Variasi Ikonografi Arca-Arca Perwujudan Perunggu Koleksi Museum Bali Dan BPCB Bali-Nusa Tenggara
on
DOI: 10.24843/JH.2018.v22.i01.p07
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 22.1 Pebruari 2018: 41-47
Variasi Ikonografi Arca-Arca Perwujudan Perunggu Koleksi Museum Bali Dan BPCB Bali-Nusa Tenggara
Putu Pradnyana Adi Putra1, I Wayan Redig2, A. A. Gde Aryana3 123Prodi Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Unud 1[[email protected]] 2[[email protected]] 3[[email protected]]
*Corresponding Author
Abstract
The so called ‘’Dead Portrait’’ statues are kind of archaeological remains from the Hindu-Buddhist period that is very much encountered in Bali. So far the sculptures of the much-studied are the statues made from stones, while the bronze statues are still very little known. This study examines the iconographical variation and its causal factors on the so-called bronze dead portrait statues collection of Bali Museum and BPCB Bali-Nusa Tenggara. The author uses data collection methods such as observation, interview and literature study and data processing methods through the analysis of iconography, iconometry, iconoplastic, and iconology. The theory used to refine the interpretation of the results of the analysis is the Theory of Iconography and Iconology of Erwin Panofsky. Based on the research results found that there are variations of iconography among the bronze dead portrait collection of Bali Museum and BPCB Bali-Nusa Tenggara. The iconographic variations can be seen in the variety of jewelry, dress, body, and body postures. The iconography variation itself is caused by the ability and creativity of artists, social factors, and religious factors and beliefs.
Key Words: Dead portrait statue, Iconographical Variation, Iconology
Abstrak
Arca perwujudan merupakan tinggalan arkeologi dari periode Hindu Buddha yang sangat banyak ditemui di Bali. Sejauh ini arca perwujudan yang banyak diteliti adalah arca perwujudan berbahan batu, sedangkan arca perwujudan berbahan perunggu masih sangat sedikit diketahui. Penelitian ini meneliti variasi ikonografi dan faktor penyebabnya pada arca-arca perwujudan perunggu koleksi Museum Bali dan BPCB Bali-Nusa Tenggara. Penulis menggunakan metode pengumpulan data seperti observasi, wawancara dan studi kepustakaan serta metode pengolahan data melalui analisis ikonografi, ikonoplastik, dan ikonologi. Teori yang digunakan untuk mempertajam interpretasi hasil analisis adalah Teori Ikonografi dan Ikonologi Erwin Panofsky. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat variasi ikonografi pada arca-arca perwujudan perunggu koleksi Museum Bali dan BPCB Bali-Nusa Tenggara. Variasi ikonografi terlihat pada ragam penggambaran perhiasan, busana, laksana, dan sikap tubuh. Adapun variasi ikonografi ini sendiri disebabkan oleh faktor kemampuan dan kreativitas seniman, faktor sosial, dan faktor religi serta kepercayaan.
Kata Kunci: Arca Perwujudan Perunggu, Variasi Ikonografi
Periode Hindu Buddha di
Indonesia menyisakan beragam tinggalan arkeologi yang beragam dan dapat dikatakan sebagai puncak-puncak kebudayaan Indonesia sehingga sering
dikatakan sebagai Periode Klasik (Rahardjo, 2008: 15). Jenis tinggalan arkeologi dari periode ini pada umumnya berasal dari aktivitas keagamaan Hindu Buddha yang terdiri atas candi, arca, dan sisa-sisa aktivitas ritual lainnya. Salah
satu tinggalan arkeologi yang paling banyak ditemukan adalah arca. Arca pada hakikatnya menggambarkan tokoh atau sosok tertentu sebagai objek pemujaan. Setiap arca memiliki ciri-ciri khusus yang menandakan identitasnya. Ciri-ciri khusus tersebut dapat dilihat dari wujud fisiknya secara umum apakah sebagai sosok manusia (antropomorfik), hewan (zoomorfik), atau setengah hewan dan manusia (antropozoomorfik). Selain itu, ciri-ciri khusus lainnya dapat dilihat pula dari sikap badan, sikap tangan, dan atribut serta aksesori yang digunakan (Tim Pengajar Ikonografi UGM, 2012: 3).
Ciri-ciri khusus sebagai identitas tokoh tersebut dalam berbagai budaya dunia sangat beragam sesuai dengan latar belakang agama dan kepercayaan setempat. Beberapa agama dunia mengatur penggambaran tokoh dewa dan dewinya dalam kitab-kitab keagamaan. Agama Hindu dan Buddha Mahayana misalnya mengenal kitab-kitab sastra sebagai acuan penggambaran tokoh dewa. Begitu pula dalam peradaban Romawi dan Mesir Kuno dikenal berbagai sumber sebagai acuan penggambaran tokoh dewa. Identitas dan ciri-ciri khusus yang menjadi penanda tokoh baik sebagai dewa ataupun manusia biasa dalam bidang ilmu Arkeologi dan Sejarah Seni dipelajari dalam cabang ilmu yang disebut sebagai ikonografi.
Arca perwujudan adalah wujud atau penggambaran atau lambang yang dipergunakan sebagai pembadanan roh seseorang yang telah meninggal. Arca jenis ini dipercaya sebagai media yang dipakai seseorang untuk mencapai kalepasan. Suatu arca perwujudan di Bali mempunyai ciri yang khusus, yaitu pada sikap tangan; (1) tangan dilipat ke depan di samping badan, masing-masing memegang kuncup bunga atau bunga mekar, dan (2) kedua tangan di depan
perut, dengan bunga di telapak tangan atau kosong. Arca-arca perwujudan di Bali oleh beberapa ahli disebut pula arca bhatara/bhatari atau arca leluhur (Soekatno, 1993 : 188). Arca-arca
perwujudan di Bali tersebar di berbagai wilayah namun populasi yang paling padat terdapat di Gianyar dan Bangli. Arca-arca ini pada umumnya dibuat dari bahan batu padas dan mendominasi jenis arca-arca lain. Selain dari batu padas, arca-arca perwujudan dibuat pula dari bahan perunggu. Arca-arca perwujudan berbahan perunggu ini ada yang disimpan di pura-pura sebagai pratima dan hanya sebagian kecil yang dapat dilihat secara langsung. Beberapa arca perwujudan perunggu yang dapat disaksikan secara langsung saat ini beberapa diantaranya disimpan di Museum Bali dan BPCB Bali-Nusa Tenggara.
Penelitian ini akan membahas variasi ikonografi dan latar belakang penyebab terjadinya variasi ikonografi terhadap arca-arca perwujudan perunggu di Bali. Objek penelitian yang diambil adalah arca-arca perwujudan koleksi Museum Bali dan BPCB Bali-Nusa Tenggara dengan pertimbangan waktu dan keterjangkauan data. Penelitian terhadap variasi ikonografi arca-arca perwujudan perunggu di Museum Bali dan BPCB Bali sejauh pantauan penulis, sama sekali belum pernah dilakukan kecuali oleh Widia (1980) seperti yang telah disebutkan di muka.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
-
1) Bagaimana variasi ikonografi arca-arca perwujudan perunggu koleksi Museum Bali dan BPCB Bali?
-
2) Bagaimana aspek ikonoplastik arca-arca perwujudan perunggu
koleksi Museum Bali dan BPCB Bali dalam konteks periodisasi arca di Bali.
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk merekonstruksi aspek sejarah kebudayaan masyarakat Bali Kuno terutama aspek religi. Arca merupakan salah satu bentuk peningalan kebudayaan yang berasal dari aspek keagaman/religi. Keberadaan arca-arca ini dapat mengambarkan aktivitas keagamaan masyarakat Bali Kuno pada masa lampau. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui variasi ikonografi dan aspek ikonoplastik serta konteks periodisasi seni arca arca perwujudan perunggu koleksi Museum Bali dan BPCB Bali.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dimana keseluruhan data merupakan data berupa uraian-uraian deskripsi. Pengumpulan data dilakukan melalui proses observasi dan studi pustaka. Data dianalisis dengan tiga analisis yaitu analisis ikonografi untuk menggambarkan variasi laksana dan busana, analisis ikonoplastik untuk memecahkan permasalahan kehalusan, gaya seni dan periodisasi , serta analisis ikonologi untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi variasi ikonografi arca.
Arca-arca perwujudan perunggu yang diteliti berjumlah tujuh buah, terdiri dari enam buah arca koleksi Museum Bali dengan kode MB-1, MB-2, MB-3, MB-4, MB-5, dan MB-6, serta satu buah arca koleksi BPCB Bali-Nusa Tenggara yang diberi kode BPCB-1.
Arca-arca perwujudan tersebut pada umumnya tidak diketahui lagi konteks penemuannya, kecuali arca MB-
1 dan MB-2 yang berasal dari Pura Carang Sari, Petang. Menarik perhatian bahwa arca MB-5 memiliki kesamaan yang hampir identik dengan sebuah arca yang kini tersimpan di Pura Penataran Keramas Arya Wang Bang Pinatih, Desa Antiga Karangasem sehingga kemungkinan besar merupakan pasangannya. Arca-arca perwujudan perunggu ini memiliki rentang tinggi antara 17-36 cm dan lebar 5-12 cm.
Variasi ikonografi arca-arca perwujudan perunggu ini secara rinci dibagi menjadi variasi busana, perhiasan, benda-benda yang dipegang (laksana), sikap tubuh, dan pengiring (wahana).
-
(a) Variasi Perhiasan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pencatatan secara rinci terhadap enam sampel arca perwujudan perunggu koleksi Museum Bali dan satu sampel dari BPCB Bali dapat diketahui bahwa secara umum arca-arca ini mengenakan perhiasan berupa mahkota, perhiasan rambut, kalung, kelat bahu, gelang siku, gelang tangan, serta gelang kaki, meskipun ada juga dari perhiasan-perhiasan ini yang tidak dijumpai pada beberapa arca. Variasi perhiasan arca-arca perwujudan tersebut disajikan dalam tabel 1.
-
(b) Variasi Busana
Berdasarkan hasil pengamatan komponen busana yang dikenakan oleh arca-arca perwujudan perunggu koleksi Museum Bali dan BPCB Bali-Nusa Tenggara antara lain adalah selempang dada/tali kasta (upavita), ikat pinggang (udarabandha), sampur (urudama), uncal (muktadama), kancut (antarya), dan kain penutup kaki bawah. Variasi bentuk busana disajikan dalam tabel 2.
Tabel 1 Variasi Bentuk Perhiasan Arca-arca Perwujudan Koleksi Museum dan BPCB Bali
No |
Komponen Perhiasan |
Variasi/Bentuk |
Kode Arca |
1 |
Mahkota (mukuta)/Hiasan Rambut |
Susunan sekartaji bertingkat satu dikombinasikan dengan untaian manik-manik |
MB-1 dan MB-2 |
Susunan sekartaji ganda |
MB-3, MB-6, BPCB-1 | ||
Kiritamakuta |
MB-5 | ||
Hiasan kepala berupa tengkorak dan tanduk |
MB-4 | ||
2 |
Kalung (hara) |
Untaian pita polos dengan ujung tumpal |
MB-1, MB-3, MB-3, MB-4, MB-5 |
Untaian pita polos dan manik-manik berliontin |
BPCB-1 | ||
3 |
Kelat Bahu (keyura) |
Bulat polos tunggal |
MB-1, MB-2, dan MB-4 |
Bulat polos ganda |
MB-6 | ||
Simbar |
MB-5 dan BPCB-1 | ||
4 |
Gelang tangan (kankana) |
Lingkaran bermotif bulatan-bulatan kecil |
MB-1 dan MB-2 |
Lingkaran polos |
MB-3, MB-6 | ||
Simbar |
MB-5, BPCB-1 | ||
5 |
Gelang kaki (padangada) |
Lingkaran bermotif bulatan-bulatan kecil |
MB-1 dan MB-2 |
Tabel 2 Variasi Busana Arca-arca Perwujudan Koleksi Museum Bali dan BPCB Bali
No |
Komponen Busana |
Variasi/Bentuk |
Kode Arca |
1 |
Tali Kasta (upavita) |
Upavita tunggal berhias motif bulat-bulat kecil |
MB-5 |
Upavita untaian manik-manik ganda (chanavira) |
MB-6 | ||
2 |
Ikat Pinggang (udarabandha) |
Pilinan kain polos |
MB-1, MB-2, MB-6, dan BPCB-1 |
Pilinan kain dengan hiasan pinggang depan (kanchidama) |
MB-4 dan MB-5 | ||
3 |
Sampur (urudama) |
Helai tunggal motif polos panjang hingga kaki |
MB-1, MB-2 |
Empat helai, polos dan simbar floral |
MB-5 | ||
Helai tunggal berhias lipatan-lipatan (wiru) |
BPCB-1 | ||
4 |
Uncal (muktadama) |
Empat pasang kecil kain polos pendek |
MB-1 dan MB-2 |
Sepasang kain polos |
MB-5 | ||
Sepasang kain panjang dengan wiru dan ujungnya berbentuk simbar |
BPCB=1 | ||
5 |
Kancut (antarya) |
Kain panjang hingga kaki bermotif jalinan bulatan vertikal |
MB-1 dan MB-2 |
Kain panjang hingga kaki polos, ujung dihiasi wiru |
MB-5 | |
Kain selutut, ujung berhias wiru bersimbar |
BPCB-1 | |
7 Kain/sarung |
Motif floral, didominasi motif pucuk paku |
MB-3 |
Polos, berhias spiral pada ujung bawah |
MB-4 | |
Polos |
MB-5, MB-6 | |
Kain bermotif batik tumpal |
BPCB-1 |
-
(c) Variasi Laksana
Laksana merupakan benda-benda yang dipegang dan menjadi tanda-tanda khusus dari sebuah arca. Dari ketujuh sampel arca yang diteliti, arca yang memiliki laksana adalah arca MB-5, arca MB-6, serta arca BPCB-1. Arca MB-5 memegang laksana berupa bulatan, pada bagian dasar terlihat seperti kelopak bunga yang mekar, akan tetapi terlihat samar-samar. Arca MB-6 memegang laksana berupa vajragantha yaitu genta dengan tangkainya berbentuk wajra. Adapun arca BPCB-1 membawa laksana berupa aksamala (tasbih) dan kuncup teratai.
-
(d) Variasi Sikap Tubuh
Sikap tubuh merupakan sikap yang ditunjukan dengan melibatkan beberapa bagian tubuh tertentu dari suatu arca. Sikap tubuh dalam ikonografi Hindu dan Buddha dapat dibagi lagi menjadi sikap berdiri (bhanga), sikap duduk (asana), sikap lengan (mudra), dan sikap tangan (hasta). Secara keseluruhan arca-arca yang menjadi sampel penelitian menunjukan sikap berdiri (sthanaka) dengan pose tegak (samabhanga), kecuali arca MB-6 yang dalam posisi duduk menunggang nandi. Dalam ikonografi Hindu, posisi ini lazim digunakan oleh Siwa dalam wujud nandisavahanamurti. Sikap lengan dari ketujuh arca yang dijadikan sampel secara umum menunjukan lengan yang dilipat ke bagian depan perut dengan beberapa variasi sikap tangan. Pada arca MB-1 dan MB-2, lengan dilipat ke bagian tengah perut dengan posisi tangan
disatukan. Tangan arca MB-1 menunjukan sikap nunas, dimana telapak tangan kiri menengadah dan jari-jarinya sedikit ditekuk, kemudian diletakan di atas pangkuan tangan kanan. Adapun pada arca MB-2, sikap nunas diperlihatkan dengan posisi tangan kiri seperti menggenggam, juga diletakan di atas pangkuan tangan kanan yang jari-jarinya ditekuk. Arca MB-3, lengan diletakan di depan perut bagian kiri dan kanan dalam posisi menengadah. Arca MB-5 menunjukan posisi lengan diletakan di depan perut, kedua telapak tangan menengadah, jari jemari kedua tangan saling mengunci satu sama lain. Di atasnya diletakan laksana berupa bulatan. Arca BPCB-1 menunjukan posisi lengan kiri ditekuk di depan dada, tangan memegang tasbih. Adapun tangan bagian kanannya ditekuk di depan perut dalam posisi telapak tangan terbuka, di atasnya terdapat laksana berupa kuncup bunga teratai. Sikap tangan yang agak berbeda ditunjukan oleh arca MB-4 dan MB-6. Arca MB-4 menunjukan sikap tangan lurus di samping badan dengan jari-jari tangan sedikit dikepal. Arca MB-6 menunjukan sikap tangan ditekuk di depan dada dalam posisi memegang vajragantha dan tangan kirinya ke depan memegang tanduk dari nandi.
-
(e) Wahana
Arca yang memiliki wahana adalah arca MB-6 berupa lembu (nandi). Dilihat dari ciri-cirinya arca ini menggambarkan tokoh pendeta/ pedanda Siwa.
Arca-arca perwujudan koleksi Museum Bali dan BPCB Bali secara keseluruhan memperlihatkan penampakan wajah yang kaku baik pada arca MB-1 hingga MB-6 juga arca BPCB-1. Selain penampakan wajah yang kaku, proporsi tubuhnya juga kurang proporsional. Dari segi busananya, beberapa arca menunjukan kesan yang serba mewah antara lain pada arca MB-5, MB-1, MB-2, dan BPCB-1, sedangkan dua arca yaitu arca MB-3, MB-4, dan MB-6 menununjukan pemakaian busana yang sederhana. Melihat ciri-ciri tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa arca-arca perwujudan perunggu Koleksi Museum Bali dan BPCB Bali ini dapat digolongkan ke dalam gaya seni arca periode Bali Madya (Abad 13 – 14 M) (Widia, 1980: 66).
Adanya variasi ikonografi pada arca-arca perwujudan perunggu koleksi Museum Bali dan BPCB Bali-Nusa Tenggara secara garis besar disebabkan oleh tiga faktor. Faktor pertama berkaitan dengan keahlian dan kreativitas seniman. Keahlian seniman akan memengaruhi halus kasarnya penggarapan, sedangkan kreativitas seniman berhubungan dengan penciptaan bentuk sesuai daya kognitif yang dimiliki. Faktor kedua berkaitan dengan citra sosial tokoh yang diarcakan. Dalam hal ini, keseluruhan arca dibuat dengan memperhatikan status sosial tokoh semasa hidupnya. Berdasarkan perbandingan kasus terhadap arca, relief, dan sumber-sumber pustaka Jawa Kuno, terdapat pembedaan ikonografis tokoh yang disesuaikan dengan sistem kasta (caturwarna). Faktor terakhir berkaitan dengan simbol-simbol agama dan religiusitas. Penggunaan simbol-simbol
tertentu seperti tengkorak (kapala) pada arca MB-4 atau lembu (nandi) pada arca MB-6 kemungkinan besar berkaitan dengan aliran Siwaisme. Adapun secara keseluruhan, arca-arca perwujudan perunggu ini dilatarbelakangi oleh kuatnya kultus pemujaan terhadap leluhur pada periode Bali Kuno.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa arca-arca perwujudan perunggu koleksi Museum Bali dan BPCB Bali menunjukan variasi ikonografi pada perhiasan, busana, laksana, wahana dan sikap tubuh seperti sikap lengan dan sikap tangan. Dilihat dari gaya seninya arca-arca ini menunjukan karakter yang serba kaku dan tidak proporsional. Gaya seni arca-arca ini dapat digolongkan pada gaya seni arca periode Bali Madya (Abad XIII-XIV M).
Variasi ikonografi pada arca-arca perwujudan perunggu Koleksi Museum Bali dan BPCB Gianyar kemungkinan disebabkan tiga faktor utama yaitu faktor kemampuan dan kreativitas dari seniman/perajin, faktor pencitraan sosial, dan faktor religius.
Daftar Pustaka
Rahardjo, Supratikno. 2008. Peradaban
Jawa: Dari Mataram hingga Majapahit Akhir. Depok:
Komunitas Bambu
Soekatno, Endang Sri Hardiati. 1993. ‘’Arca Tidak Beratribut Dewa di Bali: Kajian Ikonografi dan
Fungsional’’. Disertasi. Depok: Universitas Indonesia (tidak terbit)
Tim Pengajar Ikonografi UGM. 2012. Modul Mata Kuliah Ikonografi Hindu Buddha. Yogyakarta:
Jurusan Arkeologi UGM (tidak diterbitkan).
Widia, I Wayan. 1980. Arca Perunggu Koleksi Museum Bali. Denpasar: Museum Bali
47
Discussion and feedback