Proses Morfologis dalam Kumpulan Puisi Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta Karya Usman Arrumy
on
STILISTIKA
Journal of Indonesian Language and Literature
e-ISSN daring: 2528-4940
Vol. 02, No.02: April 2023, 133-142
PROSES MORFOLOGIS DALAM KUMPULAN PUISI ASMARALOKA: PUISI, NADA, DAN CINTA KARYA USMAN ARRUMY
Sitatur Rohmah1*, I Wayan Simpen2, dan I Wayan Teguh3 Universitas Udayana,
*)surel korespondensi: sitaturrohmah6@gmail.com doi: https://doi.org/10.24843/STIL.2023.v02.i02.p13 Artikel diserahkan: 11 April 2022; diterima: 11 Mei 2022
THE MORPHOLOGICAL PROCESS IN THE POETRY COLLECTION ASMARALOKA: PUISI, NADA, DAN CINTA BY USMAN ARRUMY
Abstract. This research is entitled The Morphological Process in the Poetry Collection Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta by Usman Arrumy. This study aims to describe (a) the types of affixation in the poetry collection Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta by Usman Arrumy, (b) the types of reduplication in the poetry collection Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta by Usman Arrumy, and (c) types of compounding in the poetry collection Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta by Usman Arrumy. This type of research is a qualitative research with the data source in the form of a collection of poetry. The data collection methods and techniques used in this research are the note-taking method, the data analysis method and technique used is the agih method with basic techniques in the form of techniques for direct elements, as well as methods and techniques for presenting the results of data analysis in the form of formal informal methods with techniques descriptive. The results of this study include types of affixation in the form of prefixes meng- totaling 138 data, ber- totaling 61 data, di- totaling 21 data, ter- totaling 34 data, se- totaling 31 data, ke- totaling 2 data, pe- totaling 3 data, peng- totaling 8 data; the suffix –an is 26 data, -kan is 12 data, -nya is 1; infix –em- is 1; simulfixes peng-...-an totaling 6 data, per-...-an totaling 8 data, se-...-nya totaling 4 data, ke-...-an totaling 38 data. The reduplication and compounding found respectively amounted to 17 and 19 data. Apart from the result of the morphological process, there are also typical lexemes found in the data source, namely membayang, menyuar, mendamba, melindap, bertubir, diperam, and dijerang. These lexemes are markers of the uniqueness of the poetry Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta by Usman Arrumy.
Keywords: morphologi, morphological process, poetry collection
PENDAHULUAN
Puisi memiliki ketatabahasaan yang dinamakan licentia poetica (lisensi puitis), yaitu kebebasan berbahasa seorang penyair untuk menyimpang dari bentuk atau aturan konvensional untuk menghasilkan efek yang dikehendaki (Shaw dalam
Selamet, 2015). Dengan kata lain, Iicentia poetica merupakan kebebasan memanipulasi kata oleh penyair untuk menimbulkan efek tertentu pada karya dan sering kali menabrak aturan kebahasaan yang berlaku.
Puisi sebagai karya sastra tidak memiliki aturan baku untuk penyair dalam memilih padanan kata. Bahasa puisi juga acap kali mengandung banyak kemungkinan makna karena puisi mempunyai unsur rima, diksi, gaya bahasa, imaji, dan lain-lain. Unsur-unsur tersebut memungkinkan penyair untuk mengolah kata menjadi beragam bentuk, baik bentuk dasar maupun bentuk kompleks. Ragam proses pembentukan kata dalam ilmu bahasa disebut morfologi.
Dalam proses morfologis, morfem dibentuk menjadi kata atau kata dipecah menjadi morfem. Ciri-ciri kata yang sudah mengalami proses morfologis adalah (1) kata tersebut sudah berubah bentuk, (2) kata tersebut mengalami perubahan makna, dan (3) kata tersebut mengalami perubahan kategori kata. Ada beberapa cara pembentukan kata melalui proses morfologis, yaitu afiksasi, reduplikasi, pemajemukan, derivasi balik, abreviasi, dan pengonomatopean (Simpen, 2009:47--50).
Salah satu kumpulan puisi yang memiliki banyak proses morfologis adalah Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta karya Usman Arrumy. Kumpulan puisi Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta karya Usman Arrumy terdiri atas 52 judul puisi yang mengandung petuah baik untuk kehidupan. Diketahui bahwa Usman Arrumy adalah penyair milenial yang karyanya baru-baru ini membanjiri dunia sastra di Indonesia.
Buku kumpulan puisi Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta karya Usman Arrumy dijadikan sumber data penelitian karena di dalamnya terdapat kata kompleks, khususnya afiksasi dan komposisi yang jarang digunakan masyarakat pada umumnya. Misalnya, afiksasi dijerang, diperam, pemurung, membayang, merenda, tergetar, dan lain-lain; reduplikasi, misalnya kata-kata, doa-doamu, cita-citanya, baik-baik, orang-orang, dan lain-lain; komposisi atau kata majemuk, misalnya palung mata, palung kekasih, sepasang doa, denyut doa, relung malam, dan lain-lain.
Penggunaan bentuk kompleks yang jarang dipakai dalam kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan khazanah kata bahasa Indonesia yang hampir terlupakan, bahkan tidak diketahui masyarakat. Alasan ini melatarbelakangi penulis untuk meneliti proses morfologis pada kumpulan puisi Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta karya Usman Arrumy.
Dalam penelitian ini tentunya dibutuhkan pembanding dari beberapa penelitian yang sudah ada. Adapun kajian pustaka dari penelitian ini, yakni penelitian yang membahas tentang proses morfologis. Beberapa penelitian yang bertalian dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Purwanto (2015), Husna (2017), dan Oktarini (2017). Penelitian Purwanto (2015) yang berjudul Analisis
Proses Morfologi pada Kolom Sepak Bola di Koran Harian Solopos Edisi November 2014 mendeskripsikan pemakaian afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan yang terdapat dalam kolom sepak bola di koran harian Solopos. Afiksasi yang ditemukan berupa prefiks, sufiks, dan konfiks. Perbedaan penelitian Purwanto dengan penelitian penulis terletak pada sumber data. Purwanto (2015) menggunakan koran, sedangkan penulis menggunakan kumpulan puisi.
Penelitian Husna (2017) yang berjudul Proses Morfologis Reduplikasi dalam Novel Catatan Pendek untuk Cinta yang Panjang Karya Boy Candra mendeskripsikan macam-macam reduplikasi yang digolongkan menjadi reduplikasi seluruh, reduplikasi sebagian, dan reduplikasi berkombinasi afiks. Perbedaan penelitian Husna dengan penelitian ini adalah sumber data dan fokus kajian. Sumber data penelitian Husna (2017) menggunakan novel dan hanya fokus membahas reduplikasi, sedangkan penelitian ini menggunakan kumpulan puisi dan membahas seluruh proses morfologis.
Penelitian selanjutnya, skripsi berjudul Oktarini (2017) Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-laki Karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian tersebut mendeskripsikan proses morfologis menjadi tiga bagian, yaitu afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Afiksasi yang ditemukan berupa prefiks, infiks, sufiks, konfiks, dan simulfiks; reduplikasi yang ditemukan berupa reduplikasi akar dan berafiks; komposisi yang ditemukan berupa komposisi nominal. Perbedaan penelitian Oktarini (2017) dengan penelitian penulis terdapat pada sumber data penelitian. Oktarini (2017) menggunakan cerpen, sedangkan penulis menggunakan kumpulan puisi.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak dengan teknik sadap. Metode ini dibantu dengan teknik lanjutan berupa teknik simak bebas libat cakap (SBLC) dan teknik catat. Setelah melakukan penyimakan dan penyadapan, diperoleh data berupa kata kompleks dan dicatat di kartu data. Setelah data terkumpul, data akan dianalisis menggunakan metode agih dengan teknik bagi unsur langsung (BUL) dan dilanjutkan dengan teknik pelesapan, teknik pergantian, teknik perluasan, dan teknik sisip.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pembahasan berdasarkan analisis proses morfologi dalam kumpulan puisi Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta karya Usman Arrumy adalah sebagai berikut.
-
1. Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks, baik di awal, tengah, maupun di akhir bentuk tunggal atau bentuk kompleks. Ramlan (2012:57) mendefinisikan afiks sebagai satuan gramatik terikat yang merupakan unsur bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata lain. Afiks dibagi menjadi empat, yaitu prefiks, sufiks, infiks, dan simulfiks. 1.1 Prefiks
Prefiks atau sering disebut awalan adalah afiks yang melekat di depan bentuk dasar. Prefiks berjumlah delapan jenis, yaitu meng-, ke-, ber-, di-, se-, peng-, per-, dan ter. Berikut ini adalah contoh prefiks yang terdapat dalam kumpulan puisi Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta karya Usman Arrumy.
Membayang → meng- + bayang
Kata membayang terdapat pada larik yang tetap membayang di sekujur waktuku (hlm. 27). Pada data tersebut terdapat dua morfem, yaitu meng- sebagai morfem terikat dan bayang (N) sebagai morfem bebas. Morfem meng- pada data tersebut bermakna ‘menjadi bayang’ dan berfungsi sebagai pembentuk kata kerja intransitif. Bila morfem meng- dilesapkan, larik tersebut menjadi *yang tetap bayang di sekujur waktuku sehingga mengubah kategori kata dari verbal menjadi nominal dan struktur kalimat menjadi tidak gramatikal.
Bentuk membayang jarang dipakai dalam kalimat atau cakapan masyarakat umum. Biasanya, bentuk jadian dari kata dasar bayang yang sering dipakai adalah membayangkan dengan imbuhan meng- dan –kan. Bentuk ini termasuk leksem khas yang terdapat pada kumpulan puisi Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta karya Usman Arrumy.
Berlayar → ber- + layar
Kata berlayar terdapat pada larik nelayan menyatakan cinta melalui berlayar. (hlm. 21). Pada data tersebut terdapat dua morfem, yaitu ber- sebagai morfem terikat dan layar (N) sebagai morfem bebas. Morfem ber- pada data tersebut bermakna ‘melakukan pelayaran’. Bila morfem ber- dilesapkan, larik tersebut menjadi *nelayan menyatakan cinta melalui layar. sehingga mengubah kategori kata dari verbal menjadi nominal.
Dididik → di- + didik
Kata dididik terdapat pada larik dididik oleh jemarimu (hlm. 18). Pada data tersebut terdapat dua morfem, yaitu di- sebagai morfem terikat dan didik (V) sebagai morfem bebas. Morfem di- pada data tersebut bermakna ‘mendapat tindakan didik’ yang bila dilesapkan lariknya menjadi *didik oleh jemarimu sehingga mengubah kata kerja menjadi aktif.
Terbentang → ter- + bentang
Kata terbentang terdapat pada larik yang terbentang antara (hlm. 18). Pada data tersebut terdapat dua morfem, yaitu ter- sebagai morfem terikat dan bentang (V) sebagai morfem bebas. Morfem ter- pada data tersebut bermakna ‘telah membentang’ yang bila dilesapkan lariknya menjadi *yang bentang antara sehingga mengubah struktur bahasa menjadi tidak gramatikal.
Semata → se- + mata
Kata semata terdapat pada larik semata agar bulan (hlm. 25). Pada data tersebut terdapat dua morfem, yaitu se- sebagai morfem terikat dan mata (N) sebagai morfem bebas. Morfem se- pada data tersebut bermakna ‘hanya’ yang bila dilesapkan lariknya menjadi *mata agar bulan sehingga mengubah makna kata.
Kata semata menjadi salah satu morfem khas yang terdapat dalam kumpulan puisi Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta karya Usman Arrumy. Dalam larik tersebut, penyair menggunakan kata semata berkategori adverbial dan menanggalkan unsur mata dari proses reduplikasi (semata-mata). Bentuk pengulangan tidak ditampilkan, sehingga hanya terdapat afiksasi.
Kekasih → ke- + kasih
Kata kekasih terdapat pada larik Puisi ini aku tulis, Kekasih (hlm. 18). Pada data tersebut terdapat dua morfem, yaitu se- sebagai morfem terikat dan kasih (N) sebagai morfem bebas. Morfem se- pada data tersebut bermakna ‘orang yang dikasihi’ yang bila dilesapkan lariknya menjadi *Puisi ini aku tulis, kasih sehingga mengubah makna kata.
Petani → pe- + tani
Kata petani terdapat pada larik petani menyatakan cinta dengan menanam (hlm. 21). Pada data tersebut terdapat dua morfem, yaitu pe- sebagai morfem terikat dan tani (N) sebagai morfem bebas. Morfem pe- pada data tersebut bermakna ‘pekerjaannya bertani’ yang bila dilesapkan lariknya menjadi *tani menyatakan cinta dengan menanam sehingga mengubah makna kata.
Pemurung → peng- + murung
Kata pemurung terdapat pada larik Kainnya ditenun oleh para pemurung (hlm. 26). Pada data tersebut terdapat dua morfem, yaitu peng- sebagai morfem terikat dan murung (A) sebagai morfem bebas. Morfem peng- pada data tersebut bermakna ‘yang gemar murung’ yang bila dilesapkan lariknya menjadi *Kainnya ditenun oleh para murung sehingga mengubah kategori kata dari nominal menjadi adjektival.
-
1.2 Sufiks
Sufiks adalah afiks atau imbuhan yang melekat pada belakang bentuk dasar (Ramlan, 2012:60). Dalam bahasa Indonesia, sufiks terdapat banyak macam, yaitu –i, -kan, -an, -man, -wan, -wati, -da, -is, -w (-wiah), dan –nya. Beberapa di antara sufiks-sufiks tersebut berasal dari bahasa asing karena adanya kontak bahasa. Berikut ini akan dijabarkan contoh penggunaan sufiks yang terdapat dalam kumpulan puisi Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta karya Usman Arrumy yang terdiri atas –an, -kan, dan –nya.
Lembaran → lembar + -an
Kata lembaran terdapat pada larik Aku tulis di atas lembaran (hlm. 18). Pada data tersebut terdapat dua morfem, yaitu lembar (N) sebagai morfem bebas dan -an sebagai morfem terikat. Morfem -an pada data tersebut bermakna ‘tiap-tiap lembar’ yang bila dilesapkan lariknya menjadi *Aku tulis di atas lembar sehingga mengubah makna kata. Kububuhkan → ku- + bubuh + -kan
Kata kububuhkan terdapat pada larik Bila kububuhkan namamu pada baris puisiku (hlm. 24). Pada data tersebut terdapat tiga morfem, yaitu ku- sebagai morfem terikat berupa klitik, bubuh (V) sebagai morfem bebas, dan -kan sebagai morfem terikat. Morfem -kan pada data tersebut bermakna ‘membubuh untuk ...’ yang bila dilesapkan lariknya menjadi *Bila kububuh namamu pada baris puisiku sehingga mengubah makna kata.
Hakikatnya → hakikat + -nya
Kata hakikatnya terdapat pada larik Tiap jurusan hakikatnya mengarah cuma kepadamu (hlm. 80). Pada data tersebut terdapat dua morfem, yaitu hakikat (N) sebagai morfem bebas dan -nya sebagai morfem terikat. Untuk membuktikan bahwa –nya pada data tersebut bukan klitik, dapat diuji dengan menyisipkan morfem lain di antara hakikat dan –nya, misalnya *hakikat mulanya. Akibat dari penyisipan bentuk lain, bentuk hakikatnya tidak lagi menunjukkan intensitas perasaan dan mengubah maknanya.
-
1.3 Infiks
Infiks adalah afiks atau imbuhan yang melekat di tengah bentuk dasar atau biasa disebut sisipan. Dalam bahasa Indonesia terdapat empat macam infiks, yaitu –el-, -em, -in-, dan –er-. Semua infiks tersebut tidak lagi produktif membentuk kata baru. Dalam kumpulan puisi Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta karya Usman Arrumy hanya ditemukan satu penggunaan infiks –em-, yaitu sebagai berikut.
Jemarimu → jari + -em- + -mu
Kata jemarimu terdapat pada larik Terimakasih karena jemarimu telah berkenan (hlm. 86). Pada data tersebut terdapat tiga morfem, yaitu jari (N) sebagai morfem
bebas, -em- sebagai morfem terikat, dan –mu sebagai morfem terikat berupa klitik. Morfem -em- pada data tersebut bermakna ‘banyak jari’ yang bila dilesapkan lariknya menjadi *Terimakasih karena jarimu telah berkenan sehingga mengubah makna kata.
-
1.4 Simulfiks
Konfiks atau Ramlan (2012:60) menyebutnya dengan simulfiks adalah imbuhan yang sebagian unsurnya terletak di awal bentuk dasar dan sebagian yang lain di akhir bentuk dasar. Simulfiks atau imbuhan terbelah merupakan imbuhan tunggal yang terdiri atas dua unsur yang terpisah dan melekat secara bersamaan pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia terdapat banyak simulfiks, yaitu peng-...-an, pe-...-an, per-...-an, ber-...-an, ke-...-an, dan se-...-nya. Berikut ini adalah contoh penggunaan simulfiks yang terdapat dalam kumpulan puisi Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta karya Usman Arrumy.
Pengertian → peng-...-an + erti
Kata pengertian terdapat pada larik Cinta bergerak di luar pengertian (hlm. 28). Pada data tersebut terdapat dua morfem, yaitu peng-...-an sebagai morfem terikat dan erti (V) sebagai morfem bebas. Morfem peng-...-an pada data tersebut bermakna ‘kemampuan mengerti’ yang bila dilesapkan lariknya menjadi *Cinta bergerak di luar erti sehingga mengubah kategori kata dari nominal menjadi verbal.
Pernyataan → per-...-an + nyata
Kata pernyataan terdapat pada judul Pernyataan Cinta (hlm. 21). Pada data tersebut terdapat dua morfem, yaitu per-...-an sebagai morfem terikat dan nyata (A) sebagai morfem bebas. Morfem per-...-an pada data tersebut bermakna ‘hasil menyatakan’ yang bila dilesapkan lariknya menjadi *Nyata Cinta sehingga mengubah kategori kata dari nominal menjadi adjektival.
Sejatinya → se-...-nya + jati
Kata sejatinya terdapat pada larik Apa sejatinya yang tergetar di lubuk ini (hlm. 28). Pada data tersebut terdapat dua morfem, yaitu jati (A) sebagai morfem bebas dan -kan sebagai morfem terikat. Morfem -kan pada data tersebut bermakna ‘mengucapkan untuk ...’ yang bila dilesapkan lariknya menjadi *Aku ucap lebih dulu sehingga mengubah makna kata.
Kesendirianku → ke-...-an + sendiri + -ku
Kata kesendirianku terdapat pada larik kesendirianku dan kepergianku (hlm. 18). Pada data tersebut terdapat tiga morfem, yaitu ke-...-an sebagai morfem terikat, sendiri (A) sebagai morfem bebas, dan –ku sebagai morfem terikat berupa klitik. Morfem ke-...-an pada data tersebut bermakna ‘dalam keadaan sendiri’ yang bila dilesapkan lariknya menjadi *sendiriku dan kepergianku sehingga mengubah makna kata.
-
2. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar. Ada empat macam bentuk reduplikasi yang dikemukakan oleh Ramlan (2012:70--76), yaitu pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan dengan kombinasi afiks, dan pengulangan dengan perubahan fonem. Berikut ini adalah contoh reduplikasi yang terdapat dalam kumpulan puisi Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta karya Usman Arrumy.
Kata-kata
Kata kata-kata terdapat pada larik Dengan kata-kata yang sudah (hlm. 18). Reduplikasi pada data tersebut memiliki bentuk dasar kata dan diulang bentuk dasarnya sehingga menyatakan makna ‘banyak kata’. Jika dibandingkan dengan bentuk dasarnya, timbul makna ‘satu kata’.
-
3. Pemajemukan
Pemajemukan adalah gabungan lebih dari dua kata yang menimbulkan suatu kata baru. Gabungan kata tersebut lazim disebut kata majemuk. Ciri-ciri kata majemuk adalah salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata dan unsur-unsurnya tidak mungkin dapat dipisahkan atau diubah strukturnya. Berikut ini adalah contoh pemajemukan yang terdapat dalam kumpulan puisi Asmaraloka: Puisi, Nada, dan Cinta karya Usman Arrumy.
Air matamu
Frasa air matamu terdapat pada larik dibasuh oleh air matamu (hlm. 18). Data tersebut terdiri atas dua morfem bebas berupa air dan mata serta satu morfem terikat berupa –mu. Kata air mata bermakna ‘air yang bersumber dari mata’. Jika di antara dua morfem tersebut disisipi morfem lain, tidak akan terjadi pemajemukan, misalnya air dan mata yang berarti menyebutkan unsur air dan mata.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil simpulan sebagai berikut. Afiksasi yang ditemukan berjumlah 394 data dengan perincian sebagai berikut. Prefiks meng- berjumlah 138 data, ber- berjumlah 61 data, di- berjumlah 21 data, ter-berjumlah 34 data, se- berjumlah 31 data, ke- berjumlah 2 data, pe- berjumlah 3 data, peng- berjumlah 8 data; sufiks –an berjumlah 26 data, -kan berjumlah 12 data, -nya berjumlah 1 data; infiks –em- berjumlah 1 data; simulfiks peng-...-an berjumlah 6 data, per-...-an berjumlah 8 data, se-...-nya berjumlah 4 data, dan ke-...-an berjumlah 38 data. Afiksasi yang paling banyak ditemukan adalah prefiks meng-, sedangkan yang paling sedikit adalah sufiks –nya dan infiks –em- Reduplikasi yang ditemukan berjumlah 17 data yang seluruhnya berupa reduplikasi seluruh. Makna yang dihasilkan berupa
makna banyak, makna sangat atau sungguh, dan menunjukkan intensitas perasaan tertentu. Pemajemukan yang ditemukan berjumlah 19 data.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan jurnal ini dengan baik. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Drs. I Wayan Simpen, M.Hum. dan Drs. I Wayan Teguh, M.Hum. selaku pembimbing skripsi penulis yang telah sabar dan bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas segala ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Anindyarini, Atikah dan Sri Ningsih. 2008. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka
Cipta.
Husna, Asmaul. 2017. Proses Morfologis Reduplikasi dalam Novel Catatan Pendek untuk
Cinta yang Panjang Karya Boy Candra (skripsi). Makassar: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Octarini, Eighty Risa. 2017. Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-laki Karya Djenar Maesa Ayu (skripsi). Denpasar: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Purwanto. 2015. Analisis Proses Morfologi pada Kolom Sepak Bola di Koran Harian Solopos Edisi November 2014. Seminar Nasional Kajian Bahasa dan Pengajarannya (KBSP) IV 2016, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ramlan, M. 2012. Ilmu Bahasa Bahasa Indonesia, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif.
Yogyakarta: CV Karyono.
Selamet, Rahmat. 2015. Licentia Poetica dalam Tempurung Tengkurap. (diakses pada 29 Juni 2021 dari alamat http://pembelajaran-bahasa-sastra.blogspot.com )
Simpen, I Wayan. 2009. Morfologi Sebuah Pengantar Ringkas. Denpasar: Udayana University Press.
Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik: Bagian Kedua Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
PROFIL PENULIS
Sitatur Rohmah merupakan mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Universitas Udayana angkatan 2018. Pada 2020 pernah menjadi Bendahara II Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Udayana. Pada 2019-2021 aktif dalam keanggotaan pengurus Forum Persatuan Mahasiswa Islam Udayana sebagai anggota kaderisasi dan anggota ekonomi kreatif.
Prof. Dr. Drs. I Wayan Simpen, M.Hum. memeroleh gelar sarjana pada 1984. Gelar magister humaniora pada 1995 di Universitas Indonesia. Tahun 2008 memperoleh gelar doktor di Universitas Udayana. Dia dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang linguistik kebudayaan. Dengan sedikit perubahan disertasinya yang berjudul Kesantunan Berbahasa Masyarakat Penutur Bahasa Kamera di Sumba Timur diterbitkan pada 2008. Sekarang menjadi dosen di Program Studi Sastra Indonesia dan Program S2 dan S3 Linguistik.
Drs. I Wayan Teguh, M.Hum. meraih gelar sarjana di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Udayana, Denpasar pada 31 Desember 1985. Sejak 1 Maret 1987 diangkat sebagai dosen tetap di almamaternya (kini Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana). Magister dalam bidang Ilmu Sastra (Bidang Kajian Utama Linguistik) diraih di Program Pascasarjana, Universitas Padjadjaran, Bandung pada 12 Desember 1995. Selain mengampu beberapa mata kuliah di bidang linguistik, juga aktif mengadakan penelitian dan mengikuti pertemuan ilmiah, seperti lokakarya dan seminar bidang bahasa, sastra, dan budaya. Pernah menjabat sebagai Sekretaris Jurusan/Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana (2011--2017), yaitu mendampingi Drs. I Ketut Nama, M.Hum. (2011--2013) dan mendampingi Drs. I Ketut Sudewa, M.Hum. (2013—2017).
142
Discussion and feedback