun apu) telah dilakukan dalam upaya mendapatkan isolat bakteri unggul perombak pakan kaya serat. Penelitian dilaksanakan dengan rancangan acak lengkap (RAL) 8 perlakuan dan 3 ulangan, dimana perlakuan didasarkan pada 8 isolat bakteri selulolitik yang telah diisolasi dengan kode EB1LG, EB2LG, EB3LG, EB4LG, EB5LG, EB6LG, EB7LG and EB8LG. Aktivitas enzim lignase diukur pada waktu inkubasi 10 menit, 20 menit, 30 menit dan 60 menit menggunakan standar vanilin pada panjang gelombang 209 nm mengikuti persamaan Y = 0,00635 X + 0,21098 (r2 = 0,89). Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat bakteri lignolitik cacing tanah dengan kode EB3LG menghasilkan aktivitas enzim tertinggi dan berbeda nyata (P<0,01) pada substrat eceng gondok yaitu 0,448 IU, 0,269 IU, 0,201 IU dan 0,110 IU, sedangkan isolat bakteri dengan kode EB1LG menghasilkan aktivitas enzim lignase tertinggi pada substrat daun apu, yaitu 0,586 IU; 0,346 IU; 0,248 IU dan 0,130 IU masing-masing pada periode waktu inkubasi 10; 20; 30 dan 60 menit dan keduanya berbeda nyata dengan isolat bakteri dengan kode EB8LG. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa isolat bakteri lignolitik dengan kode EB1LG dan EB3 LG merupakan isolat bakteri lignolitik unggul pendegradasi substrat gulma tanaman pangan

Kata Kunci: Bakteri Lignolitik, Cacing Tanah, Aktivitas Enzim, Gulma Tanaman Pangan

ENZYME ACTIVITY OF LIGNOLYTIC BACTERIA ISOLATED FROM EARTHWORM ON WEEDS CROPS SUBSTRATES

ABSTRACT

Evaluation of enzyme activity by eight lignolytic bacteria isolated from earthworm (Lumbricus rubellus) on weeds crops especially water hyacint and water lettuc e leaves had been carried out for have the best lignolytic bacteria as weeds crops degrader. The experiment was conducted with completely randomized design (CRD) 8 treatments and 3 replications, treatments based on the eight cellulolignolytic bacteria isolates coded EB1LG, EB2LG, EB3LG, EB4LG, EB5LG, EB6LG, EB7LG and EB8LG. Lignase enzyme activity measured on 4 (four) incubation time periods were 10; 20; 30 and 60 menute using vanillin callibration curve was Y = 0,00635 X + 0,21098 (r2 = 0,89). The results showed that lignolytic bacteria isolated from earthworm coded EB3LG have highest and significantly (P<0,05) enzyme activity on water hyacinth substrates were 0,448 IU, 0,269 IU, 0,201 IU and 0,110 IU on incubation time periods respectively, while bacteria isolates coded EB1LG have highest


(P<0,05) enzyme activity on water lettuce leaves were 0,586 IU; 0,346 IU; 0,248 IU and 0,130 IU, and both significant different with bacteria isolates coded EB8LG. Based on this study concluded that lignolytic bacteria isolates coded EB1LG and EB3LG were excellent bacteria isolates degrader weeds crops especially the water hyacinth and water lettuce leaves than the other isolates.

Key words: Cellulolytic Bacteria, Earthworm, Ability on degrading substrates, Weed Crops

PENDAHULUAN

Penurunan produktivitas dan efisiensi usaha peternakan serta peningkatan resiko pencemaran lingkungan dari usaha peternakan yang diberi pakan kaya serat seperti limbah pertanian termasuk gulma tanaman pangan disinyalir akibat tingginya kandungan lignoselulosa bahan pakan asal limbah pertanian yang mengakibatkan nutrien yang terkandung tidak dapat dimanfaatkan secara optimal (Abdullah dan Soeharsono, 2010; Mudita et al., 2010).. Howard et al. (2001) mengungkapkan semakin tinggi kandungan lignin semakin sulit bahan pakan tersebut dirombak/dipecah/dicerna. Hal ini mengingat lignin mempunyai ikatan kompleks yang sangat kokoh dan secara fisik bertindak sebagai penghalang proses perombakan dinding sel bahan pakan oleh mikroba rumen. Degradasi senyawa lignin hanya dapat dilaksanakan oleh enzim dari mikroba tertentu salah satunya bakteri lignolitik penghasil enzim lignase kompleks (Howard et al., 2001; Perez et al. (2002).

Bakteri lignolitik merupakan kelompok bakteri yang mampu menghasilkan kompleks enzim lignase yang terdiri dari lignin-peroksidase/Li-P, mangan-peroksidase/Mn-P, dan lakase/Lac yang akan merombak senyawa lignin menjadi komponen penyusunnya (Perez et al., 2002). Semakin tinggi dan seimbang produksi serta kualitas kompleks enzim lignase yang dihasilkan semakin baik perombakan lignin dapat dilakukan. Di alam berbagai sumber konsorsium mikroba lignolitik dapat diperoleh seperti saluran pencernaan hewan, lahan gambut/pertanian, rayap, cacing tanah, maupun sumber konsorsium mikrona lainnya (Pathma dan Sakthivel, 2012; Mudita et al 2012 – 2015; Sutama et al., 2013; Dewi et al.2014).

Cacing tanah merupakan binatang yang mampu mendegradasi berbagai bahan organik karena dalam saluran pencernaannya mengandung berbagai konsorsium mikroba sinergis seperti bakteri, protozoa dan mikro fungi serta berbagai enzim seperti amilase, protease, selulase, lipase, chitinase, dan urease. Disamping itu, mukus dalam saluran pencernaan cacing tanah mengandung berbagai nutrien (karbohidrat, protein, bahan mineral dan bahan organik, serta berbagai asam amino) serta hormon (Pathma dan Sakthivel, 2012). Lebih lanjut diungkapkan mikroba cacing tanah mampu mendegradasi senyawa lignoselulosa dan antinutrisi, memproduksi antibiotika, pigmen fluorescent, siderophores, chitinase dan

glucanase serta berbagai growth promotor melalui pelarutan mineral, memproduksi hormon 1-aminocyclopropane-1carboxylate (ACC) deaminase, dan menekan mikroba patogen.

Pemanfaatan cacing tanah sebagai sumber inokulan konsorsium mikroba dalam produksi bioinokulan feed suplemen berprobiotik terbukti mampu menghasilkan produk inokulan berkualitas yang mampu meningkatkan produktivitas itik bali (Sutama et al., 2014). Namun hasil penelitian Mudita et al (2010-2011) menunjukkan bahwa penggunan bahan/sumber konsorsium mikroba alami secara langsung tidak memberikan kepastian kestabilan kualitas produk inokulan yang dihasilkan. Hasil penelitian Mudita et al. (20132015) menunjukkan pemanfaatan isolat bakteri murni lebih menjamin kestabilan kualitas inokulan yang dihasilkan. Sehingga penelitian ini penting untuk dikembangkan dalam upaya menghasilkan isolat unggul pendegradasi senyawa lignin

MATERI DAN METODE

Tempat dan Lama Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana selama 3 bulan.

Isolat Bakteri Lignolitik Hasil Isolasi dari Cacing Tanah

Penelitian memanfaatkan 8 isolat bakteri lignolitik (belum teridentifikasi) dengan kode EB1LG, EB2LG, EB3LG, EB4LG, EB5LG, EB6LG, EB7LG dan EB8LG hasil isolasi dari cacing tanah.

Substrat Limbah dan Gulma Tanaman Pangan

Sampel limbah dan gulma tanaman pangan yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah enceng gondok dan daun apu. Bahan gulma tersebut terlebih dahulu dikeringkan dalam forced draught oven weight pada suhu 70 ºC selama 36-48 jam (sampai tercapai berat kering udara/Dry Weight (DW) yang ditandai dengan berat sampel tidak mengalami perubahan lagi jika pengovenan dilanjutkan pada suhu yang sama). Kemudian setiap sampel bahan substrat tersebut digiling halus dengan gilingan bersaring 1 ml. Selanjutnya sampel bahan substrat disterilisasi dengan sinar ultra violet dalam laminar airflow selama 30 menit untuk mencegah kontaminasi.

Medium Pertumbuhan Bakteri

Medium pertumbuhan bakteri yang diproduksi pada penelitian ini adalah 2 jenis yaitu medium cair dan medium padat. Medium pertumbuhan cair dipergunakan untuk produksi kultur isolat bakteri yang akan dipakai sebagai sumber isolat yang akan dievaluasi

kemampuan degradasi substratnya, sedangkan medium padat dipakai sebagai medium substrat yang akan dievaluasi tingkat degradasinya oleh isolat bakteri.

Medium pertumbuhan cair untuk menumbuhkan stok isolat bakteri lignolitik dari cacing tanah dibuat menggunakan Nutrient Broth (NB) dengan substrat Asam Tanat sebagai sumber lignin. Medium pertumbuhan cair bakteri lignolitik cacing tanah akan dibuat dengan cara melarutkan 1,30 gram NB ditambah 0,2 gram substrat dalam 100 ml aquades. Semua bahan dimasukkan dalam elemmeyer dan dihomogenkan menggunakan magnetic stirrers (750 rpm) pada suhu 100 ºC selama ± 15 menit untuk menghomogenkan campuran. Selanjutnya disterilkan pada autoclave pada temperatur 121 ºC selama 15 menit.

Sedangkan medium pertumbuhan bakteri padat dibuat dengan bahan dan cara yang sama seperti pembuataan medium pertumbuhan cair hanya ditambahkan 2 g bakto agar sebagai pemadat dengan konsentrasi 2 % dalam medium.

Peralatan

Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pembangkit gas CO2, laminar air flow, incubator 39ºC, micropipet, pengaduk magnetik, fortex, timbangan elektrik, penggilingan, autoklaf, sentrifuse, spectrophometer uv-vis, shaker bath, drough force oven, lampu uv, desikator, dan alat-alat gelas.

Produksi Medium Pertumbuhan Bakteri

Medium pertumbuhan bakteri lignolitik cair dibuat untuk penumbuhan stok isolat bakteri lignolitik dan untuk produksi ekstra enzim dari isolat bakteri lignolitik murni. Medium pertumbuhan bakteri lignolitik cair dibuat dengan cara tiap 100 ml medium dibuat menggunakan 2,981,30 gram NB ditambah 0,2 gram substrat asam tanat (sumber lignin) kemudian ditambahkan aquades hingga volume medium 100 ml. Selanjutnya medium dicampurkan hingga homogen menggunakan vorteks selama 15 menit suhu 100 ºC. Setelah homogen medium disterilisasi dalam autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121 ºC.

Medium pertumbuhan bakteri lignolitik padat dibuat dengan evaluasi degradasi substrat dengan bahan dan cara yang sama seperti pertumbuhan medium pertumbuhan cair hanya ditumbuhkan bakto agar sebagai pemadat dengan konsentrasi 2 % medium.

Produksi Kultur Bakteri

Kultur bakteri diproduksi dengan cara menumbuhkan kembali isolat bakteri (stok) dalam medium pertumbuhan cair bakteri selulolitik Kultivasi diawali dengan melarutkan stok isolat bakteri menggunakan larutan NaCl 0,9% dan dilanjutkan dengan menginokulasikan 20% larutan isolat bakteri dengan absorbansi 0,5 pada 660 nm ke dalam medium

pertumbuhan cair, kemudian dilanjutkan dengan inkubasi pada suhu 37 ºC selama 24 jam. Kultur bakteri yang tumbuh siap dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian.

Preparasi Sampel Limbah Usaha Pertanian Terintegrasi

Sampel limbah pertanian yang akan dimanfaatkan dalam pertanian ini adalah enceng gondok dan daun apu. Bahan limbah tersebut terlebih dahulu dikeringkan dalam forced draught oven weight pada suhu 70ºC selama 36-48 jam (sampai tercapai berat kering udara/Dry Weight (DW) yang ditandai dengan berat sampel tidak mengalami perubahan lagi jika pengovenan dilanju tkan pada suhu yang sama). Kemudian setiap sampel bahan substrat tersebut digiling halus dengan gilingan bersaringan 1 ml. Selanjutnya sampel bahan substrat disterilisasi untuk mencegah kontaminasi.

Evaluasi Aktivitas Enzim Lignase

Evaluasi kemampuan aktivitas enzim dari isolat bakteri lignositik pada substrat gulma tanaman pangan dilakukan pada substrat enceng gondok dan daun apu. Seleksi dilaksanakan dengan cara terlebih dahulu menumbuhkan isolat bakteri lignoselulolitik yang telah diisolasi pada medium selektif padat ke dalam medium pertumbuhan cair lignolitik. Isolat bakteri dari medium padat dilarutkan dalam larutan pengencer pada absorban 0,5 λ 600 dan diinokulasikan sebanyak 10% kedalam tabung erlenmeyer yang telah berisi medium pertumbuhan cair tersebut. Kemudian diinkubasikan pada suhu 39oC selama 7 hari dan setiap hari digojok. Kultur medium cair ini selanjutnya digunakan sebagai sumber ekstrak enzim.

Pengambilan ekstrak enzim dilakukan dengan cara mensentrifuse kultur medium cair pada kecepatan 5000 rpm selama 15 menit pada suhu 4oC. Ekstrak enzim lignase diuji pada substrat uji (eceng gondok atau daun apu), masing-masing mengandung 1% substrat uji dalam buffer asetat 50 nM, pH 5,5. Masing-masing larutan substrat dalam buffer diambil 8 ml, ditambahkan 1 ml sumber enzim dan 1 ml aquades. Campuran larutan diinkubasi dalam water bath bergoyang, kemudian aktivitas enzimnya diukur menggunakan spektrofotometer uv. Pengukuran aktivitas enzim dilakukan dengan cara menghitung banyaknya produk yang dihasilkan dari reaksi enzim tersebut (Efiok, 1996). Pengukuran produk dilakukan menggunakan methanol pada panjang gelombang 209 nm, mengikuti persamaan Y = 0,00635 X + 0,21098 (r2 = 0,89) (Mudita et al., 2013).

Rancangan Percobaan

Penelitian dilaksanakan dengan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan pada penelitian ini adalah isolat bakteri lignolitik hasil isolasi dari

cacing tanah yaitu isolat dengan kode EB1LG, EB2LG, EB3LG, EB4LG, EB5LG, EB6LG, EB7LG dan EB8LG sehingga keseluruhan terdapat 24 unit percobaan.

Variabel yang Diamati

Variabel yang diamati meliputi kemampuan degradasi dari isolat bakteri seluloolitik terhadap substrat daun apu dan eceng gondok.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam/Anova. Apabila terdapat hasil yang berbeda nyata (P≤0,05), analisis dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur/Honestly Significant Different (Sastrasupadi, 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat bakteri lignolitik yang diisolasi dari cacing tanah (Lumbricus rubellus) mempunyai aktivitas enzim lignase pada substrat gulma tanaman pangan khususnya eceng gondok dan daun apu yang cukup tinggi pada tiap periode waktu inkubasi, dimana secara umum peningkatan periode waktu inkubasi dari 10 menit menjadi 20, 30, sampai 60 menit cendrung menurunkan unit aktivitas enzim lignase yang dihasilkan (Tabel 1 dan 2). Pada substrat eceng gondok, aktivitas enzim tertinggi dihasilkan oleh 2 isolat bakteri yaitu isolat dengan kode EB3LG dan EB1LG. Isolat EB1LG dan EB3LG pada menit ke-10 inkubasi dengan substrat eceng gondok menghasilkan aktivitas enzim lignase yang sama-sama tertinggi yaitu 0,4478 IU Vs 0,3905-0,4350 IU. Pada menit ke-20 waktu inkubasi dengan substrat, isolat EB3LG mempunyai aktivitas enzim tertinggi (P<0,05) yaitu 0,2688 IU Vs 0,2311 – 0,2682 IU, sedangkan pada waktu inkubasi ke-30 dan ke-60 menit, isolat bakteri dengan kode EB1LG menghasilkan aktivitas enzim tertinggi yaitu 0,2012 IU Vs 0,1741 – 0,2006 IU dan 0,1101 IU Vs 0,0944 – 0,1099 IU (Tabel 1).

Terhadap substrat daun apu, hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat bakteri dengan kode EB1LG mampu menghasilkan aktivitas enzim lignase tertinggi (P<0,05) pada seluruh periode waktu inkubasi dari observasi 10-60 menit, yaitu 0,5861 IU; 0,3460 IU; 0,2482 IU; dan 0,1300 IU, sedangkan isolat bakteri dengan kode EB6LG; EB7LG dan EB8LG merupakan isolat bakteri dengan aktivitas enzim terendah. Pada penelitian ini juga tampak bahwa isolat EB3LG juga mampu menghasilkan aktivitas enzim yang tinggi yang berbeda tidaknyata dengan isolat EB1LG (Tabel 2).

Tabel 1. Aktivitas Enzim dari Isolat Bakteri Lignolitik pada Substrat Eceng Gondok pada Berbagai Periode Waktu Inkubasi

Isolat Bakteri

Aktivitas Enzim Lignase pada S. Enceng Gondok (IU) 10 menit       20 menit       30 menit       60 menit

EB 1 LG

EB 2 LG

EB 3 LG

EB 4 LG

EB 5 LG

EB 6 LG

EB 7 LG

EB 8 LG

0,4478 d        0,2682 d        0,2012 e        0,1101 d

0,4350 cd        0,2653 d        0,1985 de        0,1079 d

0,4478 d        0,2688 d        0,2006 e        0,1099 d

0,4250 bc        0,2491 c         0,1880 c         0,1017 c

0,4263 bc        0,2513 c        0,1906 cd        0,1023 c

0,4230 bc        0,2456 c        0,1830 bc       0,0999 bc

0,4127 b        0,2413 bc       0,1786 ab       0,0971 ab

0,3905 a        0,2311 a        0,1741 a        0,0944 a

SEM

0,0038            0,0022            0,0019            0,0010

Keterangan: 1) EB1LG, EB2LG, EB3LG, EB4LG, EB5LG, EB6LG, EB7LG dan EB8LG merupakan kode isolat bakteri selulolitik yang diisolasi dari cacing tanah. 2)Superskrips sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05), 3) SEM== Standart Error of The Treatment Means

Tabel 2. Aktivitas Enzim dari Isolat Bakteri Lignolitik pada Substrat Daun Apu pada Berbagai Periode Waktu Inkubasi

Isolat Bakteri

Aktivitas Enzim Lignase pada S. Daun Apu (IU)

10 menit

20 menit

30 menit

60 menit

EB 1 LG

0,5861 d

0,3460 e

0,2482 e

0,1300 d

EB 2 LG

0,5775 d

0,3357 de

0,2390 d

0,1261 c

EB 3 LG

0,5827 d

0,3445 e

0,2478 e

0,1297 d

EB 4 LG

0,5730 cd

0,3264 cd

0,2345 cd

0,1216 b

EB 5 LG

0,5617 bc

0,3179 bc

0,2291 bc

0,1194 b

EB 6 LG

0,5582 abc

0,3114 ab

0,2217 ab

0,1157 a

EB 7 LG

0,5516 ab

0,3091 ab

0,2183 a

0,1132 a

EB 8 LG

0,5447 a

0,3017 a

0,2157 a

0,1126 a

SEM

0,003

0,002

0,002

0,001

Keterangan: 1) EB1LG, EB2LG, EB3LG, EB4LG, EB5LG, EB6LG, EB7LG dan EB8LG merupakan kode isolat bakteri selulolitik yang diisolasi dari cacing tanah. 2)Superskrips sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata (P>0,05), 3) SEM== Standart Error of The Treatment Means

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua isolat tersebut (EB1LG maupun EB3LG) mempunyai kualitas enzim lignase yang baik dengan karakteristik tertentu. Penampilan secara keseluruhan aktivitas enzim lignase ditentukan oleh produksi, kualitas dan keseimbangan serta kontinuitas tiap jenis enzim yang dihasilkan. Perez et al. (2002) dan Howard et al., (2003) menyebutkan bahwa terdapat minimal 3 jenis enzim yang dapat digolongkan kedalam enzim lignase yaitu Lignin Peroksidase (Li-P), Mangan-Peroksidase (Mn-P) dan Lacase (Lac). Ketiga jenis enzim ini mempunyai peranan masing-masing

(berbeda) yang bekerja secara sinergis dalam mendegradasi senyawa lignin kompleks. Perbedaan jenis enzim yang dominan dihasilkan, keseimbangan serta kontinuitas jenis enzim yang dihasilkan oleh tiap isolat akan mempengaruhi aktivitas enzim lignase secara keseluruhan dari isolat bakteri uji.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: isolat EB1LG dan EB3LG merupakan isolat bakteri lignolitik yang mampu menghasilkan aktivitas enzim selulase yang tertinggi dan merupakan isolat unggul pendegradasi substrat mengandung lignin

UCAPAN TERIMA KASIH

Makalah ini merupakan hasil penelitian yang dibiayai Universitas Udayana melalui hibah unggulan program studi. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Rektor, LPPM UNUD SERTA Dekan Fapet UNUD atas pendanaan kegiatan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Kepala dan analis Lab. Nutrisi dan Makanan Ternak Fapet Unud serta mahasiswa yang membantu pelaksanaan penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, A.F., Moahmed A., Abdel Naby.2012. Pretreatment and enzymic saccharyfication of water hyacinth cellulose. Carbohydrate polymers.

Beauchemin, K.A., D. Colombatto, D.P. Morgavi And W.Z. Yang. 2003. Use of exogenous fibrolytic enzymes to improve feed utilization by ruminants. J. Anim. Sci. 81 (E. Suppl. 2): E37-E47.

Howard, R. L., E. Abotsi, J. V. Rensburg, and Howards. 2003. Lignocellulose

Biotechnology: Issues of Bioconversion and Enzyme Production. African Journal

of Biotechnology 2:6002-619. Available from: URL:      http://www.vtt.fi/inf/pdf.

Lynd, L. R., P. J. Weimer, W. H. V. Zyl, and I. S. Pretorius. 2002. Microbial Cellulose Utilization: Fundamentals and Biotechnology. Microbiology and Moleculer Biology Reviews: 506-577. American Society for Microbiology.

Pathma, J. and N. Sakthivel. 2012. Microbial Diversity of Vermicompost bacteria that Exhibit

Useful Agricultural Traits and Waste Management Potential.SpringerPlus.Vol.1(26);1-19

Perez, J., J. Munoz-Dorado, T. De la Rubia, and J. Martinez. 2002. Biodegradation and Biological Treatment of Cellulose, Hemicellulose and Lignin; an overview. Int. Microbial, 5: 53-56

Radjiman, D. A., T. Sutardi, dan L. E. Aboenawan. 1999. Efek Substitusi Rumput Gadjah dengan Eceng Gondok dalam Ransum Domba terhadap Kinerja proses Nutrisi dan Pertumbuhan. Laporan Penelitian, fakultas peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Sastrosupadi, A., 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit Kanisus. Yogyakarta.

Sumaryono. 2003. Kajian Penggunaan Tepung Kayu Apu (Pistia Stratiotes) dalam Ransum dan Pengaruhnya terhadap Komposisi Fisik Karkas Ayam Kampung Umur 11 Minggu. Skripsi, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar.

Sutama, I N. S., I W. Suberatha, N. W. Siti. 2014. Pemanfaatan Konsorsium Mikroba Cacing Tanah Sebagai Inokulan Suplemen Berprobiotik dalam Pengembangan Peternakan Itik Bali RakyatBerbasis Limbah Tanaman Pangan. Laporan Penelitian Invensi Udayana. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.

Sutama, I N. S., dan I W. Suberata. 2016. Isolasi dan karakterisasi bakteri selulolitik dari cacing tanah sebagai sumber inokulan dalam optimalisasi pengembangan peternakan berbasis limbah pertanian. Laporan Penelitian Grup Riset Universitas Udayana, Denpasar

Wijana dan Mudita, Peternakan Tropika Vol. 5 No. 3 Th. 2017: 525– 533

Page 533