Sport and Fitness Journal

Volume 8, No.1, Januari 2020: 72-79

E-ISSN: 2654-9182

WOBBLE BOARD EXERCISE DAN ISOMETRIC EXERCISE LEBIH BAIK DARI PADA WOBBLE BOARD EXERCISE DAN CALF RAISE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN STABILITAS FUNGSIONAL ANKLE PADA CHRONIC ANKLE SPRAIN

Dio Septiyan Helmi1, I Made Muliarta2, Wahyuddin3, Luh Putu Ratna Sundari4, I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti5, I Made Krisna Dinata6

  • 1    Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan Universitas Udayana, Denpasar 2,4,5,6 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar

  • 3 Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul, Jakarta

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Pendahuluan: Sprain ankle kronis merupakan overstretch pada ligamen compleks lateral ankle pada gerak inversi dan plantar fleksi. Sprain ankle kronis menyebabkan instabilitas ankle, yang disertai dengan reaksi penurunan kekuatan otot ankle karena perubahan aktivasi otot. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan efektifitas wobble board exercise dan isometric exercise dengan wobble board exercise dan calf raise exercise terhadap peningkatkan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan quasi experimental dengan rancangan pre test and post test two group design. Dalam penelitian ini 9 responden diberikan wobble board exercise dan isometric exercise selama 6 minggu dengan frekuensi latihan 2 kali seminggu, dan 9 responden diberikan wobble board exercise dan calf raise exercise selama 6 minggu frekuensi latihan 2 kali seminggu. Alat ukur yang digunakan adalah balance error scoring system (BESS).. Hasil: Hasil analisis statistik parametrik dengan paired sample t-test, menunjukkan kedua kelompok perlakuan secara signifikan dapat meningkatkan stabilitas ankle. Rerata nilai BESS sebelum perlakuan pada Kelompok I dengan rerata 30,00±2,784 dan sesudah perlakuan dengan rerata 11,67±0,866 dengan nilai p= 0,001 (p< 0,05), dan sebelum perlakuan pada Kelompok II 31,67±3,162 dan Sesudah Perlakuan dengan nilai 16,67±2,828 dengan nilai p= 0,001 (p< 0,05). Uji rerata nilai BESS post Kelompok I dan post Kelompok II dengan Independent sample t-test diantara kedua kelompok signifikan dapat meningkatkan stabilitas ankle dengan nilai Kelompok I 11,67±0,866, dan kelompok II 16,67±2,828 dan p= 0,001 (p<0,005). Rerata selisih nilai BESS pada Kelompok I 18,33±2,398 dan pada Kelompok II 15,00±1,323 sebesar 3,33 dengan nilai p= 0,001 (p<0,005} menunjukkan adanya perbedaan dalam meningkatkan stabilitas fungsional ankle. Simpulan pada penelitian adalah wobble board exercise dan isometrick exercise lebih efektif meningkatan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain daripada wobble board exercise dan calf raise exercise.

Kata Kunci : stabilitas fungsional ankle, chronic ankle sprain, wobble board exercise, isometrick exercise, calf raise exercise.

WOBBLE BOARD EXERCISE AND ISOMETRIC EXERCISE BETTER THAN WOBBLE BOARD EXERCISE AND CALF RAISE EXERCISE ON THE IMPROVEMENT OF ANKLE FUNCTIONAL STABILITY IN CHRONIC ANKLE SPRAIN

ABSTRACT

Background: Chronic ankle sprain is overstretched in complex lateral ankle ligaments in inversion and plantar flexion. Chronic ankle sprain causes ankle instability, which is accompanied by a reaction to a decrease in ankle muscle strength due to changes in muscle activation. This study was conducted to compare the effectiveness of wobble board exercise and isometric exercise with wobble board exercise and calf raise exercise to improve functional stability of the ankle in patients with chronic ankle sprain. Method: This study used a quasi experimental design with a pre-test and post-test two group design. In this study 9 respondents were given wobble board exercise and isometric exercise for 6 weeks with exercise frequency 2 times a week, and 9 respondents were given wobble board exercise and calf raise exercise for 6 weeks exercise frequency 2 times a week. The measuring instrument used is the balance error scoring system (BESS). Results: The results of the parametric statistical analysis using paired sample t-test, showed that the two treatment groups could significantly increase ankle stability. The mean value of BESS before treatment in group I with a mean of 30.00 ± 2.784 and after treatment with a mean of 11.67 ± 0.866 with a value of p = 0.001 (p <0.05), and before treatment in Group II 31.67 ± 3.162 and After treatment with a value of 16.67 ± 2.828 with a value of p = 0.001 (p <0.05). The mean BESS test post group I and group II post with the Independent sample t-test between the two groups can significantly improve ankle stability with a Group I value of 11.67 ± 0.866, and group II 16.67 ± 2.828 and p = 0.001 (p < 0.005). The mean difference in the value of BESS in group I was 18.33 ± 2.398 and in group II was 15.00 ± 1.323 at 3.33 with a value of p = 0.001 (p <0.005) indicating a difference in increasing ankle functional stability. The conclusion of the study is that wobble board exercise and isometrick exercise are more effective in increasing functional ankle stability in patients with chronic ankle sprain than wobble board exercise and calf raise exercise.

Keywords: functional stability of the ankle, chronic ankle sprain, wobble board exercise, isometrick exercise, calf raise exercise.

PENDAHULUAN

Setiap melakukan aktivitas fisik khususnya olahraga selalu dihadapkan kemungkinan cedera, dan cedera ini akan berdampak pada gangguan aktivitas fisik, psikis dan prestasi. Cedera adalah keluhan fisik yang diderita oleh pemain yang disebabkan oleh pertandingan atau latihan, sedangkan cedera olahraga adalah cedera pada sistem integumen, otot dan rangka yang disebabkan oleh kegiatan olahraga. Cedera olahraga mengakibatkan rasa sakit, kehilangan

waktu bermain atau waktu kerja, serta membutuhkan perawatan medis1.

Salah satu anggota tubuh yang sering terjadi cedera adalah pada bagian ankle. Cedera ankle dapat terjadi karena terkilir secara mendadak ke arah lateral atau medial yang berakibat robeknya serabut ligament pada ankle joint. Ankle sprain adalah salah satu cedera yang paling umum yang diderita selama aktivitas olahraga2,3.

Chronic ankle sprain disebabkan trauma inversi dan plantar fleksi ankle yang terjadi tiba-tiba pada ligamen lateral kompleks. Kerusakan

ligamen dapat menyebabkan penurunan gerakan dan instabilitas, sehingga mudah terjadinya sprain ulang dan inflamasi ulang, penumpukan serabut kolagen, timbul jaringan fibrous, menyebabkan elastisitas jaringan menurun, penyembuhan terhambat. Jika kondisi ini berlangsung lama gangguan stabilitas hingga ligament laxity (stabilitas pasif) dan penurunan fungsi neuromuscular (active stability). Pada otot akan terjadi penurunan motor recruitment otot dan non aktivasi badan golgi sehingga terjadi deficit sensorimotor, sedangkan pada ligamen merusak mekanoreseptor, yang mengakibatkan penurunan proprioceptive. Proprioceptive yang menurun akan diikuti penurunan reflex serta kelemahan otot yang pada group otot ankle dan penurunan stabilitas ankle4.

Pemberian wooble board exercise meningkatkan recruitment motor unit yang akan mengaktivasi golgi tendon dan memperbaiki koordinasi serabut intrafusal dan serabut ekstrafusal dengan saraf afferen yang ada di muscle spindle sehingga dapat merangsang proprioseptive untuk bekerja. Dalam proprioseptive, nuclei subcortical dan basa ganglia dapat menganalisis sensasi posisi dan mengirimkan umpan balik berupa kontraksi otot yang diharapkan. Dengan kembalinya fungsi dari proprioseptive maka sendi akan dapat stabil, maka nyeri akan dapat berkurang. Dengan berkurangnya nyeri akan menimbulkan peningkatan kemampuan menyangga beban tubuh sehingga meningkatkan stabilitas fungsional ankle5,6.

Pelatihan penguatan otot menggunakan isometric exercise dapat membantu serta memperbaiki kelemahan otot yang di sebabkan kerusakan ligamen lateral kompleks. Peningkatan kekuatan otot dapat meningkatkan sirkulasi pembuluh darah kapiler yang dapat meningkatkan kekuatan otot phasik yang akan mengakibatkan terjadinnya penambahan recuitment motor unit pada otot yang akan mengaktifasi badan golgi sehingga otot akan bekerja secara optimal. Dengan meningkatnya kekuatan otot ini maka ankle akan lebih stabil

dan mampu melakukan kegiatan dan aktivitas sehari-hari7.

Latihan calf raise diberikan pada kasus chronic ankle sprain untuk meningkatkan stabilitas ankle pada chronic ankle sprain. Latihan ini menggunakan beban dari dalam tubuh sendiri, dengan memaksimalkan kekuatan dari otot sehingga pada otot terjadi peningkatan tonus otot, yang berpengaruh pada peningkatan kekuatan otot. Latihan calf raise pada saraf juga dapat mengaktivasi saraf sehingga proprioceptif jugameningkat, maka dengan latihan ini akan menghasilkan suatu perfomance yang lebih baik. Latihan calf raise pada ankle ditujukan untuk memulihkan berbagai sendi gerak dan fleksibilitas otot, meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan serta meningkatkan stabilisasi pada ankle, sehingga ankle lebih stabil dan mencegah terjadinya cedera berulang8,9.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektifitas wobble board exercise dan isometrick exercise dengan wobble board exercise dan calf raise exercise terhadap peningkatkan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Klinik Segar kota Padang selama 8 minggu dilaksanakan pada bulan Januari–Februari 2019. Perlakuan yang diberikan kepada responden dilakukan sebanyak 2 kali seminggu. Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental dengan rancangan pre test and post test two group design. Penelitian ini terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok I diberikan wobble board exercise dan isometric exercise dan kelompok II diberikan wobble board exercise dan calf raise exercise .Masing-masing kelompok terdiri dari 9 orang.

Pemeriksaan stabilitas fungsional ankle

Alat ukur yang digunakan dalam penelitan ini adalah balance error scoring system (BESS). Pengukuran dengan BESS, dilakukan dengan 3 kondisi sikap dan 2 kondisi permukaan, 3

kondisi sikap yaitu double leg, single leg dan tandem stances sedangkan 2 kondisi permukaan adalah permukaan stabil dan permukaan tidak stabil dengan total posisi pemeriksaan adalah 6 posisi. Pemeriksaan dilakukan selama 20 detik dengan cara sampel menutup mata dan kedua tangan memegang pinggang, jumlah data didapatkan dari menghitung jumlah kesalahan yang dilakukan oleh sampel. Kesalahan yang dinilai dalam balance error scoring system antara lain :

  • 1.    Membuka mata

  • 2.    Mengangkat tangan dari pinggul

  • 3.    Bergerak paha ke lebih dari 30˚ fleksi atau abduksi

  • 4.    Mengangkat kaki depan atau tumit

  • 5.    Menyentuh kaki non-weight-bearing ke lantai

  • 6.    Keluar dari posisi pengujian (jatuh)

  • 7.    Gagal kembali ke posisi pengujian selama lebih dari lima detik10.

HASIL PENELITIAN

  • 1.    Karakteristik Subjek Penelitian

Tabel 1

Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Umur, Tinggi Badan, dan Berat Badan

Karakteristik

Kel I (n=9) Rerata±SB

Kel II (n=9) Rerata±SB

Umur (th)

20,56 ± 2,92

19,22 ±2,38

TB (cm)

168,56 ±4,55

167,56 ±1,74

BB (kg)

66,78 ± 7,04

61,44 ± 8,32

Pada kelompok I dan II dilakukan independent sample t test untuk mengetahui p-value umur, tinggi badan, berat badan,dan lama cidera. Didapatkan p-value umur = 0,305, tinggi badan = 0,547, berat badan = 0,162

  • 2.    Uji normalitas dan homogenitas data

Dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan Levene,s    test.    Untuk

mendapatkan gambaran dari distribusi data nilai BESS pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II dapat dilihat dalam Table 3

Tabel 2

Uji normalitas dan uji homogenitas

Nilai BESS

Shapiro wilk test

Lavene test

Kel I

Kel II

Sebelum

0,437

0,409

0,878

Sesudah

0.132

0,280

0,012

Selisih

0,751

0,11

0,064

Hasil uji normalitas menggunakan Shapiro wilk test didapatkan nilai p>0,05 berarti data berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas dengan menggunakan levene test didapatkan nilai p>0,05 yang berarti data homogen,

  • 3.    Uji Beda Rerata Stabilitas Ankle Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Untuk mengetahui efek wobble board exercise dan isometrik exercise terhadap peningkatan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain, digunakan paired sample t test. Hasil pengujian tercantum pada tabel 3

Tabel 3

Hasil Uji Beda Rerata Stabilitas Ankle Sebelum

dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok I

Variabel

Rerata ± SB

p-

Sebelum perlakuan

30,00 ± 2,784

0,001

Sesudah

11,67 ± 0,866

perlakuan

Analisa tabel diatas menunjukkan nilai p=0,001. Berarti nilai p<0,05. Dapat disimpulkan secara signifikan wobble board exercise dan isometric exercise dapat meningkatkan stabilitas fungsional ankle pada

penderita chronic ankle sprain.

  • 4.    Uji Beda Rerata Stabilitas Ankle Sebelum dan Sesudah Perlakuan Kelompok II

Untuk mengetahui efek wobble board exercise dan calf raise exercise terhadap peningkatan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain, digunakan paired sample t test. Hasil pengujian tercantum pada tabel 4

Tabel 4

Hasil Uji Beda Rerata Stabilitas Ankle

Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok II

Variabel

Rerata ± SB

p-

Sebelum perlakuan Sesudah perlakuan

31,67 ± 3,162

16,67 ± 2,828

0,001

Analisa tabel diatas menunjukkan nilai p=0,001. Berarti nilai p<0,05. Dapat disimpulkan secara signifikan wobble board exercise dan calf raise exercise dapat meningkatkan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain.

  • 5.    Uji Beda Rerata Sebelum dan Sesudah

    Perlakuan pada Kelompok I dan
    Kelompok II

Untuk mengetahui perbandingan efektifitas wobble board exercise dan isometrick exercise dengan wobble board exercise dan calf raise exercise terhadap peningkatan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain, antara kelompok I dengan kelompok II sebelum dan sesudah perlakuan digunakan independent sample t-test. Hasil pengujian tercantum pada Tabel 5

Tabel 5 Uji beda rerata stabilitas ankle sebelum dan sesudah perlakuan pada Kelompok I dan Kelompok II

Variabel

Kel 1 Rerata ± SB

Kel II

Rerata ± SB

p-value

Sebelum perlakuan

Sesudah perlakuan

30,00± 2,784

31,67±3,162

0,253

11,67± 0,866

16,67±2,828

0,001

Analisa tabel diatas menunjukkan nilai p=0,253. Hal ini berarti bahwa rerata nilai BESS sebelum pelatihan di antara kedua kelompok tidak ada perbedaan yang signifikan. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan, bahwa tidak ada perbedaan sebelum pelatihan pada kedua kelompok.

Tabel diatas menunjukkan rerata post perlakuan 1 dan perlakuan 2 setelah dilakukan pelatihan dengan nilai p=0,001. Berdasarkan perhitungan didapatkan nilai p<0,05. Kelompok perlakuan 1 dan 2 sama-sama dapat meningkatkan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain, tetapi memiliki rerata post BESS yang berbeda. pada kelompok perlakuan I 11,67 ± 0,866 dan kelompok perlakuan II 16,67 ± 2,828 yang artinya terdapat perbedaan secara signifikan antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II dalam peningkatan stabilitas ankle pada kasus sprain ankle. Dari rerata nilai post perlakuan I dengan perlakuan II dapat disimpulkan bahwa wobble board exercise dan isometrick exercise dengan wobble board exercise dan calf raise exercise sama-sama efektif terhadap peningkatan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain.

PEMBAHASAN

Wobble board exercise dan isometric exercise dapat meningkatkan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain.

Kasus sprain ankle kronis sangat berpengaruh terhadap terjadinya penurunan stabilitas ankle, penurunan stabilitas bisa meliputi gangguan stabilitas fungsional, chronic

instability dan residual instability. Stabilitas diartikan sebagai tubuh dalam keadaan seimbang baik dalam keadaan diam maupun dalam keadaan bergerak, dengan kata lain arti dari keseimbangan adalah kemampuan untuk memelihara suatu ‘fixed base of support’ dalam satu jangka waktu tertentu11.

Pelatihan proprioceptive dengan wobble board merupakan latihan stabilisasi dinamik pada posisi tubuh statis yaitu kemampuan tubuh untuk menjaga stabilisasi pada posisi tetap dengan cara berdiri satu atau dua kaki di atas wobble board. Prinsip dari latihan ini ialah meningkatkan fungsi dari pengontrol keseimbangan tubuh yaitu system informasi sensorik, central processing, dan effector untuk bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Adanya input sensoris (proprioceptive) yang cukup dan diproses di sistem saraf pusat secara tepat membuat sistem adaptive muskuloskelatal yang baik pada akhirnya memberikan peningkatan stabilitas ankle12.

Pemberian terapi latihan isometrik exercise dapat meningkatkan stabilitas ankle dengan cara membantu meningkatkan kekuatan otot serta ligamen di sekitas pergelangan kaki. Latihan kekuatan sudah menjadi bagian integral dari proses rehabilitasi setelah sprain ankle. Latihan kekuatan dimulai sesegera mungkin setelah seseorang bebas dari nyeri gerak dan kekuatan resistif dapat ditoleransi13.

Latihan isometrik pada pergelangan kaki dilakukan berdasarkan 4 arah gerakan ankle yaitu plantar flexi, dorsal flexi, inversi dan eversi. Latihan isometrik berpengaruh terhadap peningkatan stabilitas ankle dengan cara membantu meningkatkan kekuatan otot disekitar pergelangan kaki dan membantu terjadinya pengurangan nyeri ketika dilakukannnya latihan. Kekuatan otot sekitar pergelangan kaki seperti peroneus longus, brevis, dan tertius sangat penting dalam meredam tekanan dan memberikan dukungan tambahan ke ligamen lateral ankle kompleks13.

Wobble board exercise dan calf raise exercise dapat meningkatkan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain.

Latihan calf raise merupakan latihan yang digunakan untuk meningkatkan stabilitas ankle pada sprain ankle kronis, latihan ini menggunakan beban dari dalam tubuh sendri, dengan memaksimalkan kekuatan dari otot sehingga berpengaruh pada pengingkatan kekuatan otot . Latihan calf raise juga meningkatkan proprioceptive, maka dengang latihan ini menghasilkan suatu performa yang lebih baik. Latihan calf raise pada ankle di tujukan dapat meningkatkan kekuatan otot yang melibatkan otot gastrocnemius dan otot soleus otot fleksor plantar primer9.

Latihan ini bertujuan mengulur archiles tendon atau calf muscle sehingga dapat melepaskan abnormal crosslink sehingga nyeri berkurang dan fleksibilitas dari jaringan membaik serta stabilisasi ankle dan proprioceptif akan meningkat. Latihan calf raise dapat memulihkan berbagai gerak sendi dan memperbaiki fleksibilitas otot, meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan serta meningkatkan stabilitas pada ankle, sehingga ankle lebih stabil dan mencegak terjadinya cidera berulang. Dengan latihan calf raise dapat meningkatkan proprioceptive yang menghasilkan kontraksi otot yang maksimal dengan itu pengingkatan stabilitas fungsional ankle terbentuk8.

Ada perbedaan efektifitas antara wobble board exercise dan isometric exercise dengan wobble board exercise dan calf raise exercise dalam meningkatkan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain.

Dari rerata nilai perlakuan I dengan perlakuan II dapat disimpulkan bahwa wobble board exercise dan isometrick exercise dengan wobble board exercise dan calf raise exercise sama-sama meningkatkan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain. Berdasarkan hasil analisis uji t-test menunjukkan bahwa nilai rerata selisih BESS

setelah pelatihan pada kelompok perlakuan I 18,33±2,398 dan kelompok perlakuan II 15,00±1,323 dengan nilai p=0,001 yang mana semakin tinggi nilai selisih antara pre test dan post test maka semakin bagus untuk meningkatan stabilitas fungsional ankle. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II dalam peningkatan stabilitas ankle pada kasus sprain ankle.

Secara teori beda pelatihan isometric dan calf raise adalah pada mode pelatihannya yang mana latihan isometric memiliki empat mode tipe gerakan sementara calf raise hanya memiliki dua mode gerakan.

Dari data deskriptif perbandingan hasil rerata nilai selisih perlakuan I dengan perlakuan II dapat disimpulkan bahwa wobble board exercise dan isometric exercise lebih efektif terhadap peningkatan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain dari pada wobble board exercise dan calf raise exercise. Dikarenakan pada kelompok perlakuan I di isometric exercise memiliki metode latihan yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama di bandingkan dengan kelompok perlakuan II di calf raise exercise.

KETERBATASAN PENELITIAN

Keterbatasan penelitian ini yaitu Peneliti tidak bisa mengontrol secara keseluruhan aktivitas fisik sampel penelitian di luar program penelitian yang dapat mempengaruhi peningkatan stabilitas fungsional ankle pada chronic ankle sprain.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Wobble board exercise dan isometric exercise lebih efektif dibandingkan dengan wobble board exercise dan calf raise exercise terhadap peningkatan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain.

Saran

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi diharapkan peneliti selanjutnya lebih mengontrol aktivitas fisik diluar program penelitian yang dapat mempengaruhi peningkatan stabilitas fungsional ankle pada chronic ankle sprain.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Bahr, R., Holme, I. 2003. Risk factor for sport injuries-a methodological approach. Norwaygia. British Journal Sport Medicine.

  • 2.    Bleakley C. 2013. The Incidence and Prevalence of Ankle Sprain Injury: A Systematic Review and Meta-Analysis of Prospective Epidemiological Studies. Springer     International     Publishing

Switzerland.http://www.researchgate.net/pu blication/257535168.

  • 3.    Page, P., Baton R., Clare C.F. 2010. Assessment and Treatment of Muscle Imbalance The Janda Approach. Los Angeles, CA. Human Kinetics

  • 4.    Bleakley C. 2013. The Incidence and Prevalence of Ankle Sprain Injury: A Systematic Review and Meta-Analysis of Prospective Epidemiological Studies. Springer     International     Publishing

Switzerland.http://www.researchgate.net/pu blication/257535168.

  • 5.    Sundaraganesh. 2015. Effect of Wobble Board Balance Training Program among Athletes with Functionally Unstable Ankle Joint . Division of Physical Medicine and Rehabilitation, Rajah Muthiah Medical College and Hospital, Annamalai University, Chidambaram 608002, India.

  • 6.    Novianti, I.G., Jawi, I.M., Munawarah, M., Adiartha, I.P., Muliarta, I.M., Irfan, M.

2018. Latihan jalan tandem lebih meningkatkan keseimbangan lansia daripada latihan balance strategy. Sport and Fitness Journal. Vol 6, No.1, Januari 2018: 117-122.

  • 7.  Kisner, C. and Colby, L.A. 2012.

Therapeutic Exercise Foundations and Techniques. Sixth Edition. F.A Davis Company.America.

  • 8.  Sadyah.    2012. Beda Pengaruh

Penambahan Latihan Skipping Pada Intervensi Ultrasound & Calf Raise Terhadap Stability Pada Kasus Sprain Ankle Kronis. Universitas Esa Unggul.

  • 9.    Hanne S.H. 2007. Calf Management .Steinkjer, Norway. The Faculty of Social Sciences and Natural Resources ISBN 97882-7456-520-3.

  • 10.    Docherty, C.L., Valovich Mc.L.T.C., Shultz, S.J. 2006. Postural control deficits in participants with functional ankle instability as measured by the balance error scoring system. Clin J Sport Medicine.

  • 11.    Hertel, J. 2000. Functional Instability Following Lateral Ankle Sprain. Department of Kinesiology, Pennsylvania State University, University Park, Pennsylvania, USA. Injury Clinic Sports Med

  • 12.    Miller Jude A. 2011 Proprioceptive Training & Its Implications on Ankle Rehabilitation

  • 13.    Kaminski, T.W., Heather, D.H. 2002. Factors Contributing to Chronic Ankle Instability : A Strength Perspective. Journal of Athletic Training

79