AMANAT DALAM GEGURITAN DARMA KUSUMA

Desak Made Anggun Sri Pujangga

Jurusan Sastra Bali, Fakultas Sastra

Abstract

This study discusses the traditional Balinese literature shaped geguritan with the title "Darma Kusuma Geguritan". In geguritan there are eleven types of stanzas in 227 stanzas. The purpose of this study is to determine the mandate contained in the geguritan.

This study has two objectives, namely general purpose and special purpose. The general objective of this research is to help the development of literature, and to clear the information or as a vehicle for the interests of fostering and developing the cultural treasure of the existence of literature shaped geguritan. Another common objective is to disseminate the results of research literature in particular geguritan GDK. The specific objective of this study was to describe the mandate contained in GDK.

The method used in this stage is providing data reading methods, the data analysis phase of qualitative methods, and the stage presentation of the results of the data analysis, formal and informal methods. To support the method used recording techniques. The results achieved in this study, is the author of the message to be conveyed is the message of loyalty, ethics, good manners, good leadership and a message about the magical.

Keywords : Geguritan, mandate, and Darma Kusuma

1. Latar Belakang

Geguritan adalah suatu karya sastra tradisional atau klasik yang mempunyai sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh atau pupuh-pupuh yang diikat oleh beberapa syarat yang disebut padalingsa, yaitu

banyaknya suku kata dalam tiap-tiap baris, banyaknya baris dalam tiap-tiap bait, dan bunyi akhir tiap-tiap baris, menyebabkan pupuh itu harus dilagukan (Agastia.,1980 : 16-17). Salah satu karya sastra geguritan yang menambah khazanah kebudayaan Bali adalah Geguritan Darma Kusuma yang selanjutnya disingkat GDK. GDK merupakan salah satu karya I Nyoman Tangkas yang menceritakan tentang perjalanan Pandawa menuju negeri Wirata. Pengarang menciptakan karya GDK ini berdasarkan babon atau karya sastra yang lahir sebelumnya, karya sastra tersebut adalah epos Mahabharata, yang terdapat dalam bagian Wanaparwa. GDK banyak mengandung amanat yang sangat penting dan relevan untuk diaplikasikan didalam kehidupan kita

Ketertarikan untuk menganalisis GDK karena perwatakan para tokoh yang terdapat di dalam GDK, sangat patut dicontoh, yaitu rasa saling menghormati dan saling menghargai di dalam kehidupan, menggunakan etika di dalam berbicara seperti yang di gambarkan di dalam GDK. Dilihat dari segi isi GDK mengandung banyak amanat yang baik untuk diaplikasikan didalam kehidupan masyarakat. Selain amanat yang terkandung di dalamnya, GDK juga mempunyai keunikan yaitu nama Sang Yudistira di dalam GDK yaitu Sang Darma Kusuma, didalam teks lain lebih banyak dikenal dengan nama Yudistira atau Dharma Wangsa. Geguritan ini menceritakan tentang Pandawa yang tinggal di tengah hutan dalam perjalanan menuju Wirata. Cerita diawali dari Sang Pandawa tinggal di hutan karena diusir dari Astina karena kekalahannya berjudi dilanjutkan dengan perjalanan Sang Bima mencari Arjuna ke gunung Indrakila, dimana Sang Arjuna sedang menjalani tapa yoga, namun pada saat Sang Bima tiba disana Sang Arjuna tidak ada, disangkanya Sang Arjuna meninggal, padahal Sang Arjuna sedang mengabdikan diri di sorga. Hingga pada akhirnya Pandawa tau bahwa Arjuna tidak meninggal, tidak lama Sang Arjuna kembali dari sorga dan melanjutkan perjalanan mereka menuju negeri Wirata. GDK terdiri dari 11 jenispupuh, yaitu : Pupuh Sinom, Pupuh Durma, Pupuh Ginada,Pupuh Semarandana,Pupuh Maskumambang, Pupuh Megatruh, Pupuh Gambuh, Pupuh Pangkur, Pupuh Adri, Pupuh Dangdang, dan Pupuh Ginanti. GDK ini ditemukan dalam bentuk buku yang menggunakan huruf latin dan menggunakan bahasa Bali.

  • 1.    Pokok Permasalahan

  • a) Amanat apakah yang terdapat di dalam GDK?

  • 2.    Tujuan dan Manfaat Penulisan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membantu pengembangan karya sastra, dan untuk memberikan informasi atau sebagai wahana bagi kepentingan pembinaan dan pengembangan khazanah budaya masyarakat mengenai keberadaan karya sastra yang berbentuk geguritan. Tujuan umum lainnya adalah untuk menyebarluaskan hasil penelitian karya sastra geguritan khususnya GDK. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan amanat yang terkandung didalam GDK.

  • 3.    Metode Penelitian

Kata metode berasal dari kata methodos (bahasa latin), sedangkan methodos itu sendiri berasal dari akar kata meta dan hodos.Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan hodos berarti jalan, cara, arah. Dalam pengertian yang lebih luas metode dianggap sebagai cara-cara strategi untuk memahami realitas, langkah-langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab-akibat berikutnya. Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami (Ratna., 2009: 34).

Teknik berasal dari bahasa Yunani, teknikos, yang berarti alat atau seni mempergunakan alat. Sebagai alat, teknik bersifat konkrit (Ratna., 2009: 37). Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini di bagi menjadi tiga tahapan yaitu penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data.

Penyediaan data dilakukan dengan metode membaca berulang-ulang secara cermat terhadap naskah yang dijadikan objek penelitian dalam hal ini adalah GDK. Tahap penyediaan data diatas dibantu dengan teknik pencatatan untuk menghindari terjadinya data yang terlupakan akibat keterbatasan ingatan yang dimiliki peneliti,

serta teknik terjemahan. Setiap teks yang dibaca diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia.

Pada tahap analisis data, metode yang digunakan adalah merode kualitatif. Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Metode ini maksudnya adalah mengukur objek penelitian berdasarkan mutu yang merupakan abstraksi dari nilai data, dengan ditunjang oleh data kuantitatif. Metode Kualitatif dianggap sebagai multimetode sebab penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang relevan (Ratna., 2009: 47).

Dalam tahapan ini juga didukung dengan teknik deskriptif analitik. Secara etimologi deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Meskipun demikian, analisis tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya (Ratna., 2009: 53). Teks GDK dideskripsikan sehingga dapat diketahui unsur-unsur yang terkandung di dalamnya kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji.

Setelah data diolah maka dilanjutkan dengan tahap akhir, yaitu tahap penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam tahap ini adalah metode deskriptif formal dan informal, yaitu dengan memaparkan hasil penelitian dengan tanda-tanda dan kata-kata yang tepat. Di dalam penerapan metode formal dan informal, tentunya dibantu dengan teknik deduktif dan induktif. Teknik deduktif adalah cara penyajian dengan mengemukakan hal-hal yang bersifat umum kemudian dikemukakan hal-hal yang bersifat khusus sebagai penjelas. Teknik induktif adalah penyajian dengan mengemukakan hal-hal yang bersifat khusus kemudian dikemukakan hal-hal yang bersifat umum.

  • 4.    Hasil dan Pembahasan

    a. Amanat

Adapun amanat yang terkandung dalam GDK, yaitu amanat kesetiaan, amanat tentang etika, amanat kepemimpinan yang baik dan amanat tentang magis. Adapun

penjelasan dari keempat amanat yang terkandung dalam GDK dapat dilihat berikut ini.

  • Amanat Kesetiaan

Dalam agama Hindu konsep kesetiaan itu disebut dengan satya yang memiliki pengertian yang lebih luas. Dalam penjabarannya, konsep satya dikenal dengan istilah panca satya, yang meliputi : (1) satya hrdaya, adalah berpikir yang benar, (2) satya Wacana, adalah berkata yang benar, (3) satya laksana, adalah berbuat yang benar, (4) satya mitra, adalah setia dan jujur kepada teman, (5) satya samaya, adalah setia atau taat pada janji dan sumpah (Donder & Wisarja, 2010: 61).

Berdasarkan pengertian satya dan penjabarannya ke dalam panca satya di atas, maka dapat dilihat dalam GDK terkandung amanat kesetiaan, yaitu setia pada janji (satya samaya). Hal ini terlihat pada saat Sang Bima mengabarkan kepada Sang Darma Kusuma beserta saudara-saudaranya bahwa Arjuna telah meninggal. Sang Darma Kusuma ingat dengan janjinya dahulu bahwa hidup dan mati Panca Pandawa harus selalu bersama-sama. Disanalah mereka memutuskan untuk membakar diri ke sungai Gangga. Mereka semua pun berjalan ke sungai Gangga untuk membakar diri, namun pada saat mereka mengetahui bahwa Sang Arjuna masih hidup, mereka pun mengurungkan niatnya tersebut. Hal itu dapat kita lihat pada kutipan berikut.

  •    Yan suba sida kaapti/ ka tukad gangga pamekas/ mula tongos mautama/ iraga ajak makejang/ nutug pajalan Arjuna/ apan suba pada adung/ idup mati apang bareng//

Terjemahan: Kalau sudah sampai disana, yaitu di tepi sungai gangga, memang tempat yang tepat, kita semua, mengikuti perjalanan Sang Arjuna, karena semua sudah sepakat, hidup dan mati agar bersama-sama.(pupuh Semarandana I, pada 3-4, hal 13)

Selain setia pada janji (satya semaya), juga terdapat amanat mengenai setia kepada teman (satya mitra). Hal tersebut tampak pada saat para Pandita dengan setia

mengiringi perjalanan Sang Darma Kusuma beserta adik-adiknya dan Dewi Drupadi untuk membakar diri (melabuh geni). Hal tersebut tampak pada ktipan berikut.

  •    Sang Pandita makelingin/ duh ratu Sang Yudistira/ kayun ratu lalis pisan/ lalis pacang ninggalin titiang/ iratu sampun kaloktah/ pesengan iratu kasub/ wantah sang Darma Kusuma//

Terjemahan: Sang Pandita memberitahukan, wahai tuanku sang Yudistira, keputusan tuanku sangat bulat, sudah bulat akan meninggalkan saya, tuanku sudah terkenal, nama tuanku terkenal, yaitu Sang Darma Kusuma.

  •    Ledangang jagate aksi/ mangda sampun ngantos rusak/ palungguh cokor iratu wantah/ maka uriping jagat/ patut ngardi kabecikan/ janten jagate rahayu/ momo corahe icalang//

Terjemahan: Lihatlah negeri ini, agar tidak sampai rusak, hanya tuanku, sebagaijiwa negeri ini, harus berbuat kebenaran, agar negeri ini selamat, angkara murka dan keraksasaan dihilangkan.

  •    Yan durus malabuh geni/ kerti yasa sane lintang/ napi gunane punika/ mapan ratu masusupan/ ring alase nangun yasa/ ngardi jagate rahayu/ munjuk lungsur ampurayang//

Terjemahan :  Kalau jadi akan membakar diri, kebaikan tuan yang dulu, apa gunanya itu,

apa lagi tuan sudah masuk, ke hutan untuk bertapa, membuat negeri ini sejahtera, kurang lebih maafkan hamba. (pupuh Semarandana I, pada 7-9, hal 14)

  •    Amanat Tentang Etika

Etika adalah pengetahuan tentang kesusilaan, kesusilaan berbentuk kaidah-kaidah yang berisi larangan atau suruhan-suruhan untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian dalam etika kita akan dapati ajaran tentang perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk (Ngurah., 2006: 135).

Apabila disimak dari isi cerita GDK, maka amanat tentang etika yang terkandung didalamnya sangat erat kaitannya dengan sopan santun, terutama didalam berkata kepada orang lain dengan menggunakan tutur bahasa yang sopan.Amanat sopan santun dalam GDK terlihat pada saat Sang Darma Kusuma menunjukkan etikanya dengan berkata menggunakan tutur bahasa yang halus dan sopan kepada

adik-adik dan juga istrinya, serta kepada Sang Pandita atau orang yang disucikan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut.

  •    Ida Sang Darma Kusuma/ mangandika welas asih/ uduh adi jak makejang/ indayang pinehin jani/ suba makelo gumanti/ mirib dasa tiban langkung/ I Arjuna nagun tapa/ kayang jani tonden prapti/ beli bingung/ mangenehang I Arjuna//

Terjemahan: Ida Sang Darma Kusuma, berkata dengan rasa kasih sayang,wahai adinda semuanya, cobalah dengar sekarang, sudah lama ternyata, mungkin 10 tahun lebih, Arjuna melaksanakan tapa, sampai sekarang belum datang, saya bingung memikirkan Arjuna. (pupuh Sinom I, pada 5, hal 8)

  •    Sang Darma Kusuma nyawis/ inggih ratu sang pandita/ wicanan iratu mautama/ sakewanten ampurayang/ tan prasida antuk titiang/ nagingin arsan iratu/ titiang sampun masubaya//

Terjemahan :  Sang Darma Kusuma menjawab, wahai tuanku Sang Pandita, perkataan tuan

sangat baik, tetapi maafkanlah, saya tidak bisa, mengabulkan permintaan tuan, saya sudah berjanji.

  •    Titiang mamanah ngardinin/ jagate mangda raharja/ napi gunane punika/ santukan adin titiang/ I Arjuna padem/ rehning titiang sampun guluk/ idup mati mangda sareng//

Terjemahan :  Saya ingin sekali menjalankannya, untuk keselamatan negeri, apa gunanya

itu, karena adikku, Sang Arjuna sudah mati, karena saya sudah berjanji, hidup mati akan bersama-sama. (pupuh Semarandana I, pada 10-11, hal 15)

  •    Amanat Kepemimpinan yang Baik

Selanjutnya akan dibahas mengenai amanat tentang kepemimpinan yang baik. Tidak semua orang mampu menjadi seorang pemimpin yang baik. Dalam GDK dikatakan Sang Darma Kusuma adalah seorang pemimpin yang baik. Hal tersebut dibuktikan dengan para rakyat yang sangat menghormati dan mencintai beliau. Adik-adiknya dan Dewi Drupadi pun sangat hormat dan tidak pernah berani

melawan perkataan dari Sang Darma Kusuma, hal tersebut karena wibawa yang dimiliki oleh Sang Darma Kusuma sebagai seorang pemimpin. Hal tersebut dapat kita pada kutipan berikut.

  •    Sang Pandawa langkung kasub, mraga luih maring gumi, kawit Sang Darma Kusuma, daat kukuh sadu budi, ngeragayang kapatutan, kadarman idane luih.

Terjemahan: Sang Pandawa snagat terkenal, sangat baik di jagat ini, dari Sang Darma Kusuma, sangat tegas dan berbudi luhur, menjadikan kebenaran, dan darmanya sangat utama.

  • a. Amanat Tentang Magis

Magis berarti sesuatu atau cara tertentu yang diyakini dapat menimbulkan kekuatan gaib dan dapat menguasai alam sekitar termasuk alam pikiran dan tingakah laku manusia (KBBI.,1989 : 542).

Dalam GDK amanat tentang magis terdapat pada saat terdengarnya suara gaib yang menggema dari langit yang ditujukan kepada Sang Darma Kusuma. Suara gaib tersebut memberitahukan keberadaan Sang Arjuna, hal tersebut dikarenakan Sang Darma Kusuma menyangka bahwa Sang Arjuna sudah meninggal. Akhirnya suara Gaib tersebut terdengar dan melarang Sang Darma Kusuma melabuh geni agar beliau tidak salah mengambil keputusan. Setelah terdengar suara gaib tersebut turunlah hujan bunga yang semakin meyakinkan Sang Darma Kusuma. Hal tersebut dapat kita lihat pada kutipan berikut.

  •    Tan dumade raris/ wenten sabda metu/ ngawang-ngawang saking langit/ uduh dewa mraga putus/ eda dewa mlabuh geni/ yan mamurug kawah tiba//

Terjenmahan : Tak lama kemudian, terdengarlah suara, bergema dari langit, wahai tuan sang pendeta, janganlah tuan membakar diri, kalau itu dilakukan akan terjun ke kawah.

  •    maduluran mangkin/ sabeh sekar tedun/ Sang Darma Kusuma raris/ mireng sabdane puniku/ wastu wangde labuh geni/ sinareng semeton ida//

Terjemahan : Dengan adanya suara tersebut, turunlah hujan bunga, lalu Sang Darma Kusuma, percaya dengan sabda tersebut, agar tidak membakar diri, bersama saudara-saudaranya.

5. Simpulan

Dari segi amanat dalam GDK terkandung amanat atau pesan-pesan yang ingin disampaikan pengarang yaitu : amanat kesetiaan (dalam hal setia kepada janji (satya semaya) dan setia kepada teman (satya mitra)), amanat tentang etika, amanat mengenai kepemimpinan yang baik, dan amanat yang terakhir adalah amanat tentang magis.

Daftar Pustaka

Agastia, Ida Bagus Gede., 1980. "Geguritan Sebuah Bentuk Karya Sastra Bali". (Makalah untuk Sarasehan Sastra Daerah Pesta Kesnian Bali II di denpasar ).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan., 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Bahasa, Jakarta.

Donder & Wisarja., 2010. Mengenal Agama - Agama, Paramita Surabaya, Denpasar

Ngurah, I Gusti Made., 2006. Buku Pendidikan Agama Hindu, Paramita Surabaya, Denpasar.

Ratna, I Nyoman Kutha., 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

9