KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING DAN KINESIOTAPING LEBIH BAIK DIBANDINGKAN DENGAN FOOT MUSCLE STRENGTHENING TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK DENGAN FLEXIBLE FLATFOOT
on
Sport and Fitness Journal
ISSN: 2302-688X Volume 6, No.1, Januari 2018: 25-32
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING DAN KINESIOTAPING
LEBIH BAIK DIBANDINGKAN DENGAN FOOT MUSCLE
STRENGTHENING TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN
DINAMIS PADA ANAK DENGAN FLEXIBLE FLATFOOT
Luh Ita Mahendrayani1, Dewa Putu Gede Purwa Samatra2, M.Irfan3 Ni Wayan Tianing4, Ni Nyoman Ayu Dewi5, Sugijanto6
1Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana Bali 2,4,5Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 3,6Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul
ABSTRAK
Pendahuluan: Keseimbangan dinamis merupakan sistem gerak yang berfungsi mengontrol dan mempertahankan posisi tubuh yang melibatkan sistem neuromuskular, muskuloskeletal dan kognitif dengan perubahan dari center of gravity. Keseimbangan merupakan komponen penting dalam aktivitas motorik dan kontrol postural. Hal ini dapat terganggu karena kondisi flexible flatfoot. Flexible Flatfoot adalah bentuk telapak kaki datar yang disebabkan oleh hilangnya arkus longitudinal medial saat berdiri dan akan muncul saat telapak kaki tidak menyentuh tanah yang akan menyebabkan keseimbangan dinamisnya terganggu. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan perbedaan efektivitas kombinasi foot muscle strengthening dan kinesiotaping dengan foot muscle strengthening terhadap peningkatan keseimbangan dinamis pada anak dengan flexible flatfoot.
Metode: Penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan pre and post test control group design. Subyek penelitian ini berjumlah 26 orang, yang terbagi menjadi 2 kelompok, dimana Kelompok Perlakuan (n=13) diberikan intervensi foot muscle strengthening dan kinesiotaping sedangkan Kelompok Kontrol (n=13) diberikan intervensi foot muscle strengthening. Diberikan perlakuan 3x seminggu selama 6 minggu. Teknik pengambilan sampel dengan random sampling. Keseimbangan dinamis diukur dengan balance beam walking test dan flexible flatfoot diukur dengan wet foot print test. Hasil: pada Kelompok Perlakuan diperoleh beda rerata keseimbangan dinamis sebelum intervensi sebesar 1,77±0,927 dan sesudah intervensi sebesar 3,54±0,877 dengan nilai p=0,001. Sedangkan hasil penelitian Kelompok Kontrol diperoleh beda rerata keseimbangan dinamis sebelum intervensi sebesar 1,46±0,776 dan sesudah intervensi sebesar 2,62±0,870 dengan nilai p=0,001. Uji beda sesudah intervensi pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol dengan menggunakan independent samples t-test didapatkan p=0,013 (p<0,05).
Simpulan: kombinasi foot muscle strengthening dan kinesiotaping lebih baik dibandingkan dengan foot muscle strengthening terhadap peningkatan keseimbangan dinamis pada flexible flatfoot. Saran: baik intervensi foot muscle strengthening dan kinesiotaping dapat digunakan sebagai intervensi fisioterapi dalam meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak dengan flexible flatfoot.
Kata Kunci: Flexible Flatfoot, Keseimbangan Dinamis, Foot Muscle Strengthening, Kinesiotaping, Balance Beam Walking Test, Wet Foot Print Test.
COMBINATION OF FOOT MUSCLE STRENGTHENING AND
KINESIOTAPE WITH FOOT MUSCLE STRENGTHENING TO INCREASE DYNAMIC BALANCE IN CHILDREN WITH FLEXIBLE FLATFOOT
ABSTRACT
Background: Dynamic balance was motion system that serves to control and maintain position of the body that involves the neuromuscular, musculoskeletal and cognitive system with changes from the centre of gravity. The balance was important component in motor activity and postural control. Flexible flatfoot is the flat shape of the flatfoot caused by the loss of medial longitudinal arch when standing and will appear when the foot on the ground that will cause a dynamic balance disturbed. The purpose of this study was to prove the difference in the effectiveness of a combination of foot muscle strengthening and kinesiotape with foot muscle strengthening to the increase of dynamic balance in children with flexible flatfoot.
Methods: This research was an experimental study with pre and post test control group design. Total sample of this study were 23 children, which divided into 2 groups. Treatment group (n = 13) was given foot muscle strengthening and kinesiotaping while the control group (n = 13) was given foot muscle strengthening. Do exercise 3 times a week for 6 weeks. Sampling techniques with random sampling. Dynamic balance was measured with balance beam walking test and flexible flatfoot was measured with wet foot print tes. Result: The results of this study showed mean difference of dynamic balance before intervention obtained 1.77±0.927 and after intervention obtained 3.54±0,877 with p=0.001 for the treatment group. While in control group showed mean difference of dynamic balance before intervention obtained 1.46±0.776 and after intervention obtained 2.62±0.870 with p=0.001. Test after intervention between treatment group and control group using Independent sample t-test obtained p=0.013 where p<0.05.
Conclusion: combination of foot muscle strengthening interventions and kinesiotape better than foot muscle strengthening to increase the dynamic balance with flexible flatfoot. Suggestion: Foot muscle strengthening and kinesiotaping can be used as physiotherapy interventions to improve dynamic balance in children with flexible flatfoot.
Keyword: Flexible Flatfoot, Dynamic Balance, Foot Muscle Strengthening, Kinesiotaping, Balance Beam Walking Test, Wet Foot Print Test.
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan suatu upaya dalam membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin. Dalam kehidupan seorang anak membutuhkan keseimbangan. Keseimbangan adalah faktor penting dari kebugaran fisik yang diperiksa secara statis dan dinamis.¹
Keseimbangan merupakan komponen penting dalam aktivitas motorik dan kontrol postural. Salah satu masalah pada anak yang
menyebabkan keseimbangan dinamiknya sering terganggu adalah flatfoot.²
Flatfoot adalah bentuk telapak kaki datar disebabkan lengkungan tulang-tulang menjadi lebih rata.³ Patologi flatfoot dianggap mengalami perkembangan dan sering terlihat pada anak-anak pada dekade pertama kehidupan. Usia merupakan faktor prediktif untuk flatfoot pada anak-anak, dan penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kemungkinan flatfoot meningkat dengan bertambahnya usia. 4
Dari studi pendahuluan yang sudah dilakukan terdapat 30 anak dari 120 siswa
kelas 4,5,dan 6 di SDN 5 Padangsambian yang mengalami flatfoot.
Maka dari itu untuk meningkatkan keseimbangan dinamis pada flexible flatfoot diperlukan intervensi foot muscle
strengthening dan kinesiotaping. Foot muscle strengthening merupakan latihan penguatan yang berfokus pada otot-otot kaki. Foot muscle strengthening bertujuan untuk mencegah cedera pada kaki, meningkatkan keseimbangan aktivitas fisik pada anak dan meningkatkan endurance dan power pada otot. Jika foot muscle strengthening yang diberikan tidak cocok secara anatomi dengan tubuh maka akan terjadi overtraining.5
Oleh karena itu diperlukan stabilisasi dengan menggunakan kinesiotaping.
Kinesiotaping merupakan metode yang bertujuan untuk memfasilitasi proses penyembuhan tubuh secara alami yang dimana prosesnya memberikan dukungan dan stabilisasi pada otot dan sendi tanpa membatasi gerakan tubuh. 6
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kombinasi foot muscle strengthening dan kinesiotaping lebih baik dibandingkan foot muscle strengthening terhadap peningkatan keseimbangan dinamis pada anak dengan flexible flatfoot.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah eksperimental dengan desain penelitian pre dan post-test control group design, dimana pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak atau random dengan memakai rumus Pocock. Pre dan post test control group design membandingkan perlakuan pada dua kelompok. Kelompok perlakuan yaitu foot muscle strengthening dan kinesiotaping. Kelompok kontrol foot muscle strengthening. Masing masing kelompok terdiri dari 13 anak.
Penelitian ini dilakukan di SDN 5 Padangsambian dari Desember 2016 - Januari
2017 diberikan selama 6 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi anak sekolah dasar di SDN 5 Padangsambian. Sampel pada penelitian ini adalah siswa siswi anak sekolah dasar kelas 4,5,6 di SDN 5 Padangsambian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Teknik pengambilan sampel
menggunakan random sampling. Dari jumlah populasi di SDN 5 Padangsambian adalah 120 anak yang kemudian diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel yang terpilih dirandomisasi dengan cara undian untuk mendapatkan 26 sampel sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan. Pembagian kelompok dilakukan secara acak sederhana dari subjek yang terpilih. Tiap kelompok terdiri dari 13 anak. Kelompok perlakuan akan menerima intervensi kombinasi foot muscle strengthening dengan kinesiotaping. Kelompok kontrol akan menerima intervensi foot muscle strengthening.
Prosedur penelitian ini adalah: Tahap persiapan dan Tahap Pelaksanaan.
Tahap Persiapan: a. Melakukan konsultasi untuk meminta ijin kepada Kepala sekolah SDN 5 Padangsambian b. Peneliti membuat surat ijin penelitian dan ditandatangani Ketua Prodi Fisiologi Olahraga. c. Peneliti memberikan penjelasan kepada sampel. d. Populasi mengisi blangko inform consent.
Tahap pelaksanaan: a. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada subjek. b. Menetapkan kelompok flexible flatfoot yang masuk kelompok perlakuan dan kelompok kontrol secara acak yang memenuhi kriteria inklusi. c. Melakukan pengukuran arkus dengan menggunakan wet foot print test sebelum perlakuan. d. Melakukan pre-test dengan mengukur skor keseimbangan dinamis menggunakan balance beam walking test.
-
e. Pemberian foot muscle strengthening dan kinesiotaping pada kelompok perlakuan dan pemberian foot muscle strengthening pada kelompok kontrol selama 3 kali seminggu dalam kurun waktu 6 minggu. e. Melakukan pengukuran post-test keseimbangan dinamis dengan balance beam walking test setelah perlakuan terakhir. Hasil skor pengukuran keseimbangan dinamis dicatat.
-
F. Analisis Data
-
1. Statistik deskriptif untuk menggambarkan karakteristik fisik yang meliputi umur, jenis kelamin dan indeks massa tubuh (IMT)
-
2. Uji normalitas data dengan Saphiro Wilk Test, bertujuan untuk mengetahui distribusi data normal atau tidak pada masing–masing kelompok perlakuan. Batas kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05. Hasilnya p > 0,05 maka data berdistribusi normal.
-
3. Uji homogenitas data dengan Levene Test, bertujuan untuk mengetahui variasi data. Batas kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05. Hasilnya p > 0,05 maka data homogen.
-
4. Uji hipotesis I dan II menggunakan Paired Samples t-test karena data berdistribusi normal. Untuk menguji adanya perbedaan hasil sebelum dan sesudah perlakuan pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol. Hasilnya p < 0,05 maka H0 ditolak atau Ha diterima ada perbedaan yang signifikan.
-
5. Uji hipotesis III menggunakan Independent Samples t-test untuk menguji signifikansi antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol karena data berdistribusi normal, hasilnya p < 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima ada perbedaan yang signifikan.
HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi
Karakteristik
Subjek
Penelitian
Tabel-1 Deskripsi Karakteristik Subjek
Jumlah
Karakteristik
Kategori
Kel.
%
Kel.
%
Perlakuan
Kontrol
9 Tahun
1
7,7
5
38,5
10 Tahun
2
15,4
3
23,1
Usia
11 Tahun
7
53,8
4
30,8
12 Tahun
3
23,1
1
7,7
Laki-Laki
8
61,5
8
61,5
JenisKelamin
Perempuan
5
38,5
5
38,5
Underweight
5
38,5
8
61,5
IMT
Normal
7
53,8
2
15,4
Overweight
1
7,7
3
23,1
Kombinasi
Foot Muscle Strengthening
Dan
Kinesiotaping
Uji normalitas dengan menggunakan Saphiro Wilk test, sedangkan uji homogenitas menggunakan Levene’s test, yang hasilnya tertera pada Tabel 2.
Tabel-2 Uji Normalitas dan Homogenitas | |||
Kelompok Data |
Uji Normalitas dengan Shapiro Wilk Test |
Uji Homogenitas (Levene’s Test) | |
Kel.Perlakuan |
Kel. Kontrol | ||
p |
p | ||
Sebelum Intervensi |
0,110 |
0,062 |
0,595 |
Sesudah Intervensi |
0,069 |
0,111 |
Berdasarkan Tabel 2 hasil uji normalitas pada Kelompok perlakuan dan Kelompok perlakuan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan menunjukkan nilai p>0,05 yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas dengan Levene’s test dari data sebelum perlakuan pada Kelompok perlakuan dan Kelompok kontrol diperoleh nilai p>0,05 yang berarti bahwa kedua kelompok memiliki data homogeny
-
3. Uji Beda Peningkatan Keseimbangan
Dinamis Sebelum dan Sesudah PerlakuanTabel-3 Paired Sample T-test
Sebelum
Sesudah
p
Kelompok Perlakuan
1,77±0,927
3,54±0,877
0,000
Kelompok Kontrol
1,46±0,776
2,62±0,870
0,000
Tabel 3 menunjukkan hasil beda rerata peningkatan keseimbangan dinamis pada flexible flatfoot yang dianalisis dengan paired sample t-test sebelum dan setelah intervensi
Lebih Baik Dibandingkan Dengan Foot Muscle
pada kelompok perlakuan dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna dari peningkatan keseimbangan dinamis sebelum dan setelah intervensi foot muscle strengthening dan kinesiotaping pada flexible flatfoot. Pengujian hipotesis sebelum dan setelah intervensi pada kelompok kontrol yang menggunakan uji paired sample t-test didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna dari peningkatan keseimbangan dinamis sebelum dan setelah intervensi foot muscle strengthening pada flexible flatfoot.
-
4. Uji Komparasi Peningkatan Keseimbangan Dinamis Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Tabel-4 Independent T-test
Kelompok |
p | |
Sebelum Intervensi |
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol |
0,368 |
Sesudah Intervensi |
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol |
0,013 |
Hasil analisis independent sample t-test menunjukkan hasil perhitungan beda rerata peningkatan keseimbangan dinamis yang diperoleh nilai p = 0,013 (p < 0,05) sesudah diberikan intervensi. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna pada intervensi foot muscle strengthening dengan kinesiotaping dibandingkan dengan foot muscle strengthening terhadap peningkatan keseimbangan dinamis pada flexible flatfoot.
PEMBAHASAN
-
1. Intervensi Foot Muscle Strengthening Dapat Meningkatkan Keseimbangan Dinamis Pada Anak Dengan Flexible Flatfoot
Berdasarkan hasil uji dengan uji paired sampel t test pada kelompok kontrol didapatkan rerata sebelum intervensi sebesar 1,46 dan setelah intervensi sebesar 2,62 sedangkan nilai p = 0,000 ( p < 0,05 ) yang
berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah intervensi foot muscle strengthening. Hal tersebut menunjukkan bahwa intervensi foot muscle strengthening dapat meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak dengan flexible flatfoot.
Dalam penelitian Rahmawati (2015) ditemukan bahwa lebih dari 50% siswa Raudhatul Athfal Taqiyaa Kartasura usia 5-6 tahun mempunyai kaki flatfoot dengan keseimbangan yang kurang baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa latihan motorik kasar pada anak flatfoot dan hipotonus mendapatkan hasil yang signifikan. Latihan yang utama pada anak flatfoot adalah strengthening dan meningkatkan propriosepsi dan postural balance. Latihan dan kontraksi yang berulang akan menyebabkan serabut otot membesar sehingga kekuatan otot meningkat dan keseimbangan meningkat. 7
Latihan penguatan menyebabkan peningkatan yang signifikan pada keseimbangan statis dan dinamis. Peningkatan keseimbangan dikarenakan adanya fasilitasi kecepatan twitch motor unit sehingga dapat meningkatkan koordinasi otot dalam proses penurunan disinhibisi dan stimulasi muscle spindle selama latihan penguatan. Pada kondisi ini, kontraksi otot merangsang aktivitas gamma efferent pada muscle spindle. Sensitivitas peningkatan kumparan otot dapat memperbaiki rasa posisi sendi yang memiliki peran penting dalam kontrol postural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kekuatan dapat meningkatkan keseimbangan statis dan dinamis serta kontrol postural. 8
-
2. Intervensi Foot Muscle Strengthening Dan Kinesiotaping Dapat Meningkatkan Keseimbangan Dinamis Pada Anak Dengan Flexible Flatfoot
Berdasarkan hasil paired sample t test yang dilakukan pada kelompok perlakuan dimana didapatkan rerata sebelum intervensi sebesar 1,77 dan setelah intervensi didapatkan nilai sebesar 3,54 sedangkan nilai p = 0,000
(p < 0,05) yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah intervensi foot muscle strengthening dan kinesiotaping. Hal tersebut menunjukkan bahwa intervensi foot muscle strengthening dan kinesiotaping dapat meningkatkan keseimbangan pada anak dengan flexible flatfoot.
Dalam penelitian Kim (2016) pada kelompok intervensi short foot exercise didapatkan nilai (p < 0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan bahwa latihan sensorik-motorik diterapkan pada umpan balik proprioseptif tubuh untuk mengaktifkan otot-otot intrinsik yang penting untuk menjaga arkus medial longitudinal yang dimana berfungsi untuk membantu pembentukan lengkungan dan mempertahankan keseimbangan tubuh. 9
Kinesiotaping merupakan teknik dengan mengaktifkan sistem proprioseptif. Hal ini dapat digunakan dengan berbagai cara dan diberbagai bagian tubuh, memberikan dukungan kepada otot-otot dan sendi, tanpa mengganggu jangkauan gerak. Hal ini diyakini bahwa kinesiotaping mengirimkan rangsangan sensorik melalui mechanoreceptors ditemukan di dermis dan epidermis, memberikan respon yang diperlukan pada area yang diinginkan. Penelitian telah menunjukkan bahwa kinesiotaping dapat mengurangi rasa sakit, meningkatkan fleksibilitas dan menjaga keseimbangan postural, yang dapat mengakibatkan peningkatan kinerja fungsional. Metode ini juga dapat meningkatkan atau menurunkan ketegangan otot dan membantu dalam proprioceptif, koordinasi dan gangguan keseimbangan. 10
-
3. Kombinasi Intervensi Foot Muscle Strengthening Dan Kinesiotaping Lebih Baik Daripada Foot Muscle Strengthening Dalam Meningkatkan Keseimbangan Dinamis Pada Anak Dengan Flexible Flatfoot.
Kinesiotaping adalah teknik lain untuk meningkatkan proprioceptif. Peningkatan
proprioceptif mengarah ke fungsi yang lebih baik. Kinesiotaping meningkatkan stabilitas dinamis dengan meningkatkan input sensorik, menurunkan keterlambatan dalam refleks
postural, dan meningkatkan stabilitas sendi ankle. Proprioceptif adalah bagian paling penting dari sistem motorik. Ini adalah bagian penting dari kontrol motor dan memainkan peran yang sangat penting dalam sendi dinamis. 11
Kinesiotaping telah terbukti dapat mengontrol pusat tekanan kecepatan goncangan dan mengakibatkan kinerja yang lebih baik dalam menjaga stabilitas ketika terjadi gangguan. Kinesiotaping akan meningkatkan aktivasi otot selama aktivitas. Hal ini terjadi melalui peningkatan stimulasi dari mekanoreseptor, yang kemudian menyebabkan peningkatan aktivitas fusimotor yang berkontribusi terhadap aktivasi otot yang lebih kuat dan lebih cepat. Sementara stimulasi dari mekanoreseptor akan memberi kontribusi pada peningkatan aktivitas gamma motor neuron dan kemudian meningkat. Dengan demikian, memperkuat otot posterior tibialis akan mengaktivasi reseptor sensorik dan fungsi neuromuskular yang akan meningkatkan keseimbangan dinamis karena adanya support dinamis pada arkus medial dan support statis pada otot kaki intrinsik. Latihan penguatan ini mampu meningkatkan keseimbangan pada pasien flexible flatfoot. 12
Berdasarkan hasil independent t-test pada kedua kelompok beda rerata peningkatan keseimbangan dinamis yang diperoleh nilai p = 0,013 (p < 0,05) sesudah diberikan intervensi. Hal ini berarti ada perbedaan yang bermakna pada intervensi foot muscle strengthening dengan kinesiotaping dibandingkan dengan foot muscle strengthening terhadap peningkatan keseimbangan dinamis pada flexible flatfoot.
Menurut penelitian Listyorini et al. (2015) foot muscle strengthening pada otot ekstrinsik adalah latihan yang biasanya bertujuan untuk membantu menstabilkan sendi midtarsal dan medial arkus longitudinal selama fase berdiri. Sementara itu, penguatan
otot intrinsik dimaksudkan untuk mengendalikan pronasi kaki. Sebuah studi di India telah menyelidiki bahwa latihan otot kaki dapat memperkuat efektivitas latihan antara anak-anak 10-12 tahun. Latihan yang diberikan ditargetkan untuk meningkatkan akurasi gerakan dan kekuatan otot kaki. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi perbaikan keseimbangan dinamis antara subyek dengan fleksibel flatfoot. Kombinasi foot muscle strengthening dan kinesiotaping dapat meningkatkan kontrol postural dengan baik, meningkatkan input proprioceptif sehingga keseimbangan dinamis dapat tercapai dengan baik. Foot muscle strengthening bertujuan mengurangi pronasi berlebihan, memperkuat otot kaki, memperbaiki fungsi kaki serta membantu memperbaiki struktur kaki.13
Berdasarkan penelitian Chung et al. (2016), meningkatkan kekuatan otot intrinsik dan ekstrinsik adalah metode yang paling efektif untuk mengurangi tekanan pada plantar kaki dan meningkatkan keseimbangan dinamis pada flexible flatfoot. 14
Menurut Lee and Choi (2016), gabungan latihan penguatan otot intrinsik dan penguatan otot posterior tibialis akan membantu memindahkan pusat gravitasi saat bergerak dan mempengaruhi kecepatan berjalan. sehingga keseimbangan dinamis meningkat secara signifikan. Dengan demikian, memperkuat otot posterior tibialis akan mengaktivasi reseptor sensorik dan fungsi neuromuskular yang akan meningkatkan keseimbangan dinamis karena adanya support dinamis pada arkus medial dan support statis pada otot kaki intrinsik. Latihan penguatan ini mampu meningkatkan keseimbangan pada pasien flexible flatfoot. 15
Mekanisme dasar dari kedua intervensi ini adalah untuk mendukung arkus longitudinal medial mengurangi pronasi kaki dan meningkatkan keseimbangan diamis pada anak-anak dengan flexible flatfoot. Dalam penelitian ini anak-anak dengan flexible flatfoot yang diberikan intervensi foot muscle strengthening dan kinesiotaping ini berusia 9
sampai 12 tahun. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan gejala flatfoot simtomatik, sehingga pencegahan bisa dilakukan sedini mungkin. Dengan demikian, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa foot muscle strengthening dan kinesiotaping lebih baik dari foot muscle strengthening dalam meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak dengan flexible flatfoot.
SIMPULAN
-
1. Intervensi kombinasi foot muscle strengthening dan kinesiotaping dapat meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak dengan flexible flatfoot.
-
2. Intervensi foot muscle strengthening dapat meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak dengan flexible flatfoot.
-
3. Intervensi kombinasi foot muscle strengthening dan kinesiotaping lebih baik daripada foot muscle strengthening dalam meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak dengan flexible flatfoot.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Austad, H. L. A. and Meer, v.d. 2007. Prospective Dynamic Balance Control in Healthy Children and Adults. Exp Brain Res, 181, pp.289-95.
-
2. Mehralitabar, H., Sheikh, M. and Hemayat, R., 2016. Effect of Selective Physical Training on Balance of Children with Down Syndrome. International Journal of Sport Studies, 6(3), pp.147-51.
-
3. Indardi, N. 2015. Latihan Fleksi Telapak Kaki Tanpa Kinesio Taping Dan Menggunakan Kinesio Taping Terhadap Keseimbangan Pada Flexible Flat Foot. Journal of Physical Education, Health and Sport, 2(2), pp.89-93.
-
4. Homayouni, K. Karimian, H., Naseri, M. and Mohasel, N., 2015. Prevalence of Flexible Flatfoot Among School-Age Girls. Shiraz E-Med J, 2, pp.1-3.
-
5. Hongu, N. Wells, M.J., Gallaway, P.J.
& Bilgic, P., 2015. Resistance Training:
Health Benefits And Recommendations. College of Agriculture And Life Science, pp.1-5.
-
6. Chown, G. and Innamorato, J. 2016. Perceived Benefits of Kinesio Tape® Compared to Non-Kinesiology Tape and No Tape in Healthy Collegiate Athletes. The Open Journal of Occupational Therapy, 4(4), pp.1-10.
-
7. Rahmawati, D. 2015. Pengaruh Latihan Tightrope Walker Terhadap
Keseimbangan Anak Flat Foot Usia 5-6 Tahun. Naskah Publikasi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
-
8. Mohammad, Alizadeh and Gaieni, 2012. The Effects of Six Weeks Strength Exercises on Static and Dynamic Balance of Young Male Athletes. Procedia - Social and Behavioral Sciences, pp.247-50.
12.
13.
14.
15.
-
9. Kim, E.K. and Seop, J. 2016. The Effects Of Short Foot Exercises And Arch Support Insoles On Improvement In The Medial Longitudinal Arch And Dynamic Balance Of Flexible Flatfoot Patients. The Journal of Physical Therapy Science, 28, pp.3136-39.
-
10. Cabreira, T.S. Coelho. and Quemelo. 2014. Kinesio Taping Effect On Postural Balance In The Elderly. Fisioter Pesq, 4(21), pp.333-38.
-
11. Akbari, A. Sarmadi, A. and Zafardanesh, P. 2014. Effect of Ankle Taping and Balance Exercises on Postural Stability Indices in Healthy Women. Journal Physical Therapy Science, 5(26), pp.763-69.
Fayson, S.D., Needle, A.R. and Kaminski, T.W., 2015. The Effect of Ankle Kinesio Tape on Ankle Muscle Activity During a Drop Landing. Journal of Sport Rehabilitation, 24(4), pp.391-97.
Listyorini, I. Shanti, M. and Prabowo, T. 2015. Effectiveness in Dynamic Balance: a Comparison between Foot Muscle Strengthening Using Elastic Band and without Elastic Band in Children Aged 8–12 with Flexible Flatfeet. International Journal of Integrated Health Sciences, 3(1), pp.2632.
Chung, K.A. Lee, E. and Lee, S., 2016. The effect of Intrinsic Foot Muscle Training on Medial Longitudinal Arch and Ankle Stability in Patients with Chronic Ankle Sprain. Physical Therapy Rehabilitation Science, 2(5), pp.78-83.
Lee, D. and Choi, J. 2016. The Effects of Foot Intrinsic Muscle and Tibialis Posterior Strengthening Exercise on Plantar Pressure and Dynamic Balance in Adults Flexible Pes Planus. Phys Ther Korea, 4(23), pp.27-37.
32
Kombinasi Foot Muscle Strengthening Dan Kinesiotaping
Lebih Baik Dibandingkan Dengan Foot Muscle
Strengthening Terhadap Peningkatan Keseimbangan Dinamis Pada Anak Dengan Flexible Flatfoot
Discussion and feedback