HUMANIS

Journal of Arts and Humanities

p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X

Terakreditasi Sinta-3, SK No: 105/E/KPT/2022

Vol 26.4. Nopember 2022: 377-385

Aktualisasi Perempuan dalam Novel My Lecturer My Husband karya Gitlicious

Women Actualization in My Lecturer My Husband Novel by Gitlicious

Tristanti Apriyani, Aisyah Akhlaqul Karimah

Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia

Email korespondensi: [email protected], [email protected]

Info Artikel


Masuk:2 Agustus 2022

Revisi:30 Oktober 2022

Diterima:4 Nopember 2022 Terbit: 30 Nopember 2022

Keywords: actualization; woman; My Lecturer My Husband


Kata kunci: aktualisasi; perempuan; My Lecturer My Husband

Corresponding Author:

Tristanti Apriyani,emal: [email protected] ad.ac.id

DOI:

https://doi.org/10.24843/JH.20

22.v26.i04.p07


Abstract

Today, the development of Indonesian literature has undergone many changes, marked by the birth of female authors who present various ideas about the world of women. The world of women described by female authors does not only tell women in the domestic sphere of women but also women in the public sphere. One of them is Gitlicious in his work entitled My Lecturer My Husband. This study examines the actualization of women in the novel My Lecturer My Husband by Gitlicious by relying on the formulation proposed by Betty Friedan. This type of qualitative descriptive research uses documentation techniques and literature study as data collection methods. Meanwhile, the data analysis technique used is the interactive data analysis technique, which includes data reduction, data presentation, and data verification. The study's results prove that the actualization of women depicted in the novel My Lecturer My Husband shows the flexibility of women's roles in the public sphere. However, it does not exceed the position of men in terms of work and intelligence. Women are imaged as if they have succeeded in getting out of the domestic and public spheres so that women are aware of and reposition themselves into the domestic sphere.

Abstrak

Dewasa ini perkembangan sastra Indonesia mengalami banyak perubahan, ditandai dengan lahirnya pengarang perempuan yang menghadirkan beragam gagasan tentang dunia perempuan. Dunia perempuan yang digambarkan pengarang perempuan tidak hanya menggambarkan perempuan di ranah domestik perempuan, namun juga perempuan di ranah publik. Salah satunya adalah Gitlicious dalam karyanya yang berjudul My Lecturer My Husband. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktualisasi perempuan dalam novel My Lecturer My Husband karya Gitlicious dengan bersandar pada rumusan yang dikemukakan Betty Friedan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan teknik dokumentasi dan studi kepustakaan sebagai metode

pengumpulan datanya. Sementara itu, teknik analisis data yang dilakukan adalah teknik analisis data interaktif meliputi teknik reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian membuktikan bahwa aktualisasi perempuan yang tergambar dalam novel My Lecturer My Husband menunjukkan adanya keleluasaan peran perempuan di ranah publik, meskipun tidak melebihi posisi laki-laki dalam hal jabatan dan kecerdasan. Perempuan dicitrakan seolah-olah sebagai sosok yang telah berhasil keluar dari ranah domestik ke ranah publik digunakan agar perempuan menyadari dan memposisikan kembali ke ranah domestik.

PENDAHULUAN

Peran dan keberadaan perempuan dalam penulisan novel Indonesia sebelum tahun 2000-an cenderung terabaikan. Hasil kajian yang dilakukan Junus (1984) tentang perkembangan novel Indonesia sejak tahun 1920 hingga 1970-an, menunjukkan tidak terdapat bahasan tentang pengarang perempuan dan karyanya. Berbeda dengan Teeuw 1989 (177–79) yang masih menyebut beberapa penulis perempuan jenis fiksi pop seperti NH Dini, Rahayu Prihatmi, dan Titis Basino, meski dinilai memiliki nilai sastra yang rendah (Wiyatmi, 2012: 80). Berbeda yang dikemukakan Rampan (1997) bahwa hingga tahun 1990 di Indonesia terdapat kurang lebih 40 orang penulis perempuan yang produktif menulis karya sastra dan terdapat 22 orang yang karyanya dianggap mengandung nilai sastra yang cukup baik. Wiyatmi (2020: 2) pun menerangkan bahwa sejumlah sastrawan perempuan di Indonesia tidak pernah disebut oleh para kritikus sastra dan sejarawan sastra dan mirisnya mereka umumnya tidak melanjutkan karier kepengarangannya di periode selanjutnya.

Dewasa ini perkembangan sastra Indonesia mengalami banyak perubahan, ditandai dengan lahirnya pengarang perempuan yang menghadirkan beragam gagasan tentang dunia perempuan. Dunia perempuan yang digambarkan pengarang

perempuan tidak hanya menggambarkan perempuan di ranah domestik perempuan, namun juga perempuan di ranah publik. Hal ini merupakan wujud keberanian para pengarang perempuan dalam menghasilkan karya yang dapat dimaknai sebagai usaha pencarian identitas. Eksistensi dan peran para pengarang perempuan ini lebih mudah dipahami dengan menggunakan perspektif feminis.

Reinharz (2005: 67) berpendapat bahwa perspektif feminis dapat digunakan untuk memahami perempuan melalui sudut pandangnya sendiri. Perspektif ini diharapkan dapat memperbaiki cara pandang yang meremehkan aktivitas dan pemikiran perempuan. Beberapa kemungkinan adanya pengaruh budaya patriarkat dalam pembentukan citra perempuan dan laki-laki, relasi di atara keduanya, dan perlawanan terhadap dominasi patriarkat yang terefleksi dalam karya-karya sastra.

Aktualisasi diri dan peran perempuan di ranah publik masih menjadi diskusi hangat di berbagai wacana termasuk di dalam karya sastra. Aktualisasi diri yang dimaksud adalah keinginan seseorang dengan mengerahkan seluruh potensinya untuk memperoleh kepuasan terhadap apa pun yang diinginkan. Gambaran dunia perempuan di dalam karya sastra memiliki hubungan ketegangan antara kenyataan dan rekaan sebagaimana yang dikemukakan Teeuw (1989: 228). Hal

tersebut didasari oleh pemikiran bahwa dalam sebuah karya sastra, dunia nyata dan dunia imajimasi saling berjejalin dan memiliki makna. Oleh karena itu fenomena yang terjadi di dunia nyata sering kali memberikan inspirasi pengarang untuk menuliskan kembali ke dalam karya sastranya. Tentu saja semua itu dikembalikan pada salah satu fungsi karya sastra sebagai sarana untuk menyuarakan hati nurani suatu masyarakat dengan cara menyadarkan masyarakat akan arti kehidupan dan berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupan.

Persoalan aktualisasi dan peran perempuan di ranah publik dan ranah domestik juga tidak luput dari perhatian pengarang muda bernama Gitlicious atau Mbak Git dalam novelnya yang berjudul My Lecture My Husband. Novel ini merupakan hasil tulisan Gitlicious yang diunggah di aplikasi Watpad. Seperti diketahui bahwa watpadd merupakan situs web atau aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk membaca dan mengirimkan karya sastra (Apriyani, 2020: 112). Sebagai sebuah karya sastra populer My Lecture My Husband cukup banyak digemari pembaca. Terbukti karya Gitlicious yang dimuat di laman wattpad ini telah dibaca sebanyak 9,2 juta kali dan menarik perhatian penerbit RMD untuk menerbitkan karya Gitlicious ini. Bahkan produser MD entertainment dengan sigap memproduseri webseries di televisi digital berdasarkan novel My Lecture My Husband.

Baik webseries maupun novel My Lecture My Husband banyak menarik perhatian pemerhati kajian bahasa dan sastra Indonesia untuk diteliti. Akhir (2021) meneliti dialog berdasarkan webseries My Lecture My Husband. Akhir (2021) menggunakan perspektif semiotika Roland Bathes untuk meneliti makna tanda kasih sayang tokoh utama

dalam serial My Lecture, My Husband dan ditemukan ada lima tanda kasih sayang dalam dialog tersebut. Fatoni Aminuddin et al., 2021) mengkaji sisi pelanggaran prinsip kerja sama beserta implikatur dalam tuturan tokoh utama dalam web series berjudul My Lecturer My Husband episode 1, 4, dan 8.

Sementara kajian terhadap novel My Lecture, My Husband lebih banyak diminati para peneliti bahasa seperti; Dawus et al., (2021); Rihanah et al., (2021); dan Rosnaningsih, (2021). Dawus et al., (2021) meneliti jenis tindak tutur direktif dan ekspresif serta fungsi tindak tutur dalam novel tersebut, sedangkan Rihanah et al., (2021) lebih memfokuskan hanya pada analisis tindak tutur ekspresifnya saja. Sementara itu Rosnaningsih (2021) menganalisis penggunaan deiksis dalam Novel My Lecturer My Husband. Berdasarkan hasil pencarian terhadap penelitian sastra dengan objek material novel My Lecture, My Husband hanya penelitian yang dilakukan oleh Intan (2021). Penelitian tersebut bertujuan untuk membongkar dan membincangkan isu kekerasan simbolik dalam Novel My Lecture My Husband. Menurut Intan (2021) kekerasan simbolik dalam novel My Lecturer My Husband berlaku pada tiga tataran yaitu akademis, pernikahan, dan keluarga.

Novel My Lecture My Husband menceritakan pasangan suami istri yang tampak saling membantu, berbagi peran dan tanggung jawab. Arya sebagai seorang suami memberikan kebebasan kepada istrinya Inggit untuk menyelesaikan studi S1 di tengah perannya sebagai ibu rumah tangga. Arya digambarkan sebagai sosok suami yang memiliki prinsip bahwa seorang ibu harus berpendidikan tinggi agar anak-anak belajar tentang kehidupan pertama kali kepada ibunya.

Sosok Inggit dalam Novel My Lecture My Husband merupakan sosok perempuan mendapat kesempatan untuk bebas mengaktualisasikan dirinya ke ranah publik. Namun problematisasi terhadap berbagai persoalan yang dikemukakan pengarang pada akhirnya akan jatuh kembali pada konsep dasar sejak dahulu dikonstruksi sebagai embedded practice yaitu perempuan harus lebih mengutamakan dan kembali ranah dosmestik. Gambaran sosok Inggit yang digambarkan Gitlicious merupakan keadaan dan pandangan perempuan yang berasal dari dalam dirinya sendiri, yang meliputi aspek fisik dan psikis (Sugihastuti & Suharto, 2016: 112-113). Gambaran yang menurut Sugihastuti & Suharto (2016) memiliki dua sisi yaitu sisi keindahan dan kelemahan. Keindahan yang dimaksud bahwa perempuan dapat membuat laki-laki terpesona, sedangkan kelemahan bahwa perempuan dianggap lemah dan dijadikan alasan laki-laki untuk mengekspoitasi keindahannya.

Peran dan posisi perempuan dalam ranah domestik memang menjadi polemik yang terus diproduksi bahkan pada karya sastra. Friedan (1997) merupakan seorang aktifis feminis gelombang kedua yang menguak adanya krisis identitas yang dialami perempuan. Krisis tersebut berkenaan dengan kekhawatiran perempuan jika perempuan dapat menyelesaikan pendidikannya dan menjadi pintar, maka ia akan gagal menjadi perempuan ideal yaitu perempuan yang feminin. Sebelumnya sosok perempuan yang diidamkan adalah perempuan new woman yaitu perempuan yang mengejar karir, senang bertualang, dan memiliki kekasih. Konsep new woman berhasil disosialisasikan lewat media massa.

Gambaran new woman pada kenyataannya tidak seindah yang dideskripsikan di media massa termasuk dalam karya sastra. New woman pun

akhirnya malah menjadi mimpi perempuan yang telah menjadi ibu rumah tangga. Pada saat seorang perempuan yang telah bersuami dan menjadi ibu rumah tangga, justru ia merasakan kekosongan. Kekosongan yang dimaksud berkenaan dengan segala aktivitas yang dilakukan itu bertujuan untuk membahagiakan anak dan suami (Friedan, 1997: 154-155). Dapat dikatakan kebahagiaan perempuan sangat tergantung kebahagiaan anak dan suaminya.

Menurut Friedan (1997: 157) mistik perempuan menjadi pangkal dari terjadinya krisis identitas yang dialami perempuan. Perempuan dilarang untuk berkarir karena hal tersebut akan menyebabkan ketidakfemininan seorang perempuan. Ketidakfemininan ini dinilai dapat menghancurkan kebahagiaan rumah tangga. Mistik feminin membuat perempuan terhambat perkembangannya melalui dua cara yaitu dengan melepaskan segala komitmen dan hidup yang diwakilkan melalui suami dan anak-anaknya (Udasmoro, 2018: 8). Mistik Feminin membentuk pemikiran perempuan bahwa tujuan akhir dari hidup perempuan adalah membangun cinta dan mengutamakan komitmen keluarga di atas komitmen pribadi. Pada akhirnya mistik feminin mendorong perempuan untuk menyingkirkan pertanyaan seputar identitas perempuan. Hal ini disebabkan pada masa gerakan feminis gelombang kedua berlangsung, status seorang istri sangat bergantung pada pekerjaan suami. Artinya tinggi rendahnya status seorang perempuan sangat bergantung pada tinggi rendahnya status pekerjaan suaminya. Perempuan akan persalahkan jika ia menghilangkan sifat femininnya dan diminta untuk kembali ke ranah domestik dan menjaga kefemininannya.

Aktualisasi perempuan yang tergambar dalam karya sastra, berdasarkan konsep mistik feminin yang

dikemukakan Friedan (1997) dapat dicermati pada cara pemenuhan identitas tokoh perempuan yang digambarkan pengarang. Pengarang menggambarkannya dengan memberikan contoh pada pembaca tentang cara perempuan bersikap dan mengambil keputusan untuk kembali ke ranah domestik yang pada akhirnya menjadi objek. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktualisasi perempuan dalam novel My Lecturer My Husband karya Gitlicious dengan menggunakan rumusan Friedan sebagai pisau analisisnya.

METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif karena sifat dari masalah yang dikemukakan yang lebih banyak mengungkapkan dan memahami fakta di balik fenomena yang belum diketahui (Miles et al., 2014). Penelitian kualitatif pun diharapkan dapat mengungkapkan makna yang tersembunyi dengan melakukan interpretasi dari apa yang dilihat, didengar dan dipahami. Objek material pada penelitian ini berupa novel My Lecture My Husband karya Gitlicious tahun terbit 2017 yang diterbitkan oleh RDM Publisher dengan jumlah halaman 257.

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument) karena peneliti turut menentukan keterlibatannya dalam rencana penelitian. Sementara itu, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data interaktif seperti yang dirumuskan oleh Miles, et. al., (2014), meliputi teknik reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Tahap reduksi data meliputi pengumpulan data dengan cara membaca dengan cermat dan berulang terhadap objek material pada penelitian ini. Tahap penyajian data merupakan tahap penyusunan data dengan melakukan pemilihan dan

pemilahan bagian yang sudah diberi tanda sesuai dengan fokus penelitian. Tahap verifikasi dilakukan dalam rangka penarikan kesimpulan dengan dukungan hasil validitas data dan reliabilitas dara. Langkah tersebut dilakukan agar data yang ditampilkan konsisten dan valid sehingga dapat dihasilkan kesimpulan yang teruji.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Citra Perempuan Ideal

Gitlicious menghadirkan sosok Inggit sebagai perempuan modern yang tumbuh menjadi sosok perempuan dewasa dengan semangat dan ambisi untuk berkarir. Inggit digambarkan sebagai perempuan cerdas, senang bertualang, ceria, dan mandiri. Sebagaimana dalam kutipan berikut.

Ya, Gue emang merantau dan hidup sendiri. Sebagai anak tunggal yang belum pernah lepas sama orang tua, jauh dari mereka jadi ujian tersendiri. Biasanya kalau ada kesempatan libur, gue pasti akan menyempatkan diri buat pulang (Gitlicious, 2017: 6)

Di tengah aktivitasnya Inggit pun memiliki kehidupan percintaan dengan Karatama mahasiswa kedokteran. Mereka sudah menjalin hubungan selama satu setengah tahun. Akan tetapi Inggit tidak ingin cepat-cepat menikah karena baginya menikah akan menghambat harapan-harapannya.

Karatama Reinha adalah seorang mahasiswa kedokteran, dia juga semester enam sama kayak gue. Kami kenal karena pesta ulangtahun Juna saat semester dua, kami jadian di semester tiga, dan hubungan kami sudah jalan satu setengah tahun (Gitlicious, 2017: 6).

Citra fisik yang dimiliki Inggit adalah sosok perempuan yang cantik dan mempesona. Kecantikan Inggit ini

digambarkan Gitlicious secara tersirat melalui pengamatan Arya selama 6 tahun yang dituangkan bentuk puisi di dalam buku hariannya.

Halaman berikutnya, hanya ada bait-bait puisi kecil singkat akan rasa kagum terhadap seseorang yang membuat gue segera membuka halaman berikutnya. Gue kembali menemukan foto gue saat upacara penerimaan mahasiswa baru saat itu, dengan wajah kusam dan kumal khas mahasiswa yang baru di ospek, dan di bawah foto itu ada sebuah tulisan, Finally i found you.. (hlm 169)

Sosok Inggit memiliki posisi terpenting di hidup Arya sama seperti posisi ibunya. Ibunya merupakan sosok ibu rumah tangga yang lebih mengutamakan kebahagiaan suami dan anaknya. Sosok perempuan yang mengabdikan diri hanya untuk keluarganya.

…sampai halaman terakhir, gue menemukan foto gue dan ibu mertua gue, dan dibawahnya ada tulisan, two most important women in my life.. dari buku itu kini gue mengerti bahwa saat ini gue adalah satu-satunya perempuan yang terpenting di dalam hidupnya. (hlm 169)

Citra perempuan ideal yang digambarkan Gitlicious menjadi berubah setelah Inggit menikah dengan Arya. Meskipun Arya merupakan laki-laki pilihan orang tuanya, Inggit mulai mengenal lebih jauh pribadi Arya. Citra Inggit kemudian digambarkan sebagai sosok yang dapat memberikan kebahagiaan dan ketentraman untuk keluarganya. Di satu sisi citra Inggit tidak lepas dari konstruksi budaya patriarki yang memberikan pengakuan atas feminitasnya, namun di sisi lain sosok Inggit dideskripsikan berusaha mencari pengakuan atas feminitasnya. Citra

perempuan dengan semangat new woman yang dideskripsikan Gitlicious berubah menjadi citra perempuan ideal karena hal tersebut merupakan mimpi Inggit untuk menjadi ibu rumah tangga yang bahagia. Inggit pun berbangga hati dengan status dan posisinya.

Inggit memutuskan untuk memulai kehidupan dengan membuka lembaran yang baru, dengan pikiran yang lebih tenang dan pribadi yang lebih dewasa demi mendapatkan hidup yang lebih baik untuk dirinya, suaminya, dan anak-anaknya sampai sisa hidup mereka (Gitlicious, 2017: 250).

Citra Inggit sebagai perempuan modern dalam novel My Lecture My Husband seakan-akan digambarkan berhasil keluar dari ranah domestik. Sesungguhnya ranah publik tersebut dipakai untuk menggiring perempuan agar menyadari kodratnya untuk berada di ranah domestik, seperti kutipan di bawah ini.

Setelah selesai masak, dia pun melepaskan apronnya dan menuangkan nasi goreng yang ia buat ke piring yang sudah gue sediakan (Gitlicious, 2017: 200)

Aktualisasi Perempuan di Ranah Domestik dan Ranah Publik

Keberadaan perempuan di ranah publik merupakan salah satu hal yang cukup membanggakan. Akan tetapi hal ini terkadang masih menjadi polemik yang cukup pelik, terutama pada masyarakat dengan nuansa budaya patriarki yang masih kental. Begitu pula dengan tokoh Inggit, ketika ia mendapatkan kesempatan untuk kuliah. Beberapa orang di kampung halamannya menyangsikan akan kesuksesan Inggit. Untuk mewujudkan harapannya menjadi manusia yang sukses, Inggit rela pergi

merantau dan bekerja paruh waktu agar dapat membiayai kuliahnya.

Awal penceritaan tokoh Inggit digambarkan sebagai sosok anak muda yang tidak menganggap pernikahan adalah prioritas hidupnya. Bagi Inggit pencapaian kesusksesan membutuhkan tenaga dan waktu yang ekstra, sehingga menikah tentu akan menghambat proses pencapaian tersebut. Pada saat itu Inggit sudah berpacaran dengan Tristan, namun mereka tidak merencanakan untuk menikah dalam waktu dekat. Inggit membayangkan jika ia menikah muda, maka ia akan disibukkan dengan berbagai pekerjaan dan untuk mencapai aktualisasi diri pun menjadi sulit. Akan tetapi ketika orang tuanya menjodohkan Inggit dengan Arya yang merupakan dosennya sendiri, anggapan tersebut menjadi pudar. Sosok Arya digambarkan sebagai suami yang modern, memiliki pemikiran yang terbuka, dan selalu mendorong Inggit untuk dapat menyelesaikan pendidikannya.

Dalam perjalanan pernikahannya dengan Arya, Inggit mengalami krisis identitas. Ia berusaha untuk mencari pemenuhan identitasnya melalui Arya suaminya. Gitlicious secara pasif ingin memberikan contoh pada pembaca tentang gambaran perempuan yang sudah menikah dalam bersikap dan bertindak. Selalu mengutamakan kepentingan keluarga dibanding kepentingan dirinya sendiri. Inggit menjadi tidak suka pergi keluar malam dan menghabiskan waktu mengobrol dengan teman-temannya di café. Ia lebih senang menghabiskan waktu bersama Arya di rumah. Memasak untuk suaminya, melayani suaminya, dan menemani suaminya mengerjakan tugas-tugas kampus.

Gitlicious pun secara aktif menggambarkan citra perempuan secara sadar untuk kembali memasuki ranah domestik setelah berkecimpung di ranah publik. Bagi Arya semua impiannya

terwujud, menikahi Inggit perempuan yang sudah diincarnya 6 tahun lalu, melanjutkan studi S-3 nya di luar negeri, dan memiliki anak kembar tiga. Sementara Inggit meskipun pada akhirnya dia dapat menyelesaikan pendidikan Sarjananya, namun ia tidak bisa mengikuti suaminya dan tinggal di luar negeri karena kondisi kehamilannya yang tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh. Ia harus rela berpisah dengan Arya dan menunda keinginannya untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pascasarjana.

“Jangan memaksakan diri untuk berangkat kalau kamu tahu itu beresiko untuk kamu atau pun anak kita, saya gak ingin kalian kenapa-napa.”(Gitlicious, 2017: 240).

Sebenarnya Arya tidak melarang Inggit untuk mengembangkan dirinya dan mengaktualisasikan dirinya di ranah publik. Dalam hal ini Gitlicious secara aktif memberikan contoh bahwa seorang istri harus menyadari dengan kodratnya agar berada di ranah domestik. Seperti dalam kutipan di bawah ini.

Pilihannya ga enak memang, tapi gue harus tau apa yang gue prioritaskan saat ini. Kuliah dalam keadaan hamil besar dan juga mempunyai tiga bayi tidak terdengar seperti ide yang bagus (Gitlicious, 2017: 247).

Meskipun sayang karena harus melewatkan beasiswa yang banyak orang idam-idamkan setelah melewati serangkaian tes yang cukup panjang, tapi gue percaya kalau apa pun yang kita lakukan itu gak sia-sia. Seperti gue dapat menambah wawasan dan menjadi lebih ʻdekatʼ dengan suami gue karena persiapan tes beasiswa itu misalnya (Gitlicious, 2017: 248).

Sosok perempuan kembali dihadapkan pada sebuah kondisi dimana ia harus secara sadar mengembalikan dirinya ke ranah domestik. Gitlicious ingin memberikan contoh bahwa perempuan yang normal adalah perempuan yang bisa mengutamakan perkawinannya dan perannya sebagai ibu rumah tangga. Dalam hal ini kebahagiaan seorang perempuan sangat bergantung pada kebahagiaan anak dan suaminya. Hal ini tentu bertentangan dengan citra perempuan yang pada awalnya diciptakan oleh Gitlicious. Sosok perempuan yang dihadirkan Gitlicious dalam novel ini sebagai perempuan modern yang tumbuh menjadi sosok perempuan dewasa dengan semangat dan ambisi untuk berkarir. Perempuan yang harus berani mewujudkan mimpi dan cita-citanya. Namun pada akhirnya perempuan diaktualisasikan Gitlicious sebagai pribadi yang harus dengan sadar kembali ke ranah domestik.

Gue sedang berada di kampus gue saat ini untuk melanjutkan jenjang pendidikan lebih lanjut. Meskipun sempat melepaskan beasiswa sejujurnya gue ingin melanjutkan studi agar lebih berimbang dengan suami gue yang udah menyandang gelar S3-nya (Gitlicious, 2017).

Penggambaran posisi Inggit dalam ranah publik yang diciptakan Gitlicious pun pada akhirnya tidak pernah melebihi posisi Arya dalam hal kecerdasan dan pendidikan. Perempuan masih diposisikan sebagai sosok yang masih di bawah kekuasaan laki-laki. Bahkan ketika perempuan mendapatkan kesempatan, perempuan tidak dapat leluasa dimanfaatkan kesempatan itu. Keputusan perempuan merupakan keputusan bersama laki-laki dan bukan merupakan keputusan pribadinya.

Tokoh perempuan harus tunduk pada arahan suami, dan menjunjung tinggi kehormatan suami. Inggit memang digambarkan dapat berkiprah di ruang publik. Akan tetapi tidak mengubahnya menjadi sosok yang bisa menguasai dan mengendalikan Arya. Seolah ranah publik yang diciptakan Gitlicious dijadikan sebagai dunia ekstra bagi Arya untuk mengendalikan dan mempersempit ruang gerak Inggit.

SIMPULAN

Dalam novel My Lecturer My Husband, sosok perempuan dicitrakan seolah-olah sebagai sosok perempuan yang telah berhasil keluar dari ranah domestik dan memasuki ranah publik. Akan tetapi pada akhirnya pengarang menyajikan sebuah gambaran aktualisasi perempuan yang menyadari dan memposisikan kembali dirinya ke ranah domestik yang menjadi kodratnya. Aktualisasi perempuan dalam novel My Lecturer My Husband seolah menunjukkan adanya keleluasaan peran perempuan di ranah publik. Hanya saja aktualisasi     perempuan     tersebut

digambarlan masih tidak melebihi posisi laki-laki dalam hal jabatan dan kecerdasan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kepada Prodi Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan yang telah memfasilitasi dalam proses penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Akhir, M. (2021). Kasih sayang dalam serial web drama My Lecture My Husband (tinjauan semiotik Roland Barthes). Edumaspul, 5(2).

Apriyani, T. (2020). Pembelajaran Sastra Populer Berbasis Wattpad Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Literasi Baca Tulis. Suar Betang,

15(1),                      107–116.

https://doi.org/10.26499/surbet.v15i1. 152

Dawus, K., Sukanadi, N. L., & Wedasuwari, I. A. M. (2021). Analisis tindak tutur dalam novel My lecturer My husband karya Gitlicious (Kajian Pragmatik). JIPBSI; Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 3(2), 1–10.

Fatoni Aminuddin, I., Junawaroh, S., &

Nurdiyanto, E. (2021). Pelanggaran prinsip kerja sama serta implikatur dialog tokoh Arya dan Inggit dalam web series My Lecturer My husband episode 1, 4, dan 8. Jurnal Iswara, I(1), 1–15.

Friedan, B. (1997). The Feminine Mystique. W.W. Norton & Company, Inc .

Gitlicious. (2017). My Lecture My Husband. RDM Publisher.

Intan, T. (2021). Kekerasan simbolik dan perlawanan perempuan dalam novel My Lecturer My Husband karya Gitlicious. Jurnal Bebasan, 8(1), 18– 34.

Junus, U. (1984). Perkembangan Novel Indonesia Modern. Kualalumpur: Pengkajian Bahasa.

Miles, M., Huberman, M., & Saldana, J. (2014). Qualitative data analysis; a methods sourcebook (3rd ed.). SAGE Publication.

Rampan, K. L. (1997). Wanita Penyair Indonesia. Balai Pustaka.

Reinharz, S. (2005). Metode-metode feminis dalam       Penelitian       Sosial.

Diterjemahkan Dalam Bahasa Indonesia Oleh Lisabona Rahman Dan J. Bambang Agung. Jakarta: Women Research Institute.

Rihanah, A., Permadi, D., & Mulasih, M. (2021). Analisis tindak tutur ekspresif dalam novel My lecturer My husband karya Gitlicious. Hasta Wiyata, 4(2), 181–189.

https://doi.org/10.21776/ub.hastawiya ta.2021.004.02.06

Rosnaningsih, A. (2021). Penggunaan deiksis pada novel My lecturer My husband karya Gitlicious. Lingua Rima; Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 10(1), 85–94.

Sugihastuti, & Suharto. (2016). Kritik Sastra Feminis; Teori dan Aplikasinya. Pustaka Pelajar.

Teeuw, A. (1989). Sastra Indonesia modern: II. Dunia Pustaka Jaya.

Udasmoro, W. (2018). Dari Doing ke Undoing Gender: Teori dan praktik dalam kajian feminisme. UGM PRESS.

Wiyatmi. (2012). Kritik sastra feminis teori dan aplikasinya dalam sastra Indonesia. Ombak.

Wiyatmi. (2020, October 3). Perempuan dalam kesusastraan Indonesia. Seminar Nasional Bahasa Dan Sastra Indonesia Unpam.