1

FETISISME YANG DIALAMI OLEH

TOKOH HACHIBE DALAM MANGA AI KORA

KARYA INOUE KAZUROU

Ni Kadek Ana Yuliani

Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Abstract

This research aims at fetishism of psychosexual about a figure named Hachibe in the Japanese novel taken from Inoue Kazurou. The result of data analysis was then presented with informal method. The theories used in this research are psychoanalytic theory taken from Sigmund Freud, semiotics taken from Marcel Danesi, drawing a comic theory taken from McCloud. According to the result of the analysis, the form of fetishism by Hachibe in the comic are straight foot like Sunny chan’s foot, blue safire eyes like a cat eyes, big breast like railway coach of Shinkansen type 200, bumpy of waist like Bizen’s porcelain, buttocks like peach, soft and length nape of neck, soft ears like a marsmallow, and sexy lip. Factor that caused fetishism such as the past life experience, imagination about sensuality fetish, and to appreciate and search fetish if to meet a woman in first time. The effort of Hachibe to overcome the fetishism are to be aware of self from mind about fetish and to throw all photos and collection about fetish.

Keywords: Literary of Psychology, Psychoanalytic, Fetishism.

  • 1.    Latar Belakang

Fetisisme merupakan kelainan seksual yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan yang disebabkan oleh pengalaman tertentu seseorang pada masa kanak-kanak (Sudarsono, 1993:83). Dalam psikologi, fetisisme dikaitkan dengan kecenderungan atau tingkah laku seksual, dalam hal ini minat erotik seseorang yang berpusat pada suatu bagian tubuh atau pada pakaian wanita, misalnya celana dalam wanita (Bagus, 2005:240-241). Kisah mengenai fetisisme juga dapat ditemui dalam karya sastra, seperti cerita dalam manga.

Manga Ai Kora menceritakan tokoh Hachibe yang mengalami fetisisme sehingga disebut fetishist. Dia berusaha keras untuk dapat selalu dekat dengan bagian tubuh idamannya. Manga Ai Kora dipilih sebagai objek penelitian berdasarkan pertimbangan berikut. Pertama, manga Ai Kora ini menceritakan kasus fetisisme yang dialami oleh tokoh Hachibe. Hachibe tidak malu mengakui bahwa dirinya fetisisme terhadap bagian tubuh wanita terbukti saat Hachibe

menceritakan kepada teman-teman bahwa dirinya memiliki fetis yang sangat disukainya. Fetisisme yang dialami oleh tokoh Hachibe tidak hanya pada satu bagian tubuh wanita, melainkan pada beberapa bagian tubuh wanita. Beberapa bagian tubuh tersebut, yaitu mata biru terang seperti mata kucing, kaki lurus dari paha hingga pergelangan seperti kaki Sunny chan (tokoh serial kartun), dada besar seperti Shinkansen tipe 200, dan sebagainya. Kedua, manga ini menceritakan gejolak antara id, ego, dan superego dalam diri Hachibe. Gejolak antara id, ego, dan superego yang dialami Hachibe terlihat ketika Hachibe berusaha untuk mengatasi fetisisme yang dialaminya.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

  • 1.    Bagaimanakah bentuk fetisisme yang dialami oleh tokoh Hachibe dalam manga Ai Kora karya Inoue Kazurou?

  • 2.    Bagaimanakah faktor penyebab terjadinya fetisisme pada tokoh Hachibe dalam manga Ai Kora karya Inoue Kazurou?

  • 3.    Bagaimanakah upaya tokoh Hachibe untuk mengatasi fetisisme yang dialaminya dalam manga Ai Kora karya Inoue Kazurou?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memahami bentuk fetisisme yang dialami oleh tokoh Hachibe, memahami faktor penyebab terjadinya fetisisme pada tokoh Hachibe, dan memahami upaya tokoh Hachibe untuk mengatasi fetisisme yang dialaminya dalam manga Ai Kora karya Inoue Kazurou.

  • 4.    Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode dan teknik pengumpulan data, yaitu metode perpustakaan dengan teknik catat (Ratna, 2009:39). Data yang berkaitan dengan penelitian dicatat agar tidak ada data yang terlupakan. Metode dan teknik analisis data menggunakan metode formal serta metode deskriptif analisis (Ratna, 2009:53). Data yang berkaitan dengan penelitian dijelaskan secara

terperinci sesuai teori dan aspek-aspek karya sastra. Metode dan teknik penyajian hasil analisis data yaitu dengan metode informal (Ratna, 2009:50). Penyajian hasil analisis data terarah pada penjelasan dengan uraian kata-kata dan pernyataan secara naratif.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

    5.1    Bentuk Fetisisme

Bentuk fetisisme yang dialami Hachibe mendapat pengaruh dari id yang membuatnya memiliki banyak fetis idaman. Bentuk fetisisme idaman tersebut antara lain 1) fetis kaki Sunny chan; 2) fetis mata biru terang seperti mata kucing; 3) fetis dada besar seperti gerbong paling depan Shinkansen tipe 200; 4) fetis lekukan pinggang seperti guci Bizen; 5) fetis bokong seperti buah persik; 6) fetis tengkuk halus dan jenjang; 7) fetis kuping lembut seperti marsmallow; dan 8) fetis bibir indah (sexy lip). Bentuk fetisisme tersebut terjadi karena beberapa faktor dari dalam diri Hachibe. Oleh karena itu, dia berupaya untuk mengatasi fetisisme yang dialaminya tersebut.

  • 5.2    Faktor Penyebab Terjadinya Fetisisme

    1.    Pengalaman Hidup Masa Lalu

Hachibe diceritakan memiliki pengalaman masa lalu yang selalu diingatnya sampai masuk SMU. Dia berniat memiliki kaki idaman seperti kaki Sunny chan, tokoh animasi anak-anak. Ibunya sendiri pun menilai Hachibe sangat menyukai kaki Sunny chan yang lurus dari paha hingga betis, seperti tanpa pergelangan kaki. Hachibe tidak peduli dengan Sunny chan yang merupakan karakter anime atau manusia sesungguhnya. Dalam hal ini berperan id Hachibe yang hanya memikirkan kesenangan (Feist, 2012:32). Dia tidak tahu ada atau tidaknya mengenai keberadaan kaki Sunny chan dalam dunia nyata. Hal tersebut dia bawa hingga remaja dan ketertarikannya terhadap bagian tubuh wanita semakin bertambah.

  • 2.    Imajinasi yang Mengarah pada Seksualitas Tentang Fetisime

Hachibe berimajinasi dengan fetis dada besar seperti gerbong paling depan Shinkansen tipe 200. Hachibe berimajinasi seolah sedang berada di antara dada

tersebut dan akan terhisap oleh fetis tersebut. Saat dia berimajinasi tentang dada tersebut, dia dipengaruhi oleh id untuk memperoleh kesenangan. Selain itu, Hachibe berimajinasi setelah melihat kaki Sunny chan idamannya mengenakan stocking pantyhose yang indah. Stocking pantyhose tersebut menambah daya tarik dan sensualitas kaki Sunny chan. Hal tersebut membuat Hachibe tidak bisa menahan diri untuk tidak membayangkan dan merasakan kuncian kaki Sunny chan dengan mengenakan stocking pantyhose tersebut. Kuncian kaki tersebut seperti memainkan kaki menjadi bentuk yang diinginkan, seperti bentuk segitiga atau segiempat.

  • 3.    Kebiasaan Menilai dan Mencari Fetis Setiap Bertemu Wanita untuk pertama kali

Ketika Hachibe pertama kali bertemu Tsubame Sensei, dia langsung menilai tentang kemungkinan fetis yang dimiliki Tsubame Sensei. Akhirnya Hachibe menemukan fetis kaki Sunny chan idamannya. Dalam hal ini berperan id Hachibe tanpa sadar telah mencari fetis yang dia sukai pada tubuh wanita yang baru pertama kali ditemuinya. Hachibe mencari fetis untuk kesenangannya semata sesuai dengan harapannnya dari kecil. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan wanita pemilik kaki Sunny chan idamannya. Dia merasa tidak menyesal jauh-jauh datang ke Tokyo demi memenuhi keinginan hatinya. Id dengan kuat mempengaruhi Hachibe sehingga dia tidak sadar sedang memandangi Tsubame Sensei dengan wajah terkejut. Hachibe yang mencari fetis pada seorang wanita yang baru pertama kali ditemuinya juga terjadi di sekolah. Hachibe dengan radar pencari fetisnya dengan cepat menemukan fetis yang dimiliki wanita yang ada di hadapannya, yakni tengkuk halus. Tengkuk halus merupakan bagian tubuh idaman baru Hachibe. Hachibe langsung ingin memijatnya dengan minyak pijat karena keindahan tengkuk tersebut. Dalam hal ini Hachibe senang menemukan fetis tengkuk halus yang tak sengaja ditemukannya.

  • 5.3    Upaya Tokoh Hachibe untuk Mengatasi Fetisisme

    1.    Menyadarkan Dirinya

Hachibe mengatasi fetisisme dengan berusaha menyadarkan diri dari fetis yang dibayangkannya. Hal ini dilakukan Hachibe karena Hachibe tidak bisa

bisa menahan dirinya yang sangat mencintai fetis.

(1)「うう...ちきしょォ、なんでこんな事に...ようやく出会っ たオシリなのに...あの感触、あの形...張りがあって、大 きすぎず小さすぎず...手のひらにこう吸いつくような感じ で...」ハチベエ:「ってバカーッ!余韻に浸ってんじゃねー よ オレ!!ありゃ 男だ!!男の尻なんだ!!しかもおちょっ とそのおケのある男の!!」

「ああ...ダメだ...このままじゃオレの頭がおかしくなっ ちまう。おかげで学校にもいけねぇ...」

ハチベエ:「ああ...いっそなくなってくれりゃ こんなに苦 しまずに済...」(あいこら3, 2006:95-96)

Romaji:

Uu…chikishoo, nande konna koto ni… youyaku deatta oshiri na noni…ano kanshoku, ano katachi…hari ga ate, ooki sugizu chiisa sugizu…te no hira ni kou sui tsuku youna kanji de…

Hachibe :tte bakaaa!! Yoin ni hitatten janeeee yo ore!! Arya otoko da!!

Otoko no shiri nanda!! Shikamo chotto sono ke no aru otoko no!!

aa…dame da…konomama ja ore no atama ga okashiku nacchimau.

Okage de gakkou nimo ikenee…

Hachibe :aa…isso naku natte kurerya konna ni kurushi mazu ni su…(Ai Kora 3, 2006:95-96)

Terjemahan:

‘Padahal, itu bokong yang akhirnya kutemukan…sensasi dan bentuk itu…kencang dan besarnya sesuai…perasaan yang pas dengan telapak tangan…’

Hachibe : “dasar bodooooh!! Malah terbayang-bayaaang!! Itu cowok!! Bokong cowok!! Cowok yang condong ke arah sana, lagi!!” ‘Ah…jangan…kalau begini terus, pikiranku jadi aneh. Gara-gara itu, aku juga nggak bisa ke sekolah…ah…kalau itu bisa lenyap, aku nggak perlu menderita begini…’

Pada kutipan (1) ditunjukkan Hachibe dalam keadaan bingung karena fetis bokong idamannya dimiliki oleh laki-laki yang mengarah pada pecinta sesama jenis. Walaupun telah ditemukan, Hachibe tidak tenang karena fetis bokongnya itu dimiliki oleh laki-laki. Dalam hal ini berperan ego Hachibe yang berusaha melupakan fetis bokong tersebut. Kendatipun dia dengan susah payah menemukan fetis idamannya, tetapi dia berusaha menghentikan pikirannya tentang fetis tersebut. Dalam hal ini superego berperan kuat menuntun Hachibe untuk melihat sanksi moral yang akan diterimanya apabila masih dekat dengan Haiji. Hachibe

akan dianggap pencinta sesama jenis juga oleh teman-teman jika masih bergaul dengan Haiji.

  • 2.    Membuang Semua Foto dan Benda yang Berkaitan dengan Fetis

Upaya yang dilakukan Hachibe untuk mengatasi fetisisme berikutnya adalah

membuang semua foto dan benda koleksi yang berkaitan dengan fetis. Dia tentu memiiki cinta sesungguhnya terhadap perasaan wanita. Oleh karena itu, dia rela membuang semua foto dan benda koleksi tentang fetis.

(2)「天幕の信用を得るためには、すべてを捨てるしかない!!撮りだ めた写真や雑誌をすべて捨てて...今度こそ...今度こそ、 パーツフェ千を完全にやめる!!パーツ愛が天幕を泣かせてしま うというなら、オレはパーツ愛を捨てるんだ!!」

(あいこら12, 2008:48-49)

Romaji:

Tenmaku no shinyou wo eru tameniwa, subete wo suterushikanai!! Toridameta shashin ya zasshi wo subete suttee… kondo koso… kondo koso, paatsu fechi wo kanzen ni yameru!! Paatsu ai ga Tenmaku wo nakaseteshimau to iu nara, ore wa paatsu ai wo suterunda!!

(Ai Kora 12, 2008:48-49)

Terjemahan:

“Demi mendapatkan kepercayaan Sakurako lagi, aku harus membuang semuanya!! Buang semua foto yang kuambil dan majalah ini…dan kali ini…kali ini aku akan benar-benar berhenti jadi fetishist parts!! Kalau kecintaanku pada bagian tubuh membuat Sakurako menangis, aku akan membuangnya!!”


Gambar 1: Hachibe mengemas semua koleksi tentang fetis dan akan membuangnya.

(Ai Kora 12, 2008:49)

Pada kutipan (2) diceritakan Hachibe yang berusaha mendapatkan kembali kepercayaan dari Sakurako. Dia mencintai Sakurako dan bagian tubuh idaman tetapi bagi Hachibe cinta dan kepercayaan dari Sakurako lebih penting dari sekedar bagian tubuh idaman. Hal ini berkaitan dengan ego Hachibe yang melihat kenyataan bahwa tidak selamanya dia hanya bisa mencintai bagian tubuh tanpa

memikirkan pasangan hidup dan cinta sejatinya. Dia tidak ingin orang yang dicintainya menangis karena dirinya masih mencintai bagian tubuh idaman saja. Superego dengan kuat membuat Hachibe menyadari hal yang harus dilakukannya supaya tidak kehilangan cinta dan kepercayaan dari Sakurako. Dia bertindak demikian benar-benar dari hati. Kendatipun sempat muncul keraguan, namun akhirnya dia membuang semua foto dan benda koleksi mengenai fetis. Dilihat juga dari gambar 1 yang menunjukkan Hachibe dengan wajah serius dan semangat membara. Dia mengemas semua koleksi mengenai fetis tanpa tersisa satu pun. Hal tersebut menandakan Hachibe serius terhadap tekadnya untuk membuang semua foto dan benda koleksi tentang fetis.

  • 6.    Simpulan

Bentuk fetisisme yang dialami oleh tokoh Hachibe sebagian besar mendapat pengaruh dari id karena memiliki banyak fetis berdasarkan untuk kesenangan semata. Fetis idaman Hachibe dalam manga Ai Kora berjumlah delapan, yaitu 1) fetis kaki Sunny chan; 2) fetis mata biru terang seperti mata kucing; 3) fetis dada besar seperti gerbong paling depan Shinkansen tipe 200; 4) fetis lekukan pinggang seperti guci Bizen; 5) fetis bokong seperti buah persik; 6) fetis tengkuk halus dan jenjang; 7) fetis kuping lembut seperti marsmallow; dan 8) fetis bibir indah (sexy lip). Hachibe mempunyai banyak fetis berdasarkan id yang mendorongnya untuk memenuhi keinginannya dan menganggap semua fetis idamannya ada di dunia nyata. Faktor penyebab terjadinya fetisisme pada tokoh Hachibe dalam manga Ai Kora juga mendapat pengaruh dari id yaitu 1) pengalaman hidup masa lalu; 2) imajinasi yang mengarah pada seksualitas tentang fetis; dan 3) kebiasaan menilai dan mencari fetis setiap bertemu wanita untuk pertama kali ini. Upaya mengatasi fetisisme yang dialami oleh Hachibe mendapat pengaruh dari ego dan superego. Akan tetapi, superego paling berpengaruh dengan upaya untuk mengatasi fetisisme. Upaya yang dilakukan Hachibe mengatasi fetisismenya tersebut antara lain menyadarkan dirinya dari pikiran tentang fetis dan membuang semua foto dan benda yang berkaitan dengan fetis.

Daftar Pustaka

Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2012. Teori Kepribadian : Theories of

Personality Buku 1 Edisi 7. Jakarta : Salemba Humanika

Kazurou, Inoue. 2006. Ai Kora 3. Tokyo : Shogakukan Inc.

Kazurou, Inoue. 2008. Ai Kora 12. Tokyo : Shogakukan Inc.

Ratna, I Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sudarsono. 1993. Kamus Filsafat dan Psikologi. Jakarta : Rineka Cipta