ASPEK PSIKOLOGIS DAN TRANSAKSI PSIKOLOGIS DUA TOKOH BERSAHABAT NOVEL SOBAT KARYA PUTU WIJAYA
on
1
ASPEK PSIKOLOGIS DAN TRANSAKSI PSIKOLOGIS DUA TOKOH BERSAHABAT NOVEL SOBAT
KARYA PUTU WIJAYA
Rike Annisa Iswari
Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Unud
Abstract
Sobat is a novel written by Putu Wijaya which was published by Sinar Harapan. This novel is enriched with psychological aspect and the psychological interaction within the characters. It tells about the conflicts occur in two different families. Two best friends, Aji and Isak have a dominant role in the story. Sobat novel is analyzed using psychological literary approach. Theories that used in this study are the psychoanalytic theory proposed by Sigmund Freud and the theory of transactional psychology proposed by Eric Berne. The psychoanalytic theory is used to analyze the psychological aspect of those two characters. Aji and Isak’s personality consist of the id, ego, superego and the defense mechanism that can’t be separated each other. The transactional psychology is used to find out the process of transaction consists of everyone who involves in it and what message that have been exchanged.
Keyword: Sobat, psychoanalytic, transactional psychology
Sobat (1981) adalah novel karya pengarang Indonesia yang terkenal dengan gaya absurditasnya, yaitu Putu Wijaya. Novel Sobat menceritakan konflik-konflik yang terjadi dalam dua rumah tangga yang berbenturan dengan suatu persahabatan. Dua tokoh bersahabat, yaitu Aji dan Isak memiliki peran yang dominan dalam cerita. Persahabatan mereka hancur ketika Isak memutuskan untuk menikah. Kehadiran sosok wanita dalam kehidupan Aji dan Isak membawa perubahan besar dalam kepribadian keduanya. Dalam persahabatan Aji dan Isak terdapat transaksi psikologis. Pembahasan, kritik, ataupun penelitian mengenai novel Sobat sedikit ditemukan.
Penelitian dengan objek novel Sobat pernah dilakukan sebelumnya oleh I Ketut Sudewa di Universitas Udayana. Penelitian tersebut berjudul “Karakteristik Tokoh Cerita dalam Novel Sobat Karya Putu Wijaya” (1993). Tulisan tersebut merupakan laporan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik tokoh-tokoh cerita dan mengetahui teknik pengarang dalam mengungkapkan setiap karakter tokoh, dengan diketahuinya karakteristik tokoh-tokoh cerita.
Pembahasan mengenai Sobat juga dilakukan oleh Th Sri Rahayu Prihatmi dalam dua bukunya yang berjudul Dari Mochtar Lubis Hingga Mangunwijaya (1990) dan Karya-Karya Putu Wijaya: Perjalanan Pencarian Diri (2001). Menurut Prihatmi (1990:89), Sobat dapat dianggap sebagai simbol pertarungan antara dua konsep. Apabila seseorang yang hidup di luar konsepnya, ia akan hancur. Ina, istri Isak, dan Tantina, istri Aji, adalah simbol konsep yang mapan, sedangkan Aji dan Isak sebaliknya: mereka beranggapan bahwa manusia pada hakikatnya sendirian, pernikahan adalah penjara. Hal tersebut dibuktikan oleh peristiwa-peristiwa penuh dengan konflik yang menimpa dua tokohnya, yaitu dua sahabat pemabuk.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini antara lain: bagaimanakah unsur penokohan, alur, dan latar novel Sobat serta bagaimanakah aspek-aspek psikologis serta transaksi psikologis tokoh Aji dan Isak dalam novel Sobat karya Putu Wijaya.
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dari kajian bidang ilmu sastra, terutama kajian novel sehingga dapat bermanfaat bagi usaha pengembangan teori-teori sastra mengenai disiplin ilmu psikologi sastra. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan unsur penokohan, alur, dan latar dalam novel Sobat serta untuk mengetahui dan mendeskripsikan aspek-aspek psikologis serta transaksi psikologis tokoh Aji dan Isak dalam novel Sobat karya Putu Wijaya.
Novel ini dianalisis menggunakan pendekatan psikologi sastra. Psikologi sastra adalah analisis terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek atau keterlibatan psikologi atau kejiwaan. Menurut Endraswara (2008:17), sastra dan psikologi dapat bersimbiosis dalam peranannya terhadap kehidupan karena keduanya sama-sama berurusan dengan persoalan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Keduanya memanfaatkan landasan yang sama, yaitu menjadikan pengalaman manusia sebagai bahan telaah. Psikoanalisis kepribadian ini dipandang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu id, ego, dan superego. Ketiga
sistem kepribadian ini satu sama lainnya saling berkaitan membentuk totalitas, dan tingikah laku manusia yang tidak lain merupakan produk interaksi ketiganya.
Cara kerja id berhubungan dengan prinsip kesenangan, yakni selalu mencari kenikmatan dan selalu menghindari ketidaknyamanan.cara kerja ego berhubungan dengan prinsip kerja realitas, yaitu dapat membedakan sesuatu yang hanya ada di dalam batin dan sesuatu yang ada di dunia luar. Superego mengacu pada moralitas dalam kepribadian. Fungsi pokoknya adalah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak pantas, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat. Mekanisme pertahanan ego adalah cara yang ekstrim untuk menghilangkan tekanan kecemasan ataupun ketakutan yang berlebihan (Minderop, 2010:20--39).
Analisis transaksional didasarkan pada asumsi bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusan pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne, yang ditulisnya dalam buku Games People Play (1964). Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya (Mulyana:2009). Psikologi transaksional adalah transaksi atau persetujuan yang melibatkan aspek psikologis. Setiap orang memiliki tiga status ego. Ketiga status ego atau sikap itu dimiliki setiap orang (baik dewasa (A), kanak-kanak (C), maupun orang tua (P)). Ketiga status ego tersebut juga terdapat dalam kejiwaan tokoh saat melakukan persetujuan atau transaksi dengan tokoh lainnya sehingga tampak posisi dasar persetujuan.
Metode yang digunakan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pustaka. Metode pustaka merupakan pengumpulan data yang dilakukan melalui tempat-tempat penyimpanan hasil penelitian, yaitu perpustakaan dan dilakukan dengan teknik baca, simak, dan catat. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yang dilakukan dengan cara
mendeskripsikan kemudian disusul dengan analisis dan digunakan teknik deskriptif, yaitu mendeskripsikan kata, kalimat, atau paragraf.
Analisis terhadap novel Sobat diawali dengan analisis struktrur. Analisis struktur diarahkan pada tiga unsur, yaitu penokohan, alur, dan latar. Ketiga unsur inilah yang mendukung analisis psikologi sastra. Tokoh dalam novel ini dibedakan menjadi tiga, yaitu tokoh primer, tokoh sekunder, dan tokoh komplementer. Tokoh primer adalah Aji, tokoh sekunder adalah Isak, Ina, dan Tantina, sedangkan tokoh komplementer adalah ayah Tantina dan Bima. Pemahaman terhadap perwatakan tokoh yang ditampilkan pengarang dilakukan melalui tiga dimensi, yaitu dimensi fisiologis, dimensi sosiologis, dan dimensi psikologis.
Alur dalam novel ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir, sedangkan latar dalam novel ini terdiri atas latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat yang disebutkan pengarang hanya berupa tempat-tempat umum yang merujuk pada tempat-tempat di kota besar, latar waktu dalam novel ini tidak ditunjukkan secara jelas dan lebih terpusat pada urutan waktu dalam kaitan logika cerita pada zaman modern, sedangkan latar sosial dalam novel ini menunjukkan perilaku dan kehidupan masyarakat modern di kota-kota besar di Indonesia.
Setiap tokoh cerita memiliki kepribadian yang berbeda. Kepribadian dibentuk oleh potensi sejak lahir yang dimodifikasi oleh pengalaman budaya dan pengalaman unik yang mempengaruhi seseorang sebagai individu (Minderop, 2010:4). Psikologi kepribadian yang diterapkan dalam penelitian sastra adalah penelitian menitik beratkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku tokoh cerita. Tokoh Aji dan Isak dalm novel Sobat memiliki peran yang mempengaruhi perkembangan alur cerita. Psikologi kepribadian dari Sigmund Freud dalam analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor dan dampak psikologis dua tokoh bersahabat tersebut akibat konflik yang terjadi. Aji dan Isak memiliki kepribadian yang cenderung berubah-ubah, tetapi kepribadian Aji lebih konsisten mengarah pada perubahan yang positif dari pada kepribadian Isak.
Kepribadian Aji dan Isak tidak lepas dari id, ego, superego, dan mekanisme pertahanan ego.
Aji adalah perjaka tua yang gemar bermabuk-mabukan. Aji tidak ingin menikah karena takut kebebasannya terenggut. Id dalam diri Aji menghindari ketidaknyamanan pada sebuah sistem pernikahan yang membatasi kebebasannya, salah satunya kebebasan untuk mabuk-mabukan. Aspek id dalam diri Aji pun tampak pada nauri lahiriahnya yang menyukai lawan jenis yang diwujudkan dengan keinginannya untuk terus menemui Tantina. Berbeda dengan Aji, Isak memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya yang telah empat puluh tahun disetiainya. Keputusan Isak tersebut dilatarbelakangi oleh keinginan Isak merasakan kebahagiaan memiliki keluarga dan kesuksesan hidup. Setelah menikah, Isak merasa terkekang dengan pernikahannya dengan Ina sehingga memutuskan berselingkuh dengan wanita lain. Perselingkuhan tersebut merupakan bentuk perilaku menghindari ketidaknyamanan dari rasa tertekan serta mencari kesenangan dengan wanita lain. Hal tersebut sesuai dengan peran id, yaitu selalu mencari kenikmatan dan menghindari ketidaknyamanan.
Keinginan Aji mendekati Tantina terhalang oleh realitas bahwa orang tua Tantina tidak menyukai pemabuk. Pada akhirnya ego Aji memutuskan untuk berhenti menjadi pemabuk untuk memenuhi keinginan dan mendapat izin orang tua Tantina. Ego Isak tampak ketika ia memutuskan untuk menikah. Isak menikahi Ina, gadis yang dahulu pernah dicacat habis-habisan oleh Isak. Setelah Isak menikahi Ina, Isak merasakan kehidupan berumah tangga tidak seperti yang ia bayangkan. Ina melarang Isak menemui Aji karena setiap dua sahabat itu bertemu pasti akan bermabuk-mabukan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keinginan Isak untuk bertemu dan bercengkrama dengan sahabatnya, Aji terbentur oleh realitas, yaitu larangan istrinya untuk tidak menemui Aji.
Aspek superego Aji tampak ketika ia menimbang lagi kekecewaannya terhadap keputusan Isak menikahi Ina karena mungkin itu keputusan terbaik untuk Isak. Superego Aji juga dinyatakan dengan rasa bersalah karena melakukan tindakan kekerasan pada Isak hingga meninggal. Akibat tindakan tersebut, Aji dikenakan sanksi hukuman penjara. Aji menerima dan menjalankan hukuman dengan lapang dada sebagai sanksi sosial. Aspek superego Isak tampak pada rasa
bertanggung jawab Isak terhadap keluarganya. Perasaan tertekan menghadapi istrinya, Ina tidak menyurutkan rasa sayang dan tanggung jawab Isak untuk membesarkan anaknya. Hal-hal tersebut membuktikan bahwa Isak masih memiliki hati nurani yang baik.
Mekanisme pertahanan ego adalah cara yang ekstrim untuk menghilangkan tekanan kecemasan atau pun ketakutan yang berlebihan. Mekanisme pertahanan ego yang dilakukan Aji dan Isak adalah sebagai berikut. Sublimasi terjadi bila tindakan-tindakan yang bermanfaat secara sosial menggantikan perasaan tidak nyaman. Sublimasi sesungguhnya bentuk pengalihan (Minderop, 2010:33). Sublimasi pada kejiwaan Aji terjadi ketika ia telah merasa tidak nyaman akan kesendiriannya setelah ditinggal Isak menikah dengan Ina. Aji mencoba mengalihkan ketidaknyamanan tersebut dengan mencari sahabat baru.
Rasionalisasi memiliki dua tujuan: pertama, untuk mengurangi kekecewaan ketika kita gagal mencapai tujuan; dan kedua, memberikan kita motif yang dapat diterima atas perilaku (Minderop, 2010:35). Rasionalisasi dalam kejiwaan Aji terjadi ketika ia dituduh melakukan percobaan pembunuhan terhadap Isak. Aji merasa berhak membunuh Isak karena Isak mencampakan istri dan anaknya begitu saja. Rasionalisasi dalam kepribadian Isak terjadi ketika pernikahannya dengan Ina mengalami masalah, Isak memutuskan untuk selingkuh.
Agresi adalah perasaan marah terkait erat dengan ketegangan dan kegelisahan yang dapat menjurus pada pengerusakan dan penyerangan (Minderop, 2010:38). Bentuk agresi yang dialihkan terjadi pada Aji ketika sedang mabuk keras dan jiwa rimbanya keluar, Aji melampiaskan kekesalan dan segala penatnya pada seekor kucing yang ada di rumahnya.
Tugas represi adalah mendorong keluar impuls-impuls id yang tidak diterima, dari alam sadar dan kembali ke alam bawah sadar (Minderop, 2010:32). Represi dilakukan Isak untuk mengurangi kecemasan pada masa tuanya, yaitu dengan memutuskan untuk menikahi Ina.
Terdapat dua transaksi psikologis dalam persahabatan Aji dan Isak sebagai berikut. Pertama, ketika Aji dan Isak sepakat untuk mengucap salam perpisahan.
Persetujuan yang terjadi adalah persetujuan eksplisit (yang terucap). Persetujuan ini didasarkan oleh dua sikap dewasa (A). Dalam persetujuan tersebut terjadi transaksi psikologis, yaitu Aji mencoba menerima keputusan Isak untuk menikah walaupun ia merasa sangat kecewa (A). Sebaliknya, Isak tetap berusaha meyakinkan Aji bahwa pernikahan tidak akan mengakhiri persahabatan mereka (A). Persetujuan tersebut menghasilkan posisi dasar Aji tidak OK, Isak OK. Dalam posisi tersebut Aji yang mangalami depresi, kecewa, dan merasa tidak kuasa dibanding dengan Isak dan cenderung menarik diri dan ingin memenuhi keinginan atau menepati janjinya pada Aji.
Kedua, ketika Aji membuktikan kepada Isak janjinya sebagai sahabat. Di antara Aji dan bayangan Isak sedang melakukan persetujuan tersamar karena persetujuan tersebut tidak diucapkan oleh kedua pihak secara langsung. Persetujuan tersebut adalah persetujuan sebagai sahabat untuk selalu bersama-sama dalam suka maupun duka. Saat itu sikap keduanya adalah sikap kanak-kanak (C). Aji yang dalam kondisi mabuk tidak dapat berfikir jernih untuk mengambil sikap atas kejadian tersebut (C), sedangkan ketika itu Isak hanyalah bayangan dari halusinasi Aji. Bayangan Isak tersebut pun menunjukkan sikap kanak-kanak, yaitu mempengaruhi Aji untuk bunuh diri (C). Persetujuan tersebut menghasilkan posisi dasar Aji OK, Isak OK. Dalam posisi tersebut Aji dan Isak merasa telah mencapai kata sepakat sehingga dapat menjalin hubungan langsung.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian Sudewa (1993) dan analisis Prihatmi (1990). Penelitian Sudewa hanya menguraikan karakteristik tokoh-tokoh cerita untuk mengetahui teknik pengarang dalam mengungkapkan setiap karakter tokoh cerita, analisis Prihatmi hanya menguraikan secara singkat konsep hidup dan konflik yang dialami Aji dan Isak, sedangkan penelitian ini menguraikan aspek psikologis serta transaksi psikologis dua tokoh bersahabat, Aji dan Isak dengan pendekatan psikologi sastra dengan menggunakan teori psikologi kepribadian dari Sigmund Freud dan teori psikologi trasaksional dari Eric Berne.
Hubungan antarunsur dalam novel Sobat yang meliputi penokohan, alur, dan latar bersifat saling mempengaruhi dan melengkapi sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh untuk menunjang makna keseluruhan. Tokoh-tokoh
dalam novel ini memiliki karakter yang dipengaruhi oleh unsur latar, baik latar tempat, latar waktu, ataupun latar sosial, seperti: tokoh Aji dan Isak yang berperan sebagai pemabuk yang gemar berfoya-foya. Hal tersebut menggambarkan situasi sosial pada zaman modern di kota-kota besar. Unsur penokohan dan latar tersebut yang mempengaruhi alur cerita. Novel ini kaya akan aspek psikologis terutama pada tokoh Aji dan Isak. Kepribadian Aji dan Isak yang mencakup id, ego, superego, dan mekanisme pertahanan ego membuktikan bahwa keduanya tidak memiliki kepribadian yang mantap atau cenderung berubah-ubah. Aspek id dalam diri Aji dan Isak lebih dominan daripada aspek ego dan superego. Persahabatan antara Aji dan Isak terdapat transaksi psikologis yang saling mengikat. Transaksi psikologis tersebut membuktikan bahwa arti dan peran sahabat tidak akan lekang oleh waktu dan tidak akan dapat digantikan oleh peran-peran lainnya.
Daftar Pustaka
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Media Pressindo.
Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor.
Mulyana, Slamet. 2009. “Analisis Transaksional”
(http://wsmulyana.wordpress.com/2009/01/19/analisis-transaksional-eric-berne/, diakses 8 April 2013).
Prihatmi, Th Sri Rahayu. 1990. Dari Mochtar Lubis Hingga Mangunwijaya. Jakarta: Balai Pustaka.
Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metode Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudewa, I Ketut. 1993. “Karakteristik Tokoh-Tokoh Cerita dalam Novel Sobat Karya Putu Wijaya”
(http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/11902, diakses 8 April 2013).
Suryabarata, Sumadi. 2012. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pres.
Wijaya, Putu. 1981. Sobat. Jakarta: Sinar Harapan.
Discussion and feedback