ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 19.1 Mei 2017: 83-92

Eksistensi dan Fungsi Kulkul pada Masyarakat Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali

I Kadek Mustika Udayana1*, Putu Sukardja2, Made Pandtja3 [123]Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana [e-mail : [email protected]]1 [e-mail : [email protected]]2

Coresponding Author*

Abstract

Kulkul is known as one of the traditional means of communication. Despite a fairly rapid development of technology, but kulkul a traditional means of communication can still survive to this day, especially in rural areas.

Bayung Gede village has various types kulkul or the gong believed the community to help conduct activities within an organization in the village. The kulkul in the village Bayung Gede, namely: Kulkul pajenengan or Bulus, Kulkul Seka Gong and Baris, Kulkul Pengayah Istri, Kulkul Ida Ratu Gede Kanginang, Kulkul Krama Desa, and Kulkul Krama Pengayah. Each kulkul composed of various functions which are trusted and obeyed by people Bayung Gede.

In this research, the end result of two existing problems: firstly the existence of kulkul at communities in Bayung Gede, in this case contains the definition of the existence of kulkul which still exist. Secondly, the funcyion of kulkul in society of Bayung Gede village in which describes the rules and the right procedures for the use of kulkul and restrictions for the public related to the use in any activities that will be implemented, in this case using functional theory of B. Malinowski. Malinnowski state that the function from the element culture is an ability to full fill some basic needs or some basic needs that appear from the basic needs, with the expected presence the kulkul at Bayung Gede village could survive and still exist even though the technology is now increasingly advanced.

Keyword: function, the existence of kulkul

  • 1.    Latar Belakang

Kulkul atau kentongan pada masyarakat Bali dikenal sebagai salah satu sarana komunikasi tradisional. Kulkul digunakan untuk memberitahu warga atau masyarakat bahwa telah terjadi sesuatu. Tanda digunakan berbeda-beda antara suatu peristiwa

dengan peristiwa lainnya. Walaupun terjadi perkembangan teknologi yang cukup pesat, namun kulkul merupakan sarana komunikasi tradisional yang masih dapat bertahan sampai saat ini, khususnya di daerah pedesaan. Kulkul masih digunakan, misalnya dibidang keamanan dipakai sarana ronda malam. Kentongan juga dipakai sebagai petunjuk waktu (Raynaldi,2012 http://ahmadraynaldi.blogspot.co.id/2012/10/alat-komunikasi-modern-dan-tradisional.html).

Perawatan pada kulkul sangatlah sederhana, tanpa memerlukan tindakan-tindakan khusus. Kulkul masih banyak kita temui dalam masyarakat modern, namun fungsi kulkul sebagai alat komunikasi tradisional memiliki sejumlah kekurangan yang menyebabkan tergesernya kulkul tersebut dengan teknologi modern. Kegunaan kulkul yang sederhana dan jangkauan suara yang sempit menyebabkan kulkul tidak menjadi alat komunikasi utama dalam dunia modern ini (Moertjipto, 1990: 14).

Jero Kubayan memberikan pengarahan dan aturan yang ada di dalam organisasi adat di desa, juga memiliki posisi yang penting bagi masyarakat di Desa Bayung Gede. Masyarakat yang khusus dipilih sebagai pemukul kulkul disebut sinoman, sinoman terdiri dari 4 orang yang bertugas sebagai pemukul kulkul dan setiap hari raya tilem, sinoman diganti dengan sinoman lainnya yang ditentukan oleh Jero Kubayan. Aturan yang tidak diperbolehkan di Desa Bayung Gede adalah dilarangnya bagi perempuan di desa untuk tidak naik ke bale kulkul dikarenakan bale kulkul tersebut dikeramatkan dan dipercaya oleh masyarakat akan terjadinya hal yang buruk apabila kulkul diperlakukan dengan sembarangan di desa. Selain larangan bagi perempuan untuk tidak naik ke bale kulkul, adapun aturan apabila salah seorang sinoman atau masyarakat yang memukul

kulkul tidak dengan arahan dari Jero Kubayan akan dikenakan denda berupa dua ratus uang kepeng (pis bolong).

Perbedaan kulkul di Desa Bayung Gede dengan desa pada umumnya terlihat pada penempatan kulkul. Di Desa Bayung Gede seluruh kulkul desa dijadikan satu dalam sebuah bale kulkul yang tinggi dan bale kulkul di Desa Bayung Gede juga dijadikan pusat atau patokan desa karena bale kulkul terletak di tengah-tengah desa. Walau zaman telah mengalami perkembangan begitu pesat khususnya dalam bidang komunikasi dengan masuknya beragam teknologi baru seperti telepon seluler, dan layanan pesan singkat lainnya, namun keberadaan

  • 2.    Pokok Permasalahan

Penelitian ini mencoba untuk mendeskripsikan Arti dan Fungsi Kulkul pada Masyarakat Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli dengan menjawab pertanyaan penelitian yang diformulasikan sebagai berikut :

  • 1.    Bagaimana Eksistensi kulkul sebagai sarana komunikasi di Desa Bayung Gede, Kintamani, Bangli ?

  • 2.    Bagaimana Fungsi kulkul dalam masyarakat Desa Bayung Gede, Kintamani, Bangli ?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah dapat dikemukakan tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

  • 1.    Untuk mengetahui Eksistensi kulkul sebagai sarana komunikasi di Desa Bayung Gede, Kintamani, Bangli.

  • 2.    Untuk memahami fungsi kulkul dalam masyarakat Desa Bayung Gede, Kintamani Bangli.

  • 4.    Metode Penelitian

  • 1.    Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Desa Bayung Gede ini dipilih sebagai tempat penelitian penulis berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu: 1) Desa Bayung Gede merupakan salah satu desa Bali Aga yang ada di Bali, 2) Desa Bayung Gede memiliki sarana komunikasi yang unik dan tradisional yaitu Kulkul dan masih digunakan secara efektif hingga kini. Perbedaan kulkul di Desa Bayung Gede dengan kulkul di desa lainnya dilihat dari jumlahnya yang melebihi dari dua buah kulkul dan memiliki fungsi yang lebih dalam satu bale kulkul.

  • 2.    Penentuan Informan

Peneliti menentukan informan yang mengetahui secara baik budayanya dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing tindakannya. Memilih informan yang memiliki cukup waktu untuk diwawancarai atau dengan kata lain dipilih informan yang tidak terlalu sibuk. Selain itu informan yang dipilih juga menggunakan bahasa mereka untuk menggambarkan berbagai kejadian dan tindakan tanpa analisis mengenai arti atau signifikansi dari kejadian dan tindakan itu. Pemilihan informan, terutama informan kunci adalah masyarakat Bayung Gede yang dipilih berdasarkan kriteria dan kategori tertentu yang dapat merepresentasikan kondisi objek penelitian, baik dalam dimensi umur, status dan peran sosial, pengetahuan agama, maupun kategori lainnya.

  • 3.    Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan rancangan penelitian yang ditentukan, jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara, sedangkan sumber data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan.

  • 4.    Teknik Pengumpulan Data

Pengamatan diartikan sebagai upaya mencermati kenyataan dalam berbagai kegiatan yang terkait dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Penggunaan teknik

observasi dipergunakan untuk cara menggali data secara langsung melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak di tengah-tengah kehidupan masyarakat Desa Bayung Gede, sehingga informasi awal yang diperoleh dari sumber-sumber sekunder dapat di croos-chek dengan observasi ini. Data yang dikumpulkan melalui observasi antara lain mengenai (1) adanya resistensi yang tersembunyi dalam masyarakat berupa persepsi yang berlawanan yang ditunjukkan secara tidak langsung karena sistem tidak memberi ruang untuk menyampaikan kritik; (2) Fenomena dualitas komunal, yaitu suatu masyarakat tergabung dalam dua organisasi publik (adat dan dinas) yang berbeda posisi, status dan perannya; (3) Adanya kasus tumpang tindih otoritas dan wewenang antara pejabat adat dan dinas.

  • 5.    Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif kualitatif. Semua data yang dikumpulkan akan diklasifikasikan berdasarkan permasalahan yang akan dibahas. Data yang diperoleh di lapangan baik observasi, wawancara yang sesuai dengan permasalahan dideskripsikan dan diinterpretasikan secara kualitatif, tahapan lengkapnya yaitu mulai dari pengumpulan data dan penganalisisan data sesuai dengan kerangka pikir yang akan digunakan.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Pada penelitian ini penulis menggunakan Teori Fungsional dari B. Malinowski Malinowski menerangkan bahwa fungsi unsur-unsur kebudayaan itu sangat kompleks. Menurutnya bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk manusia, yang diperoleh dari proses belajar (learning theory). Adapun dasar dari proses belajar adalah tidak lain daripada ulangan dari reaksi-reaksi sesuatu organisme terhadap gejala-gejala dari luar dirinya, yang terjadi sedemikian rupa sehingga salah satu kebutuhan naluri dari organisme tadi dapat dipuaskan (Koentjaraningrat, 1981 : 170-171). Pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan. Setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam

kebudayaan bersangkutan. Malinowski menyatakan bahwa fungsi dari unsur kebudayaan adalah kemampuannya untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan sekunder dari warga suatu masyarakat (Ihromi, 1984 : 59). Bentuk-bentuk bangunan lahir dari fungsi yang diembannya. Dari bentuk penampilannya akan diketahui fungsi bangunan itu. Masing-masing identitas yang disandang bangunan itu menginformasikan fungsinya, baik sebagai tempat pemujaan, tempat tinggal, maupun yang memiliki fungsi sebagai tempat umum (Bagus, 1986: 27). Kulkul adalah sarana komunikasi tradisional yang digunakan masyarakat untuk mengumumkan suatu kegiatan dari organisasi yang ada di desa. Pada umumnya jumlah kulkul yang digantung pada Bale kulkul yang ada di Bali adalah dua buah, yakni kulkul lanang dan kulkul wadon, Ini maksudnya untuk mencerminkan dari jenis kelamin anggota organisasi tersebut yaitu terdiri dari laki-laki dan perempuan (Yunus, 1994: 3).

Berdasarkan fungsinya, kulkul pada umumnya dapat dibedakan atas kulkul Dewa, kulkul Manusa atau manusia, dan kulkul Butha. Sedangkan berdasarkan personifikasinya, kulkul dibedakan atas kulkul lanang (lelaki) dan kulkul wadon (perempuan). Biasanya, setiap bale kulkul memiliki kedua jenis kulkul ini, namun kini banyak bale kulkul yang juga mendapat titipan kulkul untuk suatu kelompok atau perkumpulan seperti seka manyi (kelompok pemotong padi) hingga kulkul untuk seka muda mudi. Jumlah saka atau sebuah bangunan bale kulkul cukup bervariasi. Pada umumnya jumlah kolom bale kulkul dapat dibedakan atas bale kulkul dengan 4 saka, 8 saka, 12 saka dan 16 saka. Sedangkan berdasarkan perletakan sakanya, dapat dibedakan atas bale kulkul maanda dan tidak maanda atau biasa. Bale kulkul maanda merupakan bale kulkul yang memiliki perbedaan ketinggian perletakan saka, banyak ditemukan pada bale kulkul dengan 8 saka. Bale kulkul dengan bentuk yang menjulang tinggi atau berbentuk menara, di atasnya berdiri bale dengan saka dari kayu dan ditutup dengan kerep atau (penutup) atap. Kerep pada bale kulkul di pura banyak ditemukan memakai ijuk. Berdasarkan bentuk atap atau kekerep-nya, terdapat bale kulkul dengan atap tunggal dan atap tumpang (bersusun). Untuk bale kulkul dengan atap bersusun, terdapat kecenderungan pencapaian menuju kulkul melalui bagian bawah bale kulkul, tidak dari samping yang biasa ditemui pada bale kulkul atap tunggal. Pada bale kulkul atap

tumpang, cenderung tidak mempunyai palih yang lengkap. Bale kulkul atap tunggal cenderung mempunyai palih sehingga pencapaian menuju kulkul melalui tangga tidak permanen yang diletakkan di samping bale kulkul (Saraswati, 2002 : 9-11).

Terkait dengan kulkul yang ada di Desa Bayung Gede terdapat beberapa kulkul yang ditempatkan dalam satu wadah atau bale kulkul, yaitu: Kulkul pajenengan atau Bulus, Kulkul Seka Gong dan Baris, Kulkul Pengayah Istri, Kulkul Ida Ratu Gede Kanginang, Kulkul Krama Desa, dan Kulkul Krama Pengayah.

Kulkul Pajenengan atau kulkul Bulus merupakan Kulkul yang berfungsi untuk melakukan upacara perkawinan yang dipukul sebanyak lima kali dan ketika keadaan darurat seperti bencana alam yang dibunyikan secara bebas dengan tempo yang cepat. Untuk Kulkul Bulus dibunyikan apabila terjadi peristiwa yang penting atau mendadak yang terjadi di desa. Kulkul dibunyikan secara terus menerus hingga masyarakat yang mendengar suara kulkul sudah berkumpul. Contoh kode suara yang dibunyikan dari Kulkul Bulus tersebut seperti: tung…. tung tung tung tung tung tung tung. Sedangkan untuk Kulkul Pajenengan dapat dibunyikan ketika akan melaksanakan upacara perkawinan yang sebelum dimulainya upacara dibunyikan kulkul terlebih dahulu sebanyak lima kali sebagai tanda dimulainya upacara dan begitu pula ketika upacara selesai diakhiri dengan dibunyikannya juga kulkul sebanyak lima kali.

Kulkul Seka Gong dan Baris yang posisinya bersebelahan dengan Kulkul Pajenengan atau Bulus yang berfungsi sebagai arahan dalam organisasi di desa, yaitu seka gong dan seka tari. Kulkul ini dipukul secara bebas, dimulai dari 9 sampai 11 pukulan. Kulkul Seka Gong dan Baris akan dibunyikan apabila akan melakukan suatu upacara dalam pura desa yang diiringi dengan gamelan atau musik dan penari yang mengikuti irama gamelan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Untuk penari dimulai dari anak remaja sampai yang sudah menikah dan untuk yang bertugas sebagai tukang gamelan yaitu orang tua atau orang dewasa yang secara bergilir mendapatkan ayahan atau tugas desa.

Kulkul Pengayah Istri yang berfungsi untuk pemberitahuan bagi para istri atau perempuan untuk bergotong royong. Sistem yang dilakukan dalam pelaksanaan gotong-

royong ini dijalankan setiap akan mengadakan upacara maupun kunjungan dari pemerintah kota bangli dan desa disekitar kecamatan kintamani. Dari semua penduduk hanya perempuan saja yang melakukan kegiatan gotong royong tersebut dan bagi yang tidak menghadiri kegiatan tersebut akan dikenakan denda sepuluh ribu dan hasil dari denda tersebut akan dimasukan ke dalam uang kas desa. Sistem absen juga diterapkan dalam kegiatan gotong royong untuk mengetahui bagi yang hadir dan yang tidak hadir. Kulkul ini dipukul secara bebas, dimulai dari 9 sampai 11 pukulan.

Kulkul Ida Ratu Gede Kanginang yang berfungsi sebagai pemberitahuan bagi organisasi seka pengiring Ratu Bethara Gede untuk menjalankan proses upacara yang dipimpin oleh tokoh agama dan Jero Kubayan Desa Bayung Gede. Kulkul ini dipukul secara bebas, dimulai dari 9 sampai 11 pukulam. Pelaksanaan pengiring Ratu Bethara Gede dilakukan dari desa menuju Pura Batur dengan memakai kendaraan. Adapun tarian-tarian yang disajikan oleh warga desa Bayung Gede untuk perlengkapan sarana upacara yang diakhiri dengan persembahyangan bersama.

Kulkul Krama desa yang berfungsi sebagai pemberitahuan bagi seluruh masyarakat Desa Bayung Gede atau Krama desa untuk berkumpul dan bermusyawarah. Kulkul ini dipukul secara bebas, dimulai dari 9 sampai 11 pukulan. Berkumpulnya warga desa di balai banjar dijadikan momentum untuk mempererat hubungan antar warga, melakukan hal yang positif dalam merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan kedepannya dan dapat memberikan saran atau keluhan yang disampaikan dalam rapat desa terkait kegiatan yang sudah dijalankan maupun yang akan dilaksanakan.

Kulkul Krama Pengayah berfungsi sebagai pemberitahuan seluruh masyarakat Desa Bayung Gede untuk melakukan kerja bakti di seluruh kawasan desa, berbeda dengan Kulkul Pengayah Istri yang berfungsi hanya bagi perempuan saja yang melakukan kerja bakti atau gotong royong di areal balai banjar dan Pura desa. Dalam kegiatan atau acara dinas juga dapat digunakan dalam pemilu. Kulkul ini dipukul secara bebas, dimulai dari 9 sampai 11 pukulan.

  • 6.    Simpulan

Kulkul merupakan salah satu benda yang digunakan untuk alat komunikasi pada masyarakat pedesaan, biasanya orang menyebutnya dengan istilah kentongan dan kentongan tersebut pada masyarakat bali disebut dengan kulkul. Pada kalangan umat Hindu di Bali pada umumnya, kentongan tidaklah begitu asing karena setiap organisasi kemasyarakatan yang bersifat sosial memiliki kentongan (kulkul), baik itu kentongan besar maupun kecil tergantung dari masyarakat pendukungnya. Pada masyarakat Desa Bayung Gede memiliki alat komunikasi tradisional berupa kulkul yang terletak di sebelah Utara sebelum memasuki pemukiman masyarakat Bayung Gede. Bangunan Bale Kulkul untuk letaknya disudut depan pekarangan pura, atau sudut depan Bale Banjar. Kentongan berfungsi sebagai penyampai informasi nonverbal bagi masyarakat. Irama yang berbeda-beda yang dihasilkan dari pukulan kentongan akan dimaknai berbeda-beda oleh masyarakat pendukungnya. Satu irama akan dimaknai sebagai bentuk undangan irama yang lain bisa dimaknai sebagai informasi keamanan kampong dan seterusnya. Walaupun kentongan dikategorikan sebagai alat komunikasi tradisional, namun kentongan mampu bertahan dan bahkan dapat bersaing dengan keberadaan alat-alat komunikasi modern yang jauh lebih maju. Hal ini menandakan bahwa kentongan masih memiliki peranan yang sangat penting dan layak untuk dipertahankan. Posisi kentongan sebagai alat komunikasi tentunya tidak ada kaitannya dengan menjadikan kualitas bahan kentongan, bukan pula dari keindahan bentuknya, tidak juga pada kenyaringan bunyi yang dihasilkannya, tetapi pada irama yang dihasilkan dari pukulan pada kentongan tersebut. Kentongan tidak akan banyak berfungsi sebagai alat komunikasi ketika tidak dipukul dan dimaknai oleh masyarakat. Terkait dengan kulkul yang ada di Desa Bayung Gede terdapat beberapa kulkul yang ditempatkan dalam satu wadah atau bale kulkul, yaitu: Kulkul pajenengan atau Bulus, Kulkul Seka Gong dan Baris, Kulkul Pengayah Istri, Kulkul Ida Ratu Gede Kanginang, Kulkul Krama Desa, dan Kulkul Krama Pengayah.

  • 7.    Daftar Pustaka

Bagus, I Gusti Ngurah. 1986. Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Bali: Aspek Arsitektur, Cara Pengobatan, dan Makanan Ternak. Denpasar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ihromi, T.O.1984. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan OBOR Indonesia.

Koentjaraningrat. 1981. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT Dian Rakyat.

Moertjipto, dkk. 1990. Bentuk-bentuk Peralatan Hiburan dan Kesenian Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya.

Saraswati, AA Ayu Oka. 2001. Bale Kulkul, Perkembangan Bentuk dan Fungsinya. Denpasar: Bali Post Cetak.

Susanto,Astrid,S.1977. Komunikasi Kontemporer. Bandung: Offset Angkasa Bandung.

Yunus, H Ahmad. 1994. Nilai dan Fungsi Kentongan pada Masyarakat Bali. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Raynaldi, Ahmad.2012.Alat Konunikasi Tradisioanl dan Modern : Media Komunikasi Masa Lalu dan Modern. Diakses pada tanggal 30 Desember 2016 dari : http://ahmadraynaldi.blogspot.co.id/2012/10/alat-komunikasi-modern-dan-tradisional.html

92