HUMANIS

Journal of Arts and Humanities

p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X

Terakreditasi Sinta-4, SK No: 23/E/KPT/2019

Vol 25.2 Mei 2021: 201-213

Variasi Leksikal Bahasa Sasak di Kecamatan Karangasem: Kajian Dialektologi

Zulkarnaen, Ni Made Dhanawaty, Anak Agung Putu Putra

Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia

Email korespondensi: [email protected], [email protected], [email protected]

Info Artikel

Masuk: 12 Februari 2021

Revisi: 10 Mei 2021

Diterima: 15 Mei 2021

Keywords: dialect, lexical variation, gloss, variable, field of meaning


Kata kunci: dialek, variasi leksikal, glos, variabel, medan makna

Corresponding Author:

Ni Made Dhanawaty

Email:

[email protected]

DOI:

https://doi.org/10.24843/JH.2

021.v25.i02.p09


Abstract

This article discusses the lexical variations of the Sasak language in Karangasem. The reason for choosing this object, is to explain the various dialects used by the community in the villages of Tumbu, Tegal Linggah, and Bukit, Karangasem. The problem is focused on two things, namely the lexical variation of the Sasak language in Karangasem and the grouping of Sasak lek languages in Karangasem using dialectometry theory and the isogloss file from Zulaeha. The method used, namely the proficient methods with fishing techniques, note taking techniques, and record techniques. Analysis of the lexical variations in the Sasak Karangasem language shows that there are various kinds of lexical variations in each TP based on old adulthood. Lexical variations of the fields meaning time, season, natural state, natural objects, and directions, three are found in the 'cloud' glossary. Kinship system, two berian are found in the 'wife' glossary. In animals and their parts, three berries are found in the 'worm' glossary. Movement and work, three berries are found in the 'walking' glossary. Limbs and parts there are found two beros in 'blood' gloss. Properties, numbers, and sizes, we find two entries in the 'good' glossary. In plants, fruits and colors, two berian are found on the 'tree' glossary. Question words, conjunctions, and objects found one berian in ‘how’ glossos. Pronouns and days found four words in the glossary "you".

Abstrak

Dalam artikel ini dibahas, variasi leksikal bahasa Sasak di Karangasem. Alasan memilih objek ini, adalah untuk menjelaskan pelbagai dialek yang digunakan masyarakat di Desa Tumbu, Tegal Linggah, dan Bukit, Karangasem. Permasalahan difokuskan pada dua hal, yaitu variasi leksikal bahasa Sasak di Karangasem dan pengelompokan lek-lek bahasa Sasak di Karangasem dengan menggunakan teori dialektometri dan berkas isoglos dari Zulaeha. Metode yang digunakan, yaitu metode cakap semuka dengan teknik pancing, teknik catat, dan teknik rekam. Analisis terhadap variasi leksikal bahasa Sasak Karangasem menunjukkan berbagai macam variasi leksikal di tiap TP berdasarkan usia dewasa tua. Variasi leksikal medan makna waktu, musim, keadaan alam, benda alam, dan arah ditemukan tiga berian pada glos ‘awan’. Sistem kekerabatan ditemukan dua berian pada glos ‘istri’. Binatang

dan bagian-bagiannya ditemukan tiga berian pada glos ‘cacing’. Gerak dan kerja ditemukan tiga berian pada glos ‘berjalan’. Anggota tubuh dan bagian-bagiannya ditemukan dua berian pada glos ‘darah’. Sifat, bilangan, dan ukuran ditemukan dua berian pada glos ‘baik’. Tumbuhan, buah, dan warna ditemukan dua berian pada glos ‘pohon’. Kata tanya, hubung, dan benda ditemukan satu berian pada glos ‘bagaimana’. Kata ganti dan hari ditemukan empat berian pada glos ‘kamu’.

PENDAHULUAN

Komunikasi merupakan hal yang penting dan harus diperhatikan oleh setiap masyarakat atau masyarakat setempat. Di dalam berkomunikasi masyarakat tentu menggunakan bahasa yang, baik untuk menyampaikan gagasan maupun ide kepada lawan bicara. Bahasa merupakan alat untuk bersosialisasi dengan masyarakat (E Arifin, 2016).

Di Indonesia sendiri terdapat berbagai macam bahasa yang digunakan di beberapa daerah bergantung wilayah regionalnya (Ulfah, 2019). Secara umum masyarakat Indonesia mengenal dua bahasa yang sering digunakan dalam berkomunikasi.

Pertama, bahasa daerah (bahasa ibu). Bahasa daerah di suatu tempat atau wilayah sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat dalam berkomunikasi, transaksi, bidang perekonomian, politik, terutama budaya. Bahasa menggambarkan budaya masyarakat penuturnya karena dalam kegiatan berbudaya, masyarakat tidak pernah lepas dari bahasa sebagai alat interaksi (Putu Devi Maharani, 2018). Di wilayah multietnik dan multilingual sering terjadi adaptasi kebahasaan. Demikian juga halnya pada bahasa Sasak di daerah Karangasem yang penuturnya hidup berdampingan dengan penutur bahasa Bali, Adaptasi dilakukan dengan mempelajari dan menggunakan bahasa masyarakat lokal untuk dapat berkomunikasi dengan mereka (Innayatusshalihah, 2020).

Kedua, bahasa nasional (bahasa Indonesia). Masyarakat di suatu wilayah

di Indonesia tentu mengenal bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia ini termasuk bahasa kedua yang digunakan masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi, khusunya dalam berinteraksi dengan masyarakat yang berbeda bahasa.

Berkembangnya suatu bahasa tidak terlepas dari penutur yang menggunakan bahasa itu sendiri, penutur bahasa di suatu daerah memiliki latar belakang budaya dan status sosial yang berbeda Rahmawati, 2014). Di samping itu juga tidak terlepas dari lingkungan kebahasaan di sekitarnya.

Setiap bahasa mempunyai dialek atau subdialek tersendiri, demikian pula halnya bahasa Sasak di Kecamatan Karangasem. Penelitian ini mengkaji bahasa Sasak yang digunakan dalam berkomunikasi oleh masyarakat di Kecamatan Karangasem, khususnya yang ada di Desa Tumbu, Desa Tegal Linggah, dan di Desa Bukit. Perubahan bahasa yang terjadi pada sebuah bahasa atau dialek, baik secara sinkronis maupun diakronis, akan menciptakan satu atau lebih variasi bahasa maupun dialek (Sari, 2018).

Di Desa Tumbu banyak masyarakat yang berasal dari Pulau Lombok yangsudah menetap, bahkan sudah memiliki tempat tinggal masing-masing di desa tersebut. Demikian juga di Desa Tegal Linggah. Desa ini tidak terlalu jauh dari Desa Tumbu karena desa ini ada di Kecamatan Karangasem. Desa ini juga banyak dihuni oleh masyarakat yang berasal dari Pulau Lombok, bahkan juga yang sudah menetap sejak zaman nenek

moyang mereka. Hal yang sama juga terdapat di Desa Bukit.

Ketiga desa tersebut menggunakan bahasa Sasak dalam berkomunikasi intramasyarakat Sasak. Namun, dapat diasumsikan bahasa Sasak pada ketiga desa tersebut memiliki dialek atau subdialek yang berbeda atau bervariasi. . . Penelitian ini dikhususkan pada dialek atau subdialek yang digunakan oleh masyarakat tersebut dalam berkomunikasi, baik berkomunikasi secara individu maupun secara berkelompok. Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok penutur bahasa yang mempunyai ciri-ciri relatif sama dengan mengesampingkan ciri-ciri khusus masing-masing individu (Wulan, 2009). Salah satu ciri dari bahasa yang diuraikan di atas adalah bervariasi dan dialektologi merupakan cabang linguistik yang mempelajari variasi bahasa (Sutresna, 2017).

Peran dialek dalam berkomunikasi sangat berpengaruh pada masyarakat yang memiliki perbedaan dialek di suatu daerah tertentu. Jika suatu masyarakat menggunakan dialeknya dalam berkomunikasi dengan masyarakat yang berbeda dialek di suatu tempat, lawan tutur tentu akan merasa kebingungan dengan bahasa yang dituturkan oleh lawan bicara. Sejak lahir masyarakat atau setiap individu sudah mengenal bahasa. Dari bahasa tersebut setiap individu atau masyarakat akan mengenal dialeknya juga, dari bahasa yang pertama (bahasa ibu) dialek setiap bahasa lahir.

Dialektologi pada perkembangan awalnya memfokuskan kajian pada variasi bahasa berdasarkan variabel geografis,sehingga studi ini dikenal dengan dialek geografi (geography dialect) dan menghasilkan peta bahasa. Namun, pada perkembangan belakangan dialektologi juga sudah merambah ke variabel social yang melahirkan dialektologi sosial (, 2005). Peneliti menyadari bahwa masyarakat di

Kecamatan Karangasem tersebut, khususnya di Desa Tumbu, Tegal Linggah, dan Bukit, sudah pasti mempunyai dialek tersendiri. Pada dasarnya variasi bahasa ditentukan oleh faktor tempat, faktor sosiokultural, faktor situasi, faktor waktu, dan faktor medium pengungkapan lisan maupun tulis (Waridah, 2009).

Variasi bahasa bisa dipengaruhi dari letak geografi dan latar belakang penutur bahasa, contohnya seperti penggunaan bahasa di daerah yang berbatasan dengan daerah lain, contoh lain yaitu bahasa masyarakat pesisir berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat di daerah pegunungan (Wulan, 2019). Kemudian di tiga desa tersebut (Tumbu, Tegal Linggah, Bukit), kebanyakan masyarakatnya menggunakan bahasa Sasak dalam berkomunikasi atau berinteraksi karena asal atau embrio masyarakat yang bertempat tingal di tiga desa itu, yang berada di Kecamatan Karangasem berasal dari Pulau Lombok. Nenek moyang mereka dari dahulu sudah bertempat tinggal di Kecamatan Karangasem sampai saat ini. Anak-anak dan cucu-cucunya mengikuti nenek moyang mereka masing-masing. Berawal dari sanalah masyarakat Pulau Lombok menetap dan melahirkan bahasa Sasak dengan dialek yang berbeda-beda di tiap desa. Walaupun masyarakat tetap mempertahankan bahasa nenek moyang mereka, namun terdapat variasi antara bahasa Sasak yang digunakan oleh Kelompok Usia Tua (KUT) dan Kelompok Usia Muda (KUM).

Berdasarkan latar belakang di atas penelitain ini bertujuan untuk mengkaji variasi leksikal bahasa Sasak di Kecamatan Karangasem berdasarkan variabel geografis dan variabel usia.

METODE DAN TEORI

Populasi penelitian ini adalah bahasa Sasak dari masyarakat di Kecamatan Karangasem. Penelitian ini merupakan

paduan antara dialek geografi dan dialek sosial (Band. Dhanawaty, 2002). Untuk variabel geografis digubakan tiga desa sebagai titik pengamatan, yakni Desa Taman Ujung Pesisi, Desa Nyuling, dan Desa Bukit Tabuan, sementara untuk variabel social, difokuskan pada avraibel usia, dengansubbvariabel Kelompo Usian Tua dan Kelompok Usia Dewasa. Penetuan sampel dalam dialektologi sosial menerapkan sistem sel (Walfram dalam Dhanawaty 2005). Dalam penelitian ini, dari setiap sel, yang merupakan interseksi antara titik pengamatan dan kelompok usia, dipilih satu orang informan kunci dan dua orang informan pendamping.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang biasanya menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, peristiwa, perilaku orang yang diamati. Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik (Rahmat, 2009). Pada penelitian kualitatif yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri, dimana peneliti berperan aktif dalam merencanakan, melakukan, serta menjadi penentu dari keseluruhan proses dan hasil penelitian (Fatmalasari, 2020). Selain itu, dalam penelitian ini digunakan juga instrumen berupa daftar pertanyaan yang terdiri atas 9 medan makna, yang secara keseluruhan berjumlah 400 leksikon.

Penelitian ini bersifat deskriptif karena bertujuan untuk memaparkan atau memberikan gambaran mengenai dialek-dialek yang digunakan di tiga desa tersebut (Tumbu, Tegal Linggah, Bukit Tabuan). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pancing, teknik catat, dan teknik rekam. Cara kerjanya ialah menanyakan kosakata yang sudah disusun dengan bahasa Indonesia, kemudian di catat dan di rekam. Adapun prosedur dalam penelitian deskriptif kualitatif yakni dengan mencari data deskriptif dan

kemudian untuk mendapatkan data ini akan dilakukan penelitian lapangan (Pamolango, 2012

Penelitian ini menerapkan teori dialektologi. tradisional. Prinsip dasar teori dialektologi adalah melihat adanya keberagaman di dalam kesamaan dan kesamaan di dalam keberagaman. Misalnya satu glos atau makna memiliki berian leksikal yang bervariasi (variasi leksikal), atau sebaliknya satu berian dapat memiliki makna yang bervariasi (variasi semantic), penelitian difokuskan pada variasi leksikal. Prinsip di atas berguna untuk melakukan pengelompokan dan juga pemilahan variasi. Sesuai dengan variabel penelitian, variasi leksikal dalam penelitian ini dilihat berdasarkan variabel geografis danvariasi variabel sosial, yang dalam penelitian ini dikhususkan pada variabel usia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Variasi Leksikal Berdasarkan Variabel Geografis

Perbedaan leksikal secara geografis di Kecamatan Karangasem, khususnya di Desa Tumbu, Tegal Linggah, dan Bukit dengan mengambil daerah penelitian di tiap desa satu dusun, yaitu di Dusun Ujung Pesisi/Taman Ujung berada di Desa Tumbu Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, di Dusun Br. Nyuling berada di Desa Tegal Linggah, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, dan di dusun Bukit Tabuan berada di Desa Bukit Kabupaten Karangasem Kecamatan Karangasem. Di Dusun Ujung Pesisi/Taman Ujung dengan jumlah penduduk 1.026 jiwa yang berasal dari berbagai etnis dan budaya Pulau Lombok. Namun, masyarakat yang ada di Dusun Ujung Pesisi/Taman Ujung itu sudah lama bertempat tinggal di Karangasem tepatnya di dusun Ujung Pesisi/Taman Ujung dan membentuk persaudaraan

yang sangat erat. Budaya Lombok yang masih kental, yaitu salah satu diantaranya adalah bahasa Sasak.

Dusun Br. Nyuling tidak terlalu jauh dari Dusun Ujung Pesisi/Taman Ujung. Dusun Br. Nyuling ini dihuni oleh jumlah penduduk 1.000 jiwa yang berasal dari berbagai etnis dan budaya Lombok. Asal muasal masyarakat yang ada di Br. Nyuling itu diketahui dari cerita salah satu masyarakat yang ada di dusun itu. Menurut cerita orang itu, dahulu sebelum mereka tinggal di Kabupaten Karangasem akan terjadi peperangan antara Kerajaan Karangasem dan Kerajaan Klungkung. Kemudian Kerajaan Karangasem ini meminta bantuan kepada masyarakat yang ada di Pulau Lombok untuk menghentikan peperangan antara Kerajaan Klungkung dan Kerajaan Karangasem. Dari peristiwa peperangan itu masyarakat Pulau Lombok bertempat tinggal di Kabupaten Karangasem tepatnya di Dusun Br Nyuling, Desa Tegal Linggah. Dari segi mata pencaharian masyarakat itu masih banyak yang berjualan makanan, buruh, dan petani.

Dusun Bukit Tabuan, terletak di Desa Bukit yang dikelilingi oleh pegunungan/bukit sehingga dusun itu sulit ditemukan karena dusun Bukit Tabuan itu tidak seperti dusun-dusun yang sebelumnya (Ujung Pesisi/Taman Ujung dan Br Nyuling). Jumlah penduduk yang ada di Dusun Bukit Tabuan sekitar 300 jiwa yang berasal dari berbagai etnis dan budaya Lombok. Dari segi mata pencaharian, masyarakat ini banyak sekali yang berkebun karena tanahnya sangat subur sehingga aktivitas masyarakat itu dari pukul 08.00 -- 12.00 kebanyakan berada di kebun untuk menanam sayur, buah, dan sebagainya. Selain itu, masyarakat yang ada di Bukit Tabuan ini juga ada yang bermata pencaharian sebagai buruh lepas.

Variasi Leksikal Berdasarkan Usia Dewasa Tua

Seperti yang sudah dibahas di atas, bahwa perbedaan leksikon dari variabel geografis yang dilihat dari usia dewasa tua menurunkan berbagai macam berian. Berian-berian itu memiliki perbedaan di tiga titik pengamatan. Ada sembilan macam medan makna yang digunakan untuk menemukan perbedaan di tiga titik pengamatan itu. Medan makna tersebut, yaitu medan makna (a) waktu, musim, keadaan alam, benda alam dan arah, (b) sistem kekerabatan, (c) binatang dan bagian-bagiannya, (d) gerak dan kerja, (e) anggota tubuh dan bagian-bagiannya, (f) sifat, bilangan dan ukuran, (g) tumbuhan, buah dan warna, (h) kata tanya, hubung dan benda, (i) kata ganti dan hari. Medan makna itu dapat didistribusikan sebagai berikut.

  • a.    Variasi Leksikal dalam Medan Makna Waktu, Musim, Keadaan Alam, Benda Alam, dan Arah

Glos ‘awan’ memiliki tiga berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[awan] : 1UT, 2UD, dan 3UD

[tͻtal[]: 1UD

[gͻləm] : 2UT, [guləm] 3UT

Sebaran berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua di Desa Nyuling tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan. Akan tetapi, berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa dan kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi, dan kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi, dan kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan. Juga terdapat perbedaan di antara kelompok usia dewasa di desa Ujung Pesisi dan berian pada kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi dan kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan.

Glos ‘dingin’ memiliki dua berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[təleh] : 1UT, 2UT, 3UT

[ɲət] : 1UD, 2UD, 3UD

Sebaran berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi, dan berian kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi berbeda dengan berian kelompok usia dewasa di Desa Nyuling, kemudian berian pada kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi berbeda dengan berian kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan. Berian pada kelompook usia tua di Desa Nyuling berbeda dengan berian kelompok usia dewasa di Desa Nyuling, dan berian pada kelompok usia tua di Desa Nyuling berbeda dengan berian kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi, juga terdapat perbedaan berian pada kelompok usia tua di Desa Nyuling dengan berian kelompok usia dewasa di desa Bukit Tabuan. Berian kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan memiliki perbedaan berian dengan berian kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan, dan kelompok usia dewasa di Desa Nyuling, berbeda juga dengan kelompk usia dewasa di Desa Ujung Pesisi. Akan tetapi, berian-berian kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi memiliki persamaan dengan berian kelompok usia tua di Desa Nyuling dan Bukit Tabuan.

Glos ‘kabut’ memiliki empat berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[pəndət] : 1UT, 2UD

[urəp] : 2UT

[guləm] : 3UT

[kabut] : 1UD, 3UD

Sebaran berian itu menunjukkan bahwa, berian kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan. Akan tetapi, berbeda dengan berian kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan dan berian kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi. Juga, berbeda berian antara kelompok usia tua di Desa Nyuling dengan berian kelompok usia dewasa di Desa Nyuling.

Glos ‘kiri’ memiliki dua berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[kiri] : 1UT, 2UT, 1UD, 2UD, 3UD

[kebͻt] : 2UT

Kedua berian itu menunjukkan bahwa, berian kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian kelompok usia tua di Desa Nyuling, dan berian kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian kelompok usia dewasa di Desa Nyuling juga tidak berbeda dengan kelompok usia dewasa di desa Bukit Tabuan. Akan tetapi, berbeda dengan berian kelompok usia tua di Desa Nyuling.

  • b.    Variasi Leksikal dalam Medan Makna Sistem Kekerabatan

Glos ‘istri’ memiliki dua berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[səninə] : 1UT, 2UT, 2UD [sənina] : 1UD, [səninaɁ] : 3UD

[istri] : 3UT

Sebaran berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Nyuling dan kelompok usia dewasa di Desa Nyuling, juga tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa di

Desa Ujung Pesisi dan berian kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan. Akan tetapi, berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan.

Glos ‘kakak perempuan’ memiliki dua berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[kakaɁ ninə] : 1UT, 2UT, 2UD

[kakaɁ] : 3UT, 1UD, 3UD

Sebaran berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Nyuling juga berian pada kelompok usia dewasa di Desa Nyuling. Akan tetapi, berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan, dan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi juga berian pada kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan.

Glos ‘cucu’ memiliki dua berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[bai] : 1UT, 1UD, 2UD, 3UD [bayi] : 2UT

[papu] : 3UT

Sebaran berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi, juga tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Nyuling dengan berian pada kelompok usia dewasa di desa Bukit Tabuan dan berian kelompok usia tua di Desa Nyuling. Akan tetapi, berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan.

  • c.    Variasi Leksikal dalam Medan Makna

Binatang dan Bagian-Bagiannya

Glos ‘cacing’ memiliki tiga berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[loŋə] : 1UT, 3UT

[biyah] : 2UT

[caciŋ] : 1UD, 2UD, 3UD

Sebaran berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Nyuling juga berian pada kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan. Juga berian pada kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan. Akan tetapi, berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Nyuling.

Glos ‘ekor’ memiliki dua berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai baerikut.

[ekͻr] : 1UT

[elͻŋ] : 2UT, 3UT, 1UD, 2UD, 3UD

Kedua berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua di Desa Nyuling tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan, juga tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi dan berian pada kelompok usia dewasa di desa Nyuling juga kelompok usia dewasa di desa Bukit Tabuan. Akan tetapi, berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi.

  • d.    Variasi Leksikal dalam Medan Makna

Gerak dan kerja

Glos ‘berjalan’ memiliki dua berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[lampaɁ : 1UT, 2UT, 3UT, 2UD, [lekaɁ] : 3UD

[mənjalan] : 1UD

Kedua berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia

dewasa di Desa Bukit Tabuan berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi dan, berian pada kelompok usia dewasa di desa Ujung Pesisi berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Nyuling. Akan tetapi, berian pada kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Nyuling dan kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan, juga kelompok usia dewasa di Desa Nyuling.

Glos ‘makan’ memiliki dua berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[maŋan] : 1UT, 1UD, 2UD, 3UD, [maəm] : 3UT

[bəkəlur] : 2UT

Sebaran berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Nyuling, juga berbeda dengan kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Nyuling, berbeda berian pada kelompok usia tua di Desa Nyuling dengan kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi, kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi dan kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan. Akan tetapi, pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda berian dengan kelompok usia dewasa di Desa Nyuling juga kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan.

Glos ‘potong’ memiliki tiga berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[pələŋ] : 1UT, 2UD, [poloŋ] : 3UT, [pͻlͻŋ] : 3UD

[getep] : 2UT

[pͻlak] : 1UD

Sebaran berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan

berian pada kelompok usia dewasa di Desa Nyuling juga tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan. Akan tetapi, berian pada kelompok usia tua di Desa Nyuling berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi.

Glos ‘terbang’ memiliki dua berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[ɲəŋkƐlƐp] : 1UT, [ɲəŋkelep] : 1UD, [kƐlƐp] : 2UD, 3UD

[məkəbər] : 2UT, [kəbur] : 3UT

Sebaran berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Nyuling juga berian pada kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan. Akan tetapi, berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Nyuling juga berbeda dengan berian kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan.

Glos ‘ambil’ memiliki dua berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[jəmak] : 1UT

[baet] : 2UT, [bait] : 3UT, 1UD, 2UD, 3UD

Kedua berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua juga kelompok usia dewasa di Desa Nyuling tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan dan juga tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi. Akan tetapi, berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi.

Glos ‘gantung’ memiliki satu berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[gantoŋ] : 1UT, [bəgantuŋ] : 2UT, [gantuŋ] : 3UT, 1UD, 2UD, 3UD

Sebaran berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Nyuling, juga tidak berbeda dengan kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan, tidak berbeda juga dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Nyuling dan kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan, begitu juga dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Nyuling dan kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan.

  • e.    Variasi Leksikal dalam Medan Makna Anggota Tubuh, dan Bagian-Bagiannya

Glos ‘darah’ memiliki dua berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[daraɁ] : 1UT, 2UT, 3UT, 2UD, 3UD

[daɁ] : 1UD

Kedua berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Nyuling tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan juga tidak berbeda dengan kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi. Akan tetapi, berbeda dengan kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi.

Glos ‘kepala’ memiliki dua berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[ͻtak] : 1UT, 2UT, 2UD, 3UD

[ulu] : 3UT, 1UD

Kedua berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Nyuling tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi juga kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan. Akan tetapi, berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan dan juga berian pada kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi.

Glos ‘mata’ memiliki dua berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[matə] : 1UT, 3UT, 2UD, [mata] :     1UD, 3UD

[pənəntəŋ] : 2UT

Sebaran berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan jiga tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Nyuling. Akan tetapi, berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Nyuling.

Glos ‘keringat’ memiliki lima berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[usəŋ] : 1UT, [usəŋan] : 2UD

[təkus] : 2UT

[daur] : 3UT

[dedaran] : 1UD

[kəriŋat] : 3UD

Sebaran berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Nyuling. Akan tetapi, berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa dengan kelompok usia tua di Desa Nyuling juga berbeda dengan kelompok usia tua dan kelompok usia

dewasa di Desa Bukit Tabuan juga dengan kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi.

  • f.    Variasi Leksikal dalam Medan Makna

Sifat, Bilangan, dan Ukuran

Glos ‘baik’ memiliki dua berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[baik] : 1UT, 1UD, 2UD, 3UD

[sͻlah] : 2UT, 3UT

Kedua berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Nyuling juga pada kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan. Akan tetapi, berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Nyuling dan kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan, dan kelompok usia tua di Desa Nyuling berbeda dengan kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi juga berbeda dengan kelompok usia dewasa di Desa Nyuling dan kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan.

Glos ‘satu’ memiliki dua berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[səkeɁ] : 1UT, 1UD, 2UD, [səkeɁ/sopoɁ] : 2UT, [sopoɁ] : 3UT

[saiɁ] : 3UD

Kedua berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa dan kelompok usia tua di Desa Nyuling juga pada kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan. Akan tetapi, berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa dengan kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan juga kelompok usia dewasa dan kelompok usia tua di Desa Nyuling dan

kelompok usia dewasa juga kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi.

Glos ‘sempit’ memiliki tiga berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[sumpək] : 1UT, [sukət] : 3UT

[kelet] : 2UT

[səmpit] : 1UD, 2UD, 3UD

Sebaran berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Nyuling dan kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan. Akan tetapi, berbeda berian pada kelompok usia dewasa dengan kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi juga kelompok usia tua di Desa Nyuling dan Desa Bukit Tabuan, berbeda berian juga pada kelompok usia dewasa dengan kelompok usia tua di Desa Nyuling dan di Desa Ujung Pesisi dan Bukit Tabuan, juga berbeda berian pada kelompok usia dewasa dengan kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan dan kelompok usia tua di Desa Nyuling juga kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi.

  • g.    Variasi Leksikal dalam Medan Makna Tumbuhan, Buah, dan Warna

Glos ‘pohon’ memiliki satu berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

  • [lolo]    : 1UT, 3UT, 1UD, 2UD, 3UD, [luluan] : 2UT

Kedua berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia tua dan kelompk usia dewasa di Desa Bukit Tabuan juga kelompok usia dewasa di Desa Nyuling. Akan tetapi, berbeda berian pada kelompok usia tua dengan kelompok usia dewasa di Desa Nyuling dan kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di

Desa Ujung Pesisi, juga pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan.

  • h.    Variasi Leksikal dalam Medan Makna

Kata Tanya, Hubung, dan Benda

Glos ‘bagaimana’ memiliki satu berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[bərəmbe] : 1UT, 3UT, 2UD, 3UD, [bərəmbe ntan] : 2UT, [kəmbeɁ] : 1UD

Sebaran berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi juga kelompok usia dewasa di Desa Nyuling. Akan tetapi, berbeda berian pada kelompok usia tua dengan kelompok usia dewasa di Desa Nyuling juga kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan dan kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi.

Glos ‘ke’ memiliki empat berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[kə] : 1UT, 2UT

[jͻk] : 3UT

[ŋano] : 1UD

[aniŋ] : 2UD, 3UD

Sebaran berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Nyuling, begitu juga dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Nyuling tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan. Akan tetapi, berbeda berian pada kelompok usia dewasa dengan kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi juga pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Nyuling juga kelompok

usia dewasa dan kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan. Juga berbeda berian pada kelompok usia tua dengan kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan juga pada kelompok usia dewasa dan kelompok usia tua di Desa Nyuling dan kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi.

Glos ‘tongkat’ memiliki dua berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[tunjaŋ] : 1UT, 2UT, 3UT

[tͻŋkat] : 1UD, 2UD, 3UD

Kedua berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Nyuling juga kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan, begitu juga pada kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda berian dengan kelompok usia dewasa di Desa Nyuling juga pada kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan. Akan tetapi, berbeda berian pada kelompok usia tua dengan kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi juga kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Nyuling, begitu pun pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Bukit Tabuan.

  • i.    Variasi Leksikal dalam Medan Makna Kata Ganti dan Hari

Glos ‘kamu’ memiliki empat berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[kamu] : 1UT, 2UT, 3UT

[due] : 1UD

[sidə] : 2UD

[anta] : 3UD

Sebaran berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia tua di Desa Nyuling juga kelompok usia tua di Desa

Bukit Tabuan. Akan tetapi, berbeda berian pada kelompok usia dewasa dengan kelompok usia tua di Desa Ujung Pesisi juga kelompok usia dewasa dan kelompook usia tua di Desa Nyuling dan kelompok usia dewasa dengan kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan.

Glos ‘besok (sehari sesudah hari ini)’ memiliki dua berian yang berbeda secara leksikal dengan distribusi sebagai berikut.

[lemaɁ/jəmaɁe : 1UT, [lemaɁ] : 2UT, [jəmaɁ] : 3UT, 1UD, 2UD

[səulek ə] : 3UD

Sebaran berian itu menunjukkan bahwa berian pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi tidak berbeda dengan berian pada kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Nyuling juga kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan. Akan tetapi, berian pada kelompok usia dewasa dengan kelompok usia tua di Desa Bukit Tabuan juga kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Ujung Pesisi, juga kelompok usia tua dan kelompok usia dewasa di Desa Nyuling.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan hasil analisis terhadap variasi leksikal bahasa Sasak menunjukkan variasi leksikal usia dewasa tua menurunkan tiga berian pada glos ‘awan’ dengan medan makna waktu, musim, keadaan alam, benda alam, dan arah’, yaitu ‘awan’, ‘tͻtal’, ‘gͻləm, guləm’; glos ‘dingin’ dua berian, yaitu ‘təleh’, ‘ɲət’; glos ‘kabut’ empat berian, yaitu ‘pəndət’, ‘urəp’, ‘guləm’, ‘kabut’, glos ‘kiri’ dua berian, yaitu ‘kiri’, ‘kebͻt’. Medan makna sistem kekerabatan menurunkan dua berian pada glos ‘istri’, yaitu ‘səninə, sənina, səninaɁ’, ‘istri’; glos ‘kakak perempuan’ dua berian, yaitu ‘kakaɁ ninə’, ‘kakaɁ’, glos ‘cucu’ dua berian, yaitu ‘bai, bayi’, ‘papu’. Medan

makna binatang dan bagian-bagiannya menurunkan tiga berian pada glos ‘cacing’, yaitu ‘loŋə’, ‘biyah’, ‘caciŋ’; glos ‘ekor’ dua berian, yaitu ‘ekͻr’, ‘elͻŋ’. Medan makna gerak dan kerja menurunkan dua berian pada glos ‘berjalan’, yaitu ‘lampaɁ, lekaɁ’, ‘mənjalan’; glos ‘makan’ dua berian, yaitu ‘maŋan, maəm’, ‘bəkəlur’; glos ‘potong tiga berian, yaitu ‘pələŋ, poloŋ, pͻlͻŋ’, ‘getep’, ‘pͻlak’; glos ‘terbang’ dua berian, yaitu ‘ɲəŋkƐlƐp, ɲəŋkelep, kƐlƐp’, ‘məkəbər, kəbur’; glos ‘ambil’ dua berian, yaitu ‘jəmak’, ‘baet, bait’; glos ‘gantung’ satu berian, yaitu ‘gantoŋ, bəgantuŋ, gantuŋ’. Medan makna anggota tubuh dan bagian-bagiannya menurunkan dua berian pada glos ‘darah’, yaitu ‘daraɁ’, ‘daɁ’; glos ‘kepala’ dua berian, yaitu ‘ͻtak’, ‘ulu’; glos ‘mata’ dua berian, yaitu ‘matə, mata’, ‘pənəntəŋ’; glos ‘keringat’ lima berian, yaitu ‘usəŋ, usəŋan’. ‘təkus’, ‘daur’. ‘dədaran’, ‘kəriŋat’. Medan makna sifat, bilangan, dan ukuran menurunkan dua berian pada glos ‘baik’, yaitu ‘baik’, ‘sͻlah’; glos ‘satu’ dua berian, yaitu ‘səkeɁ, səkeɁ/sopoɁ, sopoɁ’, ‘saiɁ’; glos ‘sempit’ tiga berian, yaitu ‘sumpək, sukət’. ‘kelet’, ‘səmpit’. Medan makna tumbuhan, buah, dan warna menurunkan satu berian pada glos ‘pohon’, yaitu ‘lolo, luluan’. Medan makna kata tanya, hubung, dan benda menurunkan satu berian pada glos ‘bagaimana’, yaitu ‘bərəmbe, bərəmbe ntan, kəmbeɁ’; glos ‘ke’ empat berian, yaitu ‘kə’, ‘jͻk’, ‘ŋano’, ‘aniŋ’; glos ‘tongkat’ dua berian, yaitu ‘tunjaŋ’, ‘tͻŋkat’. Medan makna kata ganti dan hari menurunkan empat berian pada glos ‘kamu’, yaitu ‘kamu’, ‘due’, ‘sidə’, ‘anta’; glos ‘besok’ dua berian, yaitu ‘lemaɁ/jəmaɁ, lemaɁ, jəmaɁ’, ‘səulek ə’.

Kajian yang berkaitan dengan variasi leksikal ini belum menyeluruh dan sangat sederhana. Penulis berharap penelitian sejenis dapat terus dikembangkan, dengan demikian penelitian itu dapat

memberikan wawasan ilmu pengetahuan bagi khalayak umum dan peneliti selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal E. (2016). “Bahasa Sunda Dialek     Priangan”.      Jurnal

Pujangga. Vol. 2, No. 1.

Dhanawaty, Ni Made. (2002). “Variasi Dialektal Bahasa Bali di Daerah Transmigrasi Lampung Tengah. Disertasi S3. Universitas Gadjah Mada Jogjakarta.

Dhanawaty, Ni Made. (2005). “Sekilas Tentang     Lingkup     Kajian

Dialektologi”. Jurnal Linguistika, Vol. 12, No. 22.

Fatmalasari, Retno. (2020). “Integrasi Kata Bahasa Jawa dan Bahasa Madura ke dalam Bahasa Bawean”. Jurnal BAPALA, Vol. 6, No. 1: 0120.

Innayatusshalihah. (2020). “Bahasa di Lintas Batas: Kajian Akomodasi Komunikasi Masyarakat Perbatasan Indonesia-Timor Leste”. Jurnal Totobuang, Vol. 8 No. 1: 29-41.

Maharani, Putu Devi. (2018). “Variasi Leksikal Bahasa Bali Dialek Kuta Selatan”. Jurnal Mudra, Vol. 33, No. 1: 76-84.

Pamolango, Valantino Ateng. (2012). “Geografi Dialek Bahasa Saluan”. Jurnal Parafrase. Vol. 12, No. 2.

Rahmat, Pupu Saeful. (2009). “Penelitian Kualitatif”.  Jurnal Equilibrium,

Vol. 5, No. 9: 1-8.

Rahmawati, Siti. (2014). “Geografi Dialek Bahasa Sunda di Kecamatan

Parungpanjang, Kabupaten Bogor: Kajian Dialektologi Sinkronis”. Jurnal Linguistik, Vol. 2, No. 2: 110.

Sari, Nila Puspita. (2018). “Wanci dan Binongko Sebagai Dialek yang Berkerabat     dalam     Bahasa

Wakatobi:   Kajian Dialektologi

Diakronis”. Jurnal Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 3: 90--97.

Sutresna, I Made Agus A. Hadi. (2017). “Variasi Fonologis Bahasa Bali Dialek Ungasan dengan Bahasa Bali Baku”. Jurnal Humanis Fakultas Ilmu Budaya Unud, Vol. 18, No. 2: 443-452.

Ulfah, Intan Haniya.     (2019).

“Perbandingan Variasi Bahasa Jawa di Daerah Pati dan Juwana (Kajian Dialektologi)”. Jurnal Prosiding Seminar Literasi IV. Vol. 14, No. 1.

Wulan, Indah Tri. (2019). “Perbandingan Variasi Bahasa Jawa Antara Desa Randudongkal     dan     Desa

Watukumpul”.   Jurnal  Bahasa

Lingua Scientia, Vol. 4, No. 1

Wulan,     Sri Hertanti.     (2009).

“Penggunaan Bahasa Jawa Dialek Jawa Timur dalam Lirik Campursari Koplo Sony Josz”. Jurnal Eksplanasi. Vol. 4, No. 8.

Waridah. (2015). “Penggunaan Bahasa dan Variasi Bahasa dalam Berbahasa dan Berbudaya”. Jurnal Simbolika, Vol. 1, No. 1.

Zulaeha, Ida. (2009). Dialektologi: Dialek Geografi dan Dialek Sosial. Yogyakarta: Graha Ilmu.