1

KONTRASTIVITAS INTERJEKSI

BAHASA JEPANG DAN BAHASA BALI

Ni Kadek Ety Dwiyantari

Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra, Universitas Udayana

Abstract

The title of this research is Kontrastivitas Interjeksi Bahasa Jepang dan Bahasa Bali. The discussion of this study is focused on the analysis of the comparison of Japanese interjection (kandoushi) and Balinese interjection (kruna pakeengan). The background of this topic is the existence of a word class in Japanese and Balinese that has the same expression of speaker emotional feelings called interjection. The purpose of this study is to understand the types and meaning of kandoushi and kruna pakeengan, as well as comparing both of them.

The results of this study showed that there are similarities and differences between kandoushi and kruna pakeengan. The similarities between kandoushi and kruna pakeengan contain a variety of forms such as repetition, meaningful expression of emotional from the speakers whose meaning depends on the context of situation. In a sentence, interjection can work independently, and interjection can be abbreviated. The differences of kandoushi and kruna pakeengan are in the use of kondoushi there is level of politeness, greeting utterances, the utterance of agree or disagree toward the other person and the writing of punctuation kondushi in variety of language depends on the context of situation. Meanwhile, in the form of kruna pakeengan, the interjection of voice and the expression is more emphasis on the speaker command despite it was a noun, a verb, an adjective, or other word class.

Keywords: interjection, kandoushi, kruna pakeengan.

  • 1.    Latar Belakang

Kandoushi yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan interjeksi, merupakan kata yang menyatakan suatu impresi atau emosi secara subjektif dan intuitif misalnya rasa gembira atau senang, marah, rasa sedih, rasa heran, terkejut, rasa khawatir atau rasa takut (Sutedi, 2003:109). Penggunaan interjeksi dalam bahasa Jepang tersebut sangat menarik jika diteliti dari sudut pandang perbandingannya dengan interjeksi bahasa Bali. Interjeksi dalam gramatika bahasa Bali merupakan salah satu jenis kata tugas yang disebut sebagai kruna pekeengan. Seperti halnya kandoushi, kruna pekeengan juga merupakan ungkapan perasaan seseorang seperti bangga, sedih, heran, dan senang. Berikut ini contoh dari kandoushi dan kruna pakeengan.

  • a.    やあ、 ひどい雨だ。

Yaa, hidoi ame da.

Astaga, hujan lebat.’

(Sudjianto, 2003:112)

  • b.    Aduh, basang tiange sakit.

Aduh, perut saya sakit’

(Cindra, 1993:23)

Dari contoh di atas terlihat bahwa bahasa Jepang dan bahasa Bali samasama memiliki kelas kata interjeksi. Oleh karena itu, perbandingan interjeksi ke dua bahasa ini cukup menarik untuk diteliti, dan sampai saat ini belum ada para ahli yang menelitinya, sehingga kontrastivitas interjeksi bahasa Jepang dan bahasa Bali semakin menarik untuk dikaji dari segi jenis dan maknanya.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, masalah yang difokuskan dalam penelitian ini sebagai berikut.

  • 1.    Bagaimanakah jenis dan makna kandoushi?

  • 2.    Bagaimanakah jenis dan makna kruna pakeengan?

  • 3.    Bagaimanakah perbandingan interjeksi bahasa Jepang dan bahasa Bali?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan pengetahuan dalam bidang linguistik bahasa Jepang. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah:

  • 1.    Memahami jenis dan makna kandoushi.

  • 2.    Memahami jenis dan makna kruna pakeengan.

  • 3.    Mengindentifikasikan perbandingan interjeksi bahasa Jepang dan bahasa Bali.

  • 4.    Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pengumpulan data menggunakan metode simak yang dilanjutkan dengan teknik catat. Setelah data terkumpul dan diklasifikasikan selanjutnya data tersebut diolah dengan menggunakan metode padan translasional, dengan teknik hubung banding menyamakan dan teknik hubung banding membedakan. Penyajian analisis data menggunakan metode penyajian informal dan teknik penjabarannya menggunakan teknik induktif.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Interjeksi bahasa Jepang dan bahasa Bali merupakan ungkapan perasaan impresi atau emosi dari penutur. Berikut ini analisis tentang jenis dan makna dari kandoushi dan kruna pakeengan, serta perbandingan kedua interjeksi tersebut.

  • 5.1    Jenis dan Makna Kandoushi

Berdasarkan data yang dikumpulkan maka ditemukan jenis dan makna kandoushi, yaitu sebagai berikut:

  • 1.    Kandou (impresi)

Kandou, yaitu kandoushi yang mengungkapkan impresi atau emosi, misalnya rasa senang, marah, terkejut, rasa khawatir, rasa takut, rasa kecewa, dan sebagainya (Sudjianto, 2003:110). Jenis kandou yang ditemukan pada sumber data, yaitu: e ‘eh’, ee ‘hah’, araa ‘ah’, aa ‘ah’, haa ‘hah’, nani ‘apa’, uwaa ‘astaga’, hee ‘wah’, heee ‘wah’, waa ‘wah’, fuun ‘ah’, ano ‘emm’, dan nande ‘eh’. Jenis kandou tersebut memiliki makna kandoushi sebagai berikut:

  • a.    Menunjukkan perasaan terkejut penutur terhadap ucapan lawan bicara.

  • b.    Menunjukkan perasaan terkejut penutur teradap situasi yang ada di depan mata.

c.Menunjukkan perasaan kagum penutur terhadap ucapan lawan bicara.

  • d.    Menunjukkan perasaan heran penutur terhadap ucapan lawan bicara.

  • e.    Menunjukkan perasaan bahwa penutur mengerti ucapan dari lawan bicara.

  • f.    Menunjukkan perasaan penutur yang sedang bingung terhadap ucapan lawan bicara.

  • 2.    Yobikake (panggilan)

Yobikake ialah kata-kata yang menyatakan panggilan, ajakan, imbauan, dan dapat pula digunakan sebagai peringatan terhadap orang lain (Sudjianto, 2003:114). Jenis yobikake yang ditemukan pada sumber data, yaitu: ou ‘hei’, oi ‘hei’, ooi ‘hei’, saa ‘nah’, dan tadaima ‘mohon perhatian’. Jenis yobikake tersebut memiliki makna kandoushi, yaitu sebagai berikut:

  • a.    Perasaan penutur yang menunjukkan panggilan kepada lawan bicara.

  • b.    Perasaan penutur yang menunjukkan ajakan kepada lawan bicara.

c.Perasaan penutur yang menunjukkan imbauan kepada lawan bicara.

  • 3.    Ootoo (jawaban)

Ootoo di sini bukan hanya kata yang menyatakan jawaban, tetapi termasuk juga tanggapan atau reaksi terhadap pendapat atau tuturan orang lain (Sudjianto, 2003:15). Jenis ootoo yang ditemukan pada sumber data, yaitu: uun ‘tidak’, iyaya ‘tidak’, betsuni ‘tidak’, iiya ‘tidak’, iya ‘tidak’, ee ‘tidak’, un ‘ya’, sou ‘ya’, hai ‘iya’, ii ‘baiklah’, iikara ‘benar’, hayou ‘ya’, kora ‘baiklah’, dan yoshi ‘baiklah’. Jenis ootoo tersebut memiliki makna kandoushi, yaitu sebagai berikut:

  • a.    Menunjukkan perasaan penutur yang tidak setuju dengan ungkapan lawan bicara.

  • b.    Menunjukkan perasaan penutur yang setuju terhadap ungkapan lawan bicara

  • 4.    Aisatsugo (ungkapan persalaman)

Aisatsugo ialah persalaman yang berbentuk kalimat minor berupa klausa ataupun bukan klausa, bentuknya tetap, yang dipakai dalam pertemuan antara pembicara dan memulai percakapan (Sudjianto, 2003:118). Jenis aisatsugo yang ditemukan pada sumber data, yaitu:

tadaima ‘aku pulang’, okaeri ‘selamat datang’, matasugukite ‘cepat datang’, arigatou ‘terima kasih’, arigatougozaimasu ‘terima kasih’, douitashimashita ‘sama-sama’, ohayou ‘selamat pagi’, oyasumi ‘selamat tidur’, dan itadakimasu ‘selamat makan’. Jenis aisatsugo tersebut memiliki makna kandoushi, yaitu sebagai berikut:

  • a.    Menunjukkan ungkapan persalaman saat tiba di rumah.

  • b.    Menunjukkan ungkapan persalaman untuk menyambut seseorang yang baru datang dari luar.

  • c.    Menunjukkan ungkapan persalaman ketika berpisah.

  • d.    Menunjukkan ungkapan persalaman untuk berterima kasih.

  • e.    Menunjukkan ungkapan persalaman menjawab ucapan terima kasih.

  • f.    Menunjukkan ungkapan persalaman ketika bertemu seseorang.

  • g.    Menunjukkan ungkapan persalaman ketika berpisah.

  • h.    Menunjukkan ungkapan persalaman ketika sebelum makan.

  • 5.2    Jenis dan Makna Kruna Pakeengan

  • a.    Jenis kruna pakeengan

Jenis kruna pakeengan yang ditemukan pada sumber data, yaitu sebagai berikut.

  • (1)    Interjeksi bahasa Bali berdasarkan jumlah suku katanya ditemukan pada sumber data, sebagai berikut:

  • a.    Interjeksi bahasa Bali eka suku: bah, jeg, ah, o, dan ė..ė..yė..yė..

  • b.    Interjeksi bahasa Bali dwi suku: badah, aduh.

  • (2)    Interjeksi bahasa Bali berdasarkan kategorinya ditemukan pada sumber data, sebagai berikut:

  • a.    Interjeksi bahasa Bali asli: bah, jeg, dan ah.

  • b.    Interjeksi bahasa Bali yang berasal dari kategori lain: jalan, maling, dan duh dėwa ratu.

  • c.    Interjeksi bahasa Bali yang berupa ungkapan spontanitas: mooongngng... dan hėk hėk cuing cuh.

  • b.    Makna kruna pakeengan

Makna kruna pakeeengan yang ditemukan pada sumber data dikelompokkan menjadi 10 makna, sebagai berikut:

  • (1)    Menyatakan ketakjuban: jeg ‘aih’.

  • (2)    Menyatakan keajaiban: beh ‘wah’.

  • (3)    Menyatakan kesedihan, kepedihan: duh dewa ratu ‘aduh tuhan’ dan aduh ‘aduh’.

  • (4)    Menyatakan rasa kasihan: las ‘duh’.

  • (5)    Menyatakan celaan: jeg ‘ih’, wih ‘idih’.

  • (6)    Hal seruan: ih ‘he’, dan hei ‘hei’.

  • (7)    Keraguan yang sangat: masa ‘masa’.

  • (8)    Menyatakan perintah yang singkat: nae ‘nih’.

  • (9)    Menyatakan ketidaksabaran: jalan ‘ayo’.

  • (10)    Menyatakan perintah yang menggunakan kata kerja: indayang ‘silahkan’.

  • 5.3    Perbandingan Interjeksi Bahasa Jepang dan Bahasa Bali

Jenis dan makna interjeksi pada bahasa Jepang dan bahasa Bali yang telah dikaji, jika dibandingkan dapat menemukan beberapa persamaan dan perbedaan, yaitu sebagai berikut.

  • 5.3.1    Persamaan

  • (1)    Bentuknya berupa kata, kelompok kata, bisa juga hanya berupa fonem.

  • (2)    Beberapa interjeksi dapat dibentuk dari morfem bebas.

  • (3)    Mengandung bentuk variasi berupa repetisi.

  • (4)    Bermakna ungkapan yang menyatakan emosi pembicara yang maknanya tergantung dari konteks pembicaraan.

  • (5)    Pada sebuah kalimat, interjeksi dapat berdiri sendiri, bukan termasuk subjek, predikat ataupun objek.

  • 5.3.2    Perbedaan

  • (1)    Pada kandoushi penggunaannya mengenal tingkat kesopanan pembicara.

  • (2)    Kandoushi mengenal ungkapan persalaman dan ungkapan persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap ucapan lawan bicara.

  • (3)    Penulisan tanda baca kandoushi dalam ragam bahasa tulisan tergantung pada konteks pembicaraan.

  • (4)    Pada kruna pakeengan mengenal bentuk interjeksi yang berupa bunyi-bunyian suara.

  • (5)    Pada kruna pakeengan ungkapan interjeksi lebih menekankan pada seruan pembicara yang berupa perintah, baik itu berbentuk kata benda, kata kerja, atau kelas kata lainnya.

  • 6.    Simpulan

Sebuah penelitian analisis kontrastif suatu bahasa mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan dua bahasa yang berbeda. Bahasa Jepang dan bahasa Bali memiliki suatu sistem bahasa yang sama, yaitu kelas kata interjeksi yang memiliki jenis dan maknanya masing-masing, dan kedua bahasa

tersebut juga mempunyai persamaan dan perbedaan yang dapat membedakan interjeksi bahasa Jepang dan bahasa Bali.

Jenis interjeksi bahasa Jepang (kandoushi) dibagi menjadi empat jenis, yaitu kandou (impresi), yobikake (panggilan), ootoo (jawaban), dan aisatsugo (ungkapan persalaman). Keempat jenis kandoushi ini memiliki makna masing-masing sesuai dengan konteks situasi penutur. Interjeksi bahasa Bali (kruna pakeengan) memiliki jenis interjeksi yang dibagi berdasarkan jumlah suku kata dan kategori bentuk interjeksi. Makna dalam kruna pakeengan lebih menekankan pada ujaran penutur yang bersifat perintah. Perbandingan antara kandoushi dan kruna pakeengan lebih terlihat pada bentuk interjeksi dan ungkapan-ungkapan yang dapat dikategorikan interjeksi.

Daftar Pustaka

Cindra, Ni Nengah. 1993. “Kata Seru Bahasa Bali”. (Skripsi). Denpasar:

Universitas Udayana.

Sudjianto. 2003. Gramatikal Bahasa Jepang Modern Seri A. Bekasi Timur: KBI.

Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.