1

SHŪDAN SHUGI DALAM MANGA SHINSENGUMI IMON PEACE MAKER KARYA NANAE CHRONO

I Made Ady Suadnyana

Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Udayana

Abstract

The analysis showed that the values of shūdan shugi that contained in Shinsengumi group are ba and shikaku, shujū kankei, ittaikan and kyōdōtai, relationships between senpai and kōhai, amae, as well as on and giri. The value Ba and shikaku in Shinsengumi group is characterized by a sense of sacrifice for the sake of the group. Shujū kankei is relationship between superiors and subordinates that well established. Nakama shūdan included by kyōdōtai and ittaikan which capable to creat the solidarity. Nakama relation between senpai and kōhai goes well. There are also amae that can make a sense of comfort among the group members and giri as embodiment of reciprocation from group members who had received on.

Keywords: Shūdan Shugi, Shinsengumi, Manga.

  • 1.    Latar Belakang

Shūdan shugi berasal dari kata shūdan yang berarti kelompok dan shugi yang berarti prinsip. Shūdan shugi merupakan konsep yang tertanam dalam diri masyarakat Jepang yang cenderung lebih menyukai bekerja secara berkelompok dengan didasari kesadaran yang tinggi untuk lebih mengedepankan kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan pribadi (Hamaguchi, 1994:56-60). Konsep shūdan shugi seringkali muncul dalam sebuah karya sastra ketika tokoh utama maupun tokoh tambahan yang diceritakan hidup dalam suatu kelompok sosial yang terbentuk dalam masyarakat. Salah satu karya sastra yang menampilkan konsep shūdan shugi adalah manga Shinsengumi Imon Peace Maker karya Nanae Chrono. Shinsengumi adalah kelompok samurai yang dibentuk pemerintah untuk menjaga ketertiban di ibukota kekaisaran (Hillsborough, 2009:1-2). Untuk menganalisis nilai-nilai shūdan shugi dalam manga Shinsengumi Imon Peace Maker karya Nanae Chrono akan digunakan teori shūdan shugi dari Hamaguchi (1994) serta didukung dengan konsep nakama dan shujū kankei.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat dari penelitian ini adalah

  • 1.    Bagaimanakah struktur kelompok shinsengumi sebagai sebuah shūdan seikatsu dalam manga Shinsengumi Imon Peace Maker karya Nanae Chrono?

  • 2.    Bagaimanakah penerapan nilai-nilai shūdan shugi pada shinsengumi dalam manga Shinsengumi Imon Peace Maker karya Nanae Chrono?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah memberikan informasi serta pengetahuan mengenai nilai-nilai budaya Jepang dan dapat memberikan sumbangan dalam mengapresiasikan dan mengembangkan ilmu sastra secara umum serta kesusastraan Jepang secara khusus. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah memahami struktur kelompok shinsengumi sebagai sebuah shūdan seikatsu dan memahami penerapan nilai-nilai shūdan shugi pada shinsengumi dalam manga Shinsengumi Imon Peace Maker karya Nanae Chrono.

  • 4.    Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara kerja yang bersistem untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penelitian untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Sangidu, 2005:13).

  • 4.1    Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka dengan teknik catat. Metode studi pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2004:3).

  • 4.2    Metode dan Teknik Penganalisisan Data

Dalam tahap ini metode yang digunakan adalah metode dialektik dan metode deskriptif analisis dengan teknik dialektik. Metode dialektik yaitu metode yang melukiskan hubungan antara karya sastra dengan faktor-faktor sosial yang terjadi di masyarakat sehingga terdapat hubungan timbal balik antara karya sastra dengan realitas sosial (Sangidu, 2005:27-28). Metode deskriptif analisis dilakukan dengan mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2006:53).

  • 4.3    Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode informal, yaitu cara penyajian hasil analisis dengan rumusan katakata (Ratna, 2006: 50). Setelah data-data yang berkaitan dengan manga Shinsengumi Imon Peace Maker terkumpul dan dianalisis, hasil analisis tersebut akan diuraikan dengan teknik penyajian hasil analisis data dengan menggunakan uraian kata-kata.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Manga Shinsengumi Imon Peace Maker adalah manga yang berlatarkan sejarah Shinsengumi yang menceritakan tentang tokoh utama yang bernama Ichimura Tetsunosuke yang bergabung dengan kelompok pelindung Kyoto yang disebut Shinsengumi. Tujuan utamanya bergabung dengan kelompok tersebut ialah agar bisa bertambah kuat sehingga ia mampu membalaskan dendamnya kepada kelompok Chōshū yang telah membunuh kedua orang tuanya.

  • 5.1    Struktur Kelompok Shinsengumi Sebagai Sebuah Shūdan Seikatsu

dalam Manga Shinsengumi Imon Peace Maker

Dalam sebuah shūdan seikatsu (kehidupan berkelompok) setiap kelompok pasti memiliki suatu struktur kelompok mengacu pada cara organisasi dalam kelompok dan berbagai posisi dalam kelompok yang terkait (Baron & Kerr, 2003: 6). Berikut ini merupakan penggambaran struktur organisasi dalam kelompok Shinsengumi.

Gambar (1). Struktur Organisasi Kelompok Shinsengumi

Ketua Shinsengumi

Kyokuchō局長

Wakil Ketua


Wakil Ketua


Fukuchō副長


Fukuchō副長


Komandan Pasukan

Taichō隊長

Intelijen

Kansatsu監察

Akuntan

Prajurit

Taishi隊士


Kaikeigata会計方

(Sumber : Shinsengumi Imon Peace Maker 3, 2004:43)

Melalui bagan tersebut terlihat struktur organisasi kelompok Shinsengumi sehingga diketahui bahwa status kelompok yang tertinggi dalam kelompok Shinsengumi adalah kyokuchō. Seorang yang berstatus sebagai kyokuchō merupakan orang yang memiliki wewenang dalam mengambil keputusan tertinggi. Fukuchō merupakan sebutan jabatan bagi wakil ketua Shinsengumi. Taichō merupakan sebutan bagi komandan yang mengepalai pasukan dalam kelompok Shinsengumi. Kansatsu merupakan sebutan bagi intelijen Shinsengumi. Kaikeigata merupakan sebutan bagi orang yang berstatus sebagai seorang akuntan dalam kelompok Shinsengumi. Taishi merupakan sebutan bagi orang-orang yang berstatus sebagai prajurit dalam kelompok Shinsengumi dan setiap kelompok taishi dikepalai oleh seorang taichō.

Dalam struktur organisasi kelompok terdapat pula subkelompok merupakan kategori dalam sebuah kelompok yag bisa saja didasari pada hal-hal yang

mempunyai kesamaan seperti kesamaan usia, tempat tinggal, peran sosial, dan hal-hal yang menarik secara pribadi (Baron & Kerr, 2003:10). Terdapat tiga subkelompok dalam kelompok Shinsengumi yang dibedakan berdasarkan peran dari subkelompok tersebut. Ketiga subkelompok itu ialah Taichō (Komandan Pasukan) yang bertugas untuk terjun langsung ke pertempuran melawan musuh dan membawahi beberapa kelompok taishi (prajurit), Kansatsu (Intelijen) yang bertugas sebagai pengawas kelompok dan sebagai mata-mata yang bertujuan untuk mendapatkan informasi dari musuh, dan Kaikeigata (Akuntan) yang bertugas mengurusi segala kepentingan dan keuangan kelompok Shinsengumi.

Jaringan komunikasi pada sebuah kelompok mengacu pada kemana

seluruh pesan dapat disampaikan dan bagaimanakah pola komunikasi antar anggota dalam kelompok (Baron & Kerr, 2003:11). Jaringan komunikasi dalam kelompok Shinsengumi dapat digambarkan dengan gambar berikut.

Gambar (2). Jaringan Komunikasi Kelompok Shinsengumi

(Sumber : Baron & Kerr, 2003:11.)

Pada gambar di atas pola komunikasi ini merupakan situasi yang sangat umum dalam sebuah kelompok, dimana segala informasi diturunkan secara bertahap melalui status-status tertentu. Pola komunikasi ini juga berguna dalam melindungi pemimpin dari tuntutan yang tidak semestinya.

  • 5.2    Penerapan Nilai-Nilai Shūdan Shugi dalam Kelompok Shinsengumi

Dalam kehidupan berkelompok (shūdan seikatsu) yang dilakukan oleh orang Jepang setiap individu dalam kelompok cenderung lebih mengedepankan kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan pribadinya. Nilai-nilai shūdan shugi dalam kelompok Shinsengumi yang digambarkan melalui manga

Shinsengumi Imon Peace Maker karya Nanae Chrono seperti adanya Ba dan Shikaku sebagai dasar shūdan Ishiki. Ba yang berarti ruang merupakan tempat individu tersebut tergabung dalam suatu kelompok sedangkan shikaku mengacu pada posisi individu tersebut di dalam kelompok. Bagi masyarakat Jepang, ba merupakan hal yang lebih penting dibandingkan dengan posisi atau shikaku (Nakane, 1986:171-177). Adanya Ba dan shikaku dalam kelompok Shinsengumi dapat dilihat melalui kutipan berikut:

  • (1) .土方歳三:大体な祭だなんだでははしゃいでる場合じゃねぇんだ 討幕派の連中相当ブッタ斬ってんだ。長州やそこいらが 黙ってるハズがねぇ。下手すりゃ屯所に奇襲かけてくる かも知れ (新撰組異聞ピースメーカー6, 2002:84)

Hijikata Toshizō : Daitai na matsuri da nanda dewa hashai deru baai janeen da. Tōbakuha no renchū sōtō butta kitten da. Chōshū ya soko ira ga damatteru hazu ga nē. Heta surya tonsho ni kishū kakete kuru kamo shire (Shinsengumi Imon Peace Maker 6, 2002:84).

Hijikata Toshizō : Lagipula, ini bukan waktunya bergembira. Faksi Tōbaku kalah telak. Kelompok Chōshū tidak mungkin berdiam diri. Kalau kita lengah, mungkin mereka akan menyerang markas.

Melalui kutipan tersebut diketahui bahwa anggota Shinsengumi lebih memikirkan ba yang tidak lain adalah kelompok Shinsengumi. Ia memilih untuk memikirkan keselamatan markas Shinsengumi dibandingkan bergembira atas kemenangan yang mereka telah raih. Anggota Shinsengumi lebih memikirkan kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan pribadinya. Selain adanya ba dan shikaku, terdapat pula hubungan nakama (teman) yang menghasilkan ittaikan dan kyōdōtai. Ittaikan merupakan semangat kebersatuan yang lahir dari rasa kerja sama antar individu dalam kelompok sedangkan kyōdōtai merupakan rasa kebersamaan yang dimiliki setiap individu dalam kelompok yang kemudian lahirlah rasa saling menghormati terhadap tugas kelompok sehingga dapat terciptanya keberhasilan kelompok (Madubrangti, 2008:25-42). Terdapatnya ittaikan dan kyōdōtai dalam kelompok Shinsengumi dapat dilihat melalui kutipan berikut:

  • (2) . 原田在之助 :ちっくしょ―うッ!!。

この大人数でハズレ引かされんのって腹立つなコ ラ―ッ!! (新撰組異聞ピースメーカー 6, 2002:7)

Harada Sanosuke : Chikkushou ~tsu !!.

Kono ōninzū de hazure hikasaren notte hara tatsu na kora ~tsu !! (Shinsengumi Imon Peace Maker 6, 2002:7).

Harada Sanosuke : Siaal !!.

Terpisahnya mereka dari orang sebanyak ini membuatku marah !!.

Melalui kutipan tersebut diketahui bahwa adanya ittaikan dan kyōdōtai yaitu rasa kebersamaan antar individu kelompok terlihat jelas saat beberapa anggota kelompok terpisah dengan anggota kelompok lainnya. Dengan adanya rasa kebersamaan dalam setiap individu kelompok dapat menghasilkan rasa solidaritas antar anggota kelompok. Hal tersebut tentunya akan membawa dampak yang positif demi kemajuan kelompok itu sendiri. Selain nilai-nilai shūdan shugi yang telah disebutkan di atas, terdapat juga nilai-nilai lain yang terdapat dalam manga ini, yaitu adanya shujū kankei yang merupakan hubungan antara atasan dan bawahan yang terjalin dengan baik, dalam nakama shūdan terdapatnya ittaikan dan kyōdōtai sehingga terciptanya solidaritas, terjalinnya nakama antara senpai dan kōhai yang berlangsung baik, terdapatnya amae yang menimbulkan rasa nyaman antara anggota kelompok, selain itu adanya giri sebagai perwujudan balas budi dari anggota kelompok yang menerima on.

  • 6. Simpulan

Manga Shinsengumi Imon Peace Maker menceritakan tentang perjuangan seorang anak kecil berumur lima belas bernama Ichimura Tetsunosuke, yang bergabung dengan kelompok Shinsengumi agar dapat bertambah kuat demi membalaskan kematian kedua orang tuanya. Struktur kelompok Shinsengumi berdasarkan status dan peran dibedakan menjadi enam, yakni Kyokuchō, Fukuchō, Taichō, Kansatsu, Kaikeigata, dan Taishi sedangkan subkelompok yang terdapat dalam Shinsengumi ialah Taichō, Kansatsu, dan Kaikeigata. Jaringan komunikasi dalam kelompok Shinsengumi dilakukan dengan menurunkan informasi secara

bertahap melalui status-status tertentu sehingga melalui cara tersebut dapat melindungi ketua dari tuntutan yang tidak semestinya. Penerapan nilai-nilai shūdan shugi yang ada dalam kelompok Shinsengumi meliputi 1) adanya Ba dan Shikaku sebagai dasar shūdani ishiki; 2) Shujū kankei yang merupakan hubungan yang terjadi antara atasan dan bawahan kelompok Shinsengumi; 3) Nakama yang terjalin dalam shūdan seikatsu yang menghasilkan adanya Ittaikan dan Kyōdōtai, terdapatnya penerapan nilai-nilai nakama dalam hubungan senpai dan kōhai, amae dalam nakama, serta terdapatnya on dan giri dalam nakama.

Daftar Pustaka

Baron, Robert S. dan Norbert L. Kerr. 2003. Group Process, Group Decision, Group Action. Buckingham : Open University Press

Chrono, Nanae. 2004. Shinsengumi Imon Peace Maker 3 (cetakan ke-2). Tokyo: Kabushiki Kaisha ENIX.

Chrono, Nanae. 2002. Shinsengumi Imon Peace Maker 6 (cetakan ke-2). Tokyo: Kabushiki Kaisha ENIX.

Hamaguchi, Eishun. 1994. Nihonteki Shuudan Shugi (Grupisme Jepang). Tokyo: Yuuhikaku.

Hillsborough, Romulus. 2009. Shinsengumi: Pasukan Samurai Terakhir Shogun. Diterjemahkan dari Shinsengumi: The Shogun’s Last Samurai Corps oleh Noviatri Anggraini. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Madubrangti, Diah. 2008. Undoukai Ritual Anak Sekolah Jepang Dalam Kajian Budaya. Jakarta: PT AKBAR Media Sarana.

Nakane, Chie. 1986. Criteria of Group Formation dalam buku Japanese Culture and Behavior yang diedit oleh Takie Sugiyama Lebra dan William P. Lebra. United States of America: University of Hawaii Press

Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sangidu. 2005. Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat. Yogyakarta: Seksi Penerbit Sastra Asia Barat, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.

Zed, M. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

9