e--journal FAPET UNUD


e-Journal

Universitas Udayana


Peternakan Tropika

Journal of Tropical Animal Science

email: [email protected]

email: [email protected]

Accepted Date: November 8, 2017


Submitted Date: Oktober 27, 2017 Editor-Reviewer Article;: I Made Mudita

APLIKASI BERBAGAI JENIS SLURRY DAN TINGKAT KADAR AIR TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL HIJAUAN

Indigofera zollingeriana

Arista Pratama, I W., I W. Suarna, dan M. A. P. Duarsa

P S Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jl. P. B. Sudirman, Denpasar Email:aristapratam[email protected] Phone. 089623314373

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil hijauan Indigofera zollingeriana yang diberikan berbagai jenis slurry dan tingkat kadar air tanah. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Tumbuhan Pakan Fakultas Peternakan Universitas Udayana selama 10 minggu. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah jenis slurry yaitu: slurry sapi (S), slurry babi (B), dan bio-slurry sapi (BS) dan faktor kedua adalah kadar air tanah yaitu 100% KL (K1), 85% KL (K2), 70% KL (K3), dan 55% KL (K4), sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 36 pot percobaan. Variabel yang diamati yaitu variabel pertumbuhan, produksi, dan karakteristik Indigofera zollingeriana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan slurry sapi (S) berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap jumlah daun, bio-slurry sapi (BS) berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nisbah berat kering total hijauan dengan berat kering akar. Perlakuan kadar air tanah 100 % KL berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi tanaman. Perlakuan kadar air tanah 55 % KL berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nisbah berat kering total hijauan dengan berat kering akar. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bio-slurry sapi cenderung memberikan distribusi hasil photosintesis secara proporsional lebih besar ke daun dan batang daripada berat ke akar dibandingkan dengan slurry babi ataupun slurry sapi. Penelitian ini mengkonfirmasi bahwa Indigofera zollingeriana adalah spesies yang tahan terhadap kekeringan, dan tidak terjadi interaksi antara jenis slurry dengan kadar air tanah pada semua variabel yang diamati

Kata kunci : Slurry, Bio-Slurry, Kadar Air Tanah, Indigofera zollingeriana, Pertumbuhan dan Hasil

THE APPLICATION OF VARIOUS TYPES OF SLURRY AND LEVELS OF SOIL WATER CONTENT ON GROWTH AND YIELD OF Indigofera zollingeriana FORAGE

ABSTRACT

This study aimed to determine the growth and yield of Indigofera zollingeriana forage given the different types of slurry and soil water content. This study was conducted at


Greenhouse of Tropical Forage Sciences Laboratory, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University for 10 weeks. The experiment design used completely randomize design (CRD) factorial pattern with two factors. The first factor was the type of slurry, cattle slurry (S), pig slurry (B), and cattle bio-slurry (BS), the second factor was soil water content 100% FC (K1), 85% FC (K2), 70% FC (K3), and 55% FC (K4), hence there were 12 treatment combinations. The combination treatments were repeated three times, so there were 36 pots experiment. Variables observed were growth, yield, and growth characteristic. The result showed cattle slurry significantly affect the number of leaves, cattle bio-slurry significantly affect on the total dry weight ratio of forage with root dry weight. Treatment 100% of soil water content was significantly effect on plant height. Treatment 55% of soil water content was significantly effect on the total dry weight ratio of forage with root dry weight. Based on the result of the researchs it can be concluded that cattle bio-slurry tends to provide the distribution of photosynthesis result in proportion to the large leaves and stems rather than to the roots compared to pig slurry and cattle slurry. This study confirmed that Indigofera zollingeriana is a drought resistant species, and there was no interaction between the types of slurry with soil water content in the observed variables (growth, yield, and characteristic).

Keywords: Slurry, Bio-Slurry, Soil Water Content, Indigofera zollingeriana, Growth and Yield

PENDAHULUAN

Peningkatan populasi ternak ruminansia membutuhkan penyediaan hijauan pakan yang cukup kuantitas, kualitas, dan kontinyuitasnya. Ketersediaan pakan merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha peternakan (Ditjen Peternakan, 1992). Kenyataan menunjukkan bahwa hijauan yang diberikan pada ternak ruminansia baik kuantitas dan kualitasnya sangat rendah. Produksi hijauan yang rendah disebabkan oleh beberapa hal di antaranya: (1) keterbatasan lahan (bersaing dengan lahan untuk tanaman pangan); (2) penanaman atau pengembangan hijauan terbatas; (3) lahan yang biasanya dikembangkan untuk tanaman adalah lahan marginal atau non produktif (Nitis et al., 2001).

Salah satu jenis tanaman yang digunakan sebagai sumber hijauan pakan adalah Indigofera. Keberadaan Indigofera di Indonesia telah dikenal sejak lama sebagai pewarna alami dan juga terdapat beberapa spesies Indigofera memiliki potensi sebagai hijauan pakan sumber protein salah satunya adalah Indigofera zollingeriana (Abdullah et al., 2010). Indigofera zollingeriana termasuk salah satu tanaman leguminosa yang memiliki kegunaan untuk industri, baik industri pewarna secara alami maupun industri peternakan. Sebagai tanaman leguminosa yang akan dikembangkan untuk sumber hijauan pakan, Indigofera zollingeriana juga dapat berkontribusi positif terhadap kesuburan tanah.

Salah satu cara meningkatkan kualitas dan kuantitas hijauan pakan adalah dengan pemupukan, pemupukan bertujuan untuk memberikan unsur hara pada tanaman guna meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman agar tercapai hasil yang maksimal. Secara umum pupuk dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik (Lingga dan Marsono, 2002). Pupuk organik merupakan hasil akhir dan atau hasil antara dari peruraian bagian dari sisa-sisa tanaman dan hewan.

Slurry yang merupakan limbah dari hasil pembuatan biogas bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan produksi dan hasil hijauan Indigofera zollingeriana. Handhaka (2012) menyatakan bahwa slurry merupakan istilah umum yang digunakan untuk residu atau limbah sampingan dari hasil pembuatan biogas, baik dalam bentuk padat maupun cair. Slurry mempunyai kandungan hara yang sama dengan pupuk organik yang telah matang sebagaimana halnya kompos dari biogas sangat baik untuk dijadikan pupuk karena mengandung berbagai macam unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan seperti N, P,Mg, Ca, K, Cu dan Zn (Tim Biogas Rumah, 2012).

Kualitas slurry bisa ditambahkan nilai nutrisinya melalui proses fermentasi dan hasilnya dinamakan bio-slurry. Bio-slurry bermanfaat sebagai sumber nutrisi untuk tanaman (Handhaka, 2012). Bio-slurry juga mengandung mikroba probiotik yang bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan dan kesehatan lahan pertanian, sehingga diharapkan akan berdampak pada peningkatan kualitas dan kuantitas panen. Tanah yang diberi bio-slurry mudah mengikat nutrisi dan mempertinggi daya serap dan daya simpan air, serta dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah (Tim Biogas Rumah, 2012). Bio-slurry yang tergolong kedalam pupuk organik mempunyai fungsi yang penting yaitu dapat menggemburkan lapisan permukaan tanah, meningkatkan populasi jasad renik yang secara keseluruhan dapat meningkatkan kesuburan tanah (Sutedjo, 2002). Hal ini didukung dari hasil penelitian Susanti et al. (2016), pemberian bio-slurry pada perlakuan 5 ton/ha memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi Stylosanthes guianensis dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat vital yang dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sebanyak 85-90% dari bobot segar sel-sel dan jaringan tanaman tinggi adalah air (Effendi, 2010). Air berpengaruh terhadap semua proses fisiologi tanaman antara lain penyerapan unsur hara, respirasi, translokasi ion, dan

fotosintesis. Dari uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang aplikasi berbagai jenis slurry dan tingkat kadar air tanah terhadap pertumbuhan dan hasil hijauan Indigofera zollingeriana.

MATERI DAN METODE

Bibit Leguminosa

Bibit leguminosa yang digunakan adalah biji Indigofera zollingeriana yang diperoleh dari Farm Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Desa Pengotan, Kabupaten Bangli.

Air dan Tanah

Air yang digunakan untuk menyiram pada penelitian ini berasal dari air sumur di tempat penelitian. Tanah yang digunakan pada penelitian ini berasal dari Farm Fakultas Peternakan Universitas Udayana di Desa Pengotan, Kabupaten Bangli.

Pot

Pot yang digunakan dalam penelitian ini adalah 36 buah pot plastik kapasitas 5 kg dan setiap pot diisi 4 kg tanah.

Slurry sapi

Slurry sapi yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Simantri 369 Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Slurry sapi yang digunakan dalam penelitian ini di analisa di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Slurry babi

Slurry babi yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Desa Kenderan, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar. Slurry kotoran babi yang dipakai dalam penelitian ini di analisa di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana . Bio-slurry sapi

Bio-slurry sapi yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Simantri 369 Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Bio-slurry kotoran sapi yang dipakai dalam penelitian ini di analisa di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk mengambil tanah, ayakan kawat ukuran 4 mm x 4 mm, penggaris, pita ukur, pisau dan gunting, oven merk Labmaster dan Wilson 220V, timbangan elektrik merk Acis kepekaan 500g dan kepekaan 0,1g, Leaf Area Mater untuk mengukur luas daun, dan alat CCM-200 untuk mengukur klorofil daun.

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Tumbuhan Pakan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Jl. Raya Sesetan, Gg. Markisa, Denpasar. Penelitian berlangsung selama 10 minggu dari bulan Maret sampai Mei 2017.

Rancangan Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama adalah jenis slurry yaitu slurry sapi (S), slurry babi (B) dan bio-slurry sapi (BS). Dosis pupuk yang digunakan adalah 15 ton/ha.

Faktor kedua adalah kadar air tanah yaitu kadar air 100% kapasitas lapang (KL) (K1), kadar air 85% KL (K2), kadar air 70% KL (K3) dan kadar air 55% KL (K4). Dari kedua faktor tersebut dapat diperoleh 12 kombinasi perlakuan yaitu: SK1, SK2, SK3, SK4, BK1, BK2, BK3, BK4, BSK1, BSK2, BSK3, BSK4 dan setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 36 pot pada penelitian ini.

Persiapan Media Tanam

Sebelum penelitian dimulai, dilakukan persiapan antara lain: tanah yang digunakan dalam penelitian di kering udarakan terlebih dahulu kemudian diayak, ayakan yang digunakan berukuran 4 mm x 4 mm, sehingga tanah menjadi homogen. Tanah ditimbang seberat 4 kg dan dimasukkan pada masing-masing pot percobaan.

Pemberian Pupuk

Slurry sapi, slurry babi, dan bio-slurry sapi ditaburkan dan dicampur dengan tanah dengan dosis pupuk 15 ton/ha. Pemberian pupuk ini hanya sekali saja dilakukan dalam penelitian berlangsung dan dihomogenkan langsung dengan tanah sebelum melakukuan penanaman bibit.

Penanaman Biji

Penanaman biji dilakukan di persemaian (trey) selama 2 minggu kemudian bibit dipindahkan ke pot. Masing - masing pot ditanami satu bibit Indigofera zollingeriana yang tumbuhnya seragam.

Perhitungan Kadar Air dalam Kapasitas Lapang

`


Penentuan jumlah air yang disiram pada tanah dilakukan dengan cara pengukuran

kapasitas lapang. Pengukuran kapasitas lapang dilakukan dengan cara: tanah kering udara ditimbang dan dimasukkan kedalam pot, kemudian disiram sampai air menetes dari lubang bagian bawah pot, setelah didiamkan selama 24 jam kemudian ditimbang kembali untuk mengetahui berat tanah basah. Kadar air dalam kapasitas lapang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (berat tanah basah + berat pot) – (berat tanah kering udara + berat pot).

Kadar air 85%, 70%, dan 55% kapasitas lapang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

85

85% = 100 x kapasitas lapang

70

70% = 100 x kapasitas lapang

55

55% = 100 x kapasitas lapang

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan pemberantasan hama dan gulma. Penyiraman dilakukan setiap hari dan penyiraman dilakukan sesuai dengan perlakuan yang diberikan yaitu: kadar air 55%KL, 70%KL, 85%KL, dan 100%KL. Kekurangan air didapat dengan cara mengurangi jumlah air sesuai perlakuan dengan kehilangan air karena evapotranspirasi. Untuk pembasmian gulma dilakukan setiap 1 minggu sekali.

Pemotongan

Pemotongan atau panen dilakukan pada saat leguminosa Indigofera zollingeriana berbunga atau pada saat tanaman berumur 10 minggu dengan cara dipotong pada permukaan tanah.

Variabel yang diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah variabel pertumbuhan, variabel produksi, dan variabel karakteristik. Variabel pertumbuhan diamati setiap minggu, sedangkan variabel produksi dan variabel karakteristik diamati pada saat panen.

Analisis Statistik

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam univarian (program SPSS) dan apabila nilai rata-rata perlakuan menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05) maka perhitungan dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari Duncan pada taraf nyata 5% (Steel and Torrie, 1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi perlakuan jenis pupuk dengan kadar air berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap semua variabel (pertumbuhan, produksi, karakteristik). Keadaan tersebut menunjukkan bahwa antara faktor jenis pupuk dan kadar air dapat secara sendiri-sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman Indigofera zollingeriana. Seperti halnya dijelaskan oleh Gomez dan Gomez (1995) bahwa dua faktor perlakuan dikatakan berinteraksi apabila pengaruh suatu faktor perlakuan berubah pada saat perubahan taraf faktor perlakuan lainnya.

Pertumbuhan jumlah daun pada pemberian slurry sapi menghasilkan rataan tertinggi dan berbeda nyata (P<0,05) dengan slurry babi, sedangkan pada pemberian bio-slurry sapi menunjukkan hasil berbeda tidak nyata (P>0,05). Hal ini karena tingginya kandungan C-Organik pada slurry sapi. C-Organik merupakan bahan organik yang penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik secara fisik, kimia, maupun biologis. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah dan merupakan sumber hara tanaman, disamping itu sebagai sumber energi dari sebagian besar organisme tanah (Ernawati, 2008).

Pertumbuhan tinggi tanaman,dan jumlah cabang pada pemberian slurry sapi, slurry babi, dan bio-slurry sapi menunjukkan hasil berbeda tidak nyata (P>0,05) (Tabel 1), tetapi perlakuan slurry sapi menghasilkan rataan tertinggi. Hal ini karena kandungan P dan K baik pada slurry sapi, slurry babi dan bio-slurry sapi termasuk dalam kategori sangat tinggi, sementara kandungan N antara pupuk organik tersebut relatif tidak berbeda banyak dimana

kandungan N pada slurry sapi dan slurry babi termasuk pada kategori sedang, sementara bioslurry sapi termasuk kategori tinggi.

Tabel 1. Pertumbuhan Hijauan Indigofera zollingeriana dengan Berbagai Jenis Pupuk Organik dan Kadar Air Tanah

Peubah

Jenis

Pupuk

K12)

Kadar Air

SEM4)

K2

K3

K4

Rataan

S3)

31,75

37,25

24,50

21,50

28,75a1)

Jumlah Daun

B

20,75

11,75

29,50

16,25

19,56b

4,83

(helai)

BS

27,25

22,50

29,00

26,25

26,25ab

Rataan

26,58A

23,83A

27,66A

21,33A

S

118,00

101,00

82,83

74,67

94,13a

Tinggi Tanaman

B

104,33

48,67

92,00

74,67

79,92a

10,36

(cm)

BS

97,17

75,33

82,67

74,83

82,50a

Rataan

106,50A

75,00B

85,83B

74,72B

S

5,33

2,66

3,33

5,00

4,08a

Jumlah Cabang

B

2,66

1,66

4,00

1,00

2,33a

1,56

(batang)

BS

4,33

3,00

3,00

1,66

3,00a

Rataan

4,11A

2,44A

3,44A

2,55A

Keterangaan :

1) Nilai dengan huruf kecil dan kapital yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05)

2) K1= kadar air 100% KL, K2= kadar air 85% KL, K3= kadar air 70% KL dan K4= kadar air 55% KL

3) S = slurry sapi, B = slurry babi dan BS = bio-slurry sapi

4) SEM = Standard Error of the Treatment Means

Pertumbuhan tinggi tanaman pada kadar air 100% KL menghasilkan rataan tertinggi dan berbeda nyata (P<0,05) dengan kadar air 85% KL, 70% dan 55% KL (Tabel 1). Pertumbuhan jumlah daun dan jumlah cabang pada kadar air 100% KL menghasilkan rataan tertinggi tetapi menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) dengan kadar air 85% dan 70% KL 55% KL (Tabel 1). Hal ini karena terpenuhinya kebutuhan air yang dibutuhkan oleh tanaman leguminosa Indigofera zollingerana maka semakin cepat dalam proses dekomposisi pupuk organik untuk memperoleh unsur hara secara optimal sebaliknya pada saat kekurangan air, tanaman akan memanjangkan akarnya sampai ke lapisan tanah yang memiliki ketersediaan air yang cukup, sehingga tanaman tersebut dapat bertahan hidup. Hal ini didukung oleh pendapat Lakitan (2008), kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesa karena turgiditas sel penjaga stomata akan menurun, hal ini menyebabkan stomata menutup. Menurut Goldworthy dan Fisher (1992), penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat

kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 dan pada akhirya akan mengurangi laju fotosintesa.

Berat kering daun, berat kering batang, berat kering akar dan berat kering total hijaun perlakuan jenis pupuk slurry sapi, slurry babi dan bio-slurry sapi menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,05) (Tabel 2). Pemberian slurry sapi cenderung menghasilkan rataan tertinggi. Lebih tingginya produksi indigofera zollingeriana yang diberi pupuk slurry sapi disebabkan oleh lebih tingginya kandungan C-Organik. Hal ini erat kaitannya dengan peran penting C-Organik di dalam tanah yaitu memegang peranan sebagai indikator kesuburan tanah. C-Organik merupakan bahan organik yang terkandung di dalam maupun pada permukaan tanah yang berasal dari senyawa karbon di alam, dan semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah (Triesia, 2011).

Tabel 2. Produksi Hijauan Indigofera zollingeriana dengan Berbagai Jenis Slurry dan Kadar Air Tanah

Peubah

Jenis

Pupuk

K12)

Kadar Air

K4

Rataan

SEM4)

K2

K3

S3)

14,26

13,90

9,93

12,96

12,76a1)

Berat Kering

B

6,86

9,13

13,03

4,53

8,39a

2,85

Daun (g)

BS

14,66

7,23

8,83

6,36

9,27a

Rataan

11,93A

10,08A

10,60A

7,95A

S

11,13

6,76

10,00

9,13

9,25a

Berat Kering

B

4,03

6,43

9,63

2,76

5,71a

2,58

Batang (g)

BS

10,46

4,33

5,53

3,63

5,99a

Rataan

8,54A

5,84A

8,38A

5,17A

S

7,87

5,30

5,16

5,63

5,99a

Berat Kering

B

2,73

5,23

6,46

2,06

4,12a

1,61

Akar (g)

BS

5,60

2,40

4,66

1,96

3,65a

Rataan

5.40A

4.31A

5.43A

3.22A

S

25,40

20,66

19,93

22,10

22,02a

Berat Kering

B

10,90

15,56

22,66

7,30

14,10a

5,26

Total Hijauan (g)

BS

25,13

11,56

14,36

10,00

15,26a

Rataan

20,48A

15,94A

18,99A

13,13A

Keterangaan :

1) Nilai dengan huruf kecil dan kapital yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05)

2) K1= kadar air 100% KL, K2= kadar air 85% KL, K3= kadar air 70% KL dan K4= kadar air 55% KL

3) S = slurry sapi, B = slurry babi dan BS = bio-slurry sapi

4) SEM = Standard Error of the Treatment Means

Pemberian perlakuan kadar air 100%, 85%, 70% dan 55% KL pada berat kering daun dan berat kering akar menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05) (Tabel 2). Pada berat kering akar perlakuan kadar air 70% KL cenderung menghasilkan rataan tertinggi. Pemberian kadar air 100% KL sampai 55% KL mampu memberikan produksi dan hasil hijauan Indigofera zollingeriana yang optimal karena tanaman Indigofera zollingeriana merupakan tanaman yang tahan kekeringan, mudah beradaptasi, dapat tumbuh pada tanah yang unsur haranya rendah. Indigofera zollingeriana memiliki bentuk perakaran yang dalam dan kuat, sehingga mampu beradaptasi pada daerah yang memiliki curah hujan yang rendah, disamping tahan akan pemangkasan atau pengembalaan berat (Hassen et al., 2007).

Perlakuan kadar air 100% KL berbeda tidak nyata (P>0,05) (Tabel 2) dengan kadar air 85% KL, 70% dan 55% KL pada berat kering daun, berat kering batang dan berat kering total hijauan. Perlakuan kadar air 100%KL tetap menghasilkan rata-rata paling tinggi. Hal ini karena semakin terpenuhi kebutuhan air yang dibutuhkan oleh tanaman, maka tanaman dengan mudah memperoleh unsur hara dan proses fotosintesis yang optimal. Menurut Dwijoseputro (2003), bahwa bahan kering tanaman sangat dipengaruhi oleh optimalnya proses fotosintesis. Berat kering yang terbentuk mencerminkan banyaknya fotosintat sebagai hasil fotosintesis karena bahan kering sangat tergantung pada laju fotosintesis.

Nisbah berat kering total hijauan dengan berat kering akar leguminosa Indigofera zollingeriana yang diberi pupuk bio-slurry sapi nyata lebih tinggi (P<0,05) (Tabel 3) dari slurry sapi dan slurry babi. Hal ini karena kandungan N pada bio-slurry sapi lebih tinggi daripada slurry babi dan slurry sapi. Menurut Setyamidjaja (1986), unsur N dalam pupuk kandang berperan dalam merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman.

Luas daun per tanaman perlakuan slurry sapi menghasilkan rata-rata yang lebih tinggi tetapi berbeda tidak nyata (P>0,05) (Tabel 3) dengan bio-slurry sapi dan slurry babi. Pada nisbah berat kering daun dengan berat kering batang dan klorofil daun slurry babi menghasilkan rata-rata yang lebih tinggi tetapi berbeda tidak nyata (P>0,05) (Tabel 3) dengan bio-slurry sapi dan slurry sapi. Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga jenis pupuk organik menghasilkan produksi dan hasil hijauan yang sama. Pemberian bahan organik berpengaruh terhadap tanaman seperti peningkatan kegiatan respirasi, bertambahnya luas daun yang

berpengaruh terhadap kegiatan fotosintesis yang bermuara pada produksi dan kandungan bahan kering (Husma, 2010).

Tabel 3. Karakteristik Hijauan Indigofera zollingeriana dengan Berbagai Jenis Slurry dan Kadar Air Tanah

Peubah

Jenis

Pupuk

K12)

Kadar Air

K4

Rataan

SEM4)

K2

K3

Nisbah Berat

S3)

1,32

2,15

1,45

1,57

1,63a1)

Kering Daun

B

1,73

1,69

1,43

2,12

1,74a

0,30

dengan Berat

BS

1,42

1,70

1,65

1,90

1,67a

Kering Batang

Rataan

1,49A

1,85A

1,51A

1,87A

Nisbah Berat

S

3,38

3,96

4,00

3,94

3,82b

Kering Total Hijauan dengan

B

3,92

2,83

3,57

4,30

3,65b

0.55

Berat Kering

BS

4,45

5,46

3,24

5,74

4,72a

Akar

Rataan

3,92AB

4,08AB

3,60B

4,66A

S

43,20

30,41

35,95

40,93

37,62a

Luas Daun Per

B

20,72

28,37

41,75

16,48

26,83a

8,21

Tanaman

BS

47,70

24,99

31,27

23,67

31,91a

Rataan

37,21A

27,92A

36,32A

27,02A

S

29,02

28,80

27,16

28,78

28,44a

Klorofil Daun

B

33,35

31,36

26,29

25,52

29,13a

5,32

BS

24,63

25,87

27,81

30,73

27,26a

Rataan

29,00A

28,67A

27,09A

28,34A

Keterangaan :

1) Nilai dengan huruf kecil dan kapital yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05)

2) K1= kadar air 100% KL, K2= kadar air 85% KL, K3= kadar air 70% KL dan K4= kadar air 55% KL

3) S = slurry sapi, B = slurry babi dan BS = bio-slurry sapi

4) SEM = Standard Error of the Treatment Means

Pemberian perlakuan kadar air 55% KL berbeda nyata (P<0,05) dengan kadar air 70% KL, sedangkan perlakuan kadar air 100% dan 85% KL berbeda tidak nyata (P>0,05). Hal ini karena ada kecendrungan pada kondisi kandungan air tanah rendah akan merangsang pertumbuhan akar yang lebih aktif untuk mencari sumber-sumber air. Pertumbuhan akar yang lebih besar akan menyebabkan nisbah berat kering total hijauan dengan berat kering akar menurun karena pembaginya lebih besar.

Pemberian perlakuan kadar air 100%, 85%, 70% dan 55% KL pada variabel karakteristik (nisbah berat kering daun dengan berat kering batang, luas daun per tanaman, dan klorofil daun) berbeda tidak nyata (P>0,05) (Tabel 3). Hal ini karena ketersediaan air bagi

tanaman akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tersebut. Apabila air tersedia bagi tanaman dalam keadaan cukup , pertumbuhan tanaman akan baik sebaliknya bila tanaman kekurangan air maka dapat menyebabkan pertumbuhan terganggu bahkan dapat menyebabkan kematian pada tanaman. Pernyataan ini didukung oleh pendapat (Leopold dan Kriedemann, 2003) bahwa pemberian air terhadap tanaman hendaknya sesuai dengan kebutuhan air tanaman, sebab kekurangan atau kelebihan pemberian air memberikan pengaruh kurang baik bagi tanaman. Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman. Disamping sebagai bahan baku proses fotosintesis, air bertindak pula sebagai pelarut dan sebagai pemelihara turgor tanaman.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

  • 1.    Tidak terjadi interaksi antara jenis slurry dengan kadar air tanah pada seluruh variabel yang diamati.

  • 2.    Bio-slurry sapi cenderung memberikan distribusi hasil photosintesis secara proporsional lebih besar ke daun dan batang daripada berat ke akar dibandingkan dengan pupuk slurry babi ataupun slurry sapi.

  • 3.    Penelitian ini mengkonfirmasi bahwa Indigofera zollingeriana adalah spesies yang tahan terhadap kekeringan.

Saran

Untuk meningkatkan produksi dan hasil hijauan Indigofera zollingeriana disarankan menggunakan salah satu jenis slurry dengan kadar air tanah yang berbeda. Untuk meningkatkan produksi dan hasil hijauan Indigofera zollingeriana yang lebih baik disarankan menggunakan pupuk slurry sapi dengan kadar air 100% KL. Disamping itu perlu dilakukan percobaan lapangan lebih lanjut dengan waktu yang lebih lama, sehingga pengaruh kadar air tanah terhadap dekomposisi jenis pupuk organik dapat diketahui lebih lanjut.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen-dosen di Laboratorium Tumbuhan Pakan Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, dan rekan-rekan satu penelitian yang telah membantu penulis dari awal penelitian sampai akhir penulisan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, L. 2010. Herbage production and quality of Indigofera treated by different consentration of foliar fertilizer. Med Pet; 33(3) : 169-175.

Ditjen Peternakan. 1992. Pedoman Identifikasi Faktor Penentu Teknis Peternakan. Proyek Peningkatan Produksi Peternakan. Diklat Peternakan, Jakarta.

Dwidjoseputro, 2003. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Effendi, B.J. 2010. Peranan Air Bagi Tanaman. http//www.oyie.blog.com.20100417 Peranan Air Bagi Tanaman. Diakses pada tanggal 19 Desember 2016.

Ernawati, R. 2008. Studi Sifat-sifat Kimia Tanah pada Tanah Timbunan Lahan Bekas Penambangan Batubara. Jurnal Teknologi Technoscientia. Vol 1 No.1 : 85

Goldsworthy, P. R. dan N. M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Diterjemahkan oleh Tohari. Gadjah Mada University Press. 874 Hal.

Gomez, K.A. dan Gomez, A.A. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua. Jakarta : UI-Press, hal :13-16

Handhaka, W. 2012, Slurry Hasil Proses Biogas untuk Pertanian dan Perkebunan RamahLingkungan.http://bengkulu2green.wordpress.com/author/bengkulu2green.

Hassen A, Rethman NFG, Van Niekerk, Tjelele TJ. 2007. Influence of season/year and species on chemical composition and in vitro digestibility of five Indigofera accessions. Anim Feed Sci. Technol. 136:312-322.

Husma, N. L. 2010. Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon (Curcumis melon L). Tesis Progam Studi Agronomi Universitas Haluoleo.

Lakitan, B. 2008. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo. Jakarta.

Leopold A.C dan Kriedeman, P.E. 2003. Pembesaran dan Perkembangan Tanaman. Terjemahan Edisi ke 2. University Pertanian Malaysia. Serdang. Selangor.

Lingga, P dan Marsono. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Suadaya. Jakarta.

Mubiyanto, B.M. 1997. Tanggapan Tanaman Kopi Terhadap Cekaman Air. Warta Puslip Kopi dan Kakao 13. Hortikultura. (2). 83-95.

Nitis, I.M. I.W Suarna, I.K. Lana, A.W. Puger dan T.G.O. Pemayun. 2001. Peningkatan Produktivitas Peternakan dan Kelestarian Lingkungan Pertanian Lahan Kering dengan Sistem Tiga Strata. Buku Ajar. Universitas Udayana. UPT Penerbit. Denpasar.

Setyamidjaja, Djoehana. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta : CV. Simplex.

Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Susanti N. P. R. N., A. A. A. S. Trisnadewi dan N. M. Witariadi. 2016. Pertumbuhan dan produksi hijauan Stylosanthes guianensis pada berbagai level aplikasi pupuk bio-slurry. E-jurnal Peternakan Tropika. Vol. 4 no 1. Hal. 268-284.

Sutedjo, M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan, Rhineka Cipta, Jakarta.

Tim Biogas Rumah (Tim BIRU). 2012. Pedoman & Pengguna Pengawas Pengelolaan dan Pemanfaatan Bio-slurry. Kerja sama Indonesia-Belanda. Program BIRU. Jakarta. Hal 24.

Triesia, 2011. PengertianC-Organik.[online] http://blog.ub.ac.id/yurike/2011/05/01/c-organik/. Di akses, 23-06-2017.

Wiguna, J. 2011. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urine Kelinci dan Macam Pengairan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun. Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti.

Arista Pratama et al. Peternakan Tropika Vol. 5 No. 3 Th. 2017: 451– 464

Page 464