HUMANIS

Journal of Arts and Humanities

p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X

Terakreditasi Sinta-3, SK No: 105/E/KPT/2022

Vol 26.3 Agustus 2022: 272-278


Karakteristik dan Fenomena Kumpulan Puisi Akun Instagram Sajak Liar Tahun 2016


Putri Sri Aryana

Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia Koresponding Email: [email protected]


Info Artikel


Masuk: 20 Juni 2022

Revisi: 21Juli 2022

Diterima: 30Juli 2022

Keywords: cyber literature; cyber poetry; Sajak Liar


Kata kunci: sastra cyber; puisi cyber; Sajak Liar


Corresponding Author: Putri Sri Aryana, email: [email protected]

DOI:

https://doi.org/10.24843/JH.20

22.v26.i03.p07


Abstract

The transfer of media from writing or paper to digital which is easier to access becomes one of the reasons cyber literature is more desirable as a representative media for expression. The object of cyber literature used in this research is poetry. The one of the reasons that underlies the selection of poetry as the object of research is the type of cyber literature that is most commonly found is poetry. At its appearance, cyber literature also appeared in the form of poetry. The poetry used in this study was 100 poetry samples of 2016 Sajak Liar Instagram which were selected through random sampling method. Sajak Liar is the name of a forum for expressing cyber literature in the form of social mediabased poetry in Indonesia. This study analyzes the development, characteristics and poetry phenomena of the poetry of Sajak Liar instagram account in 2016.

Abstrak

Peralihan media dari tulis atau kertas ke digital yang lebih mudah untuk diakses menjadi salah satu alasan sastra cyber lebih diminati sebagai media perwakilan berekspresi. Objek karya sastra cyber yang digunakan dalam penelitian ini adalah puisi. Hal yang melandasi pemilihan puisi sebagai objek penelitian adalah jenis karya sastra cyber yang paling banyak ditemui adalah puisi. Pada kemunculannya, sastra cyber muncul dalam bentuk puisi. Puisi yang diteliti dalam penelitian ini adalah 100 sampel puisi instagram Sajak Liar tahun 2016 yang dipilih melalui metode random sampling. Sajak Liar merupakan nama sebuah wadah berekspresi karya sastra cyber berbentuk puisi berbasis media sosial di Indonesia. Penelitian ini membahas perkembangan, karakteristik dan fenomena puisi akun instagram Sajak Liar tahun 2016. Sejarah dan perkembangan sastra cyber diteliti menggunakan teknik studi pustaka dan wawancara. Karakteristik dan fenomena dianalisis menggunakan analisis stilistika, teori komunikasi cyber dan muatan tema dominan kumpulan puisi akun instagram Sajak Liar tahun 2016.


PENDAHULUAN

Sastra cyber muncul karena adanya kejenuhan pada media cetak yang kebetulan hanya dianggap sisipan pada

halaman sastra edisi. Peluang untuk menulis di sastra cyber terbuka lebar, tanpa ditakuti dengan penolakan seorang polisi sastra bernama editor atau

redaktur. Internet memberikan peluang bagi para penyair karena tidak perlu dilakukan seleksi terhadap publikasi karya-karya tersebut.

Fenomena sastra cyber di Indonesia membutuhkan perhatian besar karena dipercaya dapat berkontribusi bagi perkembangan kesusastraan di Indonesia. Tidak hanya itu, keberadaan sastra cyber dipercaya sebagai refleksi realitas dinamika masyarakat. Masyarakat yang senantiasa bergerak ke arah yang lebih modern ikut memberikan kontribusi bagi kemunculan sastra cyber dengan mengikuti pesatnya perkembangan teknologi komputer dan internet yang ada. Fenomena ini terkait juga dengan beberapa faktor pemicu yang mendasarinya. Seperti sulitnya mendapatkan pengakuan sebagai seorang penyair jika karyanya belum pernah terbit di koran atau bahkan belum pernah menulis sebuah buku yang diminati oleh penerbit manapun.

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan periode tahunan. Artinya, penelitian terhadap karya-karya yang diunggah oleh akun instagram Sajak Liar pada rentang waktu satu tahun, yaitu tahun 2016. Alasan digunakannya data tahun 2016 karena akun instagram Sajak Liar mulai aktif pada tahun 2016.

Tidak adanya redaktur atau kurator yang menyaring dan menyeleksi karya puisi yang diunggah memberikan kemerdekaan serta kebebasan pada penyair untuk membuat karya. Analisis stilistika dalam penelitian ini membahas gaya (style) bahasa dalam puisi cyber akun instagram Sajak Liar tahun 2016, juga membahas fungsi puitis atau unsur keindahan (estetika) di dalamnya. Selain style atau penggunaan gaya bahasa khas serta fungsi estetis puisi dalam akun instagram Sajak Liar tahun 2016, karakteristik sastra cyber khususnya puisi dan muatan tema dominan puisi dalam akun instagram Sajak Liar tahun 2016

tidak kalah penting untuk dikaji dan dianalisis lebih lanjut.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan dan karakteristik sastra cyber di Indonesia. Untuk mengetahui fenomena kumpulan puisi akun instagram Sajak Liar tahun 2016.

METODE DAN TEORI

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Pada tahapan pengumpulan data menggunakan metode studi pustaka dan wawancara. Penetuan sampel data menggunakan teknik random sampling. Pada tahapan analisis data menggunakan metode formal dan metode deskriptif analisis. Teknik yang digunakan dalam penganalisisan data adalah teknik catat dan teknik interpretasi. Pada tahapan penyajian hasil analisis data menggunakan metode penyajian deskripsi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan dan Karakteristik Sastra Cyber di Indonesia

Perkembangan sastra cyber di Indonesia diidentifikasi berdasarkan sejarah kemunculannya di Indonesia serta perkembangannya di media sosial. Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga narasumber, berikut adalah beerapa poin penting dalam perkembangan sastra cyber di Indonesia.

  • a)    Munculnya sebuah situs internet yang bernama Cybersastra.net di awal tahun 2000-an.

  • b)    Cybersastra.net pada awalnya dikelola oleh sebuah komunitas sastra, yaitu anggota MSI (Masyarakat Sastra Internet) yang kemudian menjadi anggota Yayasan Multimedia Sastra (YMS). Beberapa nama anggotanya antara lain, Samsul Bahri, Anna Siti Herdiyanti, Aranggi Soemardjan,

Dedy Hidir, Dody Iskandar, Donny Anggoro, Fazmah Arif Yulianto, James Falahudin, Medy Loekito, Nanang Suryadi, dan Yono Wardito.

  • c)    YMS didirikan oleh sebelas orang yang berkenalan melalui media cyber. Mereka berasal dari Jawa, Kalimantan, hingga berasal dari Belanda. Alasan didirikannya YMS adalah kecintaan mereka pada sastra.

  • d)    9 Mei 2001 penerbitan buku antologi puisi cyber yaitu buku Graffiti Gratitude. Faktor penerbitan antologi puisi cyber disebabkan oleh keterbatasan akses masyarakat Indonesia terhadap internet dan komputer pada tahun 2001. Penerbitan puisi cyber dalam bentuk cetak bertujuan untuk memperkenalkan media baru untuk menulis dan menerbitkan karya sastra, yaitu media cyber.

  • e)    Pada tahun 2009-an sastra cyber mulai bermunculan di media sosial (seperti twitter, facebook, instagram, dsb.)

Beberapa faktor pemicu pesatnya pertumbuhan sastra cyber adalah kemudahan akses teknologi dan internet untuk mempublikasikan dan menikmati karya sastra cyber, alternatif dari media cetak yang dipenuhi peraturan dan kurasi dari redaksi dan editor, serta kebebasan penyampaian ekspresi puisi melalui penggunaan multimedia pada karya sastra cyber.

Karakteristik sastra cyber secara umum terdiri dari enam hal, yaitu jaringan      (network),      informasi

(information), arsip (archive), interaksi (interactivity), simulasi sosial (simulation of society), dan konten oleh pengguna (user-generated content). Karakteristik puisi cyber, khusunya kumpulan puisi akun instagram Sajak Liar tahun 2016 dianalisis berdasarkan deviasi dan foregrounding. Hasil analisis deviasi dan foregrounding karakteristik puisi cyber adalah 64.58% tidak mencantumkan judul puisi dan 100% mengandung

ilustrasi multimedia (berupa foto, gambar, dan teks).

Fenomena Kumpulan Puisi Akun Instagram Sajak Liar Tahun 2016

  • a)    Bunyi

Penggunaan bunyi dalam puisi menjadi salah satu faktor penting ketika mengkaji style atau gaya bahasa puisi. Aspek bunyi yang diteliti berupa persajakan dan irama. Persajakan dianalisis berdasarkan penggunaan aliterasi, asonansi dan campuran asonansi-aliterasi. Irama dianalisis berdasarkan bunyi efoni dan kakofoni.

Berdasarkan hasil analisis bunyi pada 100 sampel puisi ditemukan 91 puisi (91%) mengandung data bunyi dan 9 (9%) puisi tidak mengandung data bunyi. Data bunyi persajakan dan irama yang ditemukan pada 91 buah puisi berjumlah 299 data. Data tersebut berupa 17 (5.68%) data bunyi aliterasi, 75 (25.08%) data bunyi asonansi, 34 (11.37%) data bunyi campuran asonansi dan aliterasi, 120 (40.13%) data bunyi efoni, dan 53 (17.72%) data bunyi kakofoni.

  • b)    Diksi

Berdasarkan 1763 kata pada sampel puisi akun instagram Sajak Liar tahun 2016 dapat ditemukan kata berimbuhan berjumlah 887 dengan persentase 50.31% dan kata tanpa imbuhan berjumlah 876 dengan persentase 49,68%. Kemunculan kata lebih dari seratus kali ditemukan pada kata yang, aku, dan kau. Kata yang muncul sebanyak 216 kali dengan persentase 4,32%, kata aku muncul sebanyak 143 kali dengan persentase 2,86% dan kata kau muncul sebanyak 101 kali dengan persentase 2.02%.

Data tersebut menunjukkan bahwa puisi akun instagram Sajak Liar tahun 2016 menyampaikan makna secara langsung. Puisi cyber juga biasanya berawal dari status atau ungkapan

perasaan penyair di media sosial. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata berimbuhan lebih tinggi daripada kata tanpa imbuhan. Penggunaan kata yang muncul paling sering adalah kata hubung yang, dapat diartikan bahwa larik-larik puisi dominan berupa kalimat atau parafrase puisi yang belum dipadatkan. Seringnya kemunculan kata aku dan kau dapat diartikan puisi tersebut mayoritas berupa puisi narasi. Keunikan style puisi tersebut dapat dilihat dari kemunculan kata autentik. Kemunculan kata autentik tersebut diartikan sebagai kata terbatas, karena kemunculan kata tersebut hanya sekali. Berdasarkan tabel hasil analisis di atas, kata yang muncul lebih dari sekali berjumlah 625 kata dengan persentase 35,45% dan kata yang muncul sekali berjumlah 1138 kata dengan persentase 64,54%. Contoh kata autentik tersebut adalah sebagai berikut.

  • 1)    Kata yang disingkat, seperti kata dr (singkatan kata dari), klo (singkatan kata kalau), hrus (singkatan kata harus), tp (singkatan kata tapi), utk (singkatan kata untuk), yg (singkatan kata yang).

  • 2)    Kata lisan, seperti kata ahh, lah, oh, cie, cingcong dan haha.

  • 3)    Kata istilah sains, seperti kata alkali, pluto, logam, merkuri, oksigen dan venus.

  • 4)    Kata mengandung istilah religi, seperti ka’bah, salib, tasbih, sodom, gomorah.

  • 5)    Kata yang tidak ada di kamus, seperti kata kebasan, piluh, berkelu, kembara¸ misyik.

  • c)    Bahasa Figuratif (Pemajasan)

Bahasa    diwujudkan    dengan

menghubungkan sesuatu melalui cara mengasosiasikan dengan sesuatu yang lain. Bahasa figuratif (pemajasan) ini dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu majas perbandingan (simile, metafora, personifikasi, alegori) dan majas pertautan (metonimi, sinekdoki).

Berdasarkan 100 sampel puisi pada akun instagram Sajak Liar ditemukan lima puisi tanpa majas dan sembilan puluh lima puisi menggunakan majas. Penggunaan majas yang ditemukan berjumlah 196 data. 196 data tersebut terdiri atas majas simile 23 (11.73%)

data, majas metafora 98 (50%) data,

majas personifikasi 43 (21.93%) data,

majas alegori 8 (4.08%) data, majas

metonimi 13  (6.63%) data, majas

sinekdoki pars pro toto 3 (1.53%) data, dan majas sinekdoki totum pro parte 8 (4.08%) data.

  • d)    Penyiasatan Struktur

Penyiasatan struktur dimaksudkan sebagai struktur yang sengaja disiasati, dimanipulasi, dan didayakan untuk memperoleh efek keindahan. Suatu bentuk penuturan sengaja digayakan untuk memperoleh efek tertentu pada pembaca, sengaja dihadirkan untuk menarik perhatian pembaca. Penyiasatan struktur terdiri dari dua bentuk, yaitu repetisi       (paralelisme,       anafora,

polisindenton dan asindenton) dan pengontrasan     (hiperbola,     litotes,

paradoks, ironi dan sarkasme).

Terdapat 9 puisi tanpa penyiasatan struktur dan 91 puisi dengan penyiasatan struktur. Dari 91 puisi tersebut ditemukan 163 data penyiasatan struktur. 163 data puisi tersebut terdiri atas repetisi 40 (24.53%) data, anafora 12 (7.36%) data, polisindenton & asindenton 35 (21.47%) data, hiperbola 17 (10.42%) data, litotes 10 (6.13%) data, paradoks 16 (9.81%) data, dan ironi & sarkasme 33 (20.24%) data.

  • e)    Citraan

Citraan adalah sebuah gambaran berbagai pengalaman sensoris yang dibangkitkan oleh kata-kata. Citraan yang timbul oleh penglihatan disebut citra penglihatan (visual imagery), yang ditimbulkan oleh pendengaran disebut citra pendengaran (auditory imagery),

citra perabaan (tactile/thermal imagery), citraan penciuman dan pencecapan, ada juga citraan gerak (movement imagery atau kinaesthetic imagery).

Berdasarkan hasil analisis di atas, terdapat 13 puisi tanpa citraan dan 87 puisi dengan citraan. Dari 87 puisi tersebut ditemukan 447 data citraan. 447 data tersebut terdiri atas citraan visual 238 (53.24%) data, citraan gerak 110 (24.60%) data, citraan raba 34 (7.60%) data, citraan penciuman 7 (1.56%) data, citraan pencecapan 14 (3.13%) data, dan citraan auditif 44 (9.84%) data.

  • f)    Deviasi

Penelitian berdasarkan aspek deviasi bertujuan untuk melengkapi kajian stilistika dan memenuhi fungsi estetika sebuah karya sastra. Pemunculan aspek deviasi dapat ditemukan dalam dua kondisi berikut ini. Tahun 2016 akun instagram Sajak Liar mengunggah puisi mulai 10 Maret 2016 sampai 30 Desember 2016. Unggahan dalam kurun waktu tersebut berjumlah 358 unggahan. 358 unggahan terdiri atas 22 unggahan non puisi (foto kegiatan atau promosi) dan 336 unggahan puisi dalam bentuk digital (cyber). Dari 336 puisi, 217 puisi dengan persentase 64.58% di akun instagram Sajak Liar tahun 2016 tidak mencantumkan judul puisi dan 119 puisi dengan persentase 35.41% mencantumkan judul puisi. Berdasarkan analisis ditemukan 58 puisi dengan satu bait, 8 puisi dengan dua bait, 12 puisi dengan tiga bait, 7 puisi dengan empat bait, dan 14 puisi dengan lebih dari empat baris. Dari 58 puisi dengan satu bait ditemukan rata-rata baris setiap puisi adalah 7 baris. Hasil penelitian jumlah bait dan rata-rata baris pada puisi akun instagram Sajak Liar tahun 2016 menunjukkan puisi-puisi tersebut memiliki isi puisi yang singkat. Hal ini mendukung hipotesa bahwa puisi cyber yang dominan (tanpa judul) ditujukan

untuk status di media sosial dan ditujukan langsung untuk seseorang.

Postingan instagram terbagi dari dua hal utama. Hal pertama adalah unggahan foto atau gambar. Hal kedua adalah bagian caption (keterangan). Seluruh puisi pada akun instagram Sajak Liar tahun 2016 memiliki ilustrasi dalam format foto atau gambar.

  • g)    Foregrounding

Pendayaan bahasa sastra lewat foregrounding antara lain terwujud dalam penggunaan bentuk-bentuk paralelisme dan repetisi. Dapat juga ditemukan dalam berbagai bentuk penyimpangan, pengubahan struktur, permutasi, enjambemen, dan lain-lain. Intensitas pendayaan deviasi dan foregrounding lebih tinggi pada genre puisi. Karena bentuk puisi yang singkat dan padat, lebih banyak dibuat atraktif agar menarik perhatian dan cara-cara yang ditempuh adalah melalui deviasi dan foregrounding tersebut. Pada penyajian hasil analisis foregrounding dibagi menjadi dua bagian, yaitu dari sifat puisi cyber dan karakteristik puisi cyber di aku instagram Sajak Liar tahun 2016.

  • h)    Muatan Tema Dominan

Tema dominan pada penelitian dipilih berdasarkan kemunculan tema yang lebih dari sepuluh kali (dengan persentase 10%). Terdapat tiga tema dominan pada kumpulan puisi akun instagram Sajak Liar tahun 2016. Tiga tema dominan tersebut adalah tema percintaan, tema kritik sosial dan tema religius. Tema percintaan dengan persentase 58%, tema kritik sosial dengan persentase 14%, dan tema religius dengan persentase 11%. Tema percintaan sebagian besar menggunakan ungkapan hujan, senja dan kopi. Tema kritik sosial terbagi menjadi empat aspek, yaitu aspek sosial, aspek ekonomi, aspek hukum dan aspek politik. Sedangkan tema religius berisikan tentang nilai ke-

Tuhanan (agama) dan tentang nilai kemanusiaan (budi pekerti).

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa simpulan, Munculnya sebuah situs internet yang bernama Cybersastra.net di awal tahun 2000-an. Cybersastra.net pada awalnya dikelola oleh sebuah komunitas sastra, yaitu anggota MSI (Masyarakat Sastra Internet) yang kemudian menjadi anggota Yayasan Multimedia Sastra (YMS). 9 Mei 2001 penerbitan buku antologi puisi cyber yaitu buku Graffiti Gratitude. Penerbitan puisi cyber dalam bentuk cetak bertujuan untuk memperkenalkan media baru untuk menulis dan menerbitkan karya sastra, yaitu media cyber. Pada tahun 2009-an sastra cyber mulai bermunculan di media sosial (seperti twitter, facebook, instagram, dsb.)

Fenomena kumpulan puisi akun instagram Sajak Liar tahun 2016 dianalisis berdasarkan stilistika dan muatan tema dominan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, puisi dalam akun instagram Sajak Liar tahun 2016 mengandung aspek-aspek stilistika. Style atau gaya bahasa puisi akun instagram Sajak Liar tahun 2016 adalah sebagai berikut. 91% puisi akun instagram Sajak Liar tahun 2016 mengandung aspek stilistika bunyi. Dari 1763 kata pada sampel puisi akun instagram Sajak Liar tahun 2016 ditemukan kata berimbuhan berjumlah 887 dengan persentase 50.31% dan kata tanpa imbuhan berjumlah 876 dengan persentase 49,68%. 95% puisi akun instagram Sajak Liar tahun 2016 mengandung aspek stilistika bahasa kiasan (pemajasan). 91% puisi akun instagram Sajak Liar tahun 2016 mengandung aspek stilistika penyiasatan struktur. 87% puisi akun instagram Sajak

Liar tahun 2016 mengandung aspek stilistika citraan.

Terdapat tiga tema dominan pada kumpulan puisi akun instagram Sajak Liar tahun 2016. Tiga tema dominan tersebut adalah tema percintaan, tema kritik sosial dan tema religius. Tema percintaan dengan persentase 58%, tema kritik sosial dengan persentase 14%, dan tema religius dengan persentase 11%.

Sastra cyber merupakan pembahasan luas dan perlu dilakukan penelitian lebih rinci. Penelitian puisi cyber yang terdapat pada akun instagram Sajak Liar tahun 2016 masih memiliki kekurangan. Saran dan kritik yang membangun diharapkan dapat mengembangkan dan menjadikan penelitian ini lebih baik. Literatur maupun buku teori yang membahas mengenai sejarah dan perkembangan sastra cyber di Indonesia masih terbatas jumlahnya. Kajian atau analisis mengenai sastra cyber masih langka diangkat menjadi bahan penelitian. Hal tersebut disebabkan oleh pandangan bahwa sastra cyber bukan merupakan bagian dari kesusastraan Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya usaha khusus dan dilakukan riset mendalam terhadap sastra cyber.

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, Jiwa & Sri Jumadiah. (2010).

Masyarakat Sastra Indonesia. Bali: Dharma Pura.

Bakhtiar, Ahmad & Aswinarko. (2013). Metode Penelitian Sastra. Jakarta: PT Pustaka Mandiri.

Damono, Sapardi Djoko. (2014). Bilang Begini, Maksudnya Begitu. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Djelantik, A.A.M. (2001). Estetika, Sebuah   Pengantar.   Bandung:

Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Endraswara,      Suwardi.      (2008).

Metodologi Penelitian Sastra. Jakarta: PT. Buku Kita.

Faruk HT. (2016). Pengantar Sosiologi Sastra dan Strukturalisme Genetik sampai Post-modernisme.

Teeuw, A. (1988). Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Faruk HT. (2017). Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta:    Pustaka

Pelajar.

Heikal, Muhammad Husein. (2017). “Deviasi Bahasa Puisi” Kompas 8 April, hlm. 12.

Mahayana, Maman. (2017). “Sastra(wan) Generasi Facebook”. Kompas 22 April, hlm. 24.

Nurgiyantoro, Burhan. (2017). Stilistika. Yogyakarta:    Gadjah    Mada

University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. (2011). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Purba, Antilan. (2009). Stilistika Sastra Indonesia:  Kaji Bahasa Karya

Sastra. Medan: USU Press.

Ratna, Nyoman Kutha. (2009). Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta:   Pustaka

Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. (2015). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:      Pustaka

Pelajar.

Rina, Ratih. (2016). Teori Aplikasi Semiotik Michael    Riffaterre.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Siswantoro. (2016). Metode Penelitian Sastra: Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Situmorang, Saut. (2004). Cyber Grafitti: Polemik    Sastra     Cyberpuk.

Yogyakarta:    Penerbit Jendela.

Susanto, Dwi. (2015). Kamus Istilah Sastra. Yogyakarta:    Pustaka

Pelajar.

Tarigan, Henry Guntur. (2015). Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: CV    Angkasa.

Teeuw, A. (1980). Tergantung Pada Kata. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.