Perkembangan Pariwisata di Banyuwangi Pada Tahun 2000-2015
on
ISSN: 2302-920X
Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud
Vol 17.2 Nopember 2016: 36 - 42
Perkembangan Pariwisata di Banyuwangi Pada Tahun 2000-2015
Fauzan Al Jundi1*, Sulandjari2, Fransiska Dewi Setiowati Sunaryo3
123Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana
1[[email protected]] 2[[email protected]]
*
Corresponding Author
Abstrak
Banyuwangi is an area which newly growth as tourism destination. As the area called The Sunrise of Java, Banyuwangi started to focus its attention to tourism industry. Tourism in Banyuwangi begun with validity of regional autonomy, this was the main step of growing and handling many assets or the potential of Banyuwangi to concerns regional economic development. The government of Banyuwangi already makes plan to build Banyuwangi from many sector, and one of the sector is tourism’s sector.
Keyword : Social change, Development of tourism, The effect on society.
Banyuwangi sebagai salah satu kabupaten di Jawa Timur mempunyai potensi wisata yang perlu untuk dikembangkan, wilayah yang memiliki Cagar Alam dan Taman Nasional, serta keindahan pantainya menjadikan Banyuwangi sebagai objek wisata lokal maupun mancanegara. Potensi alam dan sumber daya manusia mempunyai pengaruh besar dalam membangun perkembangan pariwisata Banyuwangi. Besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan pariwisata yang memiliki sifat postif perlu dikembangkan secara berkesinambungan dan berkelanjutan, tetapi apabila berpengaruh pada hal-hal yang bersifat negatif bagi masyarakat sedapat mungkin dihindari, dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali. Kedua pengaruh tersebut selalu ada dan dapat dirasakan oleh masyarakat.
Banyuwangi merupakan bagian dari provinsi Jawa Timur dan sangat dekat dengan Bali yang sudah dikenal sebagai daerah tujuan wisata internasional. Posisi seperti ini menyebabkan Banyuwangi dapat menarik wisatawan dalam jumlah banyak.
Menyadari potensi wisata di Banyuwangi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengambil kebijakan strategis dengan membagi Banyuwangi ke dalam tiga daerah wisata, yang disebut dengan segitiga berlian (three angel diamond) dimana pusat-pusat wilayah wisata ada tiga. Pertama di Kawah Ijen dan sekitarnya, kedua Alas Purwo dan sekitarnya, kemudian ketiga Sukamade dan sekitarnya.
Segitiga berlian yang ada di Banyuwangi sangat potensial untuk mempromosikan Banyuwangi sebagai pusat-pusat penyebaran wisatawan sebagai daya tarik dari pariwisata Banyuwangi yang prinsipnya adalah kepada wisata alam (ekowisata). Sesuai dengan tuntutan zaman maka ekowisata ini adalah paling cocok, selain tidak merusak lingkungan juga bisa memperdayakan masyarakat.
-
a. Bagaimana latar belakang munculnya pariwisata di Banyuwangi?
-
b. Bagaimana perkembangan kepariwisataan di Banyuwangi selama 15 tahun?
-
c. Dampak apa yang ditimbulkan dari perkembangan pariwisata terhadap masyarakat Banyuwangi?
-
i. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam tentang pariwisata di Banyuwangi pada tahun 2000 sampai 2015, serta dapat menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa tentang Kepariwisataan.
-
ii. Menjelaskan perngaruh pariwisata yang terjadi pada tahun 2000 sampai 2015 terhadap masyarakat di Banyuwangi
Metodologi yang digunakan disini adalah metodologi sejarah sosial. Sejarah sosial mempunyai bahan garapan yang sangat luas dan beranekaragam. Kebanyakan sejarah sosial juga mempunyai hubungan erat dengan sejarah ekonomi, sehingga menjadi semacam sejarah sosial-ekonomi. Dalam tulisan Sartono yang merupakan sejarah sosial pertama yang ditulis dalama historiografi Indonesia telah digunakan pendekatan-pendekatan yang memanfaatkan teori dan konsep ilmu-ilmu sosial. Dengan
penggunaan ilmu-ilmu sosial, sejarawan mempunyai kemampuan menerangkan yang lebih jelas, sekalipun harus terikat pada model teoritisnya.
Tema penulisan mengenai Pariwisata di Kabupaten Banyuwangi yang berhubungan dengan Institusi sosial juga menjadi bahan garapan bagi sejarah sosial. Institusi sosial juga menarik karena dapat mengungkapkan asal usul sejarah dari kelembagaan yang tentu mempunyai perspektif ke depan yang penting. Transformasi masyarakat dengan adanya pembagian kerja sosial yang semakin rumit dan diferensiasi sosial yang semakin bercabang.
-
5. Hasil Pembahasan
Banyuwangi merupakan daerah yang baru berkembang sebagai destinasi pariwisata. Daerah yang dijuluki The Sunrise of Java ini mulai memusatkan perhatian ke sektor pariwisata. Pariwisata Banyuwangi diawali dengan mulai diberlakukan Otonomi Daerah, ini merupakan titik tolak bagi daerah dalam mengembangkan dan mengelola aset-aset atau potensi sumber daya yang dimilikinya bagi kepentingan pembangunan ekonomi daerah.
Banyuwangi memiliki objek wisata yang diminati oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Berbagai potensi dan daya tarik yang dikembangkan Pemerintah Banyuwangi dengan mengedepankan wisata yang berbasis konsep Ekowisata atau Wisata Alam, ini merupakan perpaduan antara konservasi alam dengan pariwisata.
Wilayah Kabupaten Banyuwangi membentang dari dataran rendah hingga pegunungan, dari kawasan nelayan disepanjang garis pantai hingga kawasan pertanian dan perkebunan yang terhampar dari wilayah utara, selatan, timur hingga wilayah barat. Terdapat kawasan konservasi cagar alam Meru Betiri dan Pantai Sukamade di bagian selatan, yang merupakan kawasan pengembangan penyu. Taman Nasional Alas Purwo ada di bagian barat dan di bagian utara terdapat dataran kawah gunung Ijen.
Pantainya sepanjang 175,8 kilometer ada beberapa taman laut yang bagus untuk kegiatan menyelam termasuk ombaknya bagus untuk berselancar dimana itu semua adalah potensi wisata Banyuwangi yang menyangkut potensi alamnya. Tidak hanya keberagaman kondisi fisik, keberagaman budaya, etnis dan bahasa juga dijumpai di Kabupaten Banyuwangi, dari suku Osing, Jawa, Bali, Madura hingga beberapa etnis
lainnya. Selain itu, kekhasan budaya masyarakat Banyuwangi sebagai potensi wisata yang senantiasa dijaga kelestariannya serta didorong pengembangannya. Hingga tahun 2008, terdapat 23 obyek wisata yang menonjol, dan 2 diantaranya adalah wisata budaya. Dalam catatan 49 hotel di Kabupaten Banyuwangi terdapat 330.476 wisatawan domestik, dan 19.416 wisatawan mancanegara dengan tingkat hunian hotel rata-rata 22 orang per hari.
Perkembangan pembangunan pariwisata Kabupaten Banyuwangi bila ditinjau berdasarkan jumlah objek wisata serta akomodasi dan penunjangnya, dapat dikategorikan daerah tujuan wisata yang sedang berkembang. Adanya potensi alam bisa membuat Kabupaten Banyuwangi sebagai tempat singgah bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke Bali atau dari Bali. Idealnya sekarang ini sudah banyak pembenahan yang dilakukan terhadap objek-objek wisata, bermunculan fasilitas akomodasi serta adanya event tertentu yang sudah teragenda secara rutin yang berskala Internasional.
Banyuwangi yang letaknya berseberangan dengan Pulau Bali, bukan menjadi satu-satunya alasan yang paling mendasar bagi berkembangnya kunjungan wisatawan asing, melainkan karena budaya khas Banyuwangi yang beraneka ragam serta pesona alamnya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Banyuwangi.
Sebagian besar masyarakat Banyuwangi adalah petani dan nelayan. Dimana Banyuwangi menjadi salah satu lumbung pangan, karena memang tanahnya subur juga perikanannya yang ada disalah satu daerah di Banyuwangi yaitu Muncar adalah salah satu yang terbesar di Indonesia. Saat ini masyarakat sudah mulai bergerak ke pariwisata, karena pariwisata mulai berkembang dan beberapa pantai dipromosikan. Mulai bergeraknya pariwisata Banyuwangi membuat masyarakat bisa mengais rejeki melalui kegiatan pariwisata. Masyarakat bisa mengambil peluang dari kegiatan pariwisata, dalam bidang transportasi contohnya menjadi agen perjalanan wisata/guide, dan ada usaha lain yang mendukung pariwisata di Banyuwangi.
Bagi masyarakat Banyuwangi perkenalan budaya maupun sistem ekonomi baru telah dimulai sudah cukup lama, terlebih lagi Banyuwangi saat ini fokus pada pariwisatanya. Secara geografis letak Banyuwangi berdekatan dengan Pulau Bali
sehingga memungkinkan terjadi akulturasi yang cukup tinggi. Dengan kondisi seperti itu, Banyuwangi adalah daerah dengan heterogenitas tinggi, terutama pada daerah-daerah perkotaan dan pesisir. Faktor ini sebagai salah satu potensi yang memberi peluang bagi perkembangan pariwisata Banyuwangi.
Di Banyuwangi terdapat karnaval yang menunjukkan kesenian budaya masyarakat Banyuwangi, dalam hal ini wisata budaya menimbulkan dampak besar terhadap masyarakat Banyuwangi. Contohnya pada Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) ini merupakan festival seni budaya Banyuwangi yang diadakan tiap tahun. Karnval ini mempresentasikan adat tradisional asli Banyuwangi, ratusan pemain memakai kostum menarik berdasarkan tema-tema karnaval yang berbeda setiap tahunnya. Secara langsung atau tidak langsung, perkembangan kepariwisataan telah membuka kesempatan kerja bagi masyarakat di sekitarnya. Peningkatan tenaga kerja yang terserap dalam sektor pariwisata membuahkan usaha-usaha ekonomi yang berkaitan dengan penunjang kepariwisataan Banyuwangi. Berkembanganya kepariwisataan menimbulkan tumbuhnya lapangan-lapangan usaha baru.
Pengaruh pariwisata ini menyebabkan terjadinya peralihan mata pencaharian, sehingga kegiatan yang semula akan ditambah dengan usaha kedua. Seperti yang terjadi di daerah wisata Kawah Ijen aktivitas penduduk sebelum masuknya pariwisata disekitar gunung Kawah Ijen adalah penambang belerang. Kemudian setelah pariwisata mulai berkembang, aktivitas lama ditambah dengan menjadi pemandu wisatawan/guide.
Pemberdayaan masayarakat adalah suatu upaya yang dilakukan guna mengembangkan kekuatan atau atau kemampuan potensi dan sumber daya manusia agar mampu membangun usaha rakyat. Saat ini di Banyuwangi pengembangan masyarakat mulai tumbuh sebagai sebagai sebuah gerakan sosial. Pengembangan masayarakat dalam konteks ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan kelompok sosial masyarakat bawah dalam mengidentifikasikan kebutuhan, mendapatkan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan dan memberdayakan mereka secara bersama-sama untuk mengontrol hidupnya sendiri. Dalam sebuah tempat-tempat wisata Banyuwangi, masyarakat lokal membentuk kelompok wisata yang tujuannya untuk membangun pariwisata Banyuwangi, yang bekerja sama dengan semua elemen
dalam perkembangan pariwisata Banyuwangi. Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) dan Pokmasdarwis (Kelompok Masyarakat Sadar Wisata)
Perkembangan pariwisata Banyuwangi perlu disadari bahwa keberadaannya berpengaruh cukup besar terhadap kehidupan masyarakat Banyuwangi. Pada era global ini pariwisata menjadi salah satu faktor yang penting untuk mengenalkan potensi yang ada di Banyuwangi ke masyarakat luas. Untuk itu Pemerintah, masyarakat, dan kelompok masyarakat Banyuwangi memperkenalkan potensi wisata baik wisata alam dan wisata budaya sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Akan tetapi harus tetap dijadikan tantangan dan peluang untuk memberdayakan serta memperbaiki kualitas sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang dimiliki Banyuwangi. Karena pada era global ini pariwisata mempunyai pengaruh besar terhadap masyarakat Banyuwangi, dan diupayakan masyarakat dapat mengambil hikmah dari keberadaan pariwisata agar tetap optimis dan mampu bersaing dengan pariwisata secara luas.
"Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 13 Tahun 2014 tentang Badan Promosi Pariwisata Kabupaten Banyuwangi"
Muljadi, A.J. dan Andri Warman. Kepariwisataan dan Perjalanan. 2014. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah, Edisi Kedua. 2003. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sunaryo, Bambang. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. 2013. Yogyakarta: Gava Media
Barita Satu, “Banyuwangi Masuk Nominasi Penghargaan Badan Pariwisata PBB”, Banyuwangi, (Selasa, 30 Desember 2015).
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi, “Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013”, Banyuwangi: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Banyuwangi. 2014.
KOMPAS, “Banyuwangi Nomine Penghargaan United Nations World Tourism Organization (UNWTO)”, Banyuwangi, (Rabu, 31 Desember 2015).
Sandiartha, I Gede. “Perkembangan Pariwisata di Buleleng (1974 – 1997)”. Skripsi S-1 Tidak Diterbitkan. Denpasar: Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Udayana, 2000.
42
Discussion and feedback