KAKAWIN UDAYANA MAHÀ WIDYA SEBUAH KAJIAN STRUKTURALISME DINAMIK
on
1
KAKAWIN UDAYANA MAHÀ WIDYA SEBUAH KAJIAN
STRUKTURALISME DINAMIK
Oleh :
I Wayan Eka Septiawan
Sastra Jawa Kuno
Abstract :
Research on the Kakawin Udayana Maha Widya was motivated by the major reason, the uniqueness of this kakawin compared to others. Previous kakawins mostly use an epic theme, while it used Udayana University as its theme. Issues that discussed in this study include form, function, and meaning. This is coherent with the theory Structuralism Dynamic proposed by Mukarovsky.
Methods and techniques that used are: (1) in providing data stage using literature methods, methods of reading and interviews, supported by the recording techniques, (2) in data analysis stage using descriptive analytic methods, supported by deductive and inductive thinking and (3) the presentation of data analysis result stage using informal methods.
The result of this research is unfolding the structure that built Kakawin Udayana Maha Widya both formal structure and narrative structure. Formal structure of Kakawin Udayana Maha Widya included guru-laghu; wretta and matra; canda and gana; larik; bait; pupuh; and sargah. In addition to the formal structure above, the discussion also covered the sounds game alamkara whether sabdàlamkara or arthàlamkara. The discussion of narrative structure of Kakawin Udayana Maha Widya includes manggala; korpus, and epilog. Moreover, there were discussed narrative sequences, sandhi and continuity devices narrative unit of Kakawin Udayana Maha Widya. In the analysis of the function of Kakawin Udayana Maha Widya obtained three functions which include: the function of historical documentation; function of education, and entertainment functions. The implicit meaning in the Kakawin Udayana Maha Widya is bhakti (loyalty), dedication the writer to his alma mater, the Udayana University.
Keywords: Kakawin, Analysis, Structuralism Dynamic
Universitas Udayana adalah salah satu perguruan tinggi di Indonesia. Universitas Udayana berdiri pada tahun 1962 dan merupakan perguruan tinggi tertua di daerah provinsi Bali. Hadirnya Universitas Udayana berawal dari masyarakat Bali yang menginginkan adanya
sebuah perguruan tinggi di daerahnya. Akhirnya, beberapa petinggi di Bali beserta masyarakat menyatukan pemikiran untuk menjawab tantangan tersebut sehingga hadirlah Universitas Udayana di tengah-tengah masyarakat Pulau Dewata.
Terkait dengan khazanah karya sastra klasik di Bali, adanya Universitas Udayana menjadi inspirasi cerita bagi pengarang Bali. Sehingga terciptalah Kakawin Udayana Mahà Widya. Kakawin Udayana Mahà Widya merupakan buah karya Nyoman Adi Putra, seorang guru besar tetap Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Kakawin Udayana Mahà Widya dikarang pada tahun 1994.
Pada umumnya, kakawin bercerita tentang kisah heroik ksatriya dalam peperangan (itihàsa), misalnya dalam Kakawin Bharata Yuddha; Kakawin Ràmàyana; Kakawin Arjuna Wiwàha; Kakawin Sutasoma. Ada Juga kakawin yang bercerita tentang kisah para dewa (puràóa), misalnya yang terdapat pada Kakawin Smara Dahana; Kakawin Úiwa Ràtri Kalpa; Kakawin Sumanasantaka. Terakhir ada pula kakawin yang bersumber pada ajaran hukum hindu atau niti (småtti) misalnya Kakawin Nìtiúàstra, Kakawin Dharma Úùnya (Dharma Putus), Kakawin Wåtta Sañcaya (Gautama, 2007: 6). Tidak seperti kakawin-kakawin di atas yang cenderung menggunakan tema yang bersifat epik, KUMW menggunakan Universitas Udayana sebagai tema. Keunikan tersebut sejalan dengan pendapat Suarka (1997: 4) bahwa kakawin yang lahir di Bali berada dalam tegangan antara konvensi dan inovasi. Di satu sisi, kakawin yang lahir di Bali tetap mengikuti konvensi kakawin yang lahir di Jawa, namun di sisi lain terdapat inovasi-inovasi dalam gagasan dan konsep estetik
tersendiri terutama dalam bidang tematik. Oleh karena itu, KUMW diciptakan sebagai sebuah karya baru dalam wujud lama.
Setelah melihat latar belakang di atas, adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
-
2.1 Bagaimanakah struktur KUMW?
-
2.2 Fungsi apa sajakah yang terdapat pada KUMW?
-
2.3 Apakah makna yang tersirat pada KUMW?
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menunjang penyediaan bahan studi Sastra Jawa Kuno yang juga berimplikasi terhadap pelestarian budaya nasional. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur formal dan naratif dari KUMW; mengetahui fungsi yang terdapat pada KUMW; mengetahui makna yang tersirat pada KUMW.
Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : pada tahap pengumpulan data digunakan metode studi pustaka, metode membaca dan teknik mencatat. Pada tahap analisis data digunakan metode deskriptif analitik yang dibantu dengan pola pikir deduktif dan induktif. Pada tahap penyajian hasil analisis digunakan metode informal.
Struktur formal puisi Jawa Kuna (kakawin) ialah tata hubungan antara bagian-bagian atau pola struktural puisi Jawa Kuna (kakawin) (Suarka, 2009 : 7). Struktur Formal Kakawin Udayana Mahà Widya terdiri atas guru-laghu, wreta-matra, metrum, gana, pupuh, pada, larik, dan alamkara. Adapun metrum yang terdapat pada Kakawin
Udayana Mahà Widya yaitu Mrêdukomala, Totaka, Anustub, Prêthwitala, Úikharini, Kalêngêngan, Wangsastha
Swandewi, Rahitiga, Wirat Jagaddhita, Jaladharamala, Prawiralalita, Aswalalita, Basantatilaka, dan Sragdhara. Untuk jumlah pupuh Kakawin Udayana Mahà Widya yaitu 15 pupuh, sehingga dari ke-14 metrum di atas ada satu metrum yang dipakai dua kali yaitu metrum Úikharini. Jumlah pada dari Kakawin Udayana Maha Widya yaitu 256 pada.
Alamkara yang terdapat pada Kakawin Udayana Mahà Widya yaitu Puspayamaka, Rupaka, Wyatireka, Slesa dan Upareksa. Puspayamaka adalah permainan bunyi berupa persamaan suku kata di akhir setiap baris dalam satu bait. Adapun penggunana teknik Puspayamaka pada Kakawin Udayana Mahà Widya yaitu pada petikan bait kakawin berikut :
Hétùnya yékana sudarmma guron pawéhên Àpan catur makadi wargga patut amétên Darmma mwa arthta kama mokûa wênang amétên Sàmpùróna kang kamanusan kadadin pidonyan Terjemahannya : Sebabnya disanalah banyak ilmu pengetahuan diperoleh Karena empat sebagai tujuan hidup manusia diperoleh Dharma, artha, kama dan moksa patut diperoleh Sempurnalah manusia jadinya yang menjadi tujuan KUMW XIV. 8)
Dalam petikan bait kakawin di atas, terlihatlah permainan dengan teknik puspayamaka dilakukan oleh pengarang. Hal tersebut ditandai dengan penggunaan suku kata –ên di akhir baris pada setiap bait kakawin.
Rupaka adalah permainan arti dalam bentuk gaya bahasa perbandingan atau metafora. Adapun dalam KUMW
bait-bait yang menggunakan teknik rupaka yaitu :
Lwir péndah kadi warónaniÿ wêsi mabaÿ manah isunumara
Sùúàstran pinilih kauttamani bùdayé pramudhita
Sùdarmmàgita angkatiÿ maka carana sakiÿ tuhu yati
Pùrónamyéÿ pwa sudarmmaniÿ mami magùrónità sudha pala.
Terjemahannya :
Seperti warna besi memerah kehendak hamba yang awam
Kesusastraan dipilih sebagai kesenangan akan budaya
Nyanyian unggul yang diangkat sebagai sarana dari ketulusan pertapa
Sempurnalah kewajiban hamba memporoleh pahala suci (KUMW I. 4)
Terlihat pada petikan bait KUMW di atas pengarang menggunakan gaya bahasa perbandingan atau metafora. Pengarang membandingkan keinginannya dalam mengarang kakawin yang membara bagaikan besi yang berwarna merah.
Wyatireka adalah gaya bahasa hiperbolis yang membesar-besarkan sifat atau keadaan suatu objek. Adapun dalam KUMW bait-bait yang tergolong arthàla÷kara khususnya wyatireka atau gaya bahasa hiperbolis adalah sebagai berikut :
Sudeúa lwir swarggasta Udayana widyéÿ brata tapa
Samà luÿguhnyan tan paÿitung ira sopàna sadaya
Nihan ambêk wwàÿ mottama saha mahardhdhìka ri hulat
Masomyà sohta sustu maka dhipaning wwàng sabhuwana Terjemahannya :
Tempat yang unggul bagaikan di sorga Udayana perguruan tinggi
Sama kedudukannya tak terhitung kendaraannya semua Begitulah kehendak manusia unggul selalu bijaksana tampak
Ternetralisir kesedihan, kegembiraan sebagai penerang manusia di jagat raya (KUMW V. 8)
Terlihat pada bait kakawin di atas terlihat bahwa pengarang menggunakan gaya bahasa hiperbolis. Pengarang
membandingkan Universitas Udayana dengan Sorga. Disini jelaslah terlihat bahwa pengarang mempermainkan bahasa, dengan memasukkan bahasa yang di buat-buat (artifisial).
Slesa ialah gaya bahasa polisemi, satu kata dipakai untuk menyatakan banyak arti. Adapun dalam KUMW bait-bait yang tergolong arthàla÷kara khususnya slesa terdapat dalam petikan bait kakawin berikut :
Tingkah ikang dalêm udayanà mêné caritanên Kottamaning wisùdawan ucap pinét sayaga bap Onggwan irà manut kadi linging ajì kasutapan Ling kulawandawà prasamaning nusantara tuhun Terjemahannya :
Prilaku di dalam Universitas Udayana kembali diceritakan
Wisudawan unggul akan siap diambil
Tempatnya sesuai dengan konsentrasi jurusan Tujuannya bersahabat dengan Universitas nusantara ( KUMW XI. 1)
Adapun dalam petikan bait kakawin diatas nampak kata dalêm merupakan bentuk slesa karena kata tersebut memiliki dua arti yang berbeda. Arti yang pertama kata dalêm adalah ”raja” contoh : Dalêm Waturenggong ( Tim Penyusun Kamus Bali- Indonesia, 2008 : 149); selain itu Udayana juga merupakan salah satu raja yang pernah memegang tahta pemerintahan di Bali. Kata dalêm berikutnya berarti “di dalam” (Zoetmulder, 2006 :
-
189) . Setelah menghubungkan dengan keseluruhan baris dalam bait KUMW di atas nampak makna yang diacu adalah kata dalêm adalah “ di dalam”.
Upareksa gaya bahasa paradoks, kata-kata digunakan dalam arti berlawanan. Adapun dalam KUMW bait-bait yang tergolong arthàla÷kara khususnya upareksa terdapat dalam petikan kakawin berikut :
Lyan ni pahoman ùttama nikang sabà úaraóa màn Dibya mawéh pangêwruha sakéng mahà guru tutên
Sojara de sang ottama taméng ajì parê parêk Darmma tulà wiúéûa kadadin maka úraóa ngajar Terjemahannya :
Berbeda dengan tungku pembakaran keunggulan tempat pertemuan
Mulia banyak pengetahuan dari guru besar diikuti Dibicarakan oleh guru besar kedekatan ilmu Diskusi tentang pengetahuan jadinya sebagai sarana pengajaran ( KUMW XI. 7).
Terlihat pada petikan bait kakawin di atas pengarang menggunakan gaya bahasa paradoks, yaitu membedakan tempat melaksanakan diskusi dengan tungku pembakaran. Seperti kita ketahui tungku pembakaran tersebut panas. Berbeda sekali dengan tempat diskusi, tempat diskusi selalu dipakai untuk sarana pengajaran. Dengan sering diadakannya hal tersebut maka akan membuat kesejukan hati. Kesejukan hati inilah yang dibedakan dengan suasana panas oleh pengarang dalam petikan bait kakawin di atas.
Struktur naratif puisi Jawa Kuna (kakawin) ialah tata hubungan antara bagian-bagian naratif atau rangkaian pokok masalah dan tertib penyajian karya sastra kakawin (Suarka, 2009 : 51). Struktur naratif
dari Kakawin Udayana Mahà Widya terdiri dari manggala (pembukaan), korpus (batang isi) dan epilog (penutup). Korpus atau isi dari Kakawin Udayana Mahà Widya adalah sebagai berikut :pendirian Universitas Udayana; didirikannya fakultas-fakultas; guru besar juga pemimpin di Universitas Udayana; tempat-tempat di luar negeri dan juga dalam negeri untuk melaksanakan pendidikan berjenjang seperti mencari spesialis, magister, doktor; rektor-rektor di Universitas Udayana; kerja sama yang dilakukan oleh Universitas Udayana; diskusi-diskusi atau seminar dalam lingkungan Universitas; prilaku mahasiswa ingin mencapai wisudha;
pembangunan Universitas Udayana ; prilaku menuntut ilmu; keagungan pemimpin Universitas Udayana; prilaku menuntut ilmu yang sesuai dengan ajaran putra sasana; prilaku baik seorang dosen, lamanya menempuh pendidikan, dan nama-nama sarjana sesudah mendapatkan gelar; polemik pembangunan BNR Bali Nirwana Resort di dekat pura Tanah Lot; aktivitas dosen maupun mahasiswa dipagi hari; kegiatan penerimaan mahasiswa baru; upacara pelantikan mahasiswa baru; kehidupan pribadi dosen di lingkungan rumah tangga; kegiatan di lingkungan Universitas Udayana; rapat guru besar terkait dengan masalah perpindahan dari Universitas yang lama menuju ke Universitas yang baru; Tahapan pembelajaran sehingga menjadi guru besar; kesigapan guru besar terkait dengan kekurangan dana dalam pembangunan kampus baru; upacara wisudha; keadaan lingkungan di Universitas Udayana; sikap-sikap menjadi seorang mahasiswa unggul. Adapun sandhi yang mengikat bagian-bagian naratif Kakawin Udayan Mahà Widya di atas ada tiga yaitu : mukha, pratimukha, dan garbha.
Kesinambungan satuan-satuan naratif sebagai kesatuan penceritaan secara tekstual ditandai oleh berbagai piranti (device) misalnya sebagai berikut.
-
(1) Introduksi tokoh baru, misalnya : tidak
terdapat pada KUMW.
-
(2) Penanda waktu, misalnya : “tahuniÿ bumi éka
saÿà sada rwa”( II. 2b); “ÿatahun lawasnya” (III.
28b).
-
(3) Penanda tempat, misalnya : “ri Bali”( II.
1a); “ri fakultas hukum” (II. 10a).
-
(4) Tindakan, misalnya : “umangun Maha widya”
(II. 1c); “pada naÿkila” (II. 8d); “mangkat sang mawisuda” (XIII. 2a).
-
(5) Peringkasan, misalnya : “tan caritan sakéng
maha guru lawan suta kabéh” (XI. 15b).
-
(6) Pergantian atau perlanjutan cerita,
misalnya : “wuwusên sira ÿké natha Udayana” (II. 13a); “nihan caritanên” (VI. 5a);
Setiap teks direka atau dilahirkan guna memenuhi suatu fungsi (Sulasti-Sutrisno, 1983 : 361). Sehubungan dengan hal tersebut, adapun fungsi yang dijumpai penulis sebagai pembaca (reader) Kakawin Udayana Mahà Widya ada tiga yaitu : Media Dokumentasi Sejarah, Media Pendidikan, Media Hiburan. Dalam fungsinya sebagai Media Dokumentasi Sejarah Kakawin Udayana Maha Widya menampilkan sejarah tentang berdirinya Universitas Udayana, pendirian fakultas-fakultas, rektor-rektor di Universitas Udayana, dan polemik pembangun BNR atau Bali Nirwana Resort di Tanah Lot Tabanan. Dalam fungsinya sebagai Media Pendidikan, Kakawin Udayana Mahà Widya menampilkan pendidikan terkait dengan bagaimana melaksanakan kewajiban berguru (putrà úasanéng agurwa) dan juga bagaimana menjadi mahasiswa yang unggul (mahasiswa dibya). Terakhir Kakawin Udayana Mahà Widya berfungsi sebagai Media Hiburan. Hiburan yang pertama yaitu bagi pengarang dan berikutnya hiburan bagi masyarakat penggemar kakawin. Penjelasan tersebut sesuai dengan konsep dulce dan utile.
Menurut Piliang (2003 : 47) makna dapat ditemukan sebagai akibat dari relasi total unsur yang ada dengan unsur lain secara total. Jadi adapun makna yang ditemukan setelah mendalami relasi total unsur yang ada dan unsur yang lain secara total dalam Kakawin Udayana Mahà Widya adalah Bhakti. Hal tersebut tercantum dalam manggala Kakawin Udayana Mahà Widya. Sebagai Bhaktinya kepada almamater, Nyoman Adi Putra pun mengarang
Kakawin Udayana Mahà Widya yang merupakan kakawin tentang Universitas Udayana.
Struktur Kakawin Udayana Mahà Widya terdiri dari struktur formal dan struktur nararatif. Unsur-unsur dalam struktur formal Kakawin Udayana Mahà Widya terdiri dari: guru-laghu; wreta-matra; metrum; gana; pupuh; pada; larik; alamkara. Struktur naratif Kakawin Udayana Mahà Widya terdiri dari: manggala; korpus; dan epilog. Dalam korpus terdapat satuan-satuan naratif yang selanjutnya diikat oleh sandhi. Kesatuan dan kesinambungan satuan naratif itu ditandai oleh berbagai piranti-piranti seperti : introduksi tokoh baru, penanda waktu, penanda tempat, tindakan, peringkasan, dan pergantian atau pengalihan cerita. Pada analisis fungsi Kakawin Udayana Mahà Widya, didapatkan tiga fungsi yaitu Kakawin Udayana Mahà Widya sebagai : Media Dokumentasi Sejarah, Media Pendidikan, Media Hiburan. Makna yang tersirat dalam Kakawin Udayana Mahà Widya adalah bhakti. Yaitu bhakti pengarang Nyoman Adi Putra kepada alamamater Universitas Udayana.
Gautama, Wayan Buddha. 2007. Kasusastraan Bali “Cakepan Panuntun Mlajahin Kasusastraan Bali”. Surabaya : Pàramita.
Piliang Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika Tafsir Cultural Atas Matinya Makna. Yogyakarta : Jalasutra.
Putra, Nyoman Adi. 1994. Kakawin Udayana Mahà Widya. Denpasar : Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.
Suarka, I Nyoman. 1997. Kakawin Aji Palayon : Suntingan Teks, Terjemahana, dan Analisis Struktur. Tesis
Sarjana S-2 Programa Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
_______. 2009. Telaah Sastra Kakawin. Denpasar : Pustaka Larasan.
Sulastin-Sutrisno. 1983. Hikayat Hang Tuah Analis Struktur dan Fungsi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Tim Penyusun Kamus Bali-Indonesia Beraksara Latin Dan Bali. 2008. Kamus Bali-Indonesia Beraksara Latin Dan Bali. Provinsi Bali : Kerjasama Dinas Kebudayaan Kota Denpasar Dengan Badan Pembina Bahasa, Aksara, Dan Sastra Bali
Zoetmulder, P.J. dan S.O Robson. 2006. Kamus Jawa Kuna Indonesia. Penerjemah Darusuprapta dan Sumarti Suprayitna. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Discussion and feedback