ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem)
on
e-Journal
Peternakan Tropika
Journal of Tropical Animal Science
email: [email protected]
email: [email protected]
e--journal
FAPET UNUD
Universitas
Udayana
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem)
Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati
Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar E-mail: [email protected] Hp: 08246504876
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha budidaya pullet. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Maret 2016 di UD Prapta yang berlokasi di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. tingkat kelayakan finansial dari usaha ini dilihat berdasarkan analisis kriteria investasi, analisis Pay Back Period dan Break Even Point. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha budidaya pullet layak secara financial yang dapat dilihat dari NPV yang positif yaitu sebesar Rp. 71.677.012,- , IRR 19%, Net B/C 1,33. Pay Back Period terjadi setelah 4,31 bulan dan Break Even Point terjadi setelah usaha ini berjalan selama 7,01 tahun. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha ini mencapai titik impas pada jumlah produksi pullet sebanyak 4.312 ekor atau pada harga Rp. 45,104,-/ ekor.
Kata kunci: budidaya pullet, kelayakan financial, titik impas
FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF PULLET PRODUCTION (Case Study at UD Prapta Pasedahan Village, District Manggis, Karangasem regency)
ABSTRACT
This study aims to determine financial feasibility of pullet production. The research was conducted from January to March 2016 at UD Prapta located in the Pasedahan village, Manggis District, Karangasem regency. Primary and secondary data were used in this study. The financial feasibility of this business was analyzed based on the analysis of investment criteria, analysis Pay Back Period and Break Even Point. The results of this study indicate the financial feasibility that this business generates a positive NPV of Rp. 71.677.012, -, IRR of 19%, Net B / C of 1,33, Pay Back Period reached after 4,31 months and Break Even Point achived after the business run for 7,01 years. The results of the sensitivity analysis shows that this business reached breakeven when the number of production as many as 4.312 head, or at the pullet price of Rp. 45.104 -/pullet.
Keywords: pullet production, even point, financial feasibility
PENDAHULUAN
Usaha peternakan ayam petelur merupakan bagian dari kegiatan subsektor peternakan yang secara cepat dapat menghasilkan protein hewani berupa telur. Keberhasilan usaha ini sangat ditentukan oleh kemampuan petani dalam mengelola usahanya. Kesalahan manajemen sangat rentan terjadi pada usaha peternakan ayam petelur. Manajemen yang kurang bagus menyebabkan produktivitas yang rendah bahkan mengakibatkan kerugian, sebaliknya manajemen yang baik akan mampu memberikan hasil yang baik pula.
Menurut data Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karangasem (2014), sejak tahun 2009 sampai dengan 2014 terjadi peningkatan jumlah populasi ayam petelur di Kabupaten Karangasem dari 823.789 ekor meningkat sebanyak 33,8% menjadi 1.002.262 ekor. Produksi telur di Indonesia juga mengalami peningkatan. Menurut data Badan Ketahanan Pangan dan Kementerian Pertanian (2015), produksi telur pada tahun 2010 sebanyak 1.366 ton meningkat 6,62 % menjadi 1.764 ton di tahun 2014. Hal tersebut sejalan dengan konsumsi masyarakat Indonesia terhadap perotein hewani yang berasal dari telur ayam yang juga mengalami peningkatan. Menurut data Badan Pusat Statistik (2015), konsumsi telur ayam ras tahun 2013 sebanyak 0,169 kg/kapita/minggu meningkat menjadi 0,171 kg/kapita/minggu pada tahun 2014.
Pullet merupakan ayam dara menjelang bertelur dengan umur sekitar 16 minggu. Pullet menjadi salah satu penentu keberhasilan usaha peternakan ayam petelur. Kebutuhan pullet di peternakan ayam petelur semakin meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah populasi ayam petelur. Manajemen budidaya pullet yang baik akan dapat menghasilkan ayam petelur yang memiliki produktivitas yang baik pula. Budidaya pullet memerlukan biaya yang besar sehingga pemeliharaaan pullet membutuhkan manajemen yang baik.
Saat ini peternak ayam petelur dihadapkan pada dua pilihan terkait dengan penyedian pullet, yaitu apakah memproduksi pullet sendiri atau membeli pullet dari suplayer Apabila memproduksi pullet sendiri, maka diperlukan biaya investasi dan biaya operasional yang cukup besar sehingga perlu dikaji lebih dalam sejauhmana tingkat kelayakan finansialnya. Hasilnya tentu dapat dijadikan sebagai acuan bagi peternak dalam menentukan keputusan apakah membeli atau memproduksi pullet sendiri. Salah satu perusahaan peternakan ayam petelur yang sudah memproduksi pullet sendiri adalah UD Prapta yang berlokasi di Desa Pesedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di UD Prapta yang berlokasi di Desa Pesedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, dari bulan Januari sampai Maret 2016. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif meliputi koefisien teknis produksi, penerimaan dari usaha budidaya pullet, biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidaya pullet. Sedangkan data kualitatif meliputi manajemen usaha, aspek teknik produksi dan pemasaran. Data primer bersumber dari pemilik usaha UD Prapta dan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang berkaitan dengan penelitian ini.
Data primer dikumpulkan melalui teknik wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik wawancara dilakukan dengan mewawancarai pemilik usaha dan anak kandang dengan kuisioner. Teknik dokumentsi yaitu melihat pembukuan usaha yang ada, sedangkan teknik observasi merupakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui kegiatan usaha. Data dikumpulkan dari instansi-instansi terkait dengan metode dokumentasi.
Analisis kelayakan finansial dari usaha ini ditentukan berdasarkan analisis kriteria investasi yang meliputi analisis Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Adapun rumus yang digunakan dalam menghitung Analisis Kriteria Investasi disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rumus yang digunakan dalam perhitungan analisis kriteria investasi
Analisis Kriteria No Investasi |
Rumus |
Keterangan |
1 NPV (Net Present |
Kriteria kelayakan NPV | |
Value) | ||
adalah: | ||
Keterangan : NPV = net Present Value |
NPV > 0 (layak) NPV < 0 (tidak layak) | |
Bt = benefit pada tahun ke t (Rp) |
NPV = 0 = BEP | |
Ct = biaya yang dikeluarkan pada tahun ke t (Rp) i = discount rate(12%) |
t = periode tahun (0,1,2,…,10)
2 |
IRR (Internal Rate of Return) |
IRR_i+ ≡vi γΛ∩ |
Kriteria kelayakan IRR adalah : |
Keterangan :
positif.
NPV1 = NPV positif NPV2 = NPV negative |
IRR > SOCC (layak) IRR < SOCC (tidak layak) IRR = SOCC = BEP SOCC (Social opportunity cost of capital) | ||
3 |
Net B/C |
IO - Ct B t = O C 1 i)* IiTitiik (Bt - Ct) > O ^ C ⅛ - (Bt Ct ) untuk (b, ^ Ct) -= o * = o (1 +i)t |
Kriteria kelayakan Net B/C adalah: Net B/C > 1(layak) Net B/C < 1(tidak layak) Net B/C = 1 = BEP |
Keterangan : Bt = benefit pada tahun ke t. Ct = biaya yang dikeluarkan pada tahun ke t. i = discount rate (12%). t = periode tahun (0,1,2,…,10) |
Sumber : Ibrahim (2003)
Analisis Pay Back Period (PBP) dan Break Even Point (BEP) digunakan untuk mengetahui lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi dan jangka waktu untuk mencapai titik impas. Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini dapat dilihat seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Rumus yang digunakan dalam perhitungan PBP dan BEP
No PBP dan BEP |
Rumus Keterangan |
1 PBP (Pay Back Period) |
PBP ~ Tp 1 + ±2∑ιTz±izl⅛±
Keterangan : pengembalian biaya PBP = pay back period.
Ii = investasi yang telah di-diskon ini semakin layak untuk
tahun sebelum PBP. |
5p = jumlah benefit di-diskon pada PBP berada. | |
2 BEP (Break Point) |
Even . . „ y10 _ y10 r Semakin kecil nilai BEP BEP (tahun) Tp-I + _ O R o + r B maka semakin cepat mencapai titik impas, Keterangan : Tp-1 = tahun sebelum terdapat BEP maka usaha ini semakin TC = total cost yang telah di-diskon. i layak untuk dijalankan. Bicp-1 = benefit yang telah di-diskon sampai pada tahun sebelum BEP berada. Bp = jumlah benefit di-diskon pada BEP |
HASIL DAN PEMBAHASAN
Biaya Investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pemilik usaha sebelum usaha dijalankan (Dewi, 2015). Biaya tersebut digunakan untuk membeli barang dan modal untuk beberapa kali periode. Biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha budidaya pullet di UD. Prapta dengan skala 5000 ekor sebesar Rp. 217.572.000,-. Biaya tersebut meliputi biaya bangunan, sewa lahan, peralatan kandang, kendaraan, serta instalasi listrik dan air
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan usaha budidaya pullet. Biaya operasional yang dikeluarkan UD. Prapta berbeda-beda setiap tahunnya. Hal tersebut dikarenakan masukan fisik dalam satu tahun berbeda-beda. Produksi pullet mampu melakukan tiga kali produksi dalam satu tahun.
Biaya operasional meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besarnya berubah-ubah yang dipengaruhi oleh jumlah produksi (Rustianawati, 2015). Biaya tetap dalam usaha budidaya pullet meliputi penyusutan, sewa lahan, listrik, biaya telepon, bunga pinjaman, dan gaji karyawan. Sedangkan biaya variabel meliputi biaya DOC, pakan, sekam, vaksin, gas, vitamin dan obat-obatan.
Manfaat atau benefit dalam usaha budidaya pullet merupakan penerimaan secara keseluruhan berbentuk rupiah yang diterima dari usaha tersebut. Benefit yang diterima di UD. Prapta berbeda-beda setiap tahunnya sampai tahun ke-10. Benefit yang diterima meliputi penjualan pullet, penjualan limbah sekam dan kotoran. Kelayakan usaha ini menunjukkan bahwa usaha budidaya pullet layak secara finansial. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis kelayakan yang disajikan pada tabel 4.
Tabel 4 Kelayakan finansial usaha budidaya pullet di UD Prapta
No |
Analisis Kelayakan Finansia |
Hasil |
Keterangan |
1 |
NPV (Net Present Value) |
Rp.76.677.012,- |
NPV positif |
2 |
IRR (Internal Rate of Return) |
19% |
IRR >SOCC |
3 |
Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) |
1,33 |
Net B/C > 1 |
4 |
PBP (Pay Back Period) |
4,31 bulan |
Jangka waktu pengembalian biaya investasi |
5 |
BEP (Break Even Point) |
7,01 tahun |
Jangka waktu untuk mencapai titik impas |
6 |
Titik impas produksi |
4.312 ekor |
Skala produksi lebih dari 4.312 ekor maka usaha ini layak untuk dijalankan dan sebaliknya jika dibawah 4.312 ekor maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan. |
7 |
Titik impas harga pullet |
Rp. 45.104,- |
Harga yang lebih dari Rp 45.104,- /ekor layak dan sebaliknya jika kurang dari Rp 45.104,-/ekor maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan |
NPV (Net Present Value) pada usaha budidaya pullet di UD Prapta bernilai positif, sebesar Rp. 76.677.012,- yang artinya dalam jangka waktu 10 tahun, usaha budidaya pullet dengan skala 5000 ekor mampu memberikan keuntungan bersih sebesar (net benefit) Rp. 76.677.012,- dalam bentuk present value (nilai sekarang).
Nilai IRR (Internal Rate of Return) yang dihasilkan pada usaha budidaya pullet sebesar 19% (discount rate estimate 12%) yang artinya usaha ini mampu memberikan keuntungan sampai pada tingkat discount rate sebesar 19% dan jika tingkat discount rate diatas 19% maka usaha budidaya pullet ini tidak layak untuk dijalankan.
Net B/C dari usaha budidaya pullet di UD Prapta sebesar 1,33. Hal ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha budidaya pullet akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 1,33 dalam bentuk present value (nilai sekarang). Pernyataan tersebut sesuai dengan Ibrahim (2003), yang menyatakan bahwa apabila didapatkan hasil Net B/C > 1, maka usaha ini layak untuk dijalankan.
PBP (Pay Back Period) dari usaha budidaya pullet di UD Prapta adalah 4,31 bulan. Artinya usaha budidaya pullet di UD Prapta mampu mengembalikan biaya investasi dalam jangka waktu 4,31 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena
mampu mengembalikan biaya investasi dalam kurun waktu yang sangat cepat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibrahim (2003), yang menyatakan bahwa semakin cepat sebuah usaha dapat mengembalikan biaya investasi, maka semakin layak usaha tersebut untuk dijalankan karena perputaran modal dari usaha tersebut semakin lancar.
BEP (Break Even Point) usaha budidaya pullet di UD Prapta dicapai dalam waktu 7,01 tahun. Nilai BEP yang dihasilkan menunjukkan bahwa usaha ini mencapai titik impas pada saat usaha tersebut berjalan selama 7 tahun 1 bulan. Pernyataan ini didukung oleh Ibrahim (2003), yang menyatakan bahwa sebuah usaha dikatakan mencapai Break Even Point (BEP) dimana total revenue (jumlah penerimaan) sama dengan total cost (jumlah biaya). Keuntungan mulai diperoleh setelah perusahaan beroperasi lebih dari 7,01 tahun.
Menurut Sukanata dan Rahayu (2013) penentuan titik impas produksi dan titik impas harga dapat dilakukan dengan menentukan analisis sensitivitas yaitu menentukan nilai switching value dari masing-masing variabel yang dianalisis. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kelayakan apabila terjadi perubahan biaya atau manfaat.
Berdasarkan hasil analisis switching value kelayakan terhadap jumlah budidaya pullet, UD Prapta mencapai titik impas (NPV=0) pada jumlah produksi pullet sebanyak 4.312 ekor. Artinya pada skala 4.312 ekor, usaha budidaya pullet di UD Prapta mengalami titik impas dimana usaha ini dalam keadaan tidak untung namun juga tidak rugi. Usaha ini layak secara finansial untuk dijalankan apabila skala usaha pullet lebih dari 4.312 ekor dan akan mengalami kerugian jika jumlahnya kurang dari 4.312 ekor.
Switching value harga pullet menunjukkan bahwa usaha ini mencapi titik impas (NPV = 0) ketika harga jual pullet Rp 45.104,-/ekor. Jika harga pullet berada diatas harga Rp 45.104,-/ ekor maka usaha ini layak secara financial, sedangkan jika dibawah harga tersebut maka usaha ini tidak layak secara finansial untuk dijalankan.
SIMPULAN
Usaha budidaya pullet di UD Prapta layak secara finansial untuk dijalankan, yang ditunjukkan oleh nilai NPV sebesar Rp. 76.677.012,-, IRR 19%, dan Net B/C 1,33. Budidaya pullet ini mampu mengembalikan biaya investasi yang telah dikeluarkan dalam jangka waktu 4,31 bulan, dan mencapai titik impas setelah usaha ini berjalan selama 7,01 tahun. Titik impas produksi dari usaha budidaya pullet di UD Prapta sebanyak 4.312 ekor/periode. Titik impas harga dari usaha budidaya pullet di UD Prapta sebesar Rp. 45.104,-
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak I Komang Sumadi yang telah memberikan ijin melakukan penelitian dan memberikan informasi yang diperlukan, serta Bapak/Ibu Dosen Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang telah banyak memberikan saran dan masukkan dalam penulisan karya ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Ketahanan Pangan dan Kementerian Pertanian, 2015. Perkembangan produksi komoditas pangan tahun 2010-2014. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2015. Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi. Biro Pusat Statistik. Jakarta.
Dewi, A.A.A S, Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penggemukan Sapi Bali Berbasis Pakan Jerami Padi (Studi Kasus pada UD. Mupu Amerta di Banjar Sala Desa Abuan Kecamatan Susut Kabupaten Bangli). 2015. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar
Dinas Peternakan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karangasem. 2014. Buku Statistik Peternakan 2014. Dinas Peternakan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karangasem. Provinsi Bali
Ibrahim, H.M.Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta, Jakarta.
Rustianawati, D.A. C. Analisis Kelayakan Usaha Perbibitan Sapi Bali dengan Menerapkan Sistem Integrasi Tanaman-Ternak (Studi Kasus Kelompok Tani “Mekar Sari” di Desa Kusamba, Kabupaten Klungkung. 2015. E-jurnal Peternakan Tropika vol.3, no 3 (2015)
Sukanata, I W dan B. R. T. Putri. 2013. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Pembibitan Sapi Bali pada Sistem Pertanian Terintegrasi (SIMANTRI). Laporan penelitian Dosen Muda. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar.
Arta et al. Peternakan Tropika Vol. 4 No. 2 Th. 2016: 463 - 470
Page 470
Discussion and feedback