Ama dalam Drama Amachan Karya Kankuro Kudo
on
DOI: 10.24843/JH.2018.v22.i03.p08
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 22.3 Agustus 2018: 618-625
Ama dalam Drama Amachan Karya Kankuro Kudo
Andreas I Putu Alvan Adi
Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya [email: andreasalvan09@gmail.com]
Abstrak
Skripsi ini berjudul “Ama Dalam Drama Amachan Karya Kankuro Kudo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar sosial masyarakat pesisir Kitasanriku dalam drama Amachan karya Kankuro Kudo serta peran ama di wilayah pesisir Kitasanriku dalam drama Amachan karya Kankuro Kudo. Metode yeng digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra Wellek dan Warren (1990), teori semiotika Ferdinand de Saussure (1913). Berdasarkan hasil penelitian, terdapat latar sosial masyarakat Kitasanriku dalam drama Amachan. Diantaranya kebiasaan hidup masyarakat pesisir Kitasanriku, tradisi dan adat istiadat masyarakat pesisir Kitasanriku, pola pikir dan pandangan hidup masyarakat pesisir Kitasanriku, sikap dan keyakinan masyarakat Kitasanriku, dialek Sodegahama sebagai identitas masyarakat Kitasanriku, statifikasi sosial masyarakat Kitasanriku. Profesi ama berkontribusi besar bagi masyarakat Kitasanriku dalam drama amachan karya kankuro kudo, antara lain yaitu, peran dalam bidang pariwisata, dan peran dalam perekonomian.
Kata kunci: Latar sosial, masyarakat Kitasanriku, Ama
Abstract
The tittle of this thesis is “Ama in Drama of Amachan which is made by Kankuro Kudo”. This research is aimed to understand the social background of society in coastal area of Kitasanriku in the drama of Amachan which is made by Kankuro Kudo and the character of ama in coastal area of Kitasanriku in the drama of Amachan which is made by Kankuro Kudo. The method used in this research is descriptive-qualitative method. This research uses the sociological theory of Wellek and Warren literature (1990), semiotic theory of Ferdinand de Saussure (1913). Based on the result of the research, there is social background of the Kitasanriku society in the drama of Amachan. They are the habit of the society of coastal area of Kitasanriku, the traditions of of the society of coastal area of Kitasanriku, the attitude and believe of the Kitasanriku society, dialect of Sodegahama as the identity of Kitasanriku society, and social stratification of the Kitasanriku society. The profession of Ama has a big contribution for the society of Kitasanriku in Drama of Amachan which is made by Kankuro Kudo, they are roles in tourism sector and economical sector.
Keywords: social background, the society of Kitasanriku, Ama.
Ama merupakan orang yang melakukan pekerjaan menyelam, mengambil kerang dan rumput laut di
laut. Istilah ama digunakan untuk penyelam laki-laki dan perempuan, namun yang membedakan penulisan huruf kanjinya untuk perempuan
menggunakan kanji 海女 (ama) “wanita penyelam”, atau secara harafiah disebut “wanita laut”. Untuk laki-laki menggunakan kanji 海士 (ama) yang berarti “master laut”. Ama banyak ditemukan di daerah pesisir Jepang terutama di Chiba dan Shima, Prefektur Mie (Hadlan, 1989). Keunikan kehidupan ama dalam masyarakat pesisir, kemudian diangkat dalam karya sastra drama yang berjudul Amachan oleh Kankuro Kudo. Amachan merupakan sebuah drama pagi tayangan NHK Jepang (1 April 2013 - 28 September 2013) sebanyak 156 episode yang pengambilan gambarnya berlokasi di wilayah Tohoku yang terkena bencana tsunami pada bulan Maret 2011.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka ditemukan pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
-
1) Bagaimanakah latar sosial
masyarakat pesisir Kitasanriku yang tercermin dalam drama Amachan karya Kankuro Kudo?
-
2) Bagaimanakah peran ama di wilayah pesisir Kitasanriku yang tercermin dalam drama Amachan karya Kankuro Kudo?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui latar sosial masyarakat pesisir Kitasanriku yang tercermin dalam drama Amachan karya Kankuro Kudo. Dan peran ama di wilayah pesisir Kitasanriku yang tercermin dalam drama Amachan karya Kankuro Kudo.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra Wellek dan Warren (1990), teori semiotika Ferdinand de Saussure (1913).
-
5. Hasil dan Pembahasan
-
5.1 Latar Sosial Masyarakat Pesisir
-
Kitasanriku Yang Tercermin Dalam Drama Amachan Karya Kankuro Kudo
Pada drama Amachan ditemukan latar sosial tersebut juga tercermin dalam masyarakat Kitasanriku hal tersebut dijelaskan pada sub bab berikut.
Kebiasaan hidup menurut (Kotler 2009:54) adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas yang dilakukannya secara berulang-ulang dalam hal yang sama.
Masyarakat Kitasanriku sama seperti masyarakat pada umumnya setiap hari bekerja, ada yang bekerja di kantor, di kafe (bar camilan), stasiun, menjadi ibu rumah tangga, dan nelayan. Selain itu perempuan masyarakat Kitasanriku yang tergabung dalam perkumpulan ama mengambil uni (bulu babi) pada musim panas di bulan enam, tujuh, delapan dan mencari bahan makanan di laut untuk kehidupan sehari-hari. Nelayan laki-laki menangkap ikan di laut dalam jangka waktu yang lama, atau bisa sampai bertahun-tahun. Adapun berikut cotoh data analisis.
Gambar (1) Rutinitas bekerja di stasiun (Amachan episode 18, 2013 : 14:14)
Gambar (1) merupakan salah satu rutinitas masyarakat Kitasanriku yang bekerja di stasiun, yaitu sebagai penjaga stasiun. Sebagai penjaga statsiun selain bertanggung jawab atas keamanan dan kenyaman stasiun tentu juga dapat berinteraksi langsung dengan penumpang
stasiun. Penjaga stasiun biasanya akan memberi penjelasan mengenai informasi-informasi yang berhubungan dengan keperluan penumpang stasiun seperti jadwal keberangkatan kereta, hal yang tidak boleh dibawa ke dalam kereta, tujuan dari masing-masing kereta, dan lain sebagainya. Terlihat pada data (1) seorang penjaga stasiun sedang memberi informasi kepada penumpang yang sedang kebingungan.
-
5.1.2 Tradisi dan Adat Istiadat Masyarakat Pesisir Kitasanriku Tradisi dalam pengertian
sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat (Coomans, 1987:73). Tradisi yang terdapat pada masyarakat Kitasanriku yang tercermin dalam drama Amachan yaitu Umibiraki dan tradisi melempar mochi. Umibiraki merupakan upacara resmi pembukaan musim panas di pesisir laut wilayah Kitasanriku.
-
(1) Anbe : chōdo ashita
umihiraki-dashi!
Haruko: Iyaiya buriburi! (Amachan episode 2, 2013:
07:12-07:15)
Terjemahan
Anbe : Baru saja, Umibiraki (Pembukaan resmi musim mandi laut) dimulai besok!
Haruko: Tidak mungkin, mustahil!
Data (1) merupakan percakapan antara Sayuri Anbe dengan Haruko Amano saat akan menyambut upacara Umibiraki. Umibiraki merupakan pembukaan musim panas di wilayah pesisir Kitasanriku. Masyarakat
Kitasanriku biasanya menyambut upacara musim panas dengan dipimpin oleh pemuka agama dan pejabat daerah
setempat. Setelah melakukan upacara resmi masyarakat Kitasanriku biasanya akan mandi bersama di pantai dan ada juga yang melakukan kegiatan menyenangkan lainnya di pantai seperti bermain, berjemur, dan lain sebagainya.
-
(2) Natsu: Kita
Sanriku ni kagirazu
Tōhoku no hito wa yatara to mochi o makimasu. Nande?' To kika rete mo komarimasu ga… kōshite 7 ~ 9 tsuki made maru 3-kagetsu ni oyobu
(Amachan episode 3, 2013:
09:51-10:02)
Terjemahan
Natsu:Tidak hanya di Kitasan riku tapi orang-orang wilayah Tohoku akan selalu melempar mocha. Kenapa, anda pasti bertanya...Itulah cara agar Ama dapat memancing, dari bulan Juli hingga September...
Data (2) merupakan ungkapan yang disampaikan oleh Natsu Amano saat ingin menjelaskan makna melempar kue mochi bagi mereka sebagai kaum ama dan nelayan. Kue mochi dibagikan dengan cara dilempar hampir bersamaan dengan penyambutan perayaan musim panas, karena dilakukan sebelum memasuki bulan Juli. Para ama biasanya melakukan kegiatan menyelam dari bulan Juli hingga bulan September. Tujuan mereka membagikan kue mochi tersebut adalah agar mereka dapat menangkap hasil laut yang banyak dan memperoleh uang yang banyak pula.
Menurut Drever (1986:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang
tepat dan seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Mereka juga memiliki strategi pemasaran yang kreatif untuk menarik minat para pelanggannya. Selain pola pikir kreatif dalam strategi pemasaran, masayarakat Kitasanriku juga memiliki semangat pantang menyerah dalam menghadapi suatu masalah besar. Misalnya saat terjadi tsunami di wilayah mereka. Masyarakat saling menanam semangat untuk bangkit kembali dari bencana yang menimpa wilayah mereka. Berikut contoh data analisis
-
(3) Yayoi :
Wakai renchū ga haru chan no fo….
Daikichi: Son'nani ogyakusan konai no?
(Amachan episode 5, 2013: 04:26-04:32)
Terjemahan
Yayoi : Dan untuk menarik pelanggan, yang kita butuhkan adalah Ama yg masih muda.
Daikichi :Jika begitu, pelanggan akan datang?
Data (3) merupakan percakapan antara Yayoi Konno dengan Daikichi Oumukai saat bermaksud menyusun strategi pemasaran untuk hasil tangkapan laut yang mereka peroleh. Yayoi Konno menyarankan agar yang memasarkan hasil tangkapan mereka adalah ama (sebutan untuk penyelam perempuan di wilayah pesisir Kitasanriku) yang masih muda. Saat hasil tangkapan dipasarkan oleh mereka yang masih muda tentu akan lebih banyak menarik para pelanggan sehingga barang jualan mereka akan lebih cepat laku. Jika hasil tangkapan dapat laku keras tentu mereka akan memperoleh uang yang banyak untuk memenuhi keperluan hidup.
Menurut Ajzen (2005:67) sikap ataupun attitude memiliki beberapa poin penting, salah satunya yaitu respon suatu pola perilaku, atapun kesiapan antisipasi untuk bisa menyesuaikan diri dari situasi sosial yang sudah dikondisikan.
Masyarakat Kitasanriku sebagian besar memiliki sikap yang ramah dan santun terhadap orang lain. Pada drama Amachan sikap ramah masyarakat Kitasanriku ditunjukkan ketika para ama berhadapan langsung dengan pelanggan maupun wisatawan yang datang ke daerah mereka. Adapun berikut contoh data ditampilkan dalam bentuk gambar yang menunjukkan sikap ramah dan santun masyarakat Kitasanriku.
Gambar 2. Sikap ramah saat melayani pelanggan
(Amachan episode 14 , 2013: 06.45)
Gambar (2) merupakan salah satu tokoh yang mencerminkan sikap ramah masyarakat Kitasanriku dalam drama Amachan. Pada gambar (2) terlihat seorang ama yang sedang melayani pembeli dengan menunjukkan sikap yang ramah. Terlihat wajah ama pada gambar (2) melayani pelanggan sambil tersenyum, meskipun sudah kelelahan setelah menyelam langsung menjual hasil tangkapannya.
Bahasa merupakan salah satu identitas dari sebuah daerah atau suatu
tempat yang digunakan sebagai alat komunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan maksud dari pembicara kepada pendengar (Aminuddin, 2011:80). Dialek merupakan salah satu variasi bahasa yang memiliki perbedaan pada setiap tempat atau daerah. Wilayah pesisir Kitasanriku juga memiliki dialek yang merupakan ciri khas bahasa dari masyarakatnya, salah satunya dialek Sodegahama.
-
(4) Aki : Ji ~e' tte nandesuka? Oba-chan-tachi sakki karaji ~eji ~e!' Tte itterukara, nanidarou to omotte….
Kumagai:Sode ga hama no namarida.
(Amachan episode 2, 2013 : 04:06-04:12)
Terjemahan
Aki: Apa arti "Jeh" itu?
Bibi sempat bilang "Jeh! Jeh!" barusan. Aku heran apa artinya...
Misuzu:Itu dialek Sodegahama.
Data (4) merupakan percakapan antara Aki Amano dengan Misuzu Kumagai, saat ingin membahas tentang salah satu dialek di wilayah pesisir Kitasanriku. Aki Amano sempat mendengar istilah asing yang diucapkan oleh bibinya yaitu kata “jeh”. Istilah tersebut kemudian yang ditanyakan kepada bibinya agar dijelaskan maksudnya. Bibinya kemudian
menjelaskan bahwa istilah tersebut merupakan dialek Sodegahama.
Sodegahama merupakan nama sebuah pantai yang terdapat di wilayah pesisir Kitasanriku. Sehingga dapat dianalisis bahwa dialek Sodegahama merupakan bagian dari keragaman bahasa yang terdapat di wilayah pesisir Kitasanriku.
Status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas. Status sosial tokoh merupakan salah satu hal yang perlu diperhitungkan dalam pemilihan latar. Secara umum boleh dikatakan perlu adanya deskripsi perbedaan antara kehidupan tokoh yang berbeda status sosialnya (Nurgiyantoro, 2000:233).
Gambar 3. Masyarakat kelas rendah (Amachan episode 14 , 2013: 11.28)
Gambar 4. Masyarakat kelas menengah (Amachan episode 14 , 2013: 11.28)
Gambar 5. Masyarakat kelas atas (Amachan episode 14 , 2013: 11.28)
Dapat dianalisis pada gambar (3), (4) dan (5) bahwa terdapat tiga tingkatan status sosial yang ada dalam lingkungan masyarakat Kitasanriku. Ketiga tingkatan status sosial tersebut adalah masyarakat golongan kelas bawah, menengah dan
kelas atas. Status sosial yang ada dalam masyarakat Kitasanriku dibedakan dari segi pekerjaan yang dimiliki. Status sosial kelas rendah biasanya mereka yang bekerja sebagai nelayan, buruh, dan penyelam. Status sosial kelas menengah adalah mereka yang bekerja sebagai pegawai industri dan pegawai pemerintahan, sedangkan status sosial tinggi yaitu mereka para pejabat-pejabat tinggi yang berperan besar dalam masyarakat Kitasanriku.
-
5.2 Peran Ama Di Wilayah Pesisir Kitasanriku Yang Tercermin Dalam Drama Amachan Karya Kankuro Kudo
Ama merupakan orang yang berkerja sebagai penyelam yang mengambil hasil laut. Istilah ama dapat digunakan untuk penyelam laki-laki dan penyelam perempuan, namun yang membedakan tulisan kanjinya. Menurut Harahap (2007:99) ama merupakan istilah untuk pelaut Jepang yang banyak muncul dalam tulisan purbakala (kitab-kitab kuno).
Pada drama Amachan diceritakan bahwa kehidupan kelompok ama di wilayah Kitasanriku terdiri dari aktivitas, organisasi, tempat organisasi
berkumpulnya ama, cara menjadi ama, cara ama mengambil dan membelah uni, sejarah dan perkembangan ama, tugas ama selain menyelam dan peran ama. Adapun berikut salah satu contoh data analisis.
-
(5 ) Osanai:
Ama
kurabu no minasan wa sumiyaka ni gyokyō mae ni shūgō shite kudasai.
(Amachan episode 3, 2013: 09.04-09.11)
Osanai: Semua anggota Klub Ama.. mohon berkumpul di depan Koperasi Pemancingan.
Data (5) merupakan ungkapan yang disampaikan oleh Katsue Osanai saat meminta para ama untuk berkumpul di tempat biasa mereka berkumpul, yaitu koperasi pemancingan. Koperasi
pemancingan bukan hanya sebagai tempat berkumpul para ama di wilayah Kitasanriku, melainkan juga tempat mereka untuk menjual hasil tangkapan laut seperti uni. Uni yang yang ditangkap di laut akan dibersihkan kemudian dikumpulkan di koperasi tersebut untuk dijual. Para ama akan berkumpul di depan koperasi pemancingan untuk membahas hal yang berkaitan tugas dan aktivitas mereka sambil bersenda gurau menghilangkan rasa lelah setelah menyelam.
Pada drama Amachan diceritakan bahwa kelompok ama di wilayah Kitasanriku, selain berperan sebagai penyelam untuk menangkap hasil laut, profesi tersebut juga memiliki peran lain yang dapat mempengaruhi perkembangan wilayah mereka, baik dalam bidang pengembangan pariwisata dan
perekonomian wilayahnya.
Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya (Wahab, 1975:105).
Samuelson (1990:45) menjelaskan bahwa pengertian ekonomi adalah suatu cara yang digunakan seseorang atau kelompok orang dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh berbagai macam komoditi dan produk serta menyalurkan supaya
dapat dikonsumsi oleh masyarakat banyak.
-
(6 ) Natsu :
Kankō ama wa sekkyakugyō. Sābisugyōnandado.
Aki : Sābisu-gyō?
Natsu :Okyakusan o daiichi ni kangae sābisu suru. Sore ga kihonda. Jibun de toritē toka Abe-chan ni warui toka, son'nan shitta kotcha nē. Sābisu suru. Yorokonde morau. Mata kitemorau. Ora-ra ga kangaeru no wa sono koto dakeda. Uni wa zeni. Ama wa sābisu-gyō.
(Amachan episode 21, 2013 :
12:38-13:08)
Terjemahan
Natsu : Wisata Ama adalah
industri ramah-tamah. Dan itu kaitannya dengan industri
pelayanan.
Aki : Industri Pelayanan?
Natsu : Pertama kita
harus melayani
pelanggan. Itu hal yg dasar. Kamu ingin melakukannya sendiri, merasa
kasihan pada Anbe-chan... Siapa yg
peduli! Untuk
melayani. Untuk
menyenangkan orang lain. Agar mereka mau datang lagi. Itulah satu-satunya yg kita harapkan. Uni adalah uang. Ama adalah industri
pelayanan.
Gambar 5. Kegiatan ama selesai mengambil uni (bulu babi) (Amachan episode 21, 2013 : 00.43)
Dapat dianalisis pada data (6) dan gambar (6) bahwa peran ama dalam menjalankan profesinya sebagai
penyelam juga menjalani peran yang penting dalam memajukan perkembangan pariwisata di daerahnya. Kelompok ama di wilayah Kitasanriku melakukan peranan penting dalam pariwisata yang berkaitan dengan profesi yang dilakoni sebagai penyelam. Dalam hal ini mereka memperkenalkan gambaran kegiatan ama di wilayah Kitasanriku untuk menarik wisatawan yang datang ke sana. Para ama sebagai subjek pariwisata juga dituntut untuk selalu bersikap ramah dan melayani wisatawan yang datang ke wilayahnya dengan baik.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat latar sosial masyarakat Kitasanriku dalam drama Amachan. Diantaranya kebiasaan hidup masyarakat pesisir kitasanriku, tradisi dan adat istiadat masyarakat pesisir Kitasanriku, pola pikir dan pandangan hidup masyarakat pesisir Kitasanriku, sikap dan keyakinan masyarakat Kitasanriku, dialek
Sodegahama sebagai identitas
masyarakat Kitasanriku, statifikasi sosial masyarakat Kitasanriku. Profesi ama berkontribusi besar bagi masyarakat Kitasanriku dalam drama amachan karya kankuro kudo, antara lain yaitu, peran dalam bidang pariwisata, dan peran dalam perekonomian.
Ajzen, I. 2005. Attitudes, Personality and Behavior. New York: Open University Press.
Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Coomans, Mikhail. 1987. Manusia Daya: Dahulu, Sekarang, Masa Depan. Jakarta: Gramedia.
Drever, James. 1986. Kamus Psikologi, Terj. Nancy Simanjuntak. Jakarta: Bina Aksara.
E.St Harahap, dkk. 2007. Kamus besar bahasa Indonesia. Bandung: Balai Pustaka
Hadland, Davis F. 1989. Myths and Legends of Japan. Singapura. Graham Brash (PTE) Ltd.
Kotler, Phillip. (2009). Manajemen
Pemasaran, Edisi 13. Jakarta; Erlangga
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Samuelson. 1990. Makro Ekonomi. Edisi
ke-3. Jakarta: Erlanggan.
Saussure, Ferdinand. 1913. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Univesitas Gajah Mada
Wahab, Salah. 1975. Tourism Management. London: Tourism International Press.
Wellek, Rene & Warren. Austin. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT
Gramedia.
625
Discussion and feedback