p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X

Humanis: Journal of Arts and Humanities

Vol 24.3 Agustus 2020: 281-287

DOI: https://doi.org/10.24843/JH.2020.v24.i03.p07

Terakreditasi Sinta-4, SK No: 23/E/KPT/2019

Analisis Psikologi Sastra dalam Kumpulan Cerpen Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa karya I Ketut Sandiyasa

Dwi Suryaning Intan Pratiwi*, I Wayan Suteja

Program Studi Sastra Bali, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana Email: [email protected]

Denpasar, Bali, Indonesia *Corresponding Author

Abstract

This research entitled "Collection of Short Stories Kupu-Kupu Kuning Ngindang di Candidasa by I Ketut Sandiyasa Literary Psychological Analysis" by discussing three short stories entitled Tamplakan Limané Intan Pandini; Kupu-Kupu Kuning Ngindang di Candidasa; and Wayan Arya NgalihTunangan with psychological analysis of literature. This analysis aims to determine the structure and obtain a clear explanation about psychological aspects of the characters in the short story. This research uses structural and literary psychological theories The methods and techniques used in this study were divided into three stages; the stage of providing data using the listening method along with translation technique and note-taking technique, the stage of data analysis using qualitative method with descriptive analytic technique, the stage of presenting the results of analysis using informal methods with deductive techniques. In this study, it can be found the narrative structure such as incidents, plot, characters and characterizations, settings, themes, and moral value of the stories. Psychological aspects in the three short stories entitled Tamplakan Limané Intan Pandini; Kupu-Kupu Kuning Ngindang di Candidasa; and Wayan Arya Ngalih Tunangan in the collection of short stories Kupu-Kupu Kuning Ngindang di Candidasa including Id, Ego, and Super Ego (part of theory of literature psychology). Id in these short stories are seen in the mentality of the main and the secondary characters when performing an action for pleasure and self-satisfaction. Ego in these short stories are seen in the mentality of the main and secondary characters when performing conscious actions. Super Ego in these short stories are seen in the psychological aspect of the main and secondary characters when doing an action based on a sense of remorse and self-introspection of the mistakes made.

Keywords: Short stories, Structure, Psychology.

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Kumpulan Cerpen Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa karya I Ketut Sandiyasa Analisis Psikologi Sastra” dengan membahas tiga judul cerpen yakni cerpen Tamplakan Limané Intan Pandini; Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa; dan Wayan Arya Ngalih Tunangan dengan analisis psikologi sastra. Analisis ini mempunyai tujuan untuk mengetahui struktur dan memperoleh gambaran yang jelas mengenai aspek psikologis tokoh-tokoh yang ada dalam cerpen tersebut. Penelitian ini menggunakan teori struktural dan teori psikologi sastra. Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan yakni; tahap penyediaan data menggunakan metode simak dibantu dengan teknik terjemahan dan teknik pencatatan, tahap analisis data menggunakan metode kualitatif dibantu dengan teknik deskriptif analitik, tahap penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal dibantu dengan teknik

Info Article

Received       :   19th December 2019

Accepted      :   21th August 2020

Publised        :   31st August 2020

deduktif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yakni, terungkapnya struktur naratif yang terdiri dari insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar/ setting, tema dan amanat. Aspek psikologis dalam ketiga judul cerpen yakni cerpen Tamplakan Limané Intan Pandini; Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa; dan Wayan Arya Ngalih Tunangan dalam kumpulan teks cerpen Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa meliputi Id, Ego, dan Super Ego. Id pada ketiga cerpen ini terlihat dalam kejiwaan tokoh utama dan tokoh sekunder saat melakukan perbuatan atau keinginan untuk kesenangan dan kepuasan diri. Ego dalam ketiga cerpen ini terlihat pada kejiwaan tokoh utama dan tokoh sekunder saat melakukan perbuatan sadar. Super Ego dalam ketiga cerpen ini terlihat pada kejiwaan tokoh utama dan tokoh sekunder terlihat ketika melakukan suatu perbuatan yang berlandaskan rasa penyesalan dan introspeksi diri akan kesalahan yang diperbuat.

Kata Kunci: Cerpen, Struktur, Psikologi.

PENDAHULUAN

Sastra adalah ajaran atau pedoman yang baik bagi manusia dan merupakan bentuk seni kreatifitas dengan menggunakan bahasa sebagai media perantara (Astuti, 2016:3). Karya sastra merupakan hasil cipta seseorang yang biasanya berisi permasalahan yang ada di lingkungan sekitar maupun permasalahan yang dialami oleh pengarang (Hermawan, 2015: 2). Kesusastraan Bali Modern sampai saat ini khususnya cerpen masih digemari oleh masyarakat akan tetapi kelahiran cerpen Sastra Bali Modern sebagai genre prosa tampak lebih banyak merupakan hasil dari adanya rangsangan dan dorongan berupa sayembara sehingga bermunculan cerpen-cerpen berbahasa Bali yang telah diciptakan oleh para pengarang Bali (Putra, 2010: 16). Cerpen merupakan karangan bebas yang berupa angan-angan atau tafsiran (Rahayu, 2018: 2). Cerita pendek (short story) merupakan sebuah karangan bebas, biasanya berisi tentang kehidupan, sebuah karya sastra yang ukurannya tidak memiliki kaidah-kaidah (Laelasari, 2018: 3).

Produktivitas perkembangan kesusastraan Bali Modern sangat cepat. Hasil dari pengarang karya-karya sastra Bali modern saat ini ditandai dengan munculnya Pupulan Cerpen Bali Katemu Ring Tampak Siring karya Made Sanggra (1975), Pupulan Sawelas Carita Cutet

Nguntul Tanah Nuléngék Langit karya I Made Suarsa (2013), Satua Bali Ni Lampit Kene Cetik karya Dharma Dewi (2014), Prosa Liris Blanjong karya Ari Dwijayanthi (2014), Novel Ratna Tribanowati karya I Made Sugianto (2014), Pupulan Cerpen Benyah karya Nyoman Manda (2016), Pupulan Puisi Sangsiah Kélangan Somah karya I Gde Nala Antara (2017), Sawelas Satua Cendet Ngrebutin Abu karya I Nyoman Agus Sudipta (2019). Kajian ini menggunakan karya sastra cerpen berjudul Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa (KKNC) karya I Ketut Sandiyasa yang merupakan pemenang Sastera Rancage 2019. Kumpulan cerpen Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa terdapat14 (empat belas) judul cerpen di dalamnya, salah satu judul cerpen tersebut dipilih oleh pengarang sebagai sampul buku. Pengarang memilih cerpen Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa sebagai judul buku karena cerpen tersebut memiliki keistimewaan tersendiri bagi pengarang dan cerpen tersebut merupakan kisah pengalaman hidup yang dialami oleh pengarang. Cerpen ini sebelumnya belum pernah dikaji dalam bentuk skripsi dengan analisis psikologi sastra. Psikologi sastra sangat berkaitan erat dengan karya sastra dari segi psikologinya, psikologi sastra membantu untuk melihat karakteristik tokoh-tokoh

yang ada di dalam suatu cerita dengan kata lain membantu meneliti aspek kejiwaan para tokoh-tokoh di dalam sebuah cerita (Pradnyana, 2019: 2). Empat belas judul yang ada di dalam antologi cerpen KKNC yang akan diteliti meliputi 3 (tiga) judul, yakni: Tamplakan Limané Intan Pandini, Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa, dan Wayan Arya Ngalih Tunangan. Peneliti memilih ketiga cerpen tersebut karena memiliki keterikatan atau memiliki persamaan dari segi tema maupun permasalahan mengenai psikologis (kejiwaan), kejiwaan merupakan perilaku seseorang yang ada di dalam diri (Suprapto, 2014:3). Tokoh merupakan suatu penggambaran perilaku seseorang yang diceritakan di dalam sebuah karya sastra (Milawasri, 2017: 4).

Cerpen yang berjudul Tamplakan Limané Intan Pandini menceritakan seorang laki-laki bernama Wayan Diatmika yang ingin kembali kepada cinta masa lalunya, namun semua itu hanyalah mimpinya karena wanita tersebut yaitu Intan Pandini sudah memiliki suami. Kedua, cerpen berjudul Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa yang menceritakan seorang lelaki bernama Ketut Yasa menyukai seorang gadis bernama Kadek Neti, tetapi Kadek Neti meninggalkannya karena tidak ada kepastian hubungan oleh Ketut Yasa. Terakhir, cerpen yang berjudul Wayan Arya Ngalih Tunangan menceritakan tentang tokoh yang bernama Wayan Arya ingin memiliki seorang kekasih agar bisa berpacaran seperti orang-orang sekarang. Awalnya Wayan Arya mendapatkan kekasih yang polos dan lugu bernama Dek Sri namun tidak sesuai dengan keinginannya, pada akhirnya ia ingin memiliki kekasih yang cantik bernama Luh Ayu dengan cara memakai guna-guna untuk mendapatkannya.

Berdasarkan ketiga cerpen di atas, peneliti menemukan permasalahan

kejiwaan. Tokoh-tokoh tersebut yang akan membentuk suatu karakter dan memiliki psikologi atau kejiwaan yang menggambarkan gejolak pertentangan di dalam diri hal ini pula yang menunjukkan danya keterikatan antara karya sastra dengan psikologi sastra (Yuniarti, 2013: 2). Dalam kajian ini sastra berperan penting dalam makna kehidupan, makna kehiduppan yang menyangkut kejiwaan para tokoh di dalam suatu ceita, sebuah karya sastra menampilkan tokoh-tokoh yang memiliki karakteristik yang beraneka ragam (Prawira, 2018: 3). Permasalahan-permasalahan tersebut terlihat seperti realita di masyarakat, dimana kasus-kasus tersebut yang dialami para tokoh di dalam cerita memunculkan konflik batin (Id, Ego, dan Super Ego). Dalam menganalisis teks cerpen Tamplakan Limané Intan Pandini, Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa, dan Wayan Arya Ngalih Tunangan digunakan teori psikologi sastra. Hal itu disebabkan oleh aspek utama psikologis. Masalah kejiwaan adalah karakteristik tokoh-tokoh yang beaneka ragam yang ditampilkan dalam sebuah karya sastra (Nofrita, 2017: 2). Tujuan penelitian ini untuk mengetahu struktur pembangun cerpen-cerpen tersebut dan aspek psikis yang terdapat di dalam cerpen tersebut. Dilihat dari perspektif teori psikologi sastra, keunikan yang ada di dalam ketiga judul cerpen tersebut terletak pada tokoh yang selalu menemukan masalah-masalah di dalam batin atau psikis yang dialaminya sehingga mempengaruhi pola kehidupan mereka.

METODE

Dalam penyediaan data, metode yang dipergunakan adalah metode simak dibantu dengan teknik terjemahan dan teknik pencatatan.

Pada tahap analisis data,data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan metode kualitatif. Metode

kualitatifmerupakan suatu metode yang memberikan kepedulian terhadap data alamiah yangmempunyai hubungan dengan konteks keberadaannya (Ristiana, 2017: 3)

Tahap terakhir dalam sebuah penelitian adalah tahap penyajian hasil analisis data. Penyajian hasil analisis data dilakukan dengan metode informal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa, tidak menyajikan penyajian secara formal seperti tanda dan lambang (Sudaryanto, 1993: 145). Penyajian hasil analisis ini menggunakan kata-kata atau kalimat dalam bahasa Indonesia. Metode ini ditunjang dengan teknik deduktif.

KERANGKA TEORI

Teori struktural digunakan untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik pembangun karya sastra yang pada awalnya dijelaskan kejadian-kejadian, kemudian tokoh di dalm suatu cerita, tempat peristiwa, dan lain sebagainya (Sapdiani, 2018: 5). Pada mulanya analisis struktural menjelaskan antara unsur satu dengan yang lainnya keterikatan antara unusr-unsur tersebut yang menghasilkan sebuah makna secara keseluruhan (Nurgiyantoro, 1995: 37).

Penelitian terhadap antologi cerpen Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa (KKNC) tidak terlepas dari penelitian terhadap strukturnya. Menurut Teeuw (1984: 139) pendekatan struktural terhadap karya sastra merupakan perolehan ilmu sastra yang langgeng. Teori struktural digunakan untuk mengkaji antologi cerpen Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa (KKNC) mengenai unsur intrinsik, yakni berupa alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, serta amanat dalam memaparkannya membentuk suatu kesatuan yang bulat.

Sigmund Freud membagi psikis manusia diantaranya yaitu;Id terletak di bagian tak sadar. Id berkembang secara realitas guna memberikan kepuasan yang

tidak semata-mata memunculkan ketegangan secara spontan dan menghasilkan pemunculan ego (Fajriyah, 2017: 7).

Egoterletak di bagian sadar, ego selaku dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan prinsip kenyataan (Astuti: 2019: 5). Super Ego (terletak sebagian di bagian sadar dan sebagian lagi di bagian tak sadar) (Minderop, 2013: 21).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Kumpulan Teks Cerpen Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa

Struktur kumpulan cerpen Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa yang berjudul Tamplakan Limané Intan Pandini, Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa, dan Wayan Arya Ngalih Tunangan meliputi insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat. Unsur-unsur tersebut secara bersama-sama menjadi satu kesatuan yang berfungsi untuk membangun cerita dari ketiga judul cerpen tersebut. Insiden dalam ketiga judul cerpen tersebut merpakan episode-episode yang membangun alur dalam ketiga judul cerpen tersebut. Alur dalam ketiga judul cerpen yakni cerpen yang berjudul Tamplakan Limané Intan Pandini, Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa, dan Wayan Arya Ngalih Tunangan adalah alur lurus karena ketiga cerpen ini diawali dengan tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks, dan tahap penyelesaiansehingga membentuk suatu jalinan cerita

Tokoh dan Penokohan adalah perilaku yang ditampilkan di dalam suatu cerita (Limbong, 2018: 6). Tokoh dan Penokohan dari kumpulan cerpen Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa yang berjudul Tamplakan Limané Intan Pandini, Kupu-kupu Kuning Ngindang di

Candidasa, dan Wayan Arya Ngalih Tunangan terdiri dari tokoh utama, tokoh sekunder, dan tokoh komplementer. Dalam judul cerpen Tamplakan Limané Intan Pandini tokoh utamanya adalah Wayan Diatmika, tokoh sekundernya yakni Istri Wayan Diatmika dan Luh Intan Pandini, dan tokoh komplementernya yakni I Gede Wahyu Diatmika. Kemudian dalam judul cerpen Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa tokoh utamanya yakni Ketut Yasa, tokoh sekundernya yakni Kadek Neti, dan tidak ada tokoh komplementer dalam cerpen tersebut karena pengarang tidak menampilkan tokoh pendukung cerita dalam cerpen tersebut. Selanjutnya cerpen berjudul Wayan Arya Ngalih Tunangan tokoh utamanya yakni Wayan Arya, tokoh sekundernya yakni Luh Ayu, dan tokoh komplementernya yakni Dek Sri, Made Subagia, Gede Roby, Bapak Dek Sri, Nenek Wayan Arya.

Latar dalam kumpulan cerpen Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa yang berjudul Tamplakan Limané Intan Pandini, Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa, dan Wayan Arya Ngalih Tunangan meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Dalam cerpen Tamplakan Limané Intan Pandini latar tempat meliputi di sekolah, rumah teman di Buleleng, di Karangasem, di rumah Wayan Diatmika, dan di Bukit Asah, latar waktu meliputi lima tahun, satu bulan, dua bulan, dua jam, dan latar suasana meliputi suasana emosi dan suasana kecewa. Kemudian cerpen yang berjudul Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa latar tempat yakni di Badung, di Candidasa, di pinggir pantai, dan di kamar, latar waktu meliputi empat tahun, malam hari, dua minggu, dan bertahun-tahun, latar suasana meliputi suasana ketegangan dan suasana penyesalan. Terakhir cerpen yang berjudul Wayan Arya Ngalih Tunangan latar tempat meliputi di Badung, di kampus, di Tirta Empul, di Sudamala, dan di Pantai Kuta,

latar waktu meliputi empat puluh tahun, tujuh belas tahun, malam minggu, malam hari, dan saat mata hari tenggelam (senja), latar suasana meliputi suasana kecewa dan suasana takut serta khawatir.

Tema dari ketiga judul cerpen tersebut memiliki tema yang sama yaitu tentang percintaan. Tema ini dituangkan ke dalam insiden-insiden yang kemudian diterangkan dalam satu jalinan cerita yang menarik untuk dinikmati. Tema ini terlihat pada peran tokoh-tokoh dalam menggerakkan alur ceritanya. Adapun amanat yang terdapat dalam kumpulan cerpen Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa yang berjudul Tamplakan Limané Intan Pandini yakni sikap sabar dan setia yang ditnjukan oleh seorang perempuan dan janganlah mempermainkan wanita. Selanjutnya amanat yang terdapat dalam cerpen Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa yakni janganlah mempermainkan hati seseorang apalagi wanita karena wanita butuh kepastian yang jelas dalam suatu hubungan. Terakhir cerpen yang berjudul Wayan Arya Ngalih Tunangan memiliki amanat yakni janganlah mendekati wanita dengan cara memakai guna-guna karena menentang dari ajaran agama dan akan mendapatkan karma phala.

Analisis Psikologi Sastra Kumpulan Teks Cerpen Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa

Dalam analisis psikologi tokoh-tokoh dalam kumpulan cerpen Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa yang berjudul Tamplakan Limané Intan Pandini, Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa, dan Wayan Arya Ngalih Tunangan, setiap perilaku tokoh memilikiId, Ego, dan Super Ego. Pada cerpen yang berjudul Tamplakan Limané Intan Pandini hanya tokoh utama yakni Wayan Diatmika dan tokoh sekunder yakni Luh Intan Pandini yang memiliki aspek psikis Id, kemudian tokoh utama

Wayan Diatmika dan tokoh sekunder Istri Wayan Diatmika serta Luh Intan Pandini yang memiliki aspek psikis Ego, selanjutnya tokoh utama Wayan Diatmika dan tokoh sekunder Luh Intan Pandini yang memiliki aspek psikis Super Ego.

Kemudian cerpen berjudul Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa hanya tokoh utama yakni Ketut Yasa dan tokoh sekunder yakni Kadek Neti yang memiliki aspek psikis Id, kemudian tokoh utama Ketut Yasa dan tokoh sekunder yakni Kadek Neti yang memiliki aspek psikis Ego dan Super Ego. Terakhir cerpen yang berjudul Wayan Arya Ngalih Tunangan hanya tokoh utama yakni Wayan Arya dan tokoh sekunder yakni Luh Ayu yang memiliki aspek psikis Id dan Ego, kemudian tokoh utama saja Wayan Arya yang memiliki aspek psikis Super Ego. Dalam ketiga cerpen tersebut tokoh komplementer tidak memiliki aspek psikis Id, Ego, maupun Super Ego, karena tidak digambarkan secara jelas oleh pengarang dalam ketiga cerpen tersebut.

SIMPULAN

Dapat ditarik kesimpulan bahwa struktur yang terdapat atau yang membangun kumpulan teks cerpen Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa terdiri atas beberapa insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar/ setting, tema dan amanat yang menjadi sebuah satu kesatuan guna membentuk cerpen tersebut.

Analisis Psikologi Sastra yang terdapat di dalam cerpen Kupu-kupu Kuning Ngindang di Candidasa yakni berupa aspek psikis Id, Ego, dan Super Ego yang dirasakan oleh tokoh-tokoh yang terdapat di dalam ketiga judul cerpen tersebut yaitu cerpen yang berjudul Tamplakan Limane Intan Pandini, Kupu-kupu Kuning Ngindang di

Candidasa, dan Wayan Arya Ngalih Tunangan.

REFERENSI

Astuti, Rika Endri Astuti. (2016). Analisis Psikologi Sastra Dan Nilai Pendidikan dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari Serta Relevansinya Sebagai Materi Pembelajaran Sastra Di Sekolah Menengah Atas. BASASTRA Vol 4 Nomor 2. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Astuti, Yulin. (2019). Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy (Tinjauan Psikologi Sastra. Jurnal Bahasa dan Sastra Vol 5 Nomor 4. Sulawesi Tengah: Universitas Tadulako

Fajriyah,      Khoiriyatul.       (2017).

Kepribadian Tokoh Utama Wanita dalam Novel Alisya Karya Muhammad  Makhdlori:  Kajian

Psikologi Sastra. CaLLs Vol 3 Nomor 1.  Kalimantan  Timur:

Universitas Mulawarman.

Hermawan, Asep. (2015). Unsur Intrinsik Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata Sebagai Alternatif Bahan Ajar Membaca diSMP. Riksa Bahasa Vol 1 Nomor 2. Sukabumi: Universitas      Muhammadiyah

Sukabumi.

Laelasari, Rika. (2018). Analisis Unsur Intrinsik dan Nilai Pendidikan Karakter dalam Cerpen “Kisah Tiga Kerajaan Lampau” Karya David Victor. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1 Nomor 3. Bandung:   IKIP

Siliwangi.

Limbong, Josilia Lotto.    (2018).

Kemampuan Menentukan Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Siswa Kelas VIII Smp Negeri 10 Kota Palopo. Jurnal Onoma Vol 2 Nomor 1. Palopo: PBSI FKIP Universitas Cokroaminoto Palopo.

Milawasri, F. A. (2017). Analisis Karakter Tokoh Utama Wanita dalam Cerpen Mendiang Karya S.N. Ratmana. Jurnal Bindo Sastra Vol 1 Nomor 2. Palembang: Universitas Tridinanti Palembang.

Minderop, Albertine. 2013. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Nofrita, Misra. (2017). Kajian Psikoanalisis dalam Novel Pria Terakhir Karya Gusnaldi. Jurnal Pendidikan Rokania Vol 2 Nomor 1. Tambusai Utara:   STKIP

Rokania.

Nurgiyantoro, Burhan. (1995). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradnyana, I Wayan Gede. (2019). Psikologi Tokoh dalam Novel Suti Karya Sapardi Djoko Damono : Analisis Psikologi Sastra. JIPP Vol 3 Nomor 3. Denpasar: Pendidikan Bahasa Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha.

Prawira, Sophian Djaka.   (2018).

Karakter Tokoh Utama Pada Novel Entrok Karya Okky Madasari (Kajian Psikologi Sastra. Jurnal Ilmiah FONEMA Vol 1 Nomor 1. Jember: Universitas Moch. Sroedji Jember.

Putra, I Nyoman Darma.  (2010).

Tonggak Baru Sastra Bali Modern. Denpasar: Pustaka Larasan.

Rahayu, Naidi Pertiwi. (2018). Aspek Kepribadian Tokoh Utama Dalam Cerpen Cerita Pendek Yang Panjang Karya Hasta Indriyana, Kajian Psikologi Sastra, dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1 Nomor 2. Bandung: IKIP Siliwangi.

Ristiana, Keuis Rista. (2017). Konflik Batin Tokoh Utamadalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan 2 Karya Asma Nadia. Jurnal Literasi Vol 1 Nomor 2. Jawa Barat: FKIP Universitas Galuh.

Sapdiani, Ratih. (2018). Analisis Struktural dan Nilai Moral dalam Cerpen    “Kembang Gunung

Kapur” Karya Hasta Indriyana. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1 Nomor 2. Bandung: IKIP Siliwangi.

Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik     Analisis     Bahasa.

Yogyakarta:    Duta    Wacana

University Press.

Suprapto, Lina. (2014). Kajian Psikologi dan Nilai Karakter Novel 9 Dari Nadira Karya Leila S. Chudori. BASASTRA Vol 2 Nomor 3. Surakarta:   Universitas Sebelas

Maret.

Yuniarti, Netti. (2013). Analisis Aspek Kejiwaan Tokoh dan Nilai Pendidikan Karakter Novel Surat Dahlan Karya Khrtisna Pabichara (Kajian Psikologi Sastra). Jurnal Pendidikan Bahasa Vol 2 Nomor 2. Pontianak: STKIP PGRI Pontianak.