BODY COMPOSITION OF BALI CATTLE HEIFER FED DIFFERENT PROTEIN AND ENERGY CONTENT OF DIET
on
e--journal FAPET UNUD
e-Journal
Universitas Udayana
Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
email: [email protected]
Submitted Date: Oktober 20, 2017
Accepted Date: November 11 2017
Editor-Reviewer Article;: Eny Puspany & I Made Mudita
KOMPOSISI TUBUH PEDET SAPI BALI BETINA LEPAS SAPIH YANG MENDAPAT RANSUM DENGAN KANDUNGAN PROTEIN DAN ENERGI BERBEDA
Abdur Rahman, I W. Suarna dan N. N. Suryani
PS. Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jl. P. B. Sudirman, Denpasar E-mail :Abdurrahman. fapetunud13@gmail.com Telephone 081338720315
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi tubuh dan retensi lemak pedet sapi bali betina lepas sapih yang diberi ransum dengan kandungan protein 12% - 15% PK dan energi 2000 – 2300 ME kkal/kg. Penelitian dilaksanakan di Stasiun Penelitian Peternakan Sobangan selama 3 bulan, menggunakan 12 ekor sapi bali betina lepas sapih dengan kisaran bobot badan ternak adalah 102,50 ± 4,41kg. Analisis sampel ransum dan feses dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan ransum dan 3 kelompok berat badan sebagai ulangan. Perlakuan terdiri atas pemberian ransum mengandung 12% PK dan 2000 ME kkal/kg (A), 13% PK dan 2100 ME kkal/kg (B), 14% PK dan 2200 ME kkal/kg (C) 15% dan 2300 ME kkal/kg (D). Variabel yang diamati meliputi kadar air tubuh, lemak tubuh, protein tubuh dan retensi lemak. Hasil penelitian menunjukkan kadar air tubuh, lemak tubuh, protein tubuh dan retensi lemak sapi bali betina lepas sapih yang mendapat perlakauan A, B, C dan D secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan, peningkatan protein dan energi ransum dari 12% PK dan 2000 ME kkal/kg sampai 15% PK dan 2300 ME kkal/kg tidak berpengaruh nyata terhadap komposisi tubuh dan retensi lemak pada pedet sapi bali betina lepas sapih. Semakin tinggi kandungan energi dan protein dalam ransum menyebabkan retensi lemak cenderung semakin meningkat.
Kata Kunci :Sapi bali, komposisi tubuh, retensi lemak.
BODY COMPOSITION OF BALI CATTLE HEIFER FED DIFFERENT PROTEIN AND ENERGY CONTENT OF DIET
ABSTRACT
This research was conducted at sobangan animal husbandry research station for 3 months, using 12 calves with body neight range 102,50 ± 4,41kg. Ration given and teses were analyzed. At the nutrition and feed laboratory of Animal Husbandry Faculty, Udayana University. Data obtained was analysed using a raudomized block design with 4 tretments and 3 replicates. Those treatment consisted of 4 rations contain different level of protein and energi ratio as follows 12% PK and 2000 ME kcal/kg (A), 13% PK and 2100 ME kcal/kg (B), 14% PK and 2200 ME kcal/kg (C), 15% PK and 2300 ME kcal/kg (D). Variablel observed includins body water contet, body fat, body protein and fat reteution. This study resulted in that the four dara meters observed
were statistically not defferent (P>0,05) for all treatments.It can be conduted that the increased of protein and energi rations from 12% crude protein and 2000 ME kcal to 15% CP and 2300 ME kcal/kg gave no effect on body composition and fat retention on calves. However, the higher the crude protein and energi ration, the nigher fat retentioin on the body.
Keywords: Balinese cattle, body composition, fat retention.
PENDAHULUAN
Seiring dengan laju pertambahan penduduk, kebutuhan daging khususnnya di Indonesia terus meningkat karena meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani. Salah satu sumber pemenuhan kebutuhan masyarakat akan protein hewani adalah ternak sapi. Sapi bali dapat memasok kebutuhan daging sekitar 26% dari total sapi potong di Indonesia (Guntoro, 2006)roduktivitas sapi lokal di Indonesia relatif rendah, mengingat sebagian besar peternak di Indonesia masih menggunakan sistem pemeliharaan secara tradisional dengan pemberian pakan seadanya (Muladno, 2012). Winugroho et al. (2002) melaporkan bahwa seekor ternak yang mendapat pakan dalam jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan akan menyebabkan cekaman dan terjadinya penurunan bobot hidup ternak yang bersangkutan.
Hijauan pakan segar yang dapat digunakan sebagai pakan ternak menurut Chuzaemi et al. (1997) pada umumnya adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput gajah merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta sebagai sumber energi yang disukai oleh ternak ruminansia (Lubis, 1992).Pemberian pakan hijauan saja masih kurang baik untuk memenuhi kebutuhan nutrien ternak sapi, oleh karena itu Murtidjo (1993) menyarankan pemanfaatan hijauan pakan sebaiknya diikuti dengan suplementasi konsentrat untuk meningkatkan daya guna pakan, serta dapat meningkatkan konsumsi dan kecernaan pakan.
Konsentrat merupakan pakan penguat yang terdiri dari bahan pakan yang kaya karbohidrat dan protein seperti dedak padi, jagung kuning dan bungkil-bungkilan. Menurut Darmono (1993) bahwa Pakan penguat atau konsentrat adalah pakan yang berasal dari biji-bijian dan mengandung protein yang cukup tinggi dan mengandung serat kasar kurang dari 18 %. Konsentrat sumber protein dapat diperoleh dari hasil samping penggilingan berbagai biji-bijian, bahan pakan sumber protein hewani, dan hijauan sumber protein, sedangkan konsentrat sumber energi dapat diperoleh dari dedak dan biji-bijian seperti jagung (Parakkasi, 1999). Konsentrat dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu konsentrat sumber protein dan konsentrat sumber energi. Konsentrat dikatakan sebagai sumber energi apabila mempunyai kandungan protein kasar kurang
dari 20% dan serat kasar 18%, sedangkan konsentrat dikatakan sebagai sumber protein karena mempunyai kandungan protein lebih besar dari 20% (Tillman et al.,1991).
Penambahan konsentrat pada ternak ruminansia memungkinkan ternak untuk mengkonsumsi pakan yang lebih baik nutriennya dan lebih palatabel, selain itu kecenderungan mikroorganisme dalam rumen dapat memanfaatkan pakan penguat terlebih dahulu sebagai sumber energi dan selanjutnya dapat memanfaatkan pakan kasar yang ada. Konsentrat sangat mudah dicerna dan berperan sebagai sumber zat pakan utama seperti karbohidrat dan protein (Tillman et al., 1991). Kualitas konsentrat perlu diperhatikan dalam menyusun pakan sapi potong ditentukan oleh kandungan protein dan energinya (Siregar, 1995).
MATERI DAN METODE
Tempat dan Waktu
Percobaan dilaksanakan di Stasiun Penelitian Peternakan Sobangan Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung Provinsi Bali selama 3 bulan.
Ternak Sapi Bali
Sapi bali yang digunakan adalah pedet sapi bali betina lepas sapih milik pemerintah Kabupaten Badung yang berjumlah 12 ekor dengan bobot badan awal ternak 102,50 ± 4,41kg
Ransum dan air minum
Ransum yang diberikan disusun berdasarkan standar Kearl (1982). Pada penelitian ini ransum terdiri dari hijauan dan konsentrat yang proteinnya 12 – 15 % dan ME 2000 – 2300 Kkal/kg. Komposisi ransum yaitu konsentrat, urea, molases, rumput raja, minyak kelapa, vitamin/mineral. Komposisi ransum penelitian disajikan pada Tabel 1 dan kandungan nutrisi ransum penelitian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 1. Komposisi ransum pedet sapi bali betina lepas sapih | ||||
Komposisi |
Perlakuan | |||
A |
B |
C |
D | |
Konsentrat |
36,5 |
40,6 |
44 |
47,25 |
Urea |
0,6 |
0,65 |
0,5 |
0,75 |
Molases |
2,4 |
3,25 |
5 |
5 |
Rumput raja |
60 |
55 |
50 |
45 |
Minyak kelapa |
0 |
0 |
0 |
1,5 |
Vitamin/Mineral |
0,5 |
0,5 |
0,5 |
0,5 |
Jumlah |
100 |
100 |
100 |
100 |
Tabel 2. Kandungan nutrisi ransum penelitian
Nutrien Ransum |
Perlakuan | |||
A |
B |
C |
D | |
Protein kasar (%) |
12,06 |
13,11 |
13,97 |
15,05 |
ME (kkal/kg) |
2045,38 |
2103,57 |
2201,85 |
2297,6 |
Serat kasar (%) |
27,21 |
26,24 |
25,02 |
23,92 |
Keterangan :
-
1. Perlakuan A : Ransum mengandung 12% PK dan ME 2000 kkal/kg
Perlakuan B : Ransum mengandung 13% PK dan ME 2100 kkal/kg
Perlakuan C : Ransum mengandung 14% PK dan ME 2200 kkal/kg
Perlakuan D : Ransum mengandung 15% PK dan ME 2300 kkal/kg
Rancangan percobaan
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 kelompok pedet sapi bali betina lepas sapih dengan berat badan yang berbeda sebagai ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah:
Perlakuan A : Ransum mengandung 12% PK dan ME 2000 kkal/kg.
Perlakuan B : Ransum mengandung 13% PK dan ME 2100 kkal/kg.
Perlakuan C : Ransum mengandung 14% PK dan ME 2200 kkal/kg.
Perlakuan D : Ransum mengandung 15% PK dan ME 2300 kkal/kg
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah komposisi tubuh yaitu kandungan air tubuh, lemak tubuh, protein tubuh, dan retensi lemak. Penentuan komposisi tubuh ditentukan dengan cara sebaran ruang urea (Rule et al., 1986).
Penentuan komposisi tubuh ditentukan dengan cara sebaran (distribusi) ruang urea (Rule et al., 1986). Metode pengukuran sebaran ruang urea adalah sebangai berikut : Darah diambil dari vena jugularis sebanyak 10 ml. Kemudian diinfusikan larutan urea dalam 0,9% NaCl fisiologi yang telah disterilkan kedalam vena jugularis sapi penelitian. Infusi dilakukan dalam waktu 2 menit, larutan infusi mengandung urea 30 mg/kgW0,75 yang dilarutkan dalam 0,9% NaCl fisiologi. Jumlah larutan yang diinfusikan sebanyak 0,44 ml/W0,75. Setelah 12 menit sejak dilakukan infusi, lalu diambil sampel darah dari vena jugularis sebanyak 10 ml dengan menggunakan tabung venoject yang berheparin. Pengambilan sampel darah dilakukan sebelum
dan sesudah infusi, selanjutnya digunakan untuk penetapan kadar urea darah. Menurut Rule et al.
-
(1986) ruang urea dihitung dengan rumus
U AUx10xW
Keterangan :
RU = ruang urea
U = jumlah urea yang diinfusikan
ΔU = perubahan kadar urea darah
W = berat tubuh
Selanjutnya nilai RU yang diperoleh dipergunakan untuk menduga kadar air, kadar protein, dan kadar lemak dalam tubuh. Persamaan yang digunakan adalah :
-
1.
-
2.
-
3.
Kandungan Air Tubuh (%) = 59,1 + 0,22 RU – 0,04 W
Kandungan Lemak Tubuh (%) = 19,5 – 0,31 RU + 0,05 W
Kandungan Protein Tubuh (%) = 16,5 + 0,07 RU + 0,0001 W
Retensi lemak (RL) ditentukan dengan menggunakan rumus :
% Lemak x Pertambahan Berat Badan
RL =
100
Keterangan :
RL = retensi lemak
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan apabila nilai rata-rata perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) maka perhitungan dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari Duncan pada taraf 5% (Steel dan Torrie, 1989).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar air tubuh
Kadar air tubuh sapi yang mendapat perlakuan A (Ransum mengandung 12% PK dan ME 2000 kkal/kg) adalah 54,23% (Tabel 1.). Sapi yang mendapat perlakuan B (Ransum mengandung 13% PK dan ME 2100 kkal/kg), C (Ransum mengandung 14% PK dan ME 2200 kkal/kg) dan D (Ransum mengandung 14% PK dan ME 2200 kkal/kg) Kadar air tubuh berturut – turut 54,11%, 54,19% dan 54,13% (Tabel 3).
Tabel 3. Komposisi Tubuh Sapi dan Retensi Lemak
Peubah |
Perlakuan1 | ||||
A |
B |
C |
D |
SEM3 | |
Kadar Air Tubuh (%) |
54,23α |
54,11α |
54,19α |
54,13α |
120,289 |
Lemak Tubuh (%) |
25,57α |
25,73α |
25,63α |
25,69α |
37,0608 |
Protein Tubuh (%) |
16,66α |
16,65α |
16,64α |
16,65α |
24,2021 |
Retensi Lemak (g/ekor/hari) |
46,45α |
47,42α |
47,99α |
51.63α |
64,498 |
Keterangan :
-
1. Perlakuan A : Ransum mengandung 12% PK dan ME 2000 kkal/kg.
Perlakuan B : Ransum mengandung 13% PK dan ME 2100 kkal/kg.
Perlakuan C : Ransum mengandung 14% PK dan ME 2200 kkal/kg.
Perlakuan D : Ransum mengandung 15% PK dan ME 2300 kkal/kg.
-
2. Angka yang di ikuti huruf superskrip yang tidak sama pada baris yang sama, berbeda nyata (P<0,05).
-
3. SEM (Standard Error of The Trearment Mean).
Berdasarkan hasil pengamatan komposisi tubuh pedet sapi bali betina lepas sapih yang mendapat ransum dengan kandungan protein dan energi berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air tubuh pedet sapi bali betina yang mendapat perlakuan A,B,C dan D yang berkisaran antara 54,11% - 54,23%. Hal ini di sebabkan Karena berat badan akhir pada perlakuan A,B,C dan D berbeda tidak nyata. Kadar air dalam penelitian ini tergolong normal menurut Berg dan Butterfield (1976) komposisi air tubuh pada ternak sapi umunnya berada pada kisaran 39,8% - 77,6%. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiadyana (2013) kandungan lemak tubuh berkisaran antara 28,40% - 28.23%, sedangkan kisaran kandungan lemak tubuh penelitian ini 25,57% - 25,73%. Menurut (Tillman et al., 1998) kandungan lemak tubuh di pengaruhi oleh umur, bobot badan, bangsa, jenis kelamin dan nutrisi. Kandungan lemak tubuh cenderung meningkat dengan semakin tambahnya umur ternaknya.
Lemak Tubuh
Komposisi tubuh pedet sapi bali lepas sapih yang mendapat ransum dengan kandungan protein dan energi berbeda, secara statistik tidak berpengaruh nyata terhadap kadar lemak tubuh (P>0,05). Kadar lemak tubuh sapi perlakuan A adalah 25,57% (Tabel 3). Pada perlakuan B,C, dan D kadar lemak tubuh masing – masing 25,73%, 25,63% dan 25,69%.Berbeda halnya dengan
kadar air tubuh. Terlihat kadar lemak tubuh tertinggi pada perlakuan B 25,73%, diikuti oleh perlakuan D 25,69%, C 25,63%, dan kadar lemak tubuh terendah terlihat pada perlakuan A 25,57%.Kisaran kadar lemak pada penelitian ini 25,57% dan 25,73%, dan termasuk normal. Menurut Berg dan Butterfield (1976) rentang normal komposisi lemak tubuh ternak sapi pada umumnya yaitu 1,8% - 44,6%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiadyana (2013) kandungan lemak tubuh berkisaran antara 28,40% - 28.23%, sedangkan kisaran kandungan lemak tubuh penelitian ini 25,57% - 25,73%. Menurut (Tillman et al., 1998) kandungan lemak tubuh di pengaruhi oleh umur, bobot badan, bangsa, jenis kelamin dan nutrisi. Kandungan lemak tubuh cenderung meningkat dengan semakin tambahnya umur ternaknya.
Protein tubuh
Kandungan protein tubuh sapi yang mendapatkan perlakuan A adalah 16,66% (Tabel 3.), sapi yang mendapat perlakuan B, C dan D kadar protein tubuhnya masing – masing 16.65%, 16,64%, dan 16,65%. Secara statistik kadar protein tubuh pada seluruh perlakuan berbeda tidak nyata (P>0,05).sapi yang medapat Perlakuan C kadar protein terendah yaitu 16,64%, sedangkan kadar protein tubuh tertinggi di hasilkan oleh perlakuan A sebesar 16,66%.
Kadar protein dalam penelitian ini tergolong normal menurut Berg dan Butterfield, (1976) rentang normal komposisi tubuh ternak sapi pada umumnya yaitu 12,4 – 20,6%. Kisaran kadar protein hasil penelitian ini sejajar dari hasil penelitian yang di dapat oleh Widiadyana (2013) berkisaran antara 16,84% - 16,90% dan sukarini (2000) pada sapi bali betina berkisar antara 15,64% - 16,66%. Tillman et al (1998) melaporkan presentasenya protein tubuh tidak di pengaruhi oleh makanan dan umur pada saat kedewasaan tercapai. Kadar protein tubuh lebih dipengaruhi oleh keturunan, Karena zat protein banyak terkandung dalam otot tulang yang menyusun sebagian besar tubuh ternak.
Retensi Lemak
Rentensi lemak pada sapi yang mendapatkan perlakuan A adalah 46,45 g/ekor/hari (Tabel 3.). Sapi yang mendapatkan perlakauan B retensi lemaknya 47,42 g/ekor/hari lebih tinggi dari perlakauan A, namun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05). Sapi yang mendapat perlakuan C dan D retensi lemak masing – masing 47,99% dan 51,63% nyata lebih tinggi (P<0,05) dari pada perlakauan A. Retensi lemak terendah di dapatkan pada perlakuan A, yang selanjutnya di ikuti oleh perlakuan B dan C, sedangkan retensi lemak tertinggi di dapat
pada perlakuan D.Peningkatan retensi lemak sangat erat kaitannya dengan konsumsi lemak dan konsumsi energi. Semakain tinggi konsumsi energi maka semakin tinggi pula retensi lemak pada ternak itu sendiri. Menurut Stryer (1996) kelebihan energi dalam tubuh ternak di simpan dalam bentuk lemak. Kecepatan retensi lemak dalam jaringan adipose adalah genotype dan adanya konsentrat dalam ransum (Thornton dan Tune, 1984). Tingginya lemak yang dikonsumsi ternak sapi dapat mempengaruhi kandungan retensi lemak. Lemak yang di konsumsi dan tidak digunakan sebagai sumber energi untuk kelangsungan hidup ternak akan di retensi.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa pedet sapi bali lepas sapih yang mendapat ransum dengan kandungan protein dan energi berbeda tidak berpengaruh terhadap kadar air tubuh, kadar protein tubuh dan kadar lemak tubuh pedet sapi bali lepas sapih. Semakin tinggi kandungan energi dan protein dalam ransum menyebabkan retensi lemak semakin meningkat.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih Bapak Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, M.S selaku Dekan, Bapak Dr. Drh. I Gusti Agung Arta Putra, M.Si selaku wakil Dekan I, Ibu Prof. Dr. Ir. Gusti Ayu Mayani Kristina Dewi, M,Sselaku wakil dekan II, Bapak Dr. Ir. I Nyoman Tirta Ariana M,S selaku wakil dekan III Fakultas Peternakan Universitas Udayana.
DAFTAR PUSTAKA
Berg T. R. dan Butterfield, M. R. 1976. New Concept of Cattle Growth. Sidney University of Australia.
Chuzaemi, S., Hermanto, Soebarinoto, dan H. Sudarwati. 1997. Evaluasi protein pakan ruminansia melalui pendekatan sintesis protein microbial di dalam rumen: Evaluasi kandungan RDP dan UDP pada beberapa jenis hijauan segar, limbah pertanian dan konsentrat. Jurnal Penelitian Ilmu – ilmu Hayati (Life Sciences) Vol. 9 No. 1, Juni. 77-89.
Darmono. 1993. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Kanisius, Yogyakarta.
Guntoro, S. 2006. Membudidayakan Sapi Bali. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Lubis, D. A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan. Jakarta
Muladno. 2012. Aplikasi Teknologi Perbibitan untuk Peningkatan Produksi Bakalan dan Kualitas Daging Sapi Nasional. Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Produksi dan Kualitas Daging Sapi Bali Nasional. Bali, 14 September 2012.
Murtidjo, B. A. 1993. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius, Yogyakarta.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia, Jakarta.
Purwanto, H. dan D. Muslih. 2006. Tatalaksana Pemeliharaan Pedet Sapi Perah. Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006. Bogor.
Rule, D. C. R. N. Arnold, E.J. Hentges and D.C. Beitz.1986. Evaluation of urea dilution as a technique for estimation of beef streers in vivo. J. Anim. Sci., 63:1935-1948.
Siregar, S. B. 1995. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.
Steel, R. C. D dan J. H. Torrie. 1991. Principles and Procedures of Statistic. New York : McGraw-Hill Book Co. Inc.
Stryer, L. Biochemistry. 4. Ed. New York : W.H. Freeman and Company, 1996. 1064p.
Sukarini,I. A. M. 2000. Peningkatan Kinerja Laktasi Sapi Bali (Bibos banteng) Beranak Pertama Melalui Perbaikan Mutu Pakan (disertasi). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Thornton, R. F and R. K. Tune. 1984. Fat Deposition in Ruminants. In : S. K. Baker, J. M. Gawthorne, J. B. Mackintosh and D. B. Purses. 1984. Ruminant Physiology Concepts and Consequences. Proceedings of a Symposium Held at University Of Western Australia 710 May. Pp. 289-298
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Widiadnyana, A,; N.N.Suryani dan Astawa, I.P.A 2013. Penggantian Rumput Gajah Dengan Jerami Padi Sebagai Sumber Energi Yang di Suplementasi dan Gamal Sebagai Sumber Rumen Degradeble (RPP) Terhadap Komposisi Tubuh Sapi Bali. E. Jurnal. Peternakan Tropika.Vol 1(2).
Abdur Rahman et al. Peternakan Tropika Vol. 5 No. 3 Th. 2017: 480– 488
Page 488
Discussion and feedback