BREATHING EXERCISE SAMA BAIKNYA DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS VITAL (KV) DAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA TENAGA SORTASI YANG MENGALAMI GANGGUAN PARU DI PABRIK TEH PT. CANDI LOKA JAMUS NGAWI
on
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal
Volume 3, No.3 : 38-49, Nopember 2015
BREATHING EXERCISE SAMA BAIKNYA DALAM
MENINGKATKAN KAPASITAS VITAL (KV) DAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA TENAGA SORTASI YANG MENGALAMI GANGGUAN PARU DI PABRIK
TEH PT. CANDI LOKA JAMUS NGAWI
Oleh:
Dika Rizki Imania*, Ketut Tirtayasa**, Syahmirza Indra Lesmana***
*Prodi S1 Fisioterapi, Stikes ‘Aisyiyah, Yogyakarta
**Ilmu Faal, Universitas Udayana, Bali
***Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul, Jakarta
ABSTRAK
Gangguan fungsi paru adalah penyakit paru-paru yang disebabkan oleh berbagai sebab, seperti virus, bakteri, debu maupun partikel lainnya. Terpaparnya debu teh setiap hari pada tenaga kerja sortasi mengakibatkan penurunan fungsi paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran breathing exercise dalam meningkatkan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan kapasitas vital paru (KVP).Penelitian merupakan eksperimenmurni, dengan the one group pre test & post test design, dimana pengambilan sampel dari populasi dilakukan secararandomyang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek terdapat 10 orang dan mendapatkan perlakuan Breathing Exercise. Frekuensi latihan 3 kali seminggu selama 6 minggu. Subjek penelitian adalah semua tenaga kerja sortasi yang mengalami gangguan paru yang sudah didiagnosis melalui prosedur pengukuran fungsi paru dengan menggunakan spirometer yang dilakukan di pabrik teh PT. Candi Loka Jamus Ngawi.Analisis kemaknaan dengan Paired t-test (berpasangan) menunjukkan bahwa pemberian breathing execise meningkatan nilai Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1) danKapasitas Vital (KV), berbeda secara bermakna (p<0,05). Sedangkan uji beda selisih pada nilai VEP1 dan KV setelah perlakuan denganIndependent t-test (tidak berpasangan) menunjukkan bahwa nilai p = 0,749. Hasil tersebut menyatakan bahwatidak terdapat perbedaan peningkatan antara nilai Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1) dan Kapasitas Vital (KV) setelah perlakuan.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian breathing exercisesama baik dalam meningkatkan nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan nilai kapasitas vital (KV).
Kata Kunci : Breathing exercice, Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1) dan Kapasitas Vital (KV)
BREATHINGEXERCISE IS AS BETTER AS TO INCREASE THE FORCED EXPIRATORY VOLUME IN SECOND (FEV1) AND VITALCAPACITY(VC) OF THE
SORTEREXPERIENCEINLUNGDISORDERSATTEAFACTORY OF PT. CANDILOKAJAMUSNGAWI
-
* By: ** ***
Dika Rizki Imania*, Ketut Tirtayasa**, Syahmirza Indra Lesmana*** -
*S1 Physiotherapy Programme, STIKes ‘Aisyiyah, Yogyakarta **Science of Physiology, Udayana University, Bali ***Faculty of Physiotherapy, Esa Unggul University, Jakarta
ABSTRACT
Impaired lung function is a disease caused by various reasons, such as viruses, bacteria, dustan do ther particles. It is exposure by dust tea every day of lab or sorting result in decrease of lung function. This study aims to determine the role of breathing exercise in improving forced expiratory volume in 1 second (FEV1) and vital capacity (VC). The research designs is experiment trueby the one grouppre-testandpost-test design, where taking sample from the population by random that ful fill the inclusion and exclusion criteria. There are 10 groups of people and getting treatment Breathing Exercise. Frequency of exercise 3 times a week for 6 weeks. The subjects were all lab or ssorting who had impaired lung that has been diagnosed by the measured procedure with lung physiology measure ments were performed using aspirometer in the tea factory of PT. Candi Loka Jamus Ngawi. The significance analysis of Pairedt-test (paired) showed that giving breathing exercise increase the vital capasity (VC) and forced expiratory volume (FEV1) was significantly different (p <0.05). While different teston VC and FEV1 after treatment with the Independentt-test (unpaired) show that the value of p =0.749. The results means that there isno an increase between the value of forced expiratory volume in 1 second (FEV1) and Vital Capacity (VC) after treatment. Thus it can be concluded, the giving of breathing exercises is as better as to increase the value offorced expiratory volumein 1 second (FEV1) and Vital Capacity (VC).
Keyword: Breathing exercises, Forced expiratory volumein 1 second (FEV1) and Vital Capacity (VC).
PENDAHULUAN
Kemajuan dalam bidang industri di Indonesia memberikan berbagai dampak positif yaitu terbukanya lapangan kerja, semakin baiknya sarana transportasi dan komunikasi serta meningkatnya taraf sosial ekonomi masyarakat. Suatu kenyataan dapat disimpulkan bahwa perkembangan kegiatan industri secara umum juga merupakan sektor yang potensial sebagai sumber pencemaran yang akan merugikan bagi kesehatan dan lingkungan1.
Tenaga Kerja harus memahami dan membudayakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam aktivitasnya, sehingga tenaga kerja dapat bekerja dengan aman, selamat, sehat dan bergairah serta mampu menilai besarnya bahaya, resiko dan akibatnya selama melakukan tugasnya di lingkungan kerja masing - masing. Sebaliknya dari pihak industri akan terhindar dari semua faktor kerugian terpeliharanya proses produksi bahkan dapat terhindar dari hilangnya investasi di perusahaan2.
Kontak yang terus – menerus, menahan dan dalam konsentrasi yang cukup tinggi dengan debu-debu terhadap tenaga kerja industri, maka
lama kelamaan pada jaringan parunya akan mengalami suatu proses degenaratif. Kelainan yang terjadi pada paru ataupun saluran pernafasan akibat dari debu dapat berupa hal-hal sebagai berikut: (1) Berkurangnya kualitas maupun kuantitas serabut elastis paru, (2) Terjadinya restriksi pada saluran pernafasan, (3) Timbulnya obstruksi pada saluran pernafasan3.
Pekerjaan yang selalu berhubungan dengan zat pencemar debu, lambat laun akan menderita aneka gangguan di dalam tubuh pekerja pabrik yang dikenal dengan nama pneumokoniosis dan yang terganggu diantaranya faal paru-parunya4.
Efek yang di timbulkan di lingkungan kerja seperti terpapar debu yaitu gangguan fungsi pernapasan. Beberapa faktor dari karakteristik pekerja itu sendiri juga dapat mempengaruhi keadaan paru seperti umur, kebiasaan merokok, riwayat penyakit, kebiasaan penggunaan alat pelindung diri, status gizi, kebiasaan olahraga dan masa kerja5.
Pada pekerja khususnya di bagiansortasi PT. Candi Loka Perkebunan Teh Jamus Ngawi, peneliti melihat adanya debu teh yang cukup
tinggi karena di bagian sortasi ini adalah bagian pengayaan dimana terdapat mesin pengayaan yang memilah teh yang telah kering baik itu dari daun yang pucuk, tangkai dan dust (teh yang telah hancur). Setelah teh di ayak lalu teh di kemasi dalam kantong, yang tentunya menimbulkan debu teh yang terbang di udara. Dilihat dari aspek kesehatan, debu yang tinggi di bagiansortasi tersebut dapat mempengaruhi saluran pernafasan tenaga kerja yang kemudian mempengaruhi fungsi paru dari tenaga kerja tersebut.
Dalam upaya meningkatkan kapasitas vital paru akibat terpajannya debu dalam bekerja dapat dilakukan melalui latihan pernapasan (breathing exercise) dan diharapkan dapat memperbaiki fungsi ventilasi paru6.
Penelitian El-Batanoun (2009), menyebutkan bahwa latihan pernapasan setelah enam minggu dapat meningkatkan kekuatan otot pernapasan sehingga fungsi ventilasi paru membaik. Perbaikan ventilasi dapat dicapai setelah latihan diafragmatik, nafas dalam, spirometrik insentif, gaya berjalan dan latihan ekstremitas. Adanya peningkatan tahanan jalan udara dan penurunan udara residu mengakibatkan
kekuatan otot inspirasi yang dibutuhkan menjadi minimal7.
Memperbaiki fungsi kerja paru dan bermanfaat untuk mengatur pernapasan saat terjadi keluhan sesak nafas merupakan fungsi dari Deep breathing exercise. Pada saat inspirasi dalam, dinding perut relaks (pasif) dan udara masuk ke paru-paru melalui hidung. Latihan ini sebaiknya diikuti tehnik relaksasi8.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah breathing exercise sama baik dalam meningkatkan kapasitas vital (KV) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) pada tenagasortasi yang mengalami gangguan paru di pabrik teh PT. Candi Loka Jamus Ngawi.
Penelitian ini bertujuan : Untuk mengetahui breathing exercise lebih meningkatkan kapasitas vital (KVP) atau volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) pada tenagasortasi yang mengalami gangguan paru di PT. Candi Loka Perkebunan Teh Jamus Ngawi.
Manfaat yang dapat diambil pada penelitian adalah untuk :
-
1. Memberikan informasi ilmiah, terutama dalam melengkapi informasi-informasi yang sudah ada
dari literatur maupun hasil-hasil penelitian.
-
2. Hasil penelitian ini dapat mengungkapkan seberapa pengaruh breathing exercise lebih meningkatkan kapasitas vital (KV) atau volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) pada tenaga kerja sortasi.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilakukan pada Pabrik Teh PT. Candi Loka Jamus Ngawi selama 8 minggu yaitu bulan Mei – Juni 2014. Perlakuan yang diberikan kepada responden dilakukan seminggu 3 kali selama 30 menit dimulai pada pukul 07.00WIB. Penelitian ini adalah penelitian Pra Eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah The One Group PreandPost Test Design.
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan peningkatan nilai antara kapasitas vital (KV) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) pada tenaga kerja sortasi.
Populasi penelitian ini adalah tenaga kerja sortasi yang bersedia ikut
dalam program penelitian di pabrik teh PT. Candi Loka Jamus Ngawi. Jumlah sampel penelitian ini 10 orang dengan jenis kelamin laki-laki 3 orang dan perempuan 7orang, berusia antara 25 – 34 tahun sebanyak 3 orang dan 35 – 44 tahun sebanyak 7 orang. Pada sampel diberikan breathing exercise dengan teknik Deep Breating Exercise dan Pursed Lip Breathing.
Sebelum diberikan perlakuan yaitu breathing exercise dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu yaitu pengukuran denyut nadi, pernafasan, tekanan darah dan pemeriksaan spirometri pada sampel. Setelah 18 kali perlakuan di evaluasi untuk mengetahui keberhasilan latihan.
Hasil Pemeriksaan Spirometri :
-
(a) Normal, bila hasil KV >80% dan FEV1>75%,
-
(b) Gangguan restriksi, bila KV <80% dan FEV1 ≥75% atau <75%,
-
(c) Gangguan obstruksi, bila KV >80% dan FEV1<75%.
-
a. Statistik Diskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik fisik sampel yang meliputi umur, denyut nadi, pernafasan dan masa kerja
yang datanya diambil sebelum tes awal dimulai.
-
b. Uji normalitas data dengan shapirowilk test.
-
c. Uji homogenitas data dengan uji Levene test.
-
d. Uji peningkatan nilai KV sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan uji parametrik (paired sampel t-test).
-
e. Uji peningkatan nilai VEP1 sebelum dan sesudah perlakuan menggunakanujiparametrik (paired sampel t-test)
-
f. Uji selisih nilai VEP1 dan KV menggunakan uji parametrik (independent sample t-test)
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Tabel 1
Karakteristik Subjek
Karakt eristik Subjek |
Rentanga n |
Rerata±SB | |
n=10 |
KLP (n=10) | ||
Usia |
25 – 34 |
3 |
1,70±0,48 |
(th) |
35 - 44 |
7 | |
DN |
88 |
5 |
89,4±1,64 |
(x/mnt) |
90 |
3 | |
92 |
2 | ||
RR |
20 |
2 |
21,2±0,78 |
(x/mnt) |
21 |
4 | |
22 |
4 | ||
MK (th) |
1 – 5 |
4 |
1,6±0,51 |
6 - 10 |
6 |
Tabel 1 memperlihatkan karakteristik sampel dalam penelitian ini berupa umur, denyut nadi, frekuensi pernafasan, masa kerja sebelum perlakuan. Dapat dilihat bahwa usia antara 35-44 tahun yang lebih dominan dari pada usia 25-34 tahun.Usia antara 25-34 tahun sebanyak 3 orang dan usia antara 35-44 tahun sebanyak 7.
Data diperoleh usia diatas 35 tahunlebih banyak, hasil tersebut sama dengan penelian Kumedong tentang hubungan antara lama paparan dengan kapasitas paru tenaga kerja industri mebel diperoleh bahwa usia yang dominan mengalami gangguan fungsi paru pada tenaga kerja di industri mebel yaitu antara usia 30 – 409.
Dapat dilihat juga jumlah subyek frekuensi denyut nadi tertinggi yaitu 88 kali per menit sebanyak 5 orang dan jumlah subyek frekuensi denyut nadi terendah yaitu 92 kali per menit sebanyak 2 orang.
Denyut nadi atau denyut jantung merupakan salah satu ukuran tentang kemampuan tubuh untuk mengkonsumsi oksigen. Oksigen diangkut oleh darah dari paru paru ke otot, kemudian darah dapat sampai ke otot karena kekuatan pemompaan otot jantung. Oksigen ini diperlukan dalam
metabolisme sel otot sebagai pembakar glikogen untuk mendapatkan tenaga bergerak. Semakin banyak tubuh memerlukan oksigen maka semakin tinggi frekuensi denyut jantung, demikian juga sebaliknya. Kapasitas vital paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang melakukan olahraga. Dengan laitah pernafasan yang rutin dapat meningkatkan aliran darah melalui paru-paru sehingga menyebabkan oksigen dapat berdifusi ke dalam kapiler paru dengan volume yang lebih besar atau maksimum11.
Jumlah subyek frekuensi pernafasan dalam tabel 1 tertinggi yaitu 21 dan 22 kali per menit masing-masing 4 orang dan jumlah subyek frekuensi pernafasan terendah yaitu 20 kali per menit sebanyak 2 orang.
Sesuai pernyataan Alexandra dalam penelitian khotimah kontrol otot pernafasan pada aplikasi Pursed lip breathing saat inspirasi akan memfasilitasi peningkatan volume tidal / Vt, dan penurunan inspiratory flow rate serta frekuensi pernafasan. Penurunan frekuensi pernafasan ini akan meningkatkan efisiensi ventilasi alveolus (karena ventilasi alveolus adalah perkalian antara volume tidal / Vt dan frekuensi pernafasan / RR) ,
serta meringankan beban jantung memompa darah keseluruh tubuh11.
Masa kerja antara 1-5 tahun sebanyak 4 orang dan masa kerja antara 6-10 tahun sebanyak 6 orang. Dapat dilihat bahwa masa kerja antara 6-10 tahun yang lebih dominan dari pada usia 1-5 tahun.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Anderson, masa kerja merupakan faktor resiko terjadinya gangguan fungsi paru pada tenaga kerja, tenaga kerja dengan masa kerja >5 tahun berpotensi mengalami gangguan fungsi paru yang lebih besar dibandingkan tenaga kerja yang bekerja <5 tahun10.Diperoleh juga bahwa ada 3 orang (30%) yang mengalami gangguan paru dalam masa kerjanya ≤ 5 tahun dan masa kerja > 5 tahun sebanyak 7 orang (70%)9.
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas | |
Variabel |
p Uji Normalitas (Saphiro Wilk- Test) |
KVP Pre |
0.177 |
KVP Post |
0.258 |
VEP1 Pre |
0,287 |
VEP1 Post |
0,691 |
Berdasarkan tabel 2 hasil uji normalitas data (shapiro wilk test) sebelum dan setelah perlakuan menunjukan bahwa dari uji tersebut
pada kelompok perlakuan memiliki nilai p >0,05, yang berarti data kapasitas vital (KV) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) pada sebelum dan setelah perlakuan berdistribusi normal.
Tabel 3
Hasil Uji Homogenitas Variabel p Uji Homogenitas (Levene Test)
KV & VEP1 Pre 0.616
KV & VEP1 Post 0.407
Selisih KV & VEP1 0,757
Berdasarkan Tabel 3 hasil uji homogenitas data (Levene-Test)
hasilnya nilai KV dan VEP1 sebelum perlakuan p = 0,616 dan KP dan VEP1 setelah perlakuan p = 0,454 dimana (p = > 0,05) serta hasil uji selisi KV dan VEP1 yaitu p =0,757 (p > 0,05) yang berarti data bersifat homogen.
Tabel 4
Uji Peningkatan Nilai KVSebelum dan Setelah perlakuan Breathing Exercise.
Uji paired Data n Rerata±SB sample t-test
t p
KV Pre 10 2360,0±107,49 -16,71 0,000
KV Post 10 2750,0±84,98
Berdasarkan Tabel 4 nilaiKapasitas Vital (KV) setelah 6 minggu diberikan breathing exercise yang dianalisis dengan uji paired
sampel t-test (dua sampel berpasangan) dengan KV Pre dan KV Post nilai p = 0,000 (p>0,05). Hasil nilai tersebut menyatakan ada pengaruh yang signifikan pada pemberian breathing exercise terhadap peningkatan Kapasitas Vital (KV).
Tabel 5
Uji Peningkatan Nilai VEP1 Sebelum dan Setelah perlakuan
Breathing Exercise.
Uji paired
Data n Rerata±SB sample t-test VEP t p
Pre 10 2030,0±94,86
Post 10 24,10±119,72 -19,00 0,000
Berdasarkan Tabel 5 nilaivolume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) sebelum dan setelah pemberian Breathing Exercise selama 6 minggu yang dianalisis dengan uji paired sampel t-test (dua sampel berpasangan) dengan VEP1 Pre dan VEP1 Post nilai p = 0,000 (p>0,05). Hasil nilai tersebut menyatakan ada pengaruh yang signifikan pada pemberian breathing exercise terhadap peningkatan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1).
Sejalan dengan penelitian Khotimah diperoleh hasil bahwa durasi latihan pernafasan dengan teknik Pursed lips breathing, waktu antara 3
sampai 5 menitdengan jeda 2 detik selama 15 menit, meningkatkan volume paru dan meningkatkan kualitas hidup pasien penyakit paru obstruksi kronik11.
Dalam penelitian Westerdahl latihan deep breathing,latihan yang terbukti dapat meningkatkan kemampuan otot inspirator. Kekuatan otot inspirator yang terlatih akan meningkatkan compliance paru dan mencegah alveoli kolaps (atelektasis). Dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa latihan deep breathing dapat meningkatkan fungsi ventilasi dengan perbaikan karakteristik frekuensi dan keteraturan pernapasan12.
Latihan deep breathing yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan kemampuan organ pernapasan. Terlatihnya otot inspirator akan meningkatkan kemampuan paru untuk menampung volume udara sehingga pada saat responden melakukan pekerjaan dan kegiatan sehari-hari tanpa adanya gangguan13.
Tabel 6
Uji Selisih Rerata Nilai KV dan VEP1
Independent t-test
Selisih n Rerata ± t p SB
Selisih 10 390,0 ±
KV 73,78 0,325 0,749
Selisih 10 380,0 ±
VEP1 63,24
Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa beda selisih rerata nilai kapasitas vital (KV) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dengan analisis kemaknaan dengan uji Independent t-test, menunjukkan bahwa nilai p adalah p = 0,749 (p>0,05). Hasil nilai tersebut menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan nilai KV dan VEP1 sesudah perlakuan. Artinya pemberian breathing exercise sama-sama meningkatan nilai kapasitas vital (KV) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1).
Pada tenaga kerja sortasi yang terpapar debu mengakibatkan adanya penyumbatan jalan nafas yang ditandai dengan sesak nafas biasanya pernafasan menjadi cepat dan pendek, ketika hal itu terjadi otot pernafasan yang digunakan lebih dominan pernafasan dada yang seharusnya menggunakan otot-otot abdomen, dimana otot-otot pernafasan dada adalah tipe otot 1 yaitu otot yang mudah lelah sehingga jika tenaga kerja cepat lelah maka terganngu aktifitasnya.
Pemberian Breathing Exercise dengan teknik pursed lips breathing dapat meningkatkan nilai volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (VEP1) pada tenaga kerja sortasi, dimana teknik pursed lips breathing adalah kontrol
pernafasan pendek dan teknik ini menekankan pada proses ekspirasi yang lebih panjang daripada inspirasi dengan bibir di monyongkan seperti meniup lilin, tujuannya adalah mempermudah pengeluaran udaya yang tesumbat oleh debu. Dengan teknik pursed lips breathing, udara yang dihambat oleh bibir menyebabkan tekanan dalam rongga mulut lebih positif yang akan menjalar ke saluran napas yang tersumbat dan mempertahankan tetap terbuka.
Selain penyumbatan saluran pernafasan akibat terpapar debu pada tenaga kerja sortasi dapat juga mengakibatkan adanya gangguan pengembangan pada parunya sehingga menurunnya nilai kapasitas vital (KV).
Pemberian Breathing Exercise dengan teknik deeb breathing dapat meningkatkan nilai kapasitas vital (KV). Deeb breathing menekankan pada pernafasan normal Vt sehingga otot bantu pernafasan tidak terlibat, teknik ini menurunkan beban kerja otot pernafasan.
Sejalan dengan penelitian Nurhayati tentang bahwa Deep Breathing lebih meningkatkan nilai Kapasitas Inspirasi daripada DiapragmaBreathing dengan frekuensi
3 kali per minggu selama 6 minggu sebesar 15,5%.
Hasil penelitian Nury mengatakan bahwa latihan pernapasan dengan pernapasan diafragma dan pursed lips breathing meningkatkan kapasitas paru sehingga memperbaiki kualitas hidup8. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
-
1. Breathing exercise meningkatkan nilai kapasitas vital (KV) pada tenagasortasi yang mengalami gangguan paru di pabrik teh PT. Candi Loka Jamus Ngawi.
-
2. Breathing exercise meningkatkan nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) pada tenagasortasi yang mengalami gangguan paru di pabrik teh PT. Candi Loka Jamus Ngawi.
-
3. Breathing exercisesama baik dalam meningkatkan kapasitas vital (KV) dan volume ekspirasi paksa detik pertama(VEP1) pada tenagasortasi yang mengalami gangguan paru di pabrik teh PT. Candi Loka Jamus Ngawi.
Berdasarkan simpulan penelitian, disarankan beberapa hal yang berkaitan
dengan peningkatan kapasitas vital paru pada tenaga sortasi:
-
1. Karena pentingnya peningkatan kapasitas vital (KV) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) pada tenaga kerja sortasi, peneliti menyarankan dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui peningkatan kapasitas vital (KV) dan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) pada tenaga kerja sortasi dengan jangka panjang mengingat prevalensi dan mortalitinya akan terus meningkat pada dekade mendatang dan penurunan fungsi paru pada tenaga kerja sortasi.
-
2. Dapat menggunakan alat ukur (spirometer) yang lebih baik (spirometer digital) agar hasil pengukuran lebih tepat.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Khumaidah. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Mebel PT. Kota Jati Furnindo Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara, Thesis, Universitas
Diponogoro, Semarang.
-
2. Suma’mur. 1995. Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan. CV. Haji Masagung. Jakarta.
-
3. Mulyono, Djoko; Santoso DI. 1997. Tuberkulosis Milier Dengan TuberkulonaIntrakrania Dalam Cermin Dunia Kedokteran 115; 3031.
-
4. Roslan, Rosidi. 2000. Exposure Debu Kapas Hubungannya dengan Kesehatan Fungsi Paru Pekerja pada Bagian Pelaksana Produksi di PT. Industri Sandang 1Unit Patal Bekasi, Skripsi FKM-UI,Jakarta.
-
5. Mengkidi, Dorce. 2006. Gangguan Fungsi Paru Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Karyawan PT. Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Selatan. Diakses 14 Juni 2014 dari http://www.eprints.undip.ac.id/154 85/1/Dorce_Mengkidi.pdf.
-
6. Ignatavicius, D.D. & Workman, M.L. 2006. Medical surgical nursing ; criticalthinking for collaborative care; fifth edition, volume 2, Elsevier Saunders, Westline Industrial Drive, St. Louis, Missouri.
-
7. El-Batanouny, M.M., Amin, M.A., Salem, E.Y. & El-Nahas, H.E.
2009. Effect of exercise on ventilatory function in welders. Egyptian Journal ofBronchology, Volume 3. No 1, Juni 2009, diperoleh 12 Pebruari 2010 darihttp://www.
essbronchology.com/journal/june_2 009/PDF/7-mohamed_elbatanony.pdf
-
8. Nury, N. 2008. Efek latihan otot-otot pernafasan pada penyakit paru obstruksi kronis di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo.Jakarta. diperoleh 2 Pebruari 2010 dari http://www.fkui.org.
-
9. Kumendong, Donald J.W.M. 2011. Hubungan Antara Lama Paparan dengan Kapasitas Paru Tenaga Kerja Industri Mebel di CV. Sinar Mandiri Kota Bitung. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
-
10. Anderson, 2006, Patofisiologi Proses-Proses Penyakit . Edisi 6, Jakarta, EGC.
-
11. Khotimah, Siti. 2011. Latihan Endurance Meningkatkan Kualitas Hidup Lebih Baik Dari Pada Latihan Pernafasan Pada Pasien PPOK Di Bp4 Yogyakarta. Thesis, Universitas Udayana. Denpasar
-
12. Westerdahl, E., Linmark, B., Ericksson, T., Friberg, O., Hedenstierna, G. & Tenling, A. 2005. Deep breathing exercises reduce atelectasis andimprove pulmonary function after coronary artery bypass surgery. diperoleh 12 Pebruari 2010 dari http://chestjournal.chestpubs.org/co ntent/128/5/3482.full.html.
-
13. Basuki, N . 2008. Fisioterapi Kardiopulmonal. Politehnik Kesehatan Surakarta
-
14. Nurhayati. 2013. Latihan Deep Breathing Meningkatkan Kapasitas Inspirasi Lebih Besar Daripada Diaphragm Breathing Pada
Pengendara Motor. Fakultas
Kedokteran, Udayana Bali.
49
Discussion and feedback