ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 16.1 Juli 2016: 244 – 251

Ekuivalensi Leksikal Dan Analisis Komponen Makna Penerjemahan Alat-Alat Doraemon Pada Manga Daichōhen Doraemon Karya Fujiko F Fujio

Olivia Emeralda Gianina Tumewu1*, Maria Gorethy Nie Nie2,

I Gede Oeinada3

123

123Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

1[[email protected]] 2[[email protected]] 3[[email protected]]

*

Corresponding Author

Abstract

This research is aimed to find out the lexical equivalence and whether meaning shift occurred or not in the Doraemon tools translation in volume 1-8 of Daichōhen Doraemon comics by Fujiko F Fujio and its translation in Indonesian by Hiromi Amadio Prabowo. The data were analyzed using qualitative analysis method. This research used the theory of lexical equivalence by Larson (1984) and the theory of componential analysis by Bell (1993). There are 100 name of Doraemon tools were found in these comics. Finding lexical equivalents in special problems are mostly found with 48 datas (48%) and lexical equivalents when concepts are shared with 44 datas (44%), the least is lexical equivalents when concepts are unknown with only 8 datas (8%). There were 58 datas (58%) where shift meaning occurred and 42 datas (42%) where shift meaning did not occurred. In conclusion, translator did a lot of adjustments in translation based on comic images, tools functions and target language so that the readers can easily understand the meanings.

Key words : lexical equivalence, componential analysis, meaning shift

  • 1.    Latar Belakang

Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan dari suatu bahasa ke bahasa yang lain. Soemarno (2003) dalam artikelnya yang berjudul Menerjemahkan itu Sulit dan Rumit mengutarakan bahwa seorang penerjemah harus mampu mencari padanan untuk semua kata, frasa, klausa, kalimat, dan bahkan mencari padanan untuk seluruh wacana dalam bahasa sasaran (BSa). Hal ini tidak mudah karena terkadang terdapat ungkapan yang sukar dicari padanannya dan bahkan terdapat makna yang sama sekali tidak dapat dicarikan padanannya dalam bahasa sasaran (BSa). Salah satu cara yang dapat membantu penerjemah untuk menerjemahkan adalah menggunakan ekuivalensi leksikal dan analisis komponen makna. Ekuivalensi leksikal menjelaskan tentang kesepadanan pada tingkat kata dan analisis komponen makna dapat digunakan untuk mengetahui bergeser atau tidaknya makna terjemahan tersebut.

Penelitian ini menggunakan nama alat-alat Doraemon pada manga Daichōhen Doraemon karya Fujiko F Fujio. Doraemon adalah sebuah robot kucing yang dapat mengeluarkan alat-alat ajaib imajinatif dari kantong ajaib yang dimilikinya. Pada teks sumber (TSu) nama alat-alat Doraemon dapat berupa sebuah kata ataupun beberapa kata yang disesuaikan dengan bentuk ataupun fungsi dari alat tersebut, sedangkan tidak semua kosakata pada teks sumber (TSu) memiliki kesepadanan dengan teks sasaran (TSa), sehingga akan terdapat penyesuaian dalam proses penerjemahan yang tidak ataupun dapat menghasilkan pergeseran makna. Pada penerjemahan manga Daichōhen Doraemon juga ditemukan beberapa nama alat Doraemon pada teks sumber (TSu) yang memiliki lebih dari satu hasil penerjemahan.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  • 1.    Bagaimanakah ekuivalensi leksikal penerjemahan alat-alat Doraemon yang terdapat dalam manga Daichōhen Doraemon karya Fujiko F Fujio?

  • 2.    Bagaimanakah analisis komponen makna penerjemahan alat-alat Doraemon yang terdapat dalam manga Daichōhen Doraemon karya Fujiko F Fujio?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai penerjemahan, khususnya penerjemahan bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia dan pengetahuan mengenai ekuivalensi leksikal dan analisis komponen makna. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekuivalensi leksikal dan analisis komponen makna penerjemahan alat-alat Doraemon pada manga Daichōhen Doraemon karya Fujiko F Fujio.

  • 4.    Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak dengan teknik catat. Pada tahap analisis data, metode yang digunakan adalah metode padan translasional dan metode deskriptif. Metode padan translasional merupakan metode analisis yang penentunya adalah bahasa lain (Sudaryanto, 1993:14). Teknik analisis data

kuantitatif statistik deskriptif juga digunakan dengan tujuan untuk mengetahui perhitungan modus ataupun perhitungan persentase (Sugiono, 2014:148). Pada penyajian hasil analisis data, digunakan metode formal dan informal (Sudaryanto, 1993:145). Selain itu, teori yang digunakan pada penelitian ini untuk memecahkan masalah adalah ekuivalensi leksikal dari Larson (1984) dan analisis komponen makna dari Bell (1993).

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Pada manga Daichōhen Doraemon volume 1 sampai dengan volume 8 ditemukan 100 nama alat-alat Doraemon sebagai data dan diklasifikasikan berdasarkan jenis ekuivalensi leksikal dan hasil analisis komponen makna.

  • 5.1    Ekuivalensi Leksikal

Ekuivalensi leksikal digunakan untuk mengetahui kesepadanan pada tingkat kata yang digunakan pada penerjemahan alat-alat Doraemon pada manga Daichōhen Doraemon volume 1 sampai dengan volume 8.

  • 5.1.1    Ekuivalensi Leksikal Ketika Konsep Saling Mengetahui

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 44 data (44%) yang termasuk dalam ekuivalensi leksikal ketika konsep saling mengetahui. Berikut ini merupakan contoh analisis data tersebut.

  • (1)    TSu : ゆめ   ふうりん

Yume       furin

Mimpi lonceng mungil

TSa : Lonceng mimpi

Pada contoh data (1) nama alat Doraemon ‘yume fūrin’ diterjemahkan menjadi ‘lonceng mimpi’. Kata ‘yume’ diterjemahkan secara harfiah menjadi ‘mimpi’, sedangkan kata ‘fūrin’ diterjemahkan menjadi ‘lonceng’ yang merupakan kata umum dari ‘fūrin’.

Berikut ini adalah pengertian kata fūrin pada teks sumber (TSu) :

Fūrin : Lonceng mungil yang berbunyi “ting-ting-ting” bila tertiup angin (Matsuura, 2005:187).

Berikut ini adalah pengertian kata lonceng dan genta pada teks sasaran (TSa) :

Lonceng : Genta (http://kbbi.web.id/lonceng).

Genta : Alat bunyi-bunyian yang terbuat dari logam berbentuk cangkir terbalik dengan sebuah pemukul yang tergantung tepat di poros dalamnya, apabila 246

pemukul itu mengenai dinding cangkir, cangkir tersebut akan menghasilkan bunyi-bunyian (http://kbbi.web.id/genta).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa konsep antara TSu dan TSa saling mengetahui, namun penerjemahannya dilakukan dalam bentuk kata khusus-kata umum. Di Jepang fūrin merupakan salah satu jenis lonceng yang terbuat dari kaca, logam, atau keramik yang dibagian bawahnya digantung kertas berbentuk persegi panjang dan biasa digantungkan di tepi atap pada musim panas (Okaya, 2011). Di Indonesia lonceng bersifat umum dan biasanya dapat di temukan di gereja-gereja, hiasan pohon natal, atau dipakai di beberapa sekolah sebagai tanda pergantian jam pelajaran, istirahat, masuk kelas (Jauhar, 2012).

  • 5.1.2 Ekuivalensi Leksikal Ketika Konsep Tidak Diketahui

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 8 data (8%) yang termasuk dalam ekuivalensi leksikal ketika konsep tidak diketahui. Berikut ini merupakan contoh analisis data tersebut.

  • (2)    TSu : ほんやく   コンニャク

Honyaku    Konnyaku

Penerjemahan N.MKNN

TSa : Konnyaku penerjemah

Contoh data (2) memperlihatkan bahwa nama alat Doraemon ‘honyaku Konnyaku’ sepadan dengan ‘Konnyaku penerjemah’. Pada penerjemahan ini terjadi peminjaman kata asing (loan word).

Berikut ini adalah pengertian kata Konnyaku :

コンニャク : サトイモ目サトイモ科コンニャク属の多年草.球茎をコンニャ クイモといい,そこに含まれるグルコマンナンを抽出し,アル カリとともに加熱凝固させて「こんにゃく」を得,食用にする.

Konnyaku : Satoimo-moku satoimo-ka konnyaku zoku no tanensō. Kyūkei o konnyakuimo to ī, soko ni fukuma reru gurukomannan o chūshutsu shi, arukari to tomoni kanetsu gyōko sasete `konnyaku' o e, shokuyō ni suru (https://kotobank.jp/word/コンニャク).

Konnyaku : Tanaman dengan golongan biologi Satoimo, kelas Satoimo, keluarga Konnyaku. Berbentuk bulat disebut juga ubi konnyaku, mengandung glukomanan yang diambil dan bersama-sama dengan alkali dipanaskan hingga terjadi pembekuan dan menjadi ‘konnyaku’ yang dapat dimakan (https://kotobank.jp/word/コンニャク).

Konnyaku merupakan tumbuhan tahunan yang tumbuh dari umbi besar berdiameter 25 cm. Umbi ini adalah modifikasi dari batang. Konnyaku tumbuh di India, 247

Cina, Jepang, dan Korea. Umbinya mengandung banyak pati yang dijadikan tepung dan jeli atau agar-agar dengan nama yang sama (Pustaka Pangan, 2012). Kata ‘Konnyaku’ tetap dipertahankan pada TSa karena di dalam bahasa Indonesia tidak terdapat kata yang sepadan untuk mengekspresikan dan menerjemahkan konsep dari kata ‘Konnyaku’.

  • 5.1.3 Permasalahan Khusus dalam Menemukan Ekuivalensi Leksikal

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 48 data (48%) yang termasuk dalam permasalahan khusus dalam menemukan ekuivalensi leksikal. Berikut ini merupakan contoh analisis data tersebut.

  • (3)    TSu : O X  うらない

O X   uranai

O X  Ramalan

TSa : Peramal benar salah

Contoh data (3) memperlihatkan bahwa nama alat Doraemon ‘O X uranai’ diterjemahkan menjadi ‘peramal benar salah’. Hal ini merupakan permasalahan khusus dalam menemukan ekuivalensi leksikal dengan kata-kata simbolis. Pada TSa ‘O dan X’ diterjemahkan menjadi kata ‘benar’ dan ‘salah’. Hal ini dikarenakan di Jepang simbol maru atau tanda ‘O’ memiliki arti pembenaran dan batsu atau tanda ‘X’ memiliki arti penyangkalan (Okuni, 2014). Kedua simbol tersebut kuat tertanam dalam keseharian pada masyarakat Jepang. Di Indonesia pun ‘O’ dapat merupakan simbol untuk ‘benar’ dan ‘X’ adalah ‘salah’.

  • 5.2 Analisis Komponen Makna

Analisis komponen makna digunakan untuk mengetahui terjadi atau tidaknya pergeseran makna pada penerjemahan alat-alat Doraemon pada manga Daichōhen Doraemon volume 1 sampai dengan volume 8. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 42 data (42%) penerjemahan alat-alat Doraemon yang tidak mengalami pergeseran makna dan 58 data (58%) yang mengalami pergeseran makna. Berikut ini merupakan contoh analisis data tersebut.

  • (4) TSu : ひらり  マント

Hirari   manto

Mengelak mantel

TSa : (a) Mantel pengelak

  • (b)    Mantel hirari

  • (c)    Kain perisai

Pada manga Daichōhen Doraemon, alat ini berupa sebuah mantel yang dapat digunakan untuk mengelak atau menghindar dari serangan berbahaya. Cara menggunakannya hampir sama seperti kain yang digunakan oleh seorang matador untuk menghindar dari tubrukan banteng.

Analisis Makna :

Berikut ini adalah pengertian kata-kata pada teks sumber (TSu) : ひらり: すばやく身をかわしたり飛び移ったりするさま。

Hirari : Subayaku mi o kawashi tari tobi utsuttari suru sama (https://kotobank.jp/word/ ひらり).

Hirari : Melompat pindah, mengelak diri dengan sigap (https://kotobank.jp/word/ひら ).

マント: 衣服の上から羽織って着る、袖なしのゆったりした外衣。

Manto : Ifuku no ue kara haotte kiru, sode nashi no yuttari shita soto i (https://kotobank.jp/word/マント).

Manto : Pakaian yang dipakai dari atas, pakaian luar yang longgar tanpa lengan (https://kotobank.jp/word/マント).

Berikut ini adalah pengertian kata-kata pada teks ssasaran (TSa) :

Mantel : Baju panjang (biasanya dari bahan kain tebal), berlengan atau tidak berlengan untuk menyelubungi tubuh (http://kbbi.web.id/mantel).

Pengelak : Proses, cara, perbuatan mengelak (menghindar (menyisi) supaya jangan kena (pukulan, serangan)) (http://kbbi.web.id/elak).

Kain     : Barang yang ditenun dari benang kapas (http://kbbi.web.id/kain).

Perisai : Alat untuk melindungi diri dan untuk menangkis senjata (ada yang dibuat dari kulit, kayu, besi, dan sebagainya); tameng (http://kbbi.web.id/elak).

Tabel 1 Analisis Komponen Makna Hirari manto dan ketiga terjemahannya

No.

Komponen Makna

Hirari manto

(a) Mantel pengelak

(b) Mantel hirari

(c) Kain perisai

1.

Pakaian yang dipakai dari atas

+

+

+

-

2.

Pakaian luar yang longgar tanpa lengan

+

+

+

-

3.

Baju panjang berlengan atau tidak berlengan

+

+

+

4.

Menyelubungi tubuh

+

+

+

5.

Barang yang ditenun dari benang kapas

+

+

6.

Melompat pindah, mengelak diri dengan sigap

+

+

+

-

7.

Proses, cara, perbuatan mengelak

+

+

8.

Menghindar supaya tidak terkena pukulan, serangan

+

+

9.

Alat untuk melindungi diri

+

+

10.

Alat untuk menangkis senjata

-

+

11.

Dibuat dari kulit, kayu, besi, dan sebagainya

-

+

Berdasarkan analisis komponen makna, seluruh komponen makna yang terkandung dalam hirari manto dimiliki oleh terjemahannya, yaitu mantel pengelak dan mantel hirari. Oleh karena itu, penerjemahan hirari manto menjadi mantel pengelak atau mantel hirari tidak menimbulkan pergeseran makna, namun tidak semua komponen makna yang terkandung dalam hirari manto terdapat pada terjemahan lainnya, kain perisai, yaitu “pakaian yang dipakai dari atas”, “pakaian luar yang longgar tanpa lengan”, dan “melompat pindah, mengelak diri dengan sigap”. Komponen makna “alat untuk menangkis senjata” dan “dibuat dari kulit, kayu, besi, dan sebagainya” yang dimiliki kain perisai juga tidak dimiliki oleh hirari manto. Oleh sebab itu penerjemahan hirari manto menjadi kain perisai mengalami pergeseran makna.

Banyaknya hasil terjemahan yang digunakan pada satu alat dapat menyebabkan kebingungan pada pembaca. Untuk mengatasi hal tersebut dari ketiga hasil terjemahan, penerjemah sebenarnya dapat hanya menggunakan mantel pengelak sebagai hasil terjemahan.

  • 6.    Simpulan

Berdasarkan hasil analisis, simpulan dari penelitian ini adalah penerjemah banyak melakukan penyesuaian pada penerjemahan nama alat-alat Doraemon pada manga Daichōhen Doraemon volume 1 sampai dengan volume 8. Penyesuaian tersebut dilakukan berdasarkan gambar dan fungsi dari nama alat-alat Doraemon. Penyesuaian terhadap bahasa sasaran (BSa) juga banyak dilakukan agar lebih jelas dan mudah dipahami oleh pembaca. Hal tersebut menyebabkan banyaknya ekuivalensi leksikal pada jenis permasalahan khusus dalam menemukan ekuivalensi leksikal yakni sebanyak 48 data (48%) dan banyaknya pergeseran makna yang terjadi yakni sebanyak 58 data (58%).

  • 7.    Daftar Pustaka

Bell, Roger T. 1993. Translation and Translating: Theory and Practice. New York: Longman

Jauhar.         2012.         Lonceng.         Diakses         dari        website

https://jauhar86.wordpress.com/2012/07/04/lonceng/ pada 10 Juni 2015

Larson, M.L. 1984. Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-language Equivalence. Lanham: University Press of America, Inc.

Matsuura, Kenji. 2005. Kamus Bahasa Jepang-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Okaya, Halo. 2011. Furin (Genta Angin). Diakses dari website http://www.oiea.jp/newsletter/2011/hellookaya20110715_summer_ind.pdf pada 10 Juni 2015.

Okuni, Sakura. 2014. 10 Hal Aneh dan Lucu yang di Lakukan Orang Jepang. Diakses dari website www.otakjepang.com/2014/02/Hal-Aneh-dan-Lucu-yang-di-Lakukan-Orang-Jepang.html pada 28 Juni 2015.

Pangan,     Pustaka.     2012.     Konnyaku.     Diakses     dari     website

http://pustakapanganku.blogspot.com/2012/07/konnyaku.html pada 30 Juni 2015.

Setiawan, Ebta. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus Versi Online/Daring.   Kemdikbud (Pusat Bahasa). Diakses dari website

http://kbbi.web.id/

Soemarno, Thomas. 2003. Menerjemahkan itu Sulit dan Rumit. Diakses dari website http://iasiuns.blogspot.com/2005/09/translation-sulit-rumit.html pada 24 Juli 2015.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sugiono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Kotobank.  The Asahi Shimbun Company / VOYAGE GROUP, Inc. Diakses dari

website https://kotobank.jp/

251