e--journal FAPET UNUD


e-Journal

Universitas Udayana


Peternakan Tropika

Journal of Tropical Animal Science

email: [email protected]

email: [email protected]

EDIBLE OFFALS AYAM BROILER YANG DITAMBAHAN PROBIOTIK STARBIO PADA RANSUM

PARWATA. I W. A., I N. T. ARIANA, DAN A. A. OKA

Program Studi Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar Email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik starbio terhadap Edible Offals ayam broiler. Penelitian dilaksanakan selama 5 minggu dengan menggunakan ayam broiler fase stater. Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah P0 (ransum komersial tanpa ditambahkan probiotik starbio) dan P1 (ransum komersial yang ditambahkan probiotik starbio 0,25%). Variabel yang diamati adalah bobot potong, persentase hati, persentase jantung, persentase paru, persentase saluran pencernaan, persentase ceker, dan persentase kepala. Variabel tersebut dianalisis menggunakan Two Independent Sampel (T-Test). Hasil penelitian menunjukkan pemberian ransum komersial yang ditambahkan probiotik starbio 0,25% tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap bobot potong, persentase hati, persentase jantung, persentase paru, persentase saluran pencernaan, persentase ceker, dan persentase kepala. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penambahan probiotik starbio 0,25% dalam ransum komersial tidak berpengaruh terhadap bobot potong, persentase hati, persentase jantung, persentase paru, persentase saluran pencernaan, persentase ceker, dan persentase kepala pada ayam broiler.

Kata kunci: Starbio, Probiotik, Ransum Komersial, Edible Offals, Broiler

EDIBLE OFFALS OF BROILER THAT ADDITIONAL PROBIOTICS STARBIO IN RATION

ABSTRACT

The aim of this research the effect of probiotic starbio of edible offals of broiler. The research was conducted for 5 weeks using broiler starter phase. The design used in this research is completely randomized design (CRD) with two treatments. The treatment given are P0 (commercial ration without probiotic starbio) and P1 (commercial ration added probiotic starbio 0,25%). The variable measured were slaughter weight, the percentage of liver, heart percentage, the percentage of the lung, percentage of digestion channel, percentage of claw, and the percentage of the head. These variables were analyzed using Two Independent Samples (T-Test). The results of this research showed that commercial ration added probiotic starbio 0,25% was not significant (P>0,05) to slaughter weight, the percentage of liver, heart percentage, percentage of lung, percentage of digestion channel, percentage of claw, and the percentage of the head. Based on these results, it can be concluded that the addition of probiotic starbio 0,25% in the commercial ration did not affect the slaughter weight, liver


percentage, percentage of heart, lung percentage, percentage of digestion channel, the percentage of claw, and the percentage of heads in broiler chickens.

Keywords: Starbio, Probiotics, Commercial Rations, Edible Offals, Broiler

PENDAHULUAN

Broiler adalah ayam yang sangat efisien untuk mengubah pakan menjadi daging. Oleh karena itu broiler dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk penyediaan kebutuhan protein hewani. broiler umumnya dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor yang bertujuan sebagai sumber daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Dalam usaha meningkatkan produktivitas ayam pedaging, ransum ternak merupakan faktor utama dalam usaha peternakan ayam broiler. Kebutuhan akan zat-zat makanan yang harus dipenuhi dan tersedia dalam ransum, yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air. Unsur-unsur makanan yang masuk dalam tubuh masing-masing dipergunakan untuk keperluan hidup pokok seperti aktivitas tubuh, metabolisme, pengaturan suhu badan, berjalan dan mencerna makanan (Anon, 1986).

Pendekatan dalam perbaikan kualitas ransum salah satunya adalah menambahkan probiotik yang nantinya dapat meningkatkan kecernaan ternak. Probiotik sendiri merupakan mikoorganisme hidup yang sengaja diberikan kepada ternak dengan tujuan meningkatkan keseimbangan mikroba di dalam saluran pencernaan dan mengurangi mikroba jahat atau patogen seperti E. Coli, Salmonella, Clostridium, dll.

Terdapat banyak jenis probiotik yang dipasarkan dalam bentuk cair maupun kering. Penggunaan probiotik pada unggas dapat memberikan efek menguntungkan seperti menstimulasi produksi enzim pencernaan serta vitamin sehingga meningkatkan status kesehatan inangnya (Laksmiwati, 2006). Seperti halnya organisme lain, mikroba memerlukan zat gizi yang digunakan untuk pertumbuhan (Bachruddin, 2014). Dengan menambahkan probiotik dalam ransum dapat meningkatkan pertumbuhan dari mikroba probiotik, karena ransum yang digunakan sebagai media tumbuh memiliki kandungan gizi yang dapat dimanfaatkan mikroba untuk tumbuh. Sehingga probiotik yang baik digunakan untuk kemudian ditambahkan pada ransum adalah probiotik kering, karena membuat ransum yang tercampur dengan probiotik starbio bertahan lebih lama.

Probiotik komersial dalam bentuk kering yang dikenal masyarakat salah satunya adalah starbio. Probiotik ini diolah dari campuran bubuk jerami dengan komponen bakteri yang berasal dari kayu, akar rumput, kedelai, dan kotoran isi rumen (Sartika et al., 1994). Menurut Barrow (1992), pada dasarnya ada dua tujuan utama dari penggunaan probiotik pada unggas yaitu: untuk tujuan manipulasi mikroorganisme saluran pencernaan bagian anterior (crop, gizzard dan usus halus) dengan menempatkan mikroflora dari strain lactobacillus sp dan meningkatkan daya tahan ternak dari infeksi salmonella.

Menurut Gunawan dan Sundari (2003) keuntungan dari penggunaan probiotik starbio yaitu ternak lebih sehat dan bobot badan lebih meningkat. Dengan meningkatnya bobot badan ayam broiler yang diberikan ransum dengan tambahan probiotik starbio, belum tentu diikuti dengan peningkatan berat saluran pencernaan termasuk edible offals lainnya. Karena pemberian probiotik dalam ransum komersial dapat meningkatkan efisiensi proses pencernaan atau peningkatan kecernaan senyawa-senyawa yang awalnya tidak tercerna. Jadi dengan adanya penambahan probiotik diharapkan dapat mengutungkan usaha ayam broiler melalui peningkatan kesehatan dengan digantinya penggunaan antibiotik (Akhadiarto, 2010). Salah satu parameter yang perlu diamati adalah evaluasi bobot edible offals ayam broiler pada saat dipanen.

Offals dikategorikan menjadi dua bagian yaitu Edible Offals dan Inedible Offals. Edible Offals adalah semua bagian yang dapat dimakan dari organ-organ yang berasal dari ternak yang dipotong selain karkas dan lemak yang tidak membahayakan bagi kesehatan. Organ yang termasuk edible offals pada unggas antara lain: kepala, kaki, jantung, hati, empedal, leher, dan darah. Sebaliknya inedible offals merupakan offals yang tidak dikonsumsi karena berbagai alasan, diantaranya dapat membahayakan kesehatan. Organ yang termasuk inedible offals seperti empedu dan bulu. Ditinjau dari segi ekonomis, edible offals memiliki nilai ekonomis yang lebih rendah dari pada potongan karkas ternak namun edible offals masih memiliki nilai ekonomis (Anon, 2001). Di Indonesia sendiri banyak produk olahan yang berbahan dasar edible offals ayam broiler seperti : Soto ceker, kripik usus, dan lain-lain. Memperhatikan fakta yang ada, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik starbio terhadap edible offals ayam broiler.

MATERI DAN METODE

Materi

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di peternakan milik bapak Ir. I Wayan Sana, yang beralamat di Jl. Trenggana no. 90, Banjar Paang Kaja, Kelurahan Penatih, Denpasar Timur, Kota Denpasar, yang dilakukan selama 5 minggu pada tanggal 17 September hingga 22 Oktober 2013.

Ayam Broiler

Ayam yang digunakan tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin berjumlah 200 ekor. Ayam yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah ayam broiler fase starter umur 8 hari dengan rata-rata berat badan awal 0,32 ± 0,06 kg.

Kandang

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang litter berukuran panjang kandang 5 meter dan lebar 5 meter, yang kemudian dibagi menjadi dua sekat untuk memisahkan ayam broiler pada masing-masing perlakuan. Setiap unit kandang dilengkapi dengan tempat ransum dan air minum. Tempat ransum dan minum yang digunakan berbahan plastik. Khusus untuk tempat minum menggunakan tempat minum otomatis.

Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah.

  • 1.    Pisau, talenan, dan nampan yang dipergunakan pada saat proses pemotongan ayam.

  • 2.    Terpal yang digunakan sebagai alas pada saat mencampur pakan dengan starbio.

  • 3.    Sekop digunakan sebagai alat untuk pencampuran pakan dengan starbio.

  • 4.    Kertas, spidol, dan tali untuk penomoran pada sampel ayam broiler yang digunakan pada penelitian.

  • 5.    Timbangan Shalter yang digunakan untuk menimbang bobot badan ayam yang digunakan dalam penelitian.

  • 6.    Alat tulis yang digunakan untuk mencatat hasil, dan sebagainya.

Bahan Penelitian

Probiotik Starbio

Probiotik kering starbio yang diproduksi oleh LHM (Lembah Hijau Multifarm) Research Station, Solo-Indonesia. Probiotik kering starbio ditambahkan pada ransum komersial sebanyak 0,25% dari jumlah ransum yang kemudian dijadikan perlakuan P1.

Ransum dan Air Minum

Ransum yang digunakan adalah ransum komersial CP 511 B diberikan secara ad libitium. Untuk pencampuran ransum yang ditambahkan probiotik starbio 0,25% dilakukan 23 hari sekali. Air minum bersumber dari sumur diberikan secara ad libitum.

Tabel 1. Kandungan dalam ransum komersial CP511B yang diberikan pada sampel penelitian.

Variabel                    Kandungan1)

Standar2)

ME (Kkal/kg)               3025 – 3125

Protein (%)                   21,5 – 23,8

Lemak (%)                5,0

Serat (%)                      5,0

Kalsium (%)                 0,9

Fosfor (%)                   0,6

2900

20

5 – 103)

3 – 83)

1,0

0,4

Keterangan :

1) PT. Charoen Pokphand (2013)

2) Standar Scott et al. (1982)

3) Standar Morisson (1961)

Metode

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan. Adapun jumlah ayam broiler yang digunakan dalam penelitian adalah 200 ekor yang terdiri dari 100 ekor tanpa diberi tambahan probiotik starbio (P0) dan 100 ekor diberi tambahan probiotik starbio (P1).

  • P0 = Pakan yang diberikan tanpa penambahan probiotik starbio.

  • P1 = Pakan yang diberikan dengan penambahan probiotik starbio.

Pengacakan Ayam Broiler

Pegacakan ayam broiler yang dijadikan sampel penelitian adalah dengan memilih 200 ekor ayam broiler secara acak tanpa membedakan jenis kelamin. Pemilihan sampel didasarkan

pada tilik atau penampilan ternak yang dilihat langsung pada saat pemilihan sampel. Sampel ayam broiler yang dipilih tersebut, diberi nomor sebagai tanda pengenal selama penelitian berlangsung. Setelah dilakukan pemberian nomor, kandang ayam broiler diberi sekat sebagai pembeda dari masing – masing perlakuan.

Prosedur Pemotongan

Sebelum dipotong ayam dipuasakan selama 12 jam. Sesaat sebelum pemotongan dilakukan penimbangan untuk mendapatkan berat potong. Selanjutnya dilakukan proses pengeluaran darah, dan dilakukan penimbangan untuk mendapatkan hasil dari variabel penelitian.

Variabel Penelitian

Bobot Potong

Bobot potong adalah bobot sesaat sebelum dipotong.

Persentase Hati

Persentase hati adalah bobot hati dibagi bobot potong dikalikan 100%.

Bobot Hati

Persentase hati =            × 100%

Bobot potong

Persentase Jantung

Persentase jantung adalah bobot jantung dibagi bobot potong dikalikan 100%.

Bobot jantung

Persentase jantung =             × 100%.

Bobot potong

Persentase Paru

Persentase paru adalah bobot paru dibagi bobot potong dikalikan 100%.

Bobot paru

Persentase paru =            × 100%.

Bobot potong

Persentase Saluran Pencernaan

Persentase saluran pencernaan adalah bobot saluran pencernaan dibagi bobot potong dikalikan 100%.

Bobot sal pencernaan

Persentase saluran pencernaan=                   ×100%.

Bobot potong

Persentase Ceker

Persentase ceker adalah bobot ceker dibagi bobot potong dikalikan 100%.

Bobot ceker

Persentase ceker =             × 100%.

Bobot potong

Persentase Kepala

Persentase kepala adalah bobot kepala dibagi bobot potong dikalikan 100%.

Bobot kepala

Persentase kepala =             × 100%.

Bobot potong

Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis menggunakan Two Independent Sample T-Test (Steel dan Torrie, 1989).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot potong ayam broiler pada perlakuan P0 menghasilkan rata-rata sebesar 1.965 g/ekor, sedangkan bobot potong pada perlakuan P1 0,25 % (Tabel 2) lebih kecil dari perlakuan P0, secara statistik memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P > 0,05). Hasil ini diduga karena kandungan lemak yang terdapat pada perlakuan P1 lebih sedikit dari pada perlakuan P0 sehingga mempengaruhi hasil bobot potong tersebut. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Soeharsono et al. (2010) dimana penambahan probiotik dalam ransum yang diberikan pada ternak dapat menurunkan kadar lemak dan kolesterol. Produksi lemak yang berkurang tersebut menyebabkan berat potong ayam broiler menjadi lebih rendah. Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Celik, et al. (2007) bahwa penggunaan probiotik tidak berpengaruh terhadap berat badan, konsumsi pakan, hati dan berat usus besar. Begitu pula dengan hasil penelitian Lokman, et al. (2012) bahwa berat badan, FCR, dan berat organ dalam tidak berpengaruh oleh perlakuan probiotik. Menurut Owings et al. (1990) penelitian tentang probiotik tidak selalu menunjukan hasil yang positif. Dampak probiotik yang bervariasi diberbagai lokasi atau sistem pemeliharaan dimungkinkan karena probiotik

bukan merupakan faktor tunggal walaupun yang diteliti hanya pengaruh dari pemberian probiotik tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja probiotik, antara lain: (1)

komposisi mikrobiota inang, (2) cara pemberian probiotik, (3) umur dan jenis inang, serta (4) kualitas dan jenis probiotik yang digunakan (Kompiang, dkk. 2006).

Penggunaan probiotik starbio 0,25% tidak berpengaruh terhadap edible offals ayam broiler (hati, jantung, paru-paru, saluran pencernaan, dan kepala) dikarenakan starbio mengandung beberapa bakteri salah satunya selulolitik yang berperan memecah selolusa dari bahan pakan kurang optimal. (Tarigan, et al 2013) menyatakan bahwa jumlah probiotik yang mengandung bakteri selulolitik yang kurang dari normalnya akan tidak berpengaruh terhadap berat edible offals ayam.

Tabel 2. Pengaruh probiotik starbio didalam ransum komersial terhadap edible offals ayam broiler

Variabel

Rataan Perlakuan1)

P0± SEM2)               P1± SEM

Bobot potong (g)

Hati (%)

Jantung (%)

Paru (%)

Saluran Pencernaan (%)

Ceker (%)

Kepala (%)

1.965a 3) ± 45,465            1.955a± 21,119

2,068a± 0,806               1,958a± 0,054

0,541a ± 0,019              0,592a± 0,013

0,632a± 0,027              0,677a ± 0,032

4,179a ± 0,109              3,812a ± 0,121

3,747a ± 0,172              3,866a ± 0,153

3,127a± 0,838              3,053a± 0,181

Keterangan :

1. (P0) Ransum komersial tanpa ditambahkan probiotik starbio 0,25% dan Ransum komersial yang ditambahkan probiotik starbio 0,25% (P1).

2. SEM : Standard Error of The Treatment Means.

3. Rataan dengan nilai superskrip yang sama pada barisnya menunjukkan hasil non signifikan (P > 0,05).

Rataan persentase hati ayam broiler yang diberi tambahan probiotik starbio pada

ransum (P1) adalah 1,958% sedangkan persentase hati ayam broiler yang diberi ransum

komersial tanpa ditambahkan probiotik starbio (P0) adalah 2,068%. Terlihat rata-rata perlakuan P1 5,62% (Tabel 2) lebih kecil dari perlakuan P0, saat dilakukan analisis statistik perlakuan tersebut berbeda tidak nyata (P > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ransum yang ditambahkan probiotik tidak mengandung zat toksik yang menghasilkan bakteri patogen karena dalam probiotik terdapat mikroba yang bisa menekan perkembangan bakteri patogen dalam ransum sehingga bakteri patogen dalam ransum tidak bisa berkembang dan

berat hati masih dalam kisaran normal. Putnam (1991) bahwa rata-rata berat hati ayam yaitu 1,70-2,80 % dari bobot badan.

Persentase jantung ayam broiler pada perlakuan P0 sebesar 0,541% sedangkan persentase jantung pada perlakuan P1 adalah 0,592%. Terlihat rata-rata perlakuan P0 7,86% (Tabel 2) lebih kecil dari perlakuan P1, secara statistik memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (P > 0,05). Rata-rata berat jantung yang berbeda tersebut diduga karena adanya perbedaan aktivitas ternak, meskipun sampel dalam kandang yang tidak dibedakan. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Ressang (1984) yaitu ukuran jantung dipengaruhi oleh jenis, umur, besar, dan aktivitas hewan. Penambahan probiotik dalam ransum tidak menimbulkan pembesaran ukuran jantung yang signifikan, hal ini diduga akibat kerja jantung dalam peredaran darah dapat dikatakan normal.

Hasil analisis statistik menunjukkan hasil berbeda tidak nyata dimana penggunaan probiotik starbio pada persentase paru mendapatkan hasil rata-rata perlakuan P1 sebesar 0,677% dan P0 sebesar 0,632% untuk rata-rata persentase paru pada perlakuan P0 6,60% (Tabel 2) lebih rendah dari P1 (P > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa organ dalam seperti paru-paru dengan diberikan perlakuan penambahan probiotik starbio 0,25% dalam ransumnya tidak memberikan dampak negatif, sehingga fungsi paru-paru adalah untuk mencukupi oksigen yang diperlukan oleh tubuh untuk pembakaran dan untuk pembentukkan tenaga bisa berjalan dengan normal (Akoso, 1993).

Perlakuan dengan menggunakan starbio sebesar 0,25% (P1) menghasilkan rataan persentase sebesar 3,812% pada saluran pencernaan ayam broiler sedangkan persentase saluran pencernaan ayam broiler yang diberi ransum komersial tanpa ditambahkan probiotik starbio (P0) adalah 4,179%. Terlihat rata-rata perlakuan P0 9,64% (Tabel 2) lebih besar dari perlakuan P1, saat dilakukan analisis statistik perlakuan tersebut berbeda tidak nyata (P > 0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Tarigan et al. (2013) yang menyatakan bahwa pemberian probiotik tidak memberikan pengaruh nyata terhadap saluran pencernaan. Pemberian probiotik dalam ransum dapat meningkatkan efeisiensi proses pencernaan atau peningkatan kecernaan senyawa-senyawa yang awalnya tidak tercerna (Jin at al, 1997). Selain itu dengan penambahan probiotik menguntungkan dalam saluran pencernaan, penyerapan zat-zat makanan yang terkandung dalam pakan lebih efisien dan akan mengurangi zat-zat nutrisi yang terbuang akibat adanya populasi mikroorganisme yang merugikan (Arkhadiarto, 2010).

Lebih lanjut, (Arkadiarto,2010) menyebutkan bahwa terdapat lemak abdominal di sekitar rongga perut dan saluran pencernaan yang menurun dengan penambahan probiotik dalam ransum ayam broiler. Hal ini menguatkan hasil penelitian yang di dapat dimana rata-rata persentase saluran pencernaan untuk perlakuan P0 yaitu 4,179% sedangkan rata-rata persentase saluran pencernaan perlakuan P1 adalah 3,812% terlihat bahwa perlakuan P0 lebih tinggi 9,64% dibandingkan dengan perlakuan P1. Selain itu, menurut Amrullah (2003) menyatakan bahwa ukuran panjang, tebal dan bobot saluran pencernaan unggas bukan besaran yang statis. Perubahan dapat terjadi selama proses perkembangan karena dipengaruhi oleh jenis ransum yang diberikan. Ransum yang banyak mengandung serat akan menimbulkan perubahan ukuran saluran pencernaan sehingga menjadi lebih berat, lebih panjang dan lebih tebal.

Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada persentase ceker menunjukan hasil berbeda tidak nyata (P > 0,05). Dimana rataan persentase ceker ayam broiler yang diberi tambahan probiotik starbio (P1) adalah 3,87% sedangkan persentase ceker ayam broiler yang diberi ransum komersial tanpa ditambahkan probiotik starbio (P0) adalah 3,75%. Terlihat rata-rata perlakuan P0 3,10% (Tabel 2) lebih kecil dari perlakuan P1,

Persentase kepala ayam broiler yang diberi tambahan probiotik starbio (P1) menghasilkan rataan sebesar 3,053% sedangkan persentase kepala ayam broiler yang diberi ransum komersial tanpa ditambahkan probiotik starbio (P0) adalah 3,127%. Terlihat rata-rata perlakuan P0 2,43% (Tabel 2) lebih besar dari perlakuan P1, saat dilakukan analisis statistik persentase ceker dan kepala ayam broiler memiliki hasil yang berbeda tidak nyata, hal ini disebabkan oleh persentase karkas yang dihasilkan berbeda nyata, sehingga persentase offal external menjadi tidak nyata (Wiradana et al., 2013). Persentase karkas sangat erat hubungannya dengan persentase offal external, apabila offal external rendah, maka terjadi sebaliknya pada persentase karkas. Hal ini dikuatkan dengan penelitian Antari (2015) dimana Penambahan probiotik starbio 0,25% dalam ransum komersial meningkatkan Persentase karkas. Hal ini disebabkan oleh mikroba yang terdapat dalam starbio yang mampu meningkatkan aktivitas enzimatis dan meningkatkan aktivitas pencernaan serta penyerapan zat nutrisi yang baik terutama protein sehingga pertumbuhan ayam lebih cepat dan peningkatan persentase karkas lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam yang tidak diberikan penambahan probiotik starbio. Seperti yang dinyatakan Cakra (1986) bahwa peningkatan berat karkas akan menurunkan berat bagian-bagian offal external sehingga persentase karkas yang

berbeda nyata akan menghasilkan persentase offal external yang berbeda tidak nyata. Lebih lanjut, Soeparno (2009) yang menyatakan bahwa bagian-bagian tubuh yang banyak tulangnya seperti sayap, kepala, leher, punggung, dan kaki persentasenya semakin menurun dengan meningkatnya umur ayam, karena bagian-bagian ini mempunyai pertumbuhan yang konstan pada saat unggas dewasa.

SIMPULAN

Penambahan probiotik starbio 0,25% dalam ransum tidak mempengaruhi bobot potong, persentase hati, persentase jantung, persentase paru, persentase saluran pencernaan, persentase ceker, dan persentase kepala pada ayam broiler.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. I Ketut Sumadi, MS dan Dr. Ir. Ni Wayan Siti, MSi yang telah memberikan bimbingan, dan saran selama penulisan karya ilmiah ini berlangsung. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS sebagai Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana serta Bapak/Ibu Dosen Fakultas Peternakan Universitas Udayana yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penulisan karya ilmiah ini. Serta kepada Bapak Ir. I Wayan Sana, terima kasih atas bantuan materi dan tempat penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Akoso B. T. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Amrullah I. K. 2003.Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor.

Anonymous. 1986. Makanan Ayam Broiler. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Anonymous. 2001. Food Balance Sheets. FAO, Rome. Itali.

Antari L.Y.S. 2015. Pengaruh Pemberian Ransum Komersial Yang Ditambahkan Probiotik Kering Starbio Terhadap Produksi Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar.

Arkhadiarto Sindu. 2010. Pengaruh Pemberian Probiotik Temban, Biovet, dan Biolacta Terhadap Pertsentase Karkas, Bobot Lemak Abdomen, dan Organ dalam Ayam Broiler. Pusat Teknologi Produksi Pertanian, Jakarta Pusat.

Bachruddin, Zaenal. 2014. Teknologi Fermentasi Pada Industri Peternakan. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Barrow P.A. 1992 Probiotics of The Chicken In Probiotics The Scientific Basis (By: Ror, Fuller). First Edition, Chapman and Hall. London. Hall.225-250.

Cakra I. G. L. O. 1986.Pengaruh pemberian hijauan versus top mix terhadap karkas danbagian tubuh lainnya pada ayam pedaging.Skripsi. Fakultas Peternakan, UniversitasUdayana, Denpasar.

Celik K., M. Mutluay, A. Uzatici. 2007. Effects of probiotic and organic acid on performance and organ weight in broiler chicks. Archiva Zootechnica 10:51-56.

Gunawan, dan M. Sundari. 2003. Pengaruh penggunaan probiotik dalam ransum terhadap produktivitas ayam. Wartazoa, Vol 13 (3) : 92-98.

Jin L.Z., Y., Y.W Ho., N. Abdullah and Jalaludin.1997. Probiotic In Poultry: Modes of Action. World Poultry Sci. J. 53(4) : 351 – 368.

Kartasudjana, R dan Suprijatna, E. (2006). Manajemen Ternak Unggas. Jakarta : Penebar Surabaya.

Kompiang I. P., Supriyanti, dan S. Guntoro. 2006. Pengaruh probiotik biovet Bacillus apiaries pada performan ayam pedaging : uji coba lapangan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006.

Laksmiwati, N. 2006. Pengaruh pemberian starbio dan efective microorganisme-4 (EM-4) sebagai probiotik terhadap penampilan itik jantan umur 0-8 minggu. http://peternakan.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 23 Mei 2015.

Lokman T., Al-Barwary, Muneer G. Shahin and Ihsan T. Tayeb. 2012. Effect of Probiotic Supplementation on Broiler Performance. International Journal of Applied Poultry Research. 1(2):27-29.

Morrison, F.B. 1961. Feeds and Feeding, Abridged. 9th. Ed., The Morrison Publishing Co. Clington, New York.

Owings W.J., D.L. Reynold, R.J. Hasiak., R.Ferket. 1990. Influence of dietary supplementation with Streptococcus faecium M-74 on broiler body weight, feed conversion, carcass characteristics and intestinal microbial colonization. Poult. Sci. 69 : 1257-1264

PT Charoen Pokphand. 2013. Brosur Pakan Ternak CP511B.

Putnam, P. A. 1991. Handbook of Animal Science. Academic Press. San Diego.

Ressang A.A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. N.V. Percetakan Bali. Denpasar.

Sartika T. Y. C. Raharjo, dan K. Dwiyanto. 1994. Penggunaan Probiotik Starbio dalam Ransum dengan Tingkat Protein yang Berbeda.Terhadap Performance Kelinci Lepas Sapih. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Sainteks Majalah Ilmiah Universitas Diponogoro, Semarang.

Scott, M.L, M.C. Nesheim and R.J. Young. 1982. Nutrient of Chickens 3nd Edition M.L. Scott Assoc. Ithaca, New York.

Soeharsono, L. Adriani, R. Safitri, O. Sjofjan, S. Abdullah, R. Rostika, Hendronoto A.W. Lengkey, dan A. Mushawwir. 2010. Probiotik Basis Ilmiah, Aplikasi, dan Aspek Praktis. Penerbit Widya Padjadjaran. Bandung.

Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta : Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Steel R.G.D., and J.H. Torrie. 1989. Principles and Procedures of Statistics. 2nd Ed. Mc Graw – Hill International Book Co., London.

Tarigan Ronstarci, O.Sjofjan, dan I.H.Djuaidi. 2013. Pengaruh penambahan probiotik selulolitik (Cellulomonas sp) dalam pakan terhadap kualitas karkas, lemak abdominal dan berat organ dalam ayam pedaging. Fapet.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 5 April 2015.

Wiradana A.P., N.W. Siti, dan I.N.T. Ariana. 2013. Berat potong dan bagian offal external itik bali jantan yang diberi pakan komersial disubstitusi pollard an additive “Duck Mix”. E-journal Peternakan Tropika.Volume. 1: 9-19.

Parwata et al. Peternakan Tropika Vol. 3 No. 3 Th. 2015: 561- 573

Page 573