e--journal FAPET UNUD


e-Journal

Universitas Udayana


Peternakan Tropika

Journal of Tropical Animal Science email: [email protected] email: [email protected]

KARAKTERISTIK “EDIBLE FILM” BERBAHAN GELATIN DARI KULIT KAKI AYAM DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN JATI PADA KONSENTRASI BERBEDA

DARMAWAN, I M. W., I N. S. MIWADA DAN A. A. OKA Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana Denpasar HP: 085792001155 E-mail: Wahyu.darmawan@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik edible film berbahan gelatin dari kulit kaki ayam dengan penambahan ekstrak daun jati telah dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak dan Mikrobiologi Fakultas Peternakan, Universitas Udayana selama 2 bulan. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 5 perlakuan (ekstrak daun jati dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%) dan 3 ulangan. Variabel yang diamati adalah organoleptik, pH, kadar protein dan kadar fenol. Hasil penelitian menunjukan bahwa warna edible film secara statistik menunjukan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) dengan skor warna berturut – turut pada perlakuan P10 dan P15 (3,80) ; P20 (3,73) ; P5 (3,67) dan P0 (3,13). Sedangkan pada aroma menunjukan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) untuk pH skor pada perlakuan P20 (5,78) ; P5 (5,73) untuk P10 dan P15 (5,72) sedangkan untuk P0 (5,66). Pada protein skor tertinggi di peroleh pada perlakuan P5 yaitu (85,36) dan skor fenol berturut-turut pada perlakuan P10 (3,34) ; P20 (3,25) ; P5 (3,17) ; P15 (3,11) dan P0 (1,20) secara statistik untuk pH, protein dan fenol menunjukan hasil berbeda nyata (P<0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa karakteristik edible film berbahan gelatin dengan penambahan ekstrak daun jati dari konsentrasi 5 – 20% dapat meningkatkan warna, nilai pH, protein, dan fenol edible film namun tidak berpengaruh terhadap aroma.

Kata kunci: kaki ayam, gelatin, edible film, ekstrak daun jati

THE CHARACTERISTICS OF EDIBLE FILM MADE OF CHICKEN SHANK WITH GELATIN THE ADDITION OF TEAK LEAF EXTRACT IN DIFFERENT CONCENTRATION

ABSTRACT

This study aimed to evaluate the characteristic of edible film made of chicken shank gelatin with the addition of teak leaf exstract. This study has been done in the laboratory of live stock Product Technologi and Microbiology, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University for two month. The design used in this study was completely randomized design (CRD) with five different treatment ( teak leaf exstract with a concentration of 0 %, 5%, 10%, 15%, 20% ) and 3 replications. The variables, which were observed such as : the organoleptic, pH, the amount of protein and phenol. The results showed that the color of the edible film were significantly different result (P<0,05) to the color P10 and P15 (3.80); P20 (3.73); P5 (3.67) and P0 (3.13). Meanwhile the aroma


showed no differences (P> 0.05) to pH score in treatment P20 (5.78); P5 (5.73) for the P10 and P15 (5.72) while for P0 (5.66). At proteins highest score obtained in the treatment of P5, namely (85.36) and the phenol scores respectively in treatment P10 (3.34); P20 (3.25); P5 (3.17); P15 (3.11) and P0 (1.20) statistically for pH, protein and phenol showed significantly different results (P <0.05). Based on the result of this study that can be concluded that the characteristic of edible film made of chicken shank gelatin with the addition of teak leaf extract concentration of 5-20% can improve the color, pH, protein, and phenol of the edible film but it does not affect any aroma.

Keywords: chicken feet, gelatin, edible film, leaf extract

PENDAHULUAN

Selama ini daun jati dikenal sebagai tanaman yang memiliki sifat antioksidan. Sifat antioksidan yang terdapat pada daun jati, merupakan senyawa antosianin yang merupakan zat warna alami. Antosianin adalah pigmen dari kelompok flavonoid yang larut dalam air, berwarna merah sampai biru dan tersebar luas pada tanaman (Jawi et al, 2007). Ekstrak daun jati juga memiliki senyawa antimikroba yakni flavonoid, alkaloid, tanin, antrakuinon, dan naptakuinon yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Purushotham et al, 2010). Lebih lanjut (Ati et al,2006) menyatakan ekstrak daun jati ini memiliki kandungan antosianin, dan jenis pelargonidin dapat berfungsi sebagai pigmen alami. Ekstrak dari daun jati ini pun dapat digunakan sebagai antibiotik (Krishna: 2010). Beberapa upaya telah dilakukan untuk memanfaatkan sifat fungsional daun jati ini, seperti yang dilaporkan oleh (Ati et al, 2006) yakni memanfaatkan ekstrak daun jati sebagai sumber pigmen alami dan memberikan warna merah hati pada sosis.

Potensi sifat fungsional daun jati, di duga bisa dikembangkn pada pembuatan edible film. Edible film adalah kemasan alami yang bersifat biodegradible dan pada penelitian ini dikembangkan edible film berbahan gelatin dari kulit kaki ayam broiler. Kulit kaki ayam broiler adalah hasil ikutan dari pemotongan ayam dan melalui teknologi hidrolisis, protein kalogen dari kulit kaki ayam broiler dapat dihasilkan gelatin ( Miwada dan Simpen, 2009). Gelatin sebagai produk multiguna diantaranya bisa sebagai bahan baku edible film (Miwada dan Simpen, 2014). Gelatin dapat berubah secara reversibel dari bentuk sol ke gel, membengkak atau mengembang dalam air dingin serta mampu membentuk film (Schrieber dan Gareis, 2007). Gelatin sering digunakan dalam pembuatan kemasan biodegradible seperti edible film. Edible film merupakan lapisan tipis yang dapat dikonsumsi dan sering digunakan sebagai pelapis makanan (Bourtoom, 2008). Keuntungan penggunaan edible film untuk kemasan bahan pangan adalah memperpanjang umur

simpan produk serta tidak mencemari lingkungan, edibel film ini dapat dimakan bersama produk yang dikemasnya. Penggunaan kemasan plastik, kaleng dan styrofoam selama ini ternyata memberikan masalah penumpukan limbah karena sifatnya yang tidak mudah terurai secara alami, sehingga edible film menjadi salah satu solusi permasalahan ini.

Edible film diproduksi dari bahan-bahan yang dapat membentuk film, salah satunya adalah gelatin. Gelatin film dapat terbentuk dengan adanya 20-30% gelatin dan 10-30% plastisier (gliserin atau sorbitol) dan 40-70% air pada saat mengeringkan gel gelatin (Bourtoom, 2008). Penggunaan plastisier seperti gliserol, sorbitol, sukrosa dan polietilen glikol mampu meningkatkan sifat kimia edible film. Edible film tanpa zat penembahan fungsinya kurang optimal, maka diperlukan zat yang ditambahkan yaitu ekstrak daun jati sebagai zat antioksidan. Penambahan ekstrak daun jati pada pembuatan edible film berbahan gelatin dari kulit kaki ayam broiler, diduga akan mampu meningkatkan kualitas edible film dengan kandungan antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengevaluasi karakteristik edible film berbahan gelatin dari kulit kaki ayam dengan penambahan ekstrak daun jati dan menentukan edible film terbaik melalui pengujian kualitasnya dengan indikator organoleptik, pH, protein, dan fenol.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan gelatin yang terbuat dari kulit kaki ayam broiler yaitu sebesar 50g dan ekstrak daun jati sebanyak 200 ml, (daun jati diambil di bukit jimbaran), gliserol (sebagai plasticer), aquades, dan bahan kimia.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lemari es, oven, desikator, waterbath, timbangan digital, pipet otomatis, thermometer, pH meter, gelas ukur 50ml, 100 ml, 100ml, cawan poeselen, spatula kaca.

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Teknologi Hasil ternak dan Mikrobiologi Fakultas Peternakan, Universitas Udayana. Penelitian berlangsung selama 2 bulan (1 April – 31 Mei 2015).

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola sederhana dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Sehingga terdapat 15 unit percobaan. Perlakuan yang diberikan adalah penambahan ekstrak daun jati dengan konsentrasi berikut:

P0 = tanpa penambahan ekstrak daun jati

P5 = penambahan ekstrak daun jati 5%

P10 = penambahan ekstrak daun jati 10%

P15 = penambahan ekstrak daun jati 15%

P20 = penambahan ekstrak daun jati 20%

Formulasi edible film yang di buat mengacu pada metode Miwada dan Simpen (2014) yakni gelatin (10 g) dan gliserol (1 ml ) dan aquades (100 ml). Sementara perlakuan penambahan konsentrasi ekstrak daun jati menggunakan pendekatan volume aquades.

Pelaksanaan penelitian di mulai dengan 3 tahap dimana tahap I, pembuatan gelatin dari kulit kaki ayam broiler menurut metode Miwada dan Simpen ( 2014 )dengan skema sebagai berikut :

Gambar 3. Skema Pembuatan Gelatin dari Kulit Kaki Ayam Broiler

Untuk tahap II pembuatan ekstrak daun jati mengacu metode Wrasiati ( 2011) dengan prosedur sebagai berikut Daun jati segar dilayukan selama 24 jam kemudian di potong kecil- kecil. Kemudian daun jati dikeringkan dalam kabinet player dengan suhu 600 sampai kadar airnya 8%. Setelah itu daun jati diblender dan diayak dengan ukuran 40 mesh. Selanjutnya pembuatan ekstrak daun jati diambil 5g dan ditambahkan aquades hingga volume 200ml. Diinkubasi pada suhu 280c selama 24 jam kemudian disaring

dengan kertas whatman no 4 sehingga di dapat ekstrak dan tahap III, dilakukan proses pembuatan edible film dengan penambahan ekstrak daun jati sebagai berikut : Pertama – tama penyiapan konsentrasi ekstrak daun jati sesuai perlakuan dengan mengacu volume aquades hingga (100ml), sehingga untuk pembuatan konsentrasi 0%; 5%; 10%; 15%; dan 20% dihitung dalam satuan volume menjadi 0ml; 5ml; 10ml; 15ml; dan 20ml. Setelah itu formula bahan edible yang telah tercampur dipanaskan dalam waterbath dengan suhu 60-700C selama 15 menit sambil diaduk hingga merata. Edible yang sudah jadi disimpan dalam kulkas sampai membentuk gel. Pegujian sampel edible film di uji sesuai dengan variabel yang di amati.

Variabel penelitian yang diamati dalam penelitian ini yaitu Uji organoleptik (warna dan aroma), pH ,Kadar protein dan Kadar fenol.

Pengamatan organoleptik edible film yakni warna dan aroma. Dalam uji ini menggunakan “ Metode Consumer Preference Test” (menurut Soekarto 1985) yaitu metode pengujian secara langsung dilakukan oleh panelis, yaitu menilai karakteristik suatu bahan yang digunakan, panelis menilai menurut tanggapan pribadi terhadap karakteristik edible berbahan gelatin dengan penambahan ekstrak daun jati.

Sebelumnya pengujian pH dilakukan kalibrasi alat. Elektroda pH meter dimasukkan ke dalan larutan buffer dengan nilai pH 7, kemudian tombol pada alat diatur hingga pada layar digital menunjukkan angka 7. Selanjutnya elektroda diangkat dan dicuci dengan aquades sampai bersih. Elektroda dimasukkan ke dalam larutan buffer dengan nilai pH 4, sehingga layar dibitan menujukkan angka 4. Elektroda kemudian diangkat dan dicuci sampai bersih dengan aquades.

Sampel edible seberat 10g dihaluskan lalu dicampur dengan 10 ml aquades sampai homogen kemudian diukur dengan pH meter. Elektroda gelas pada pH meter dicuci dengan aquades dan dikeringkan dengan tissu. Pengukuran dilakukan tiga kali dan hasilnya di rata-ratakan sebagai nilai pH edible.

Analisis kadar protein dilakukan dengan metode Mikro Kjeldahl (Sudarmadji, 1989). Mula-mula ditimbang bahan sebanyak 0,2 mg bahan basah, kemudian dimasukkan dalam labu Kjeldahl dan ditambahkan 0,5-1g katalis N (campuran Na2SO4:HgO dengan perbandingan 20:1) yang berfungsi sebagai katalisator (mempercepat proses destruksi). Selanjutnya ditambahkan 3 ml H2SO4 pekat (93-98% bebas N) sehingga terjadi destruksi protein menjadi unsur-unsur penyusunnya dan dilakukan pemanasan di ruang asam hingga proses destruksi berakhir yang ditandai dengan berubahnya larutan menjadi jernih dan

tidak berwarna, kemudian didinginkan. Setelah dingin labu Kjeldahl dicuci dengan

aquadest dan didihkan sampai 30 menit. Selanjutnya dilakukan destilasi dengan NaOH

sampai alkalis, destilat ditampung dalam erlenmeyer yang berisi 5 ml larutan asam borat 4% dan indikator metil merah. Destilat selanjutnya dititrasi dengan HCl 0,02 N.

Perhitungan kadar protein total adalah sebagai berikut :

% N =


(ml HCl Manto - ml HCl sampel)χ ^ χ      0

100% g sampelx 1000

% N = % N x faktor konversi (6,25)

Sampel edible film sebanyak 1 ml ditimbang, kemudian diencerkan hingga mencapai volume 100 ml, total pengenceran= 100 kali (fp= 100 kali), sedangkan untuk sampel edible yang sudah dihancurkan ditimbang 1 g, kemudian diencerkan dalam labu takar 5 ml, total pengenceran 5 kali (fp= 5 kali). Hasil pengenceran kemudian diambil 1 ml dan ditambah 5 ml larutan Na2CO3 alkali 2%, divortex dan dibiarkan selama 10 menit. Selanjutnya ditambahkan larutan folin ciopcalteu sebanyak 0,5 ml dengan perbandingan aquadest 1:1, divortex dan dibiarkan selama 30 menit, kemudian ditera pada panjang gelombang 750 nm. Larutan blanko dibuat sama dengan penetapan sampel, akan tetapi sampel diganti dengan aquadest. Konsentrasi fenolat larutan sampel dihitung berdasarkan kurva standar yang diperoleh dari larutan fenol murni (Slamet, et al. 1984).

Analisis statistik yang dilakukan terhadap data yang diperoleh yaitu dengan menggunakan analisis sidik ragam, apabila hasil yang didapatkan terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05), maka dilakukan uji lanjutan pembanding Duncan (Steel dan Torrie, 1991). Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS 16.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap warna edible film untuk perlakuan P5, P10, P15 dan P20 nyata lebih tinggi (P<0,05) yaitu sebesar 17,25%; 21,41%; 21,41%; 19,17% dibandingkan dengan perlakuan P0 (sebagai kontrol). Warna edible yang ditambah ekstrak daun jati setelah dinalisis statistik nyata lebih tinggi dibandingkan dengan P0. Peningkatan nilai kesukaan warna edible pada perlakuan P5-P20 disebabkan oleh faktor penambahan ekstrak daun jati yang mengandung antosianin sehingga mengakibatkan perlakuan P10 dan P15 paling disukai oleh panelis hal ini di karenakan kandungan antosionin pada daun jati yang mengakibatkan perubahan warna pada edible tersebut dan terjadinya penurunan kesukaan panelis pada perlakuan P20 disebabkan peningkatan konsentrasi ekstrak daun jati yang menyebabkan perubahan warna

yang terlalu pekat sehingga tidak disukai oleh panelis. Menurut Wrolstad et al (2005) bahwa warna produk menujukan tampilan visual dari suatu produk. Warna edible yang diberi penambahan ekstrak daun jati ini dihasilkan dari pigmen antosianin. Semakin pekat warna sampel menunjukan semakin banyak konsentrasi ekstrak daun jati yang terkandung di dalamnya.

Tabel 1. Hasil uji organoleptik dan karakteristik edible film berbahan gelatin dari kulit kaki ayam broiler dengan penambahan ekstrak daun jati pada konsentrasi berbeda

Variabel

Perlakuan

SEM

P0

P5

P10

P15

P20

Warna

3.13a 2±0.64

3.67b±0.72

3.80b±0.67

3.80b±0.56

3.73b±1.16

0.202

Aroma

3.20a±1.32

3.47a±0.83

3.20a±0.56

3.47a±0.64

3.27a±0.80

0.225

Nilai pH

5.66a±0.06

5.73b±0.03

5.72b±0.02

5.72b±0.04

5.78b±0.04

0.023

Protein

80.23c±0.07

85.36b±0.42

84.37b±0.45

74.62a±0.44

71.55a±0.76

0.28

Fenol

1.20a±0.01

3.17b±0.07

3.34b±0.05

3.11b±0.64

3.25b±0.33

0.19

Keterangan

1. Perlakuan yang diberikan:

P0 = Penambahan ekstrak daun jati 0%

P5 = Penambahan ekstrak daun jati 5%

P10 = Penambahan ekstrak daun jati 10%

P15 = Penambahan ekstrak daun jati 15%

P20 = Penambahan ekstrak daun jati 20%

2. Notasi/superskrip yang berbeda untuk nilai rataan pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

3. SEM = Standart error of the treatment means

Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukan kesukaan panelis terhadap aroma edible pada perlakuan P5, P15, dan P20 yaitu sekitar 8,44%; 8,44%; 2,19% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P0 sebagai kontrol tetapi secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05) tabel. Sedangkan untuk perlakuan P10 sama degan perlakuan P0 tetapi secara statistika menunjukan tidak berbeda nyata (P>0,05). Aroma merupakan suatu sifat mutu yang penting untuk diperhatikan dalam penilaian organoleptik bahan pangan, serta merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada daya terima konsumen terhadap suatu produk. Menurut Lukman (1995) aroma yang dikeluarkan dari suatu produk merupakan komponen yang bersifat volatil yang dapat diterima oleh sel-sel saraf olfaktori. Hasil uji organoleptik edible terhadap tingkat kesukaan panelis dari segi aroma pada semua perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Tidak berpengaruhnya panelis oleh peningkatan konsentrasi ekstrak daun jati pada edible berarti sifat antioksidan pada edible bisa diterima atau penembahan ekstrak ini tidak mengganggu aroma edible yang di

produksi. Sifat antioksidan ini menjadi nilai tambah pada kualitas edible film. Antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terbentuknya reaksi radikal bebas (peroksida) dalam oksidasi lipid (Dalimartha 2006).

Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukan bahwa untuk nilai pH/derajat keasaman pada perlakuan P5, P10, P15 dan P20 lebih tinggi yaitu sebesar 0,01%; 1,06%; 1,06%; 2,12% dibandingkan dengan P0 sebagai kontrol dan secara statistik menunjukan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan ekstrakdaun jati yang berbeda – beda pada edible film yang berbahan gelatin dari kulit kaki ayam broiler berpengaruh terhadap nilai pH, hal ini dikarenakan ekstrak daun jati mengandung atntioksidan yang meningkatkan kualitas edible film tetapi jika terlalu banyak ditambahakan ekstrak daun jati akan menyebabkan penurunan kualitas edible film karena dalam ekstrak daun jati terdapat sifat antosianin. Hal ini sesui dengan pendapat (Rein, 2005) kandungan antosianin jenis pelargonidin ini memiliki sifat yang khas dan peka terhadap perubahan pH. Disamping itu daun jati ada kandungan tanin inilah yang juga diduga meningkatkan nilai pH edible film.

Hasil penelitian pada tabel 1 kandungan protein untuk edible yang berbahan dari gelatin dengan penambahan ekstrak daun jati pada perlakuan P5 dan P10 nyata lebih tinggi yaitu sebesar 6,39% dan 5,16% dibandingkan dengan perlakuan P0 untuk perlakuan P15 dan P20 lebih rendah yaitu sebesar 10,82 % dan 6,99% dibandingkan dengan P0. Secara statistik menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05). Hasil analisis kadar protein menunjukkan adanya peningkatan pada perlakuan P5 dan P10 sedangkan terjadi penurunan pada perlakuan P15 dan P20. Hal ini diakibatkan terallu banyak penambahan konsentrasi ekstrak daun jati yang menyebabkan penurunan kadar protein pada edible. Sifat antosianin yang terkandung pada daun jati cendrung stabil pada kondisi asam. Peningkatan konsentrasi ekstrak daun jati diduga mendorong terjadi autodegradasi protein dan berdampak pada penurunan persentase protein edible film yang dihasilkan. Di lihat dari kenaikan nilai pH pada setiap perlakuan dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorgasisme yang dapat menyebabkan degradasi protein oleh mikroorganisme sehingga kandungan protein mengalami penurunan. Hal ini di karenakan edible film di buat dari gelatin yang proteinnya merupakan komponen media untuk tumbuhnya mikroorganisme. Semakin tinggi pH maka pertumbuhan mikroorganisme tersebut semakin cepat. Said (2014) melaporkan bahwa gelatin dapat digunakan sebagai media pertumbuhan mikroorganisame,

karena merupakan komponen yang kaya dengan senyawa protein dan dapat dengan mudah diuraikan oleh mikroorganisme.

Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukan kadar fenol pada perlakuan P5, P10, P15 dan P20 lebah besar dari P0 berturut-turut 164,2%, 178,3%, 159,2%, dan 170,8% lebih tinggi dari P0, secara statistik berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan P0. Penambahan ekstrak daun jati telah meningkatan potensi edible film yang mengandung antioksidan. Indikator tersebut terlihat dari meningkatnya kandungan fenol pada edible yang dihasilkan seperti diketahui bahwa fenol merupakan salah satu senyawa yang terkandung dalam edible film yang bukan merupakan senyawa kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Sehingga senyawa-senyawa yang terdapat dalam edible film aman bagi kesehatan (Anonim, 2006). Kandungan fenol yang bersifat antioksidan yang sangat diperlukan dalam makanan untuk mereduksi radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas yang berlebih dapat menyerang senyawa apa saja terutama yang rentan seperti lipid dan protein dan berimplikasi pada timbulnya berbagai penyakit degeneratif (Middleton et al., 2000) seperti penyakit jantung, arteriosklerosis, kanker, serta gejala penuaan (Tahir 2003). Hal ini dapat terjadi sebagai akibat kurangnya antioksidan dalam tubuh, sehingga tidak mampu mengimbangi terjadinya produk oksidasi setiap saat.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik edible film berbahan gelatin dengan penambahan ekstrak daun jati dengan konsentrasi 5 – 20% dapat meningkatkan warna, nilai pH, protein, dan fenol edible film yang berbahan gelatin dari kulit kaki ayam broiler namun tidak berpengaruh terhadap aroma edible film.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. I Ketut Sukada, MS., dan Ibu Dr. Ir Ni Wayan Siti, M.Si yang telah memberikan bimbingan, dan saran selama penulisan karya ilmiah ini berlangsung. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS sebagai Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana serta Bapak/Ibu Dosen Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang telah banyak memberikan saran dan masukkan dalam penulisan karya ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Senyawa-senyawa pada edible film aman untuk kesehatan. Media Indonesia Online. http://id.wikipedia.org . Diakses tanggal 10 Agustus 2015

Ati, N.H. 2006. The Composition and The content of Pigment some Dyeing Plant for Ikat Weaving in Timoresse Regency, East Nusa Tenggara. Indo. J. Chem., 6 (3), 325 – 331.Tersedia di http://pdm-mipa.ugm.ac.id/ojs/index.php/ijc/article/view/327

Bourtoom, T. 2008. Edible Films and Coating, Characteritics and Properties.Department of Material Product Technology. Songkhala.

Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. dalam www.pdpersi.co.id

Jawi, I.M., Suprapta, D.N., Sutirtayasa, I.W.P. 2007. Efek Antioksidan Ekstrak Umbi Ubi Jalar Ungu (Ipomoiea batatas L) terhadap Hati setelah Aktivitas Fisik Maksimal dengan Melihat kadar AST dan ALT Darah pada Mencit. Dexa Media, No. 3, Vol. 20

Lukman, H. 1995. Perbedaan Karakteristik Daging, Karkas dan Sifat Olahannya Antara Itik Afkir dan Ayam Petelur Afkir. Tesis Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Middleton, E., Kandaswami, C., & Theoharides, T. C. (2000). The effects of plant flavonoids on mammalian cells: implications for inflammation, heart disease, and cancer. Pharmacological Reviews, 52, 673–751.

Miwada, I.N.S dan I.N. Simpen. 2009. Optimalisasi potensi ceker ayam hasil limbah rpa melalui metode ekstraksi termodifikasi untuk menghasilkan gelatin. Majalah Ilmiah Peternakan. 10 (1):58.

Miwada, I.N.S dan I.N. Simpen. 2014. Produksi dan formulasi edible coating berbasis gelatin dari kulit kaki ternak dan potensinya dalam mempertahanka kualitas bakso. Laporan ibah bersaing Universitas Udayana Denpasar.

Purushottam K. 2009. Cataract A Pilot Study. Indian J Ophthalmol, 55:355-9

Rein, Maarit. 2005. Copigmentation reactions and color stability of berry anthocyanins. Disertasi. Helsinki: University of Helsinki.

Said, M. I., 2014.By Product Ternak Teknologi dan Aplikasinya.IPB Press.Bogor.

Schreiber,R. dan Gareis.2007. The raw material Ossein. In R.R.Schreiber and H.Gareis.(eds.) Gelatine Handbook Theory and Industrial Practice. Weinham, Wiley-VCH.pp.63-71.

Slamet, S., B.Haryono, dan Suhardi. 1984. Prosedur analisa untuk bahan makanan dan pertanian. Yogyakarta.

Tahir, I. 2003. Terapan Analisis Hansch Untuk Aktivitas Senyawa Turunan Flavon. Yogyakarta : Makalah Seminar Khemometri UGM

Wrasiati, L. P. (2011). Karakteristik dan Toksisitas Bubuk Simplisia Bunga Kamboja Cendana serta Peranannya dalam Meningkatkan Aktivitas Antioksidan Enzimatis pada Tikus Spraque Dawley. DisertasiPascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.

Wrolstad, R.E., Durst, R.W., and Lee, J. 2005. Tracking Color and Pigment Changes in Anthocyanin Products. Trends in Food Science & Technology 16(9):423–428.

Darmawan et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 657- 666

Page 666