Kesehatan Reproduksi dan Budaya Patriarki dalam Novel Bulan Patah Karya Maria Maltidis Banda
on
STILISTIKA
Journal of Indonesian Language and Literature
e-ISSN daring: 2528-4940
Vol. 02, No.02: April 2023, 92-103
KESEHATAN REPRODUKSI DAN BUDAYA PATRIARKI DALAM NOVEL BULAN PATAH KARYA MALTIDIS BANDA
Ni Putu Ayu Ariasih1*, Ida Bagus Jelantik2, dan I Nyoman Weda Kusuma3 Universitas Udayana
*)surel: putuayuariasih@gmail.com
doi: https://doi.org/10.24843/STIL.2023.v02.i02.p09
Artikel dikirim:3 Mei 2022; diterima: 3 Juni 2022
REPRODUCTIVE HEALTH AND PATRIARCHAL CULTURE IN THE NOVEL BULAN PATAH BY MARIA MALTIDIS BANDA
Abstract. This research is entitled Reproductive Health and Patriarchal Culture in the Novel Bulan Patah by Maria Maltidis Banda. The purpose of this study was to determine the structural elements which include grooves; characterizations; and setting, to reveal aspects of reproductive health in a patriarchal culture in the novel Bulan Patah by Maria Matildis Banda, and to reveal the meaning of filial piety in the novel Bulan Patah. The theory used in this research is the theory of structure and the theory of sociology of literature which includes reproductive health and public health. This study uses qualitative data. The data collection method used is the literature study method. The process of data analysis used the descriptive qualitative method. The data sources of this research are primary data and secondary data. The results of this study, namely the plot in the novel Bulan Patah are divided into three stages, namely the initial, middle, and final stages. The main character in this novel is Midwife Rosa Dalima, while the secondary character is Om Saver. The complementary characters in this novel are Rachel and Retha. The setting in this novel is the setting of the place, setting of time, and setting of atmosphere. In this study, it was found that the aspects of reproductive health were weak without the treatment of a doctor or midwife, and weak physical and sosialconditions, due to the influence of patriarchal culture in Bulan Patah Novel. In addition, this study also found that the role of Midwife Rosa Dalima in the novel Bulan Patah was related to the meaning of filial piety for health development.
Keywords: a novel, sociological literature, structure
PENDAHULUAN
Karya sastra dipandang sebagai gejala sosial, sebab pada umumnya berkaitan dengan norma-norma sosial dan adat istiadat yang dijadikan sebagai latar cerita. Hasil olah pikiran pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan hadir sebagai karya sastra di tengah masyarakat dan ditanggapi berbeda oleh pembaca. Karya sastra terus berkembang sejalan dengan perkembangan kreativitas seniman. Hal ini terbukti dengan munculnya berbagai karya sastra khususnya dalam bidang novel sehingga minat terhadap sastra terus meningkat.
Novel merupakan karya rekaan yang menggambarkan kehidupan, adat istiadat, ataupun budaya dalam suatu masyarakat. Salah satu novel yang menarik perhatian adalah novel Bulan Patah karya Maria Matildis Banda oleh PT Kanisius (Anggota IKAPI), tahun 2021 dengan tebal 458 halaman. Novel ini masih tergolong baru, karena belum pernah dibahas dalam bentuk tulisan ilmiah atau dianalisis oleh para ahli. Penelitian ini mengkaji aspek sosiologi sastra, yaitu mengenai kesehatan reproduksi dan budaya patriarki dalam Novel Bulan Patah.
Endraswara, (2013:77) Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Arenanya, asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial akan menjadi pemicu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu yang mampu merefleksikan zamannya. Endraswara (2013:79), lebih lanjut menjelaskan sosiologi sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah manusia. Karena sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisi.
Novel Bulan Patah menarik diteliti secara sosiologi sastra khususnya pandangan masyarakat tentang kesehatan reproduksi serta budaya patriarki yang melatarinya. Setelah membaca novel Bulan Patah dapat dirumuskan hal-hal yang menarik sebagai berikut. Pertama, kehamilan di luar nikah yang terjadi pada remaja di bawah umur; Kedua, perlakuan laki-laki yang tidak bertanggung jawab, menganggap remeh persoalan berat yang dihadapi perempuan, serta budaya patriaki dimana laki- laki menjadi penguasa utama; Ketiga, tanggung jawab petugas kesehatan sebagai pelayan masyarakat, khususnya bidan yang menangani pemeriksaan kehamilan dan persalinan; Keempat, kesehatan masyarakat; Kelima, tentang penyakit antraks yang menyerang sebagian masyarakat yang mengkonsumsi daging hewan (kerbau) yang mati karena antraks.
Berdasarkan uraian di atas, kajian dalam Novel Bulan Patah ini dilakukan dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut ini.
-
1. Bagaimana unsur struktur yang meliputi alur, penokohan, dan latar dalam novel Bulan Patah karya Maria Matildis Banda?
-
2. Bagaimana aspek kesehatan reproduksi dalam budaya patriarki dalam novel Bulan Patah karya Maria Matildis Banda?
-
3. Bagaimana makna bakti husada dalam novel Bulan Patah karya Maria Matildis Banda bagi pembangunan kesehatan reproduksi?
KAJIAN PUSTAKA
Berdasarkan data yang didapat, novel Bulan Patah belum pernah ditemukan dalam bentuk artikel kajian sosiologi sastra maupun kajian lainnya di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, melalui situs-situs internet, maupun penelusuran di perpustakaan. Sementara itu, ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sealur dengan kajian dalam penelitian ini, sekaligus menjadi referensi bahan kajian penulis.
Sipayung (2016), Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan artikelnya yang berjudul Konflik Sosial Tokoh Maryam Dalam Novel Maryam Karya Okky Madasari: Kajian Sosiologi Sastra. Penelitian Sipayung (2016) membahas tentang konflik sosial tokoh Maryam dalam novel Maryam.
Tyas (2018), Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, dengan judul skripsinya Analisis Sosiologi Karya Sastra Terhadap Novel Suti Karangan Sapardi Djoko Damono. Penelitian ini membahas tentang interaksi sosial antar tokoh, menganalisis menggunakan kajian instrinsik dan sosiologi karya sastra.
Mustikasari (2018), Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan judul skripsinya Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari Serta Relevansinya Sebagai Materi Ajar di SMA. Penelitian ini mendeskripsikan tentang: (1) unsur instrinsik yang terdapat dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari; (2) kritik sosial yang terdapat dalam novel Pasung Jiwa karya Okky Madasari; (3) nilai pendidikan karakter; (4) relevansi novel Pasung Jiwa sebagai materi pembelajaran apresiasi sastra di SMA.
Dari kajian yang sudah dilakukan, tidak ada penelitian yang mengkaji Kesehatan Reproduksi dan Budaya Patriarki dalam Novel Bulan Patah. Dalam hal ini, belum diketahui secara mendalam tentang kesehatan reproduksi dan budaya patriarki yang terkandung dalam Novel Bulan Patah. Penelitian ini menggunakan teori struktural dan teori sosiologi Endraswara.
Strukturalisme pada dasarnya merupakan cara berpikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Dalam pandangan ini karya sastra diasumsikan sebagai fenomena yang memiliki struktur yang saling terkait satu sama lain. Kodrat struktur itu akan bermakna apabila dihubungkan dengan struktur lain. Struktur tersebut memiliki bagian yang
kompleks, sehingga pemaknaan harus diarahkan ke dalam hubungan antar unsur secara keseluruhan. Keseluruhan akan lebih berarti dibanding bagian atau fragmen struktur. (Endraswara, 2013:49). Analisis struktur karya sastra, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik. Struktur yang dibahas dalam penelitian ini adalah tema, penokohan, dan latar.
Endraswara, (2013:77) Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Arenanya, asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosialakan menjadi picu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu yang mampu merefleksikan zamannya.
Kendati sosiologi dan sastra mempunyai perbedaan tertentu namun sebenarnya dapat memberikan penjelasan terhadap makna teks sastra (Laurenson dan Swingewood, dalam Endraswara, 2013: 78). Hal ini dapat dipahami, karena sosiologi objek studinya tentang manusia yang tak pernah lepas dari akar masyarakatnya. Dengan, demikian meskipun sosiologi dan sastra adalah dua hal yang berbeda namun dapat saling melengkapi. Dalam kaitan, sastra merupakan sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan satu tes dialektikan antara pengarang dengan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan penjelasan suatu sejarah dialektik yang dikembangkan dalam karya sastra. Endraswara (2013:79), lebih lanjut menjelaskan sosiologi sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah manusia.
Teori yang digunakan untuk menganalisis novel Bulan Patah adalah teori sosiologi sastra menurut Suwardi Endraswara karena novel Bulan Patah relevan apabila dianalisis menggunakan teori sosiologi sastra. Analisis novel Bulan Patah menekankan pada telaah yang mengutamakan teks untuk mengetahui struktur dan gejala sosial yang terdapat di dalamnya.
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan seseorang secara menyeluruh mencakup fisik dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi, serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksinya bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimulai dengan memasuki awal pubertas. Remaja terdiri dari individu antara umur 10 sampai 19 tahun. Remaja merupakan masa penting, yang ditandai dengan pubertas, terkait dengan perubahan penampilan dan pencapaian kemampuan untuk bereproduksi.
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Usaha yang dilakukan masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagosa dini, pecegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya (dalam https://pediailmu.com/kesehatan/konsep-kesehatan-masyarakat/)
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi pustaka dengan teknik lanjutan,yaitu baca, simak, dan catat (Moleong, 1990: 113). Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis dapat dilakukan dengan cara mendeskripsikan data, kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2009: 53). Hasil analisis data merupakan tahapan terakhir dalam suatu penelitian. Data yang telah dikumpulkan dan dianalisis, disajikan dalam format skripsi dengan menggunakan Bahasa Indonesia ragam ilmiah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini mendeskripsikan hasil penelitian dalam penelitian ini. Berikut ini merupakan hasil penelitian yang diperoleh.
-
1. Analisis Struktural
-
1.1 Alur
-
Menurut Semi (1993: 68) alur adalah rentetan peristiwa yang memperlihatkan gerakan peristiwa yang satu ke yang lain. Di dalam perbincangan alur harus diwaspadai kemungkinan adanya karya sastra yang tidak mengindahkan masalah kronologis, atau rentetan peristiwa yang terputus-putus yang sukar dijajaki. Tetapi hal itu tidak berarti alurnya tidak ada. Tahap sebuah alur harus terdiri dari tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir.
Pertama, tahap awal yaitu sebuah tahap perkenalan. Tahap awal dalam novel ini sejumlah informasi yang penting berkaitkan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Alur tahap awal novel Bulan Patah menggunakan alur maju yang berisi pengenalan terhadap tokoh utama yaitu Bidan Rosa Dalima. Dalam tahap pengenalan ini, diawali dengan cerita tentang katakan dengan air. Puskesmas Bugenvil terletak di pinggang bukit. Jaraknya seratus meter
dari jalan lintas kecamatan Kabupaten Ende di Pulau Flores. Keadaan puskesmas Bugenvil dari tahun ke tahun menjadi sebuah bangunan yang merana, kering, kotor dan bau. Selain itu, dalam pengenalan terhadap tokoh utama yaitu Rosa Dalima ketika ia berprofesi sebagai bidan, serta juga dihadirkan cerita- cerita tentang perjuangan tokoh utama ketika Bidan Rosa Dalima pindah ke Puskesmas Bugenvil. Sebelumnya, dia adalah bidan di Puskesmas Flamboyan.
Selanjutnya, pada bagian tahap tengah penulis mengawali cerita tentang Monika yang melahirkan dibantu Bidan Ros,sebelum persalinan melahirkan dimulai Monika ingin Bidan Ros berjanji padanya agar bisa menyimpan rahasia tentang Sia Lusia. Saat Monika melahirkan dibantu Bidan Ros, akhirnya Monika menceritakan apa yang sebenarnya terjadi terhadap Sia Lusia sampai ia kehilangan nyawanya. Sebelum persalinan dimulai, Monika ingin Bidan Ros berjanji padanya agar menjaga rahasia tentang Sia. Sambil terisak menangis Monika bercerita bahwa ayahnya sendiri yang sudah menghamili Sia Lusia, selama ini ayahnya meyakini akan mencari laki-laki yang sudah menghamili Sia Lusia, ternyata laki-laki itu ayahnya sendiri, Monika mendengar sendiri saat orang tuanya bertengkar. Monika merasa lega sudah menceritakan rahasia ini kepada Bidan Ros dan lebih siap untuk proses melahirkan. Belum lagi, Retha muncul tiba-tiba di Puskesmas membuat Bidan Ros terkejut bukan main, selama ini dirinya bersembunyi di rumah adik ayahnya di belakang bukit, karena tuntutan keluarga Jeko. Retha terkena antraks karena makan daging hewan mati, ada borok dan darah di tangan kanannya. Antraks benar-benar ada, Bidan Ros langsung menghubungi Dokter Jordan untuk membantunya.
Pada tahap akhir pengarang menggambarkan klimaks ketika kerusuhan terjadi di Puskesmas Bugenvil. Bidan Ros terluka akibat membela Dokter Sammy, begitupun Ben anaknya Dokter Sammy terluka akibat serangan dari keluarga Retha. Keluarga Jeko, suami adatnya Retha datang ke Puskesmas Bugenvil marah-marah dan membawa Retha pergi entah kemana. Dokter Yordan segera menyusul menuju Puskesmas Bugenvil untuk memastikan keadaan Ros baik-baik saja.
-
1.2 Penokohan
Sukada (1993:63) membagi tokoh menjadi tiga jenis, yaitu tokoh utama, tokoh sekunder, dan tokoh komplementer atau tokoh pelengkap. Untuk menentukan adanya tokoh utama, sekunder, dan pelengkap (komplementer) dilihat berdasarkan banyak atau sedikitnya seorang tokoh berhubungan dengan tokoh-tokoh lainnya. Tokoh utama selamanya mendukung ide pengarang, mendapatkan porsi pelukisan relatif lebih banyak dari tokoh-tokoh lainnya (Sukada 1993: 65). Tokoh-tokoh dalam novel Bulan Patah dibedakan menjadi tiga tokoh yaitu tokoh utama, tokoh sekunder, dan tokoh komplementer.
Analisis penokohan novel Bulan Patah akan ditinjau dari berbagai sudut, yakni pelukisan pengarang dan penilaian seorang tokoh terhadap tokoh lain. Selain itu penokohan novel ini dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu fisik, psikis, dan sosial. Tokoh primer atau tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Bahkan pada novel-novel tertentu, tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman buku cerita yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2010: 176-177).
Tokoh primer dalam novel Bulan Patah adalah Bidan Rosa Dalima. Penggambaran fisik Bidan Ros, penulis melukiskan tokoh Bidan Ros Dalima mempunyai wajah yang cantik, manis, mempunyai lesung pipi, hidung cenderung besar, bulu mata yang lentik, rambut lurus pendek. Dari segi fisik Bidan Ros, pengarang menuliskan wajah Bidan Ros yang cantik dan manis. Selain itu Bidan Ros juga dahinya bersih, bulu mata yang lentik, melainkan hidungnya bukan seperti orang Flores. Bidan Ros juga mempunyai lesung pipit, rambutnya bergelombang dan gaya rambutnya pendek lurus. Dilihat dari segi psikis, pengarang melukiskan tokoh Bidan Ros sebagai perempuan yang lembut dan baik hati. Dilihat dari segi sosial Bidan Ros adalah seorang bidan.
Tokoh sekunder adalah tokoh kedua yang memiliki peranan signifikan dalam perubahan. Di dalam novel ini tokoh Om Saver dilukiskan sama seperti laki- laki biasanya. Namun pengarang hanya melukiskan fisik tokoh Om Saver mempunyai wajah yang tua, selain itu badan yang kurus dan sedikit bungkuk. Dilihat dari segi psikisnya, pengarang melukiskan tokoh Om Saver mempunyai watak yang angkuh dan sombong. Hal itu dapat dilihat ketika Om Saver ingin mendapatkan jeriken demi kepentingan dan alasan pribadi. Dari segi sosial Om Saver adalah warga desa Bugenvil, Om Saver juga seorang kepala keluarga, mempunyai seorang anak perempuan satu-satunya yaitu Monika dan seorang istri.
Tokoh komplementer dalam novel ini cukup banyak. Akan tetapi yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah dua tokoh yang relatif banyak muncul dan berperan dalam cerita. Dua tokoh adalah Rachel dan Retha. Dari segi fisik Rachel tidak banyak dilukiskan. Penulis melukiskan Rachel memiliki wajah yang cantik dan manis. Dari segi psikis Rachel dilukiskan mempunyai sifat yang rajin pemberani, cerdas, dan menyenangkan. Dilihat dari segi sosial, Rachel adalah pegawai kesehatan lingkungan di puskesmas Bugenvil.
-
1.3 Latar
Nurgiyantoro membedakan latar menjadi tiga jenis, yakni latar tempat, waktu, dan latar sosial (2010:227).
Novel Bulan Patah dikisahkan dengan beberapa latar tempat. Cerita berawal di Puskesmas Bugenvil. Sebelumnya Bidan Ros bekerja di Puskesmas Flamboyan. Puskesmas Bugenvil adalah salah satu pusat pelayanan kesehatan masyarakat dan tidak ada dokter di puskesmas Bugenvil, namun Bidan Ros dapat merujuk pasien ke dokter dari puskesmas lainnya, termasuk Puskesmas Flamboyan, rumah sakit di Ende, maupun rumah sakit Maumere. Puskesmas yang jauh dari pemukiman penduduk dan susahnya sumber air. Perhatikan kutipan berikut.
Puskesmas Bugenvil terletak di pinggang bukit. Jaraknya sekitar seratus meter dari jalan lintas kecamatan Kabupaten Ende di Pulau Flores. Sebelumnya, dia adalah bidan di Puskesmas Flamboyan. Puskesmas ini adalah salah satu pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang terletak tidak jauh dari kota kecamatan Detusoko, menuju Ende lebih dekat dibandingkan dengan jarak dari Bugenvil. (hlm.3)
Menurut Nurgiyantoro (2010:230) mengatakan bahwa latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, latar waktu dapat memberikan penjelasan mengenai masa atau zaman terjadinya cerita. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat diartikan dengan peristiwa sejarah. Perhatikan kutipan berikut.
Sudah hampir satu tahun Bidan Rosa Dalima, yang biasa disapa Bidan Ros bekerja, sebagai bidan kepala di Puskesmas Bugenvil. (hlm.3)
Latar suasana adalah kejadian yang menunjukan kondisi batin tokoh atau pelaku di dalam cerita. Latar suasana juga memuat bagaimana situasi dan kondisi lingkungan tokoh tersebut berada. Pengarang menuliskan beberapa latar suasana dalam novel Bulan Patah. Perhatikan kutipan berikut.
Matilda berdiri di depan Retha di depan puskesmas dan Ros memperhatikannya dengan perasaan terkejut dan heran dari ruang rawat ibu melahirkan. (hlm.11)
-
2. Analisis Kesehatan Reproduksi dalam Budaya Patriarki Novel Bulan Patah
Aspek kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Dalam novel
Bulan Patah, lemahnya aspek kesehatan reproduksi tanpa penanganan dokter atau bidan, lemahnya keadaan fisik dan sosial, karena pengaruh budaya patriarki. Hal ini menyebabkan pihak laki-laki lebih mempunyai hak istimewa dari pada pihak perempuan. Kekuasaan pihak laki-laki sangat dipengaruhi oleh kepercayaan budaya yang dianut dalam novel ini. Sia Lusia kehilangan nyawa karena perbuatan pamannya sendiri, Monika yang hamil oleh laki-laki yang sudah siap menikah dengan orang lain, Dalima adik yang kehamilannya tiak dikehendaki keluarga, Matilda yang tidak bertanggung jawab pada dirinya sendiri, serta Retha yang hamil dengan laki-laki pilihannya sementara dia sendiri sudah dijodohkan dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Lemahnya keadaan fisik dan mental pihak perempuan, hal itu membuat pihak perempuan tidak dapat melakukan pembelaaan terhadap dirinya sendiri. Perhatikan kutipan berikut.
“Terima kasih sudah sampai di Wolotopo, terima kasih sudah jaga Monika… terima kasih… sudah ketemu Sia punya mama. Sejak sakit tiap hari saya pergi ke kuburnya. Saya yang buat Sia sengsara sampai matinya. Saya jahat sekali. Dia hamil karena saya. Saya pelakunya…,” suaranya tercekat. Om Saver menangis dan dadanya sesak. Matanya tertutup dan tidak dapat dibukanya lagi. (hlm.382)
-
3. Analisis makna bakti husada dalam novel Bulan Patah karya Maria Matildis Banda bagi pembangunan kesehatan reproduksi
Bakti husada adalah sebuah wadah untuk pengembangan, pengetahuan, pembinaan ketrampilan, penambahan pengalaman dan pemberian kesempatan untuk membaktikan dirinya kepada masyarakat dalam bidang kesehatan. Dalam novel Bulan Patah, peran Bidan Rosa Dalima menjalankan tugasnya dengan baik berhubungan dengan makna bakti husada bagi pembangunan kesehatan reproduksi. Sebelumnya Bidan Ros sudah mengetahui keadaan Puskesmas Bugenvil yang kering, kotor, dan banyak tumbuhan liar. Kedatangan Bidan Ros hari pertama ia mempunyai inisiatif sendiri untuk membawa dua drum air, bahkan beberapa karyawan dan sejumlah anak sekolah juga ikut membantu mengambil air menggunakan jeriken. Bidan Ros juga membawa beberapa jenis tanamaan untuk ia tanam di halaman puskesmas. Kondisi puskesmas menjadi lebih berseri dan berbagai bunga, dan tanaman hijau menjadi daya tarik masyarakat. Hal ini membuat puskesmas Bugenvil lebih sering di kunjungi. Semua pekerjaan yang dilakukan Bidan Ros dengan tulus tanpa pamrih seperti simbol bakti husada. Perhatikan kutipan berikut.
Mengetahui keadaan seperti ini sejak awal kepindahannya ke Puskesmas Bugenvil, Ros datang dengan dua drum air yang ditempatkan satu pada sisi kiri dan kanan puskesmas. (hlm.5)
SIMPULAN
Alur dalam novel Bulan Patah dibagi menjadi tiga tahap yaitu alur tahap awal, tengah, dan akhir. Alur tahap awal berisi informasi penting yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya, di antaranya pengenalan latar, tokoh-tokoh cerita dan kemunculan beberapa konflik. Pada tahap tengah, menampilkan peningkatan konflik yang sudah muncul pada tahap sebelumnya. Tahap akhir menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks, bagian ini mengarah pada bagaimana akhir sebuah cerita.
Tokoh utama dalam novel ini adalah Bidan Rosa Dalima, sedangkan yang bertindak sebagai tokoh sekunder adalah Om Saver. Tokoh komplementer dalam novel ini adalah Rachel dan Retha. Pemahaman terhadap perwatakan tokoh yang ditampilkan pengarang dilakukan melalui tiga dimensi, yaitu dimensi fisik, dimensi psikis, dan dimensi sosial.
Keberadaan unsur alur, penokohan, dan latar berhubungan secara fungsional sehingga membentuk suatu struktur novel yang kokoh. Semakin membuka aspek-aspek sosiologi yang hendak dipaparkan oleh pengarang. Latar dalam novel ini meliputi latar tempat, latar waktu dan latar suasana. Latar tempat dan latar waktu menjadi pijakan cerita, kapan dan di mana peristiwa itu terjadi, sedangkan latar sosial menggambarkan sistem kehidupan sosial yang hendak dilukiskan oleh pengarang.
Penelitian ini masih sangat terbatas, yakni analisis sosiologi sastra yang masih bertumpu pada sebuah teks novel yang masih banyak kekurangan. Maka, pada kesempatan ini penulis menyarankan agar pada masa mendatang para mahasiswa khususnya di Jurusan Sastra Indonesia untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dan lebih teliti agar menghasilkan penelitian yang bermanfaat secara optimal untuk kemajuan penelitian sastra di masa depan berupa skripsi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan jurnal ini dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Drs. Ida Bagus Jelantik SP., M. Hum., selaku pembimbing I dan Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S., selaku pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan
bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh dosen Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana atas segala ilmu, didikan, dukungan, dan semangat yang diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya. Selain itu, penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis, I Ketut Astina dan Ni Komang Ardiana, serta keluarga besar penulis yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas.
DAFTAR PUSTAKA
Banda, Maria Matildis. 2021. Bulan Patah. Yogyakarta: PT Kasiunus.
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT Buku Seru.
Moleong, Lexy J.1990. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mustikasari. 2018. Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari serta Relevansinya sebagai materi Ajar di SMA. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, https://eprints.uns.ac.id/43261/1/K1211039_abstrak.pdf Diakses April 2022
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna. 2009. Stilistika Kajian Pustaka, Bahasa Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Tehnik Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Semi, M. Atar. 1984. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.
Sipayung, Margaretha Ervina. 2016. Konflik Sosial Tokoh Maryam dalam Novel Maryam Karya Okky Madasari: Kajian Sosiologi Sastra. Skripsi. Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma,
https://repository.usd.ac.id/6273/1/124114024.pdf Diakses April 2022.
Sukada, Made. 1993. Pembinaan Karya Sastra Indonesia: Masalah Sistematika Analisis Struktur Fiksi. Bandung: Angkasa.
Tyas. 2018. Analisis Sosiologi Sastra Karya Sastra Terhadap Novel Suti Karangan Sapardi Djoko Damono. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma, https://repository.usd.ac.id/31029/2/131224023_full.pdf Diakses April 2022 .
Wiyatmi. 2006. Pengantar Pengkajian Sastra. Yogyakarta. Pustaka. Zaidan. 2000. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka.
Anonim. Konsep Kesehatan Masyarakat (Bab I Topik 1” .2020.
https://pediailmu.com/kesehatan/konsep-kesehatan-masyarakat/
PROFIL PENULIS
Ni Putu Ayu Ariasih merupakan mahasiswa Prodi Sastra Indonesia angkatan tahun 2018. Pada tahun 2018 pernah menjadi anggota bidang kekeluargaan Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia.
Dr. Drs. Ida Bagus Jelantik SP., M.Hum., menyelesaikan studi di Universitas Udayana dan UGM. Sejak tahun 1989 sebagai Staf Prodi Sastra Indonesia FIB Unud. Pernah meneliti untuk LPPM Unud, The Toyota Foundation, Pemkab Karangasem, dan Pemkot Denpasar. Kadangkala menulis untuk Bali Post dan Majalah WARTAM. Juga sebagai Redpel WARTAM, Ketua Badan Penerbit PHDI, anggota Basada PHDI, wakil ketua YPWK UNHI, anggota HISKI, kelompok Ahli Pembangunan, Dewan Pendidikan, dan Dewan Kota Pusaka Denpasar, serta Ketua Yayasan Bali Shanti.
Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S. adalah dosen Prodi Sastra Indonesia, Faktultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana, Denpasar Bali (1986 sampai sekarang). Beliau menempuh pendidikan S2 di Universitas Gajah Mada dan mendapatkan gelar doktor di Universitas Indonesia.
103
Discussion and feedback