p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X

Humanis: Journal of Arts and Humanities

Vol 24.1 Pebruari 2020:29-38

DOI: https://doi.org/10.24843/JH.2020.v24.i01.p04

Terakreditasi Sinta-4, SK No: 23/E/KPT/2019

Aspek Fukugoudoushi Kiru、~Nuku dan Toosu dalam Kalimat Bahasa Jepang Sehari-hari oleh Orang Jepang di Bali

Gede Boy Sistha Nanda Dipraja*, I Nyoman Rauh Artana, I Made Budiana Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana [diprajaboy@gmail.com]

Denpasar, Bali, Indonesia *Corresponding Author

Abstract

The tittle of this research is ”the aspects of compound verb kiru, nuku, and toosu that used in daily japanese by Japanese people in Bali” that aimed to research the form, type, grammatical meaning and substitution of compound verb kiru, nuku, and toosu in daily Japanese that used by Japanese people in Bali. This research was analysed using descriptive method, formal and informal technique. Form and the type of compound verb kiru, nuku, and toosu reference analysis used syntax theory by Chaer (2012). Compound verb comprehension refers to Takanao (1984). Grammatical meaning was analysed using grammatical verb theory by Pateda (2001) and grammatical meaning concept of compound verb kiru, nuku, toosu by Kurita (2015), Himeno (1980), Yoshiyuki (1977) dan Kindaichi (1976). Result of this reasearch is compound verbs kiru, nuku and toosu can form continous, repetitive and prefective aspects when combined with another verbs that showing aspect and used in renyoukei form. These verb should be keizoku doushi, shunkan doushi and joutai doushi. Based on analysis result, compound words kiru, nuku, and toosu in Japanese grammatically means event ended intentionally, event occured unexpectedly, event as the lastest limit, and activity is carried out continuously until finished. Based on the analysis result known that compound verb kiru, nuku, and toosu have the same grammatical meaning and should be substituted. Viewed from japanese grammatical perspectives, the compound verbkiru, nuku, and toosu explained the event carried out continuously until the end and explained that the activity done repeatedly until finished.

Keywords : aspects, compound words, kiru, nuku, toosu

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Aspek Fukugoudoushi Kiru、~Nukudan Toosu Dalam Kalimat Bahasa Jepang Sehari-hari oleh Orang Jepang di Bali” dilakukan untuk meneliti pembentukan, jenis, makna gramatikal serta substitusi aspek fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu dalam kalimat bahasa Jepang sehari-hari oleh orang Jepang di Bali. Dalam penelitian ini analisis dilakukan dengan metode deskriptif, teknik formal dan informal. Pembentukan dan jenis Aspek fukugoudoushi kiru, nuku dan toosu dianalisis dengan teori sintaksis oleh Chaer (2012). Pemahaman fukugoudoushi mengacu pada pendapat Takanao (1984). Makna gramatikal fukugoudoushi dikaji dengan teori makna gramatikal oleh Pateda (2001) dan konsep-konsep makna fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu oleh Kurita (2015), Himeno (1980), Yoshiyuki (1977) dan Kindaichi (1976). Hasil

Info Article

Received       :   15th August 2019

Accepted       :   17th February 2020

Publised        :   29th February 2020

penelitian yang diperoleh menunjukkan fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu dapat membetuk jenis aspek kontinuatif, aspek repetitif dan aspek prefektif ketika digabungkan dengan verba lain yang menunjukkan aspektualitas dan digunakan dalam bentuk renyoukei. Verba-verba tersebut dapat berupa jenis verba keizoku doushi, shunkan doushi dan joutai doushi. Selanjutnya, berdasarkan analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa secara gramatikal fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu dalam kalimat bahasa Jepang menyatakan peristiwa berakhir dilakukan dengan sengaja, peristiwa berakhir yang terjadi secara tidak terduga, peristiwa sebagai batas terakhir, dan aktivitas dilakukan terus menerus sampai selesai. Berdasarkan hasil analisis juga diketahui bahwa Fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu memiliki makna yang sama sehingga memungkinkan dilakukan substitusi, yaitu bermakna aktivitas dilakukan terus menerus secara berkelanjutan sampai selesai dan bermakna aktivitas dilakukan secara berulang-ulang sampai selesai jika dilihat secara gramatikal dalam kalimat bahasa Jepang.

Kata kunci: aspek, fukugoudoushi, kiru, nuku, toosu

PENDAHULUAN

Aspek merupakan cara memandang struktur temporal internal situasi berupa keadaan, proses, atau sebuah peristiwa (Comrie 1976:3). Aspek digunakan untuk menyatakan peristiwa selesai, keadaan peristiwa, dan hasil perbuatan (Kindaichi, 1989:66). Dalam kategori aspektualitas, waktu berada di dalam situasi sehingga menyebabkan adanya implikasi pada aspektualitas, yaitu waktu mengacu pada ukuran panjang/lama tidak terbatas, sebentar, sekejap atau terputus-putus ditunjukkan oleh afiks, partikel, makna internal verba, serta klausa dan kalimat dalam tataran sintaksis. Dalam bahasa Jepang aspek berkaitan dengan verba predikat yang dapat dinyatakan dengan kata kerja majemuk atau fukugoudoushi. Fukugoudoushi merupakan dua verba yang digabungkan sehingga secara tatabahasa melahirkan makna baru sebagai satu kesatuan kata kerja majemuk (Takanao, 1984:80-81). Salah satu fungsi fukugoudoushi   adalah menunjukkan

aspektualitas        (Hayashi,1990:495).

Berikut adalah contoh fukugoudoushi dalam kalimat bahasa Jepang.

  • 1)    彼は階段を下がりきって、消え去っ た。

Kare wa kaidan wo sagarikitte, kiesatta.

Dia terus menuruni tangga dan menghilang.

(www.jpf.go.jp, 23:47)

  • 2)    彼は 10年間雨の日も、風の日も

ジョギングをやりぬいた

Kare wa juu nen kan ame no hi mo, kaze no hi mo, jogingu wo yarinuita.

Selama sepuluh tahun dia selalu melakukan jogging baik di saat hari turun hujan maupun hari yang berangin.

(Jn2et.com, 2:39)

Dalam kalimat tersebut aspek ditunjukkan oleh verba kiru dan nuku. Secara leksikal verba tersebut berarti ‘memotong’ dan ‘mencabut’ dalam bahasa Indonesia. Namun setelah mengalami proses gramatikal sebagai fukugoudoushi, makna verba tersebut menjadi ‘terus’ dan ‘selalu’. Namun meskipun memiliki makna yang hampir sama, terdapat perbedaan verba pembentuk dan makna gramatikal fukugoudoushi ketika digunakan dalam kalimat. Ketidak tahuan tentang makna gramatikal fukugoudoushi tersebut dapat menimbulkan kesalahan penyampaian

maksud pembicara.Penelitian ini membahas pembentukan aspek, makna gramatikal dan substitusi fukugoudoushi kiru, nuku dan toosu dengan teori sintaksis oleh Chaer (2012), teori makna gramatikal oleh Pateda (2001) dan substitusi berdasarkan persamaan makna fukugoudoushi dengan harapan dapat menambah     wawasan     linguistik

khususnya aspektualitas fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu sehingga dapat digunakan dalam percakapan bahasa Jepang secara langsung.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  • a.    Bagaimanakah pembentukan aspek fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu dalam kalimat bahasa Jepang oleh orang jepang di Bali?

  • b.    Bagaimanakah makna aspek pada fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu dalam kalimat bahasa Jepang sehari-hari oleh orang Jepang di Bali?

  • c.    Bagaimanakah              substitusi

fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu dalam kalimat bahasa Jepang sehari-hari oleh orang Jepang di Bali?

Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum penelitian dilakukan untuk menambah kepustakaan hasil analisis linguistik khususnya kajian sintaksis. Secara khusus penelitian ini dilakukan      untuk      mengetahui

pembentukan aspek, makna gramatikal dan substitusi fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu dalam kalimat bahasa Jepang sehari-hari oleh orang Jepang di Bali.

METODE

Objek yang diteliti adalah fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu dalam kalimat bahasa Jepang sehari-hari oleh orang Jepang di bali yang diperoleh dari hasil kuesioner. Data dikumpulkan dan diteliti dengan menggunakan metode

simak dan teknik catat oleh Sudaryanto (1993). Pembentukan aspek diteliti dengan teori sintaksis oleh Chaer (2012) dan makna gramatikal dikaji dengan teori makna gramatikal oleh Pateda (2001) dengan didukung konsep makna fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu oleh Kurita (2015), Himeno (1980) dan Kindaichi (1976). Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif oleh Sudaryanto (1993) dan teknik ganti oleh Sudaryanto (1993). Hasil analisis disajikan dengan metode formal dan informal oleh Sudaryanto (1993). Teknik selanjutnya adalah teknik deduktif oleh Hadi (1983) berupa tulisan dan deskripsi sehingga hasil penelitian dapat disimpulkan berdasarkan deskripsi tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut merupakan pembahasan tentang pembentukan, jenis aspek, serta makna dan substitusi fukugoudoushi ~kiru, ~nuku, dan ~toosu dalam kalimat bahasa Jepang sehari-hari oleh orang Jepang di Bali.

Pembentukan dan Jenis Aspek Fukugoudoushi ~Kiru, ~Nuku, dan ~Toosu

Pembahasan tentang pembentukan jenis aspek dan makna gramatikal fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu dilakukan mengacu pada teori sintaksis oleh Chaer (2012) dan makna gramatikal yang dikandung fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu dikaji berdasarkan teori makna gramatikal oleh Pateda (2001) yang didukung oleh konsep makna fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu oleh Kurita (2015), Himeno (1980) dan Kindaichi (1976).

Pembentukan dan Makna Aspek Prefektif Fukugoudoushi Kiru

Berikut merupakan data pembentukan dan makna aspek prefektif

fukugoudoushi ~kiru dalam kalimat bahasa Jepang sehari-hari oleh orang Jepang di Bali.

  • (1)    この本はとても面白いので一日 で読み切った

kono hon wa totemo omoshiroi node ichinichi de yomikitta

‘karena buku ini sangat menarik, (saya) telah habis membacanya dalam satu hari’

Data (1) merupakan aspek prefektif fukugoudoushi kiru menunjukkan peristiwa berakhir dilakukan dengan sengaja yang ditunjukkan oleh fukugoudoushi yomikitta. Fukugoudoushi yomikitta dibentuk oleh verba yomu yang mengalami perubahan bentuk renyoukei menjadi yomi dan verba kiru menghasilkan fukugoudoushi yomikiru. Verba yomu secara leksikal berarti ‘membaca’ dan termasuk verba kontinuatif (keizoku doushi). Verba kiru secara leksikal berarti ‘memotong’. Namun, sebagai fukugoudoushi verba kiru memberikan makna ‘habis’. Fukugoudoushi yomikiru menunjukkan aktivitas membaca yang dilakukan sampai                    benar-benar

selesai     .fukugoudoushi     yomikiru

termasuk sebagai aspek prefektif. Secara gramatikal verba yomu menunjukkan aktivitas dilakukan dengan sengaja dan verba kiru memberikan makna ‘habis’. Jika dilihat verba kiru juga digunakan dalam bentuk ta menunjukkan peristiwa selesai. Oleh karena itu, fukugoudoushi yomikitta pada data (1) merupakan aspek prefektif fukugoudoushi kiru menyatakan peristiwa selesai dilakukan dengan sengaja.

Pembentukan  dan Makna  Aspek

Repetitif Fukugoudoushi Kiru

Selanjutnya merupakan data pembentukan dan makna aspek repetitif

fukugoudoushi ~kiru dalam kalimat bahasa Jepang sehari-hari oleh orang Jepang di Bali.

  • (2)    大統領は環境問題について自分 に都合の良い意見を押し切った から、反発する市民が増えたそ うだ

Daitouryou wa kankyou mondai nit suite jibun ni tsugou no yoi iken wo oshikitta kara, hanpatsu suru shimin ga fuetasou da

‘karena       presiden       selalu

memaksakan pendapat yang baik untuk dirinya sendiri mengenai permasalahan          lingkungan,

masyarakat yang menentangnya sepertinya semakin bertambah’

Data (2) merupakan aspek repetitif fukugoudoushi kiru yang menyatakan aktivitas berakhir dilakukan berulang-ulang yang ditunjukkan oleh fukugoudoushi oshikitta. Fukugoudoushi oshikitta dibentuk oleh verba osu dalam bentuk renyoukei menjadi oshi dan verba kiru menghasilkan fukugoudoushi oshikiru. Secara leksikal verba osu berarti ‘menekan’ termasuk dalam verba kontinuatif (keizoku doushi) dan verba kiru secara leksikal berarti ‘memotong’. Namun, sebagai fukugoudoushi verba kiru memberikan makna keselesaian. Secara gramatikal verba osu berarti ‘memaksakan’ dan menunjukkan aktivitas dilakukan berulang-ulang. Verba kiru menunjukkan aktivitas dilakukan terus menerus yang digunakan dengan bentuk ~ta menunjukkan peristiwa lampau telah berakhir. Oleh karena itu, fukugoudoushi oshikitta pada data (2) merupakan aspek repetitif fukugoudoushi ~kiru yang menunjukkan aktivitas berakhir yang dilakukan berulang-ulang.

Pembentukan dan Makna Aspek Kontinuatif Fukugoudoushi Kiru

Berikut merupakan data pembentukan dan makna aspek kontinuatif fukugoudoushi ~kiru dalam kalimat bahasa Jepang sehari-hari oleh orang Jepang di Bali.

  • (3)    今年の冬は寒くて大変ですが、

温かいものを食べて冬の寒さを

乗り切りましょう

Kotoshi no fuyu wa samukute taihen desuga, atatakai mono wo tabete fuyu no samosa wo norikirimashou ‘musim dingin tahun ini sulit dan begitu dingin, tetapi ayo terus lewati dinginnya musim dingin dengan memakan sesuatu yang hangat’

Data (3) merupakan aspek kontinuatif fukugoudoushi kiru yang menyatakan aktivitas dilakukan terus-menerus sampai selesai dengan sengaja ditunjukkan oleh fukugoudoushi          norikirimashou.

Fukugouodoushi norikiru dibetuk oleh verba noru yang mengalami perubahan bentuk renyoukei menjadi nori dan verba kiru menghasilkan fukugoudoushi norikiru. Secara leksikal verba noru berarti ‘menaiki’ dalam bahasa Indonesia dan termasuk verba kontinuatif (keizoku doushi). Verba kiru secara leksikal berarti      ‘memotong’.      Namun,

fukugoudoushi makna verba noru berubah menjadi ‘melalui’ dan menunjukkkan aktivitas yang sengaja dilakukan.     Verba    kiru     pada

fukugoudoushi norikiru memberikan makna aktivitas dilakukan terus menerus sampai selesai.   Maka   dari itu,

fukugoudoushi norikirimashou pada data (3) merupakan   aspek kontinuatif

fukugoudoushi kiru menunjukkan aktivitas dilakukan terus-menerus sampai selesai dan dilakukan dengan sengaja.

  • (4)    私は3日間ほとんど寝ずにずっ と残業し続け、仕事は全部終わ ったが、頭痛がして体が動けな い程疲れ切っている

Watashi wa mikkakan hotondo nezuni zutto zangyou shitsudzuke, shigoto wa zenbu owatta ga, zutsuu ga shite karada ga ugokenai hodo tsukarekitteiru

‘saya terus bekerja dan lembur selama tiga hari hampir tanpa tidur, akhirnya     semua     pekerjaan

terselesaikan . Namun saya mengalami sakit   kepala   dan

badanpun   seperti tidak   bisa

digerakkan karena benar-benar kelelahan

Data (4) merupakan aspek kontinuatif fukugoudoushi kiru yang menunjukkan batas terakhir ditunjukkan oleh fukugoudoushi            tsukarekitteiru.

Fukugoudoushi tsukarekiru dibentuk oleh verba tsukareru dalam bentuk renyoukei menjadi tsukare dan verba kiru menghasilkan fukugoudoushi tsukarekiru. Secara leksikal verba tsukareru berarti ‘lelah’ termasuk verba sesaat (shunkan doushi). Verba kiru secara leksikal berarti ‘memotong’, namun sebagai fukugoudoushi, verba kiru bermakna ‘benar-benar’ dan menunjukkan keadaan batas terakhir dan tidak ada yang melebihi keadaan tersebut. Selanjutnya, verba kiru digunakan dengan bentuk ~te iru menunjukkan hasil perbuatan atau keadaan yang masih tersisa. Sehingga fukugoudoushi tsukarekitteiru pada data (4) merupakan aspek kontinuatif menunjukkan peristiwa sebagai batas terakhir.

Pembentukan dan Makna Aspek Kontinuatif Fukugoudoushi Nuku

Berikut      merupakan      data

pembentukan dan makna aspek kontinuatif fukugoudoushi ~nuku dalam kalimat bahasa Jepang sehari-hari oleh orang Jepang di Bali.

  • (5)    複数の学生達は、リナさんが泣

くまでいじめぬいた

Fukusuu no gakuseitachi wa, Rina san ga naku made ijimenuita ‘beberapa orang siswa terus mengerjai Rina sampai menangis’

Data (5) merupakan aspek kontinuatif fukugoudoushi nuku menyatakan aktivitas dilakukan terus-menerus dan dilakukan dengan sengaja ditunjukkan oleh     fukugoudoushi     ijimenuita.

Fukugoudoushi ijimenuita dibentuk oleh verba ijimeru dalam bentuk renyoukei menjadi ijime dan verba nuku menghasilkan fukugoudoushi ijimenuku. Verba ijimeru secara leksikal berarti ‘mengerjai’ termasuk dalam verba sesaat (shunkan doushi) dan menunjukkan aktivitas yang dilakukan dengan sengaja. Verba nuku secara leksikal berarti ‘mencabut’.      Namun      sebagai

fukugoudoushi verba nuku memberikan makna ‘terus melakukan sampai selesai’ dan digunakan dengan bentuk ta menunjukkan peristiwa lampau berakhir sehingga fukugoudoushi ijimenuita pada data (5) adalah aspek kontinuatif menunjukkan aktivitas dilakukan terus-menerus sampai selesai dan dilakukan dengan sengaja.

Pembentukan dan Makna Aspek Prefektif Fukugoudoushi Nuku

Berikut      merupakan      data

pembentukan dan makna aspek prefektif fukugoudoushi ~nuku dalam kalimat bahasa Jepang sehari-hari oleh orang Jepang di Bali.

  • (6)    スナイパーが狙っている的を打 ち抜いた

Sunaipaa ga neratteiru teki wo uchinuita

‘penembak jitu telah menembak habis musuh yang dibidik’

Data (6) adalah aspek prefektif fukugoudoushi nuku menunjukkan aktivitas dilakukan dengan sempurna sampai selesai ditunjukkan oleh fukugoudoushi uchinuita yang dibentuk oleh verba utsu dalam bentuk renyoukei menjadi uchi dan verba nuku menghasilkan fukugoudoushi uchinuku. Secara leksikal, verba utsu berarti ‘menembak’ termasuk dalam verba sesaat (shunkan doushi). Verba nuku secara leksikal berarti ‘mencabut’. Namun sebagai fukugoudoushi verba nuku memberikan makna keselesaian yang menunjukkan aktivitas dilakukan dengan sempurna sampai selesai dan digunakan dengan bentuk ta menunjukkan aktivitas lampau berakhir. Oleh karena itu, fukugoudoushi uchinuita pada data (6) adalah aspek kontinuatif yang menunjukkan aktivitas dilakukan dengan sempurna sampai selesai.

Pembentukan dan Makna Aspek Kontinuatif Fukugoudoushi Toosu

Berikut      merupakan      data

pembentukan dan makna aspek kontinuatif fukugoudoushi ~toosu dalam kalimat bahasa Jepang sehari-hari oleh orang Jepang di Bali.

  • (7)    許してもらえるまで泣きとおす

Yurushite moraeru made nakitoosu terus menangis sampai dimaafkan’

Data (7) adalah aspek kontinuatif fukugoudoushi toosu menyatakan aktivitas dilakukan secara berkelanjutan

sampai selesai ditunjukkan oleh fukugoudoushi nakitoosu yang dibentuk oleh verba nakum dalam bentuk renyoukei menjadi naki dan verba toosu menghasilkan fukugoudoshi nakitoosu. Secara leksikal, verba naku berarti ‘menangis’ termasuk verba berkelanjutan (keizoku doushi) dan verba kiru secara leksikal berarti ‘melalui’. Namun, sebagai fukugoudoushi verba toosu bermakna ‘aktivitas dilakukan terus menerus sampai selesai’. Verba toosu digunakan dengan bentuk biasa menunjukkan aktivitas belum berakhir. Sehingga dapat dikatakan bahwa fukugoudoushi nakitoosu adalah aspek kontinuatif menyatakan aktivitas akan dilakukan terus-menerus sampai benar-benar selesai, namun saat diujarkan aktivitas tersebut belum berakhir.

Pembentukan dan Makna Aspek Prefektif Fukugoudoushi Toosu

Berikut      merupakan      data

pembentukan dan makna aspek prefektif fukugoudoushi ~toosu dalam kalimat bahasa Jepang sehari-hari oleh orang Jepang di Bali.

  • (8)    私は難しい本を一通り読み通し

Watashi wa muzukashii hon wo ichitoori yomitooshita

‘saya telah habis membaca secara keseluruhan sebuah buku yang sulit’

Data (8) merupakan aspek prefektif fukugoudoushi toosu menyatakan aktivitas dilakukan secara berkelanjutan sampai selesai ditunjukkan oleh fukugoudoushi yomitooshita yang dibentuk oleh verba yomu mengalami perubahan bentuk renyoukei menjadi yomi dan verba toosu menghasilkan fukugoudoushi yomitoosu. Secara leksikal verba yomu berarti ‘membaca’ termasuk verba kontinuatif (keizoku

doushi). Verba toosu secara leksikal berarti ‘melewati’, namun secara gramatikal sebagai fukugoudoushi verba toosu menunjukkan aktivitas yang dilakukan berkelanjutan sampai selesai. Verba toosu digunakan dengan bentuk ta menunjukkan aktivitas lampau dan telah berakhir. Oleh karena itu, fukugoudoushi yomitooshita pada data (8) merupakan aspek prefektif menunjukkan aktivitas dilakukan secara berkelanjutan dan telah selesai dilakukan.

Substitusi Fukugoudoushi Kiru, Nuku, dan Toosu

Berikut merupakan data substitusi fukugoudoushi ~kiru, ~nuku dan ~toosu dalam kalimat bahasa Jepang sehari-hari oleh orang Jepang di Bali.

  • (9)    たとえ何度失敗しても、どんな 状況にも負けず、やりぬく、や りきる、やりとおすつもりだ

Tatoe nando shippai shite mo, donna joukyou ni mo makezu, yarinuku, yarikiru, yaritoosu tsumori da ‘meski berapa kalipun gagal, tidak akan pernah menyerah pada keadaan apapun dan (saya) bermaksud untuk terus melakukannya

Data (9) merupakan substitusi fukugoduoushi kiru, nuku, dan toosu berdasarkan     persamaan     makna

gramatikal yang menunjukkan aktivitas dilakukan     terus-menerus     secara

berkelanjutan sampai selesai. Hal itu ditunjukkan oleh fukugoudoushi yarinuku, yarikiru, dan yaritoosu yang sama-sama dibentuk oleh verba yaru dan termasuk dalam verba kontinuatif (keizoku doushi) yang digunakan dalam bentuk renyoukei menjadi yari dan verba kiru, nuku, dan toosu. Verba kiru, nuku, dan toosu pada data (9) sama-sama memberikan makna aktivitas dilakukan berkelanjutan sampai

selesai dan digunakan dengan bentuk ta menunjukkan peristiwa lampau telah berakhir. Oleh karena itu, memungkinkan dilakukan        substitusi        ketika

fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu digunakan untuk menyatakan aktivitas dilakukan     terus-menerus     secara

berkelanjutan sampai selesai.

  • (10)    大統領は環境問題について自分 に都合の良い意見を押し切った から、反発 する市民が増えたそ うだ

Daitouryou wa kankyou mondai nit suite jibun ni tsugou no yoi iken wo oshikitta kara, hanpatsu suru shimin ga fuetasou da

‘karena       presiden       selalu

memaksakan pendapat yang baik untuk dirinya sendiri mengenai permasalahan          lingkungan,

masyarakat yang menentangnya sepertinya semakin bertambah’

Data (10) merupakan substitusi fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu berdasarkan     persamaan     makna

gramatikal     menyatakan     aktivitas

dilakukan berulang-ulang sampai selesai. fukugoudoushi dibentuk oleh verba osu dengan bentuk renyoukei menjadi oshi dan verba kiru, nuku, dan toosu menghasilkan fukugoudoushi oshikiru, oshinuku, dan oshitoosu yang sama-sama bermakna aktivitas dilakukan berulang-ulang sampai selesai. Aktivitas berulang-ulang ditunjukkan oleh verba osu dan makna melakukan aktivitas sampai selesai ditunjukkan oleh verba kiru, nuku, dan toosu. Selanjutnya verba kiru, nuku, dan toosu digunakan dengan bentuk ta menunjukkan aktivitas lampau telah berakhir. Oleh karena itu, fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu dapat saling menggantikan ketika digunakan untuk

menyatakan makna aktivitas berulang-ulang dilakukan sampai selesai seperti pada data (10).

SIMPULAN

Berdasarkan analisis diketahui bahwa fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu digabungkan dengan verba lain dalam bentuk renyoukei dapat membentuk beberapa jenis aspek, yaitu 1) Aspek prefektif fukugoudoushi kiru hasil penggabungan verba kontinuatif (keizoku doushi) dan verba sesaat (shunkan doushi) dengan verba kiru yang menunjukkan aspek keselesaian (kanryou) dan aspek perbuatan (dousasou). 2) aspek repetitif fukugoudoushi kiru hasil penggabungan verba kontinuatif (keizoku doushi) dengan verba kiru menunjukkan aspek keselesaian (kanryou). 3) aspek kontinuatif fukugoudoushi kiru hasil penggabungan verba kontinuatif (keizoku doushi) dan verba sesaat (shunkan doushi) menunjukkan aspek keselesaian (kanryou) dan aspek keadaan (joutaisou). 4) jenis aspek fukugoudoushi nuku hasil penggabungan verba kontinuatif (keizoku doushi), verba keadaan (joutai doushi), dan verba sesaat (shunkan doushi) dengan verba nuku menunjukkan aspek keselesaian (kanryou) dan aspek keadaan (joutaisou). 5) aspek prefektif fukugoudoushi nuku hasil penggabungan verba sesaat (shunkan doushi) dengan verba nuku menghasilkan aspek keselesaian (kanryou). 6) aspek kontinuatif toosu hasil penggabungan verba berkelanjutan (keizoku doushi) dengan verba toosu menghasilkan aspek keselesaian (kanryou) dan keadaan (joutaisou). 7) aspek prefektif fukugoudoushi toosu hasil pengabungan verba berkelanjutan (keizoku doushi) dengan verba toosu menghasilkan aspek keselesaian (kanryou). Selanjutnya ditemukan beberapa makna gramatikal fukugoudoushi tersebut, yaitu aspek

fukugoudoushi kiru menunjukkan peristiwa dilakukan dengan sengaja, peristiwa berakhir terjadi secara tidak terduga, peristiwa sebagai batas terakhir, peristiwa selesai dilakukan berulang-ulang, aktivitas akan dilakukan terus menerus sampai selesai dan dilakukan dengan sengaja. Kemudian makna aspek fukugoudoushi nuku menyatakan aktivitas dilakukan terus menerus sampai selesai dan dilakukan dengan sengaja, menyatakan penekanan pada kemauan untuk melakukan suatu aktivitas sampai benar-benar selesai, aktivitas dilakukan dengan sempurna sampai selesai. Selanjutnya, makna fukugoudoushi toosu menyatakan aktivitas berkelanjutan. Selanjutnya fukugoudoushi kiru, nuku, dan toosu dapat saling menggantikan ketika menunjukkan aktivitas dilakukan terus menerus secara berkelanjutan sampai selesai dan dilakukan secara berulang-ulang sampai selesai.

REFERENSI

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Comrie, Bernard.1976. Aspect. United Kingdom: Cambridge University Press.

Dewi, R.N., 2013, Abstrak Jurusan SAT, 3, 1-13.

Diyah Ratnasari, A.A.,  2017, Aspek

Inkoatif dalam Novel Absolute Duo, Humanis, 20, 50-55.

Dwi Antari, Ni Kadek Nomi., 2014, Fungsi dan Peran Sintaksis Pada Kalimat Transitif Bahasa Jepang dalam Novel Chijin no Ai Karya Tanizaki Junichiro, Humanis, 6, 34.

Hadi, Sutrisno.1983. Metode Research I. Yogyakarta:  Fakultas Psikologi

UGM.

Hayashi, Ooki.1990. Nihongo Kyouiku Handobukku. Tokyo: Taishuukan Shoten.

Himeno, Masako.,1980, Fukugoudoushi ~Kiru, ~Nuku, ~Toosu, Nihongo Gakkou Ronshuu, 7, 23-46.

Kindaichi, Haruhiko.1989. Nihongo Doushi no Asupekuto. Tokyo: Mugi Shobo.

Kindaichi, Haruhiko.1976. Kokugo Doushi no Ichi Bunrui Nihongo Doushi no Asupekuto. Tokyo: Mugi Shobo.

Kurita, Nami.2015. Discriminating The Synonymous Expression “~Kiru”, “~Nuku”, and “Toosu”Based on the BCCWJ. Tokyo: Kokuritsu Kokugo Kenkyuujo.

Laksmi Prema Dewi, L.P., 2016, Types of Word Formations on Instagram Hastags, Humanis, 16, 104-107.

Novita Sidupa, J., 2015. Compound Word Formation in Matilda, Humanis, 11, 3-5.

Pamugari, A.,   2014, Jurnal Ilmiah

Mahasiswa FIB, 5, 1-3.

Pateda, Mansoer.2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Rahmi, N.A.,   2015, Analisis Makna

Fukugoudoushi ~Dasu, ~Hajimeru dan ~Kakeru dalam Novel Taira no Masakado    Karangan    Eiji

Yoshikawa,     Artikel     Ilmiah

Mahasiswa Sastra Asia Timur, 2, 4-10.

Segara, M.B., 2013, Form, Function, and Meaning of “Over” and “Above”, Humanis, 3, 4-8.

Sudaryanto.1993. Metode dan Aneka Teknik      Analisis      Bahasa.

Yogyakarta:    Gadjah    Mada

University Press.

Terada, Takanao.1984. Chuugakusei no Kokubunpoo. Tokyo: Shoryudo.

Turangan, K.A., 2017, Compound Words in BBC News Website, Humanis, 18,155-157.

Umami, R., 2014, Makna Imperatif Yang Terkandung Pada Iklan Kosmetik Berbahasa Jepang dalam Majalah “Popteen”, Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa Jurusan Sastra Asia Timur, 3, 1-3.

Wahyu Cipta Widiastika, I Wayan., 2016, Penggunaan Fukushi “Omowazu, Tsui dan Ukkari” dalam Bahasa Jepang Sehari-hari oleh Orang Jepang di Sisi, Pengosekan, Ubud Tinjauan Sintaksis dan Semantik, Humanis, 17, 124.

Yoshiyuki, Morita. 1977. Kiso Nihongo. Toktyo: Kadokawa Shoten.