1

WANITA TANGGUH DALAM NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN

I Gusti Bagus Juliarta

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Abstrac

Object of this study is novel Ibuk written by Iwan Setyawan. The reasont Ibuk chosen as object of the study are as follow: (1) Ibuk (Tinah) physically strong, (2) background not complete primary education Ibuk (Tinah) figure makes a bolt, resolute, and straght forwad to be able to send their fives children, (3) Ibuk (Tinah) figure has the soul of leadership and responsibility in the family. Based on the above reasons, it can be concluded Ibuk a strong female figuare in the struggle of life for family. Thus analysis of the psychology and personality psychology literature is very appropriate to be used to analyze the main character in the story.

Keyword: literary psychology, personality psychology, and resilient.

  • 1.    Latar Belakang

Novel Ibuk karya Iwan Setyawan adalah satu novel yang menjelaskan peran penting seorang ibu (Tinah) dalam kehidupan yang dilakoni oleh keluarganya. Sosok ibu (Tinah) dalam novel ini memiliki fisik, psikis yang kuat, tabah tahan terhadap penderitaan serta memiliki jiwa kepemimpinan dalam keluarganya sehingga menarik dikaji psikologisnya. Hal inilah yang menjadi landasan dipilihnya sosok ibu (Tinah) dalam analisis ini.

Selain alasan di atas, penelitian ini juga dilatarbelakangi oleh ketertarikan terhadap pengarangnya. Pengarang novel ini adalah Iwan Setyawan. Ia tidak berasal dari golongan sastrawan, tetapi berasal dari Fakultas MIPA IPB jurusan statistika. Oleh karena itu, karya-karyanya menarik untuk diteliti.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran wanita tangguh dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan yang berfokus pada psikologi kepribadian yang mencangkup id, ego, dan superego.

  • 3.    Tujuan Penelitian

Secara umum, peneilitian ini bertujuan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra, khususnya karya sastra yang berbentuk novel. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah penelitian sastra, khususnya sastra Indonesia. Secara khusus, penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran wanita tangguh dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan.

  • 4.    Metode Penelitian

Metode dan teknik penelitian ini dibagi sesuai tahapan kerja, yaitu metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Setelah data diperoleh, dilanjutkan dengan metode analisis data. Metode analisis data ini menggunakan metode deskriftif analisis. Selanjutnya, metode penyajian hasil analisis data, menggunakan metode deskripsi.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Psikologi sastra adalah analisis terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek psikologi atau kejiwaan. Dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan ini menceritakan perjuangan hidup seorang wanita dalam menjalani kehidupan untuk membahagiakan keluarganya. Proses perjuangan inilah yang membentuk kepribadian Tinah selaku tokoh utama menjadi sosok

wanita yang tangguh. Tangguh adalah kuat, berani, tabah, tahan terhadap derita, dan sukar dikalahkan ( KBBI, 2011: 1397). Wanita tangguh adalah wanita yang memiliki fisik dan psikis yang kuat, sukar dikalahkan, terkenal akan keberaniannya, kukuh, tetap pada pendirian, dan memiliki keterampilan dalam melakukan segala aktivitas yang dilakoninya. Gambaran wanita tangguh dalam novel Ibuk dapat dilihat berdasarkan psikologi kepribadian. Psikologi kepribadian adalah psikologi yang mempelajari manusia dengan objek penelitian faktor-faktor yang memengaruhi tingkah laku manusia. Sigmund Freud adalah pencetus psikoanalisis. Dalam psikoanalisis menunjuk manusia sebagai bentukan dari naluri-naluri dan konflik suatu struktur kepribadian. Konflik struktur kepribadian itu muncul dari pergumulan antara id, ego, dan superego.

  • a.    Aspek Id

Aspek id merupakan energi psikis yang paling dasar dan sebenar-benarnya. Pada aspek ini juga berisikan tentang hal-hal yang dibawa sejak lahir. Id adalah wadah dari jiwa seseorang yang berisi dorongan-dorongan primitif. Dalam hal ini dorongan primitif itu menghendaki agar segera dipenuhi

Dorongan primitif dalam diri Tinah yang paling utama adalah keinginan untuk membahagiakan keluarganya, terutama anak-anaknya. Dengan latar belakang tidak mampu melanjutkan sekolah yang pernah dialaminya, Tinah tidak ingin hal itu kembali terjadi pada kelima anak-anaknya, maka itu muncul dorongan dalam dirinya agar selalu bisa memberi yang terbaik pada anak-anaknya. Berikut ini kutipannya.

Agar hidupmu tidak sengsara sepertiku, nak. Aku tidak lulus SD. Tidak bisa apa-apa. Hanya bisa memasak saja. Jangan sepertiku ya, Nak. Cukup aku saja yang tidak sekolah. Itu yang selalu Ibuk katakan di hadapan anak-anaknya (hlm. 73).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dorongan primitif yang terpenuhi dapat menimbulkan perasan yang senang bahagia dalam diri Tinah. dorongan ini yang menjadikan Tinah secara tidak langsung menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi permasalah yang dihadapinya. Walau dengan latar belakang yang tidak lulus SD Tinah mampu memberikan semangat agar anak-anaknya tidak seperti dia. Di samping itu ketangguhan Tinah dapat dilihat dari bagaimana dia selalu bisa mengatasi masalah dengan caranya tersendiri. Akibatnya, anak-anaknya pun mandiri dan ingin memberikan yang terbaik bagi pengorbanan Tinah.

  • b.    Aspek Ego

Menurut Albertine (2010: 22) Ego berada di antara alam sadar dan bawah sadar. Ego merupakan pimpinan utama dalam kehidupan kepribadian, layaknya seorang pimpinan perusahaan yang mampu mengambil keputusan rasional demi kemajuan perusahan.

Ego dalam diri Tinah terlihat dari sikap yang sabar dalam menghadapi masalah, Tinah juga sangat tegas dalam mengambil keputusan, hal ini terlihat ketika dengan penuh ketegasan Tinah memutuskan untuk menjual angkot satu-satunya untuk biaya kuliah anaknya.

“Yek, kita jual angkot kita…,” kata Ibuk.

Anak-anak terdiam. Bapak yang juga ada di sana tak bisa berkata-kata.

“Iya, kita jual angkot untuk kuliah ke Bogor,” tegas Ibuk lagimenyakinkan Bayek. Semua masih diam, terkejut dengan kenekatan Ibuk.

“Entar kita mau makan apa kalau angkot dijual?” Tanya Bayek.

Ibuk menarik napas panjang.

Beberapa saat kemudian Bapak menimpali, “Bapak akan kerja di tetanggasebelah menjadi sopir truk. Mereka lagi butuh sopir untuk membawa makanan ternak dari Batu ke Surabaya. Angkot sudah ada yang mau membeli.” (hlm. 133--134).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Tinah memiliki ketegasan dalam mengambil keputusan. Ketegasan dan keberanian Tinah dalam mengambil keputusan merupakan salah satu ketangguahan yang dimiliki oleh pribadi Tinah selaku Ibu dalam perjuangannya untuk membahagiakan keluarganya.

Ego Tinah berperan sebagaimana mestinya, yaitu berperan sebagai penengah untuk menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan sesuai dengan dunia realitas. Ego dalam diri Tinah berperan mengontrol dan mengendalikan tindakan dan kesadaran yang akan diambil dalam penyelesaian masalah.

  • c.    Aspek Sup erego

Aspek superego adalah moralitas dalam kepribadian. Menurut Albertine (2010: 22) superego sama halnya dengan hati nurani yang mengenali baik dan buruk. Superego adalah penyeimbang antara id. Semua keinginan-keinginan id sebelum menjadi kenyataan dipertimbangkan oleh superego.

Keinginan Tinah yang paling utama adalah membuat keluarga, terutama anak-anaknya menjadi bahagia. Tinah tidak ingin anak-anaknya menjadi seperti dirinya yang kehilangan harapan karena tidak mampu melanjutkan sekolah. Dorongan untuk selalu melakukan hal yang terbaik selalu ia usahakan. Hal inilah yang membuat anak-anaknya menjadi mandiri dan menjadi pribadi yang rajin dalam menuntut ilmu, karena mereka melihat perjuangan Tinah dan Sim yang begitu gigih untuk membahagiakan meraka.

Inilah saatnya menanam benih untuk masa depanku. Buahnya mungkin tidak akan aku petik dalam dua tiga bulan lagi. Mungkin lima atau sepuluh tahun lagi. Aku malu kalau tidak bekerja seperti Bapak, pikir Bayek selanjutnya.

Demikian juga Ibuk. Perempuan perkasa yang membangun hidup tanpa jeda. Ibuk menyelamatkan kami. Aku ingin Ibuk bahagia, ikrar

Bayek.matanya berkaca-kacadi depan layar komputer tempetnya bekerja (hlm. 143).

Setelah keinginan Tinah tercapai, yaitu bisa memberi pendidikan pada anak-anaknya. Suami Tinah, yaitu Sim mulai sakit-sakitan, hingga pada suatu hari Sim merasa kepalanya sakit, Tinah sebagai istri sangat cemas dan sedih. Akhirnya Tinah memutuskan untuk segera membawa Sim ke rumah sakit. Setelah diperiksa oleh dokter Sim mendapat serangan sroke. Berikut kutipannya.

Seminggu kemudian, tiba-tiba Bapak meraung kesakitan di kamarnya.

“Pak, Pak, kenapa, Pak?! Teriak Ibuk, berlari ke kamar. Bapak masih meraung kesakitan dan memegang kening bagian kanan, di atas telinga. Ibuk memijat tangan Bapak. Bapak masih memegang kepalanya dengan erat. Air mata menetes di pipinya. Ia terus mengerang kesakitan. Ibuk tak tau harus berbuat apa. Mata Ibuk berkaca-kaca.....

....Malam berikutnya segera memeriksakan Bapak ke dokter jantungnya di Malang. Serangan stroke katanya  (hlm. 252--253).

Pada akhirnya suami Tinah meninggal karena serangan stroke. Aspek superego Tinah pun terlihat di sini. Semenjak suaminya meninggal dunia Tinah menjadi pendiam dan jarang keluar rumahnya. Tinah hanya senang berdiam di kamar tamu rumahnya sambil memandangi foto suaminya. Hal tersebut tampak dalam kutipan sebagai berikut.

“Buk, jalan-jalan ke rumah tetangga sana, atau sering-sering ke rumah cucunya,” pinta Bayek.

Ibuk hanya bialng, “Wis, aku di rumah saja, Yek. Aku seneng di rumah. Ngeliat foto Bapakmu saja sudah senang (hlm. 283).

Setelah empat puluh hari kematian suaminya, Tinah akhirnya kembali seperti semula, walau perasaan sedih masih ada di dalam hatinya, tetapi Tinah tersadar bahwa ia harus melanjutkan hidupnya menjadi penyemangat, dan memberi cinta bagi keluarganya.

Setelah 40 hari tahlilan Bapak, Ibuk mulai berjalan kembali, ke kaki Gunung Pamderman....

....Cinta Ibuk selalu segar untuk keluarga. Cinta Ibuk selalu terang untuk Bapak. Dari pertemuannya di Pasar batu 40 tahun yang lalu sampai kepergian sang playboy pasar yang telah menjadi suami, sahabat setia, dan belahan jiwanya. 40 tahun lalu mereka mulai membangun kepingan-kepingan hidup. Melalui perjalanan yang saling memperkaya, memperkuat, dan melengkapi satu sama lain. Cinta mereka telah ,elahirkan anak-anak penuh cinta.

Perjalanan cinta yang sederhana tapi kokoh. Cinta yang semakin merekah. Cinta yang semakin terang. Cinta yang tak ernah luntur. Sepanjang perjalanan mereka.

Cinta Ibuk telah menyelamatkan keluarga.

Cinta Ibuk yang akan menghidupkan Bapak. Selamanya (hlm. 284--285).

Berdasarkan struktur kepribadian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat keseimbangan yang wajar dan stabil anatara id, ego, superego yang dialami oleh tokoh utma yaitu Tinah. Di samping itu, fisik dan psikis yang dimiliki oleh Tinah menggambarkan sosok wanita yang tangguh, karena dia mampu membangkitkan semangat dalam dirinya agar bisa bertahan hidup dan memberi yang terbaik pada keluarganya.

6. Simpulan

Analisis psikologi kepribadian dan psikologi sastra pada novel Ibuk ini menggunakan teori Sigmund Freud yang meliputi id, ego, dan superego. Ketiga sistem kepribadian tersebut saling berkaitan satu sama lain serta membentuk totalitas. Dalam novel Ibuk terdapat keseimbangan antara id, ego, dan superego yang dialami oleh tokoh utama yaitu Tinah. Tinah dengan masa lalu yang tidak tamat sekolah dasar bertekad kuat agar anak-anaknya tidak seperti dirinya. Ia ingin anak-anaknya bahagia bagaimanapun caranya. Dorongan inilah yang membuat

Tinah menjadi sosok yang tangguh dalam perjuangan hidup yang dijalaninya.

Daftar Pustaka

Departeman Pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Minderop, Albertine. 2011. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Setyawan, Iwan. 2012. Ibuk. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.