ISSN: 2302-920X

Jurnal Humanis, Fakultas Ilmu Budaya Unud

Vol 16.1 Juli 2016: 55-62

Perbandingan Teknik Penerjemahan dan Analisis Komponen Makna Penerjemahan Komik Magic Kaito Volume 1-4 Karya Aoyama Gosho

I Gede Putu Mahatma Suputra1, I Gede Oeinada2, I Nyoman Rauh Artana3 123Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana [e-mail: mahatmaputra2406@gmail.com]1 [e-mail: gede.oeinada@gmail.com]2 [e-mail: rauhartana@gmail.com]3

Abstract

This research aimed to examine translation technique and component of meaning analysis of same words in source text that are translated in different word by two different translators in 1-4 volume of Magic Kaito comics by Aoyama Gosho. The data were analysed using descriptive method. This research used the theory of translation technique by Molina and Albir (2002) and theory of component of meaning by Nida and Taber (1969). From 14 data, there are seven data that used same translation technique and seven data that used different translation technique. Based on component of meaning analysis, The first translator produces a better translation than the second translator, because the first translator produces translations with meaning that is closer to source text than the second translator.

Keywords: comparative translation, translation technique, component of meaning

  • 1.    Latar Belakang

Penerjemahan komik Magic Kaito karya Aoyama Gosho volume 1 sampai volume 2 yang terbit pertama kali pada tahun 1988 dan volume 3 yang tebit pada tahun 1994 di Jepang diterjemahkan oleh Yuli Restianti dan diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo pada tahun 2005 untuk terjemahan volume 1 dan volume 2 dan tahun 2006 untuk volume 3. Sedangkan untuk volume 4 yang terbit pertama kali di Jepang pada tahun 2007, diterbitkan pada tahun yang sama oleh PT Elek Media Komputindo, tetapi diterjemahkan oleh orang yang berbeda dari tiga volume sebelumnya, yakni diterjemahakan oleh Wihellmia Novita. Perbedaan penerjemah pada serial komik ini memunculkan terjemahan yang berbeda, walaupun pada katakata yang sama di dalam teks sumber (TSu).

Dalam upaya penerjemahan, pengambilan keputusan penerjemah akan selalu dilandasi dengan ideologi penerjemah. Ideologi yang dianut oleh penerjemah akan berpengaruh pada metode penerjemahan yang diterapkan. Selanjutnya, ideologi penerjemahan dan metode penerjemahan akan menuntut penerjemah dalam menetapkan teknik penerjemahan (Hoed, 2006:67). Selanjutnya penerjemahan yang menghasilkan terjemahan dengan kata-kata yang berbeda, dalam kaitannya dalam penerjemahan, proses penerjemahan yang melibatkan dua struktur bahasa budaya yang berbeda tidak dapat lepas dari pergeseran makna. Pergeseran dalam bidang semantik atau makna terjadi karena perbedaan sudut pandang dan budaya penutur bahasa-bahasa yang berbeda. Pergeseran di bidang makna ini pun mengakibatkan bahwa tidaklah selalu mungkin memindahkan makna yang terdapat di dalam teks atau bahasa sumber ke dalam teks atau bahasa sasaran secara tepat atau utuh (Simatupang, 1999:78).

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana teknik penerjemahan dan analisis komponen makna kata-kata yang sama yang terdapat pada komik Magic Kaito volume 1-3 dengan volume 4 karya Aoyama Gosho yang diterjemahkan dengan kata-kata berbeda oleh Yuli Restianti dan Wilhellmia Novita dan dipublikasikan oleh PT Elex Media Komputindo.

  • 3.    Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya sastra terjemahan, terutama sastra dalam bentuk komik, selain itu dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah penelitian sastra terjemahan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik penerjamahan dan analisis komponen makna pada kata-kata yang sama yang terdapat pada komik Magic Kaito volume 1-3 dengan volume 4 karya Aoyama Gosho

yang diterjemahkan dengan kata-kata berbeda oleh Yuli Restianti dan Wilhellmia Novita dan dipublikasikan oleh PT Elex Media Komputindo.

  • 4.    Metode Penelitian

Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama, metode yang digunakan pada tahap pengumpulan data adalah metode studi pustaka dan teknik catat. Kedua, pada tahap analisis data, metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Ketiga, pada penyajian hasil analisis data, metode yang digunakan adalah formal dan informal. Selain itu, teori yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah teori teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir (2002: 509-511) dan teori komponen makna yang dikemukakan oleh Nida dan Taber (1969:77).

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Pada komik Magic Kaito volume 1-3 dan volume 4, ditemukan 14 kata sama dalam teks sumber yang diterjemahkan berbeda oleh dua orang penerjemah yang berbeda. Penerjemah yang dimaksud adalah diterjemahkan oleh Yuli Restianti untuk volume 1-3, yang selanjutnya disebut penerjemah 1 (pertama) dan diterjemahkan oleh Wihellmia Novita untuk volume 4, yang selanjutnya disebut penerjemah 2 (kedua). Berikut adalah analisis teknik penerjemahan dan komponen makna pada data yang ditemukan.

  • (1)    警部(Keibu)

Penerjemah 1 menerjemahkan 警部(keibu) menjadi ‘detektif’ dan ‘polisi’ sedangkan penerjemah 2 menerjemahkan警部(keibu) menjadi ‘inspektur’.

Analisis teknik penerjemahan :

Penerjemahan kata警部(keibu) menjadi ‘detektif’, ‘polisi’ dan ‘inspektur’, apabila dilihat dari teknik penerjemahan yang digunakan berdasarkan teori yang

diajukan Molina dan Albir adalah sebagai berikut: Pertama penerjemahan kata警部 (keibu) menjadi ‘polisi’, teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik generalisasi, kata 警部(keibu) yang merupakan pangkat dalam kepolisian diterjemahkan menjadi ‘polisi’ yang merupakan kata yang lebih umum. Begitu pula penerjemahan kata 警部(keibu) menjadi ‘detektif’ juga termasuk ke dalam penggunaan teknik generalisasi, karena detektif memiliki arti polisi rahasia yang juga merupakan polisi, yang merupakan kata yang lebih umum dari 警部(keibu). Selanjutnya penerjemahan kata警部(keibu) menjadi ‘inspektur’, kedua kata tersebut memiliki makna yang sama sebagai pangkat dalam kepolisian, oleh karena itu teknik yang digunakan dalam penerjemahan kata警部(keibu) menjadi ‘inspektur’ adalah teknik kesepadanan lazim dengan menerjemahkan istilah dengan padanan yang lazim dilihat berdasarkan kamus Jepang-Indonesia Kenji Matsuura (1994) pada halaman 458. Dengan demikian kata警部(keibu) yang diterjemahkan berbeda disebabkan oleh dua faktor di antaranya faktor penerjemah dan penggunaan teknik pernerjemahan yang berbeda, yakni警部(keibu) diterjemahkan menjadi ‘detektif’ dan ‘polisi’ oleh penerjemah 1 dengan menggunakan teknik generalisasi dan ‘inspektur’ oleh penerjemah 2 dengan menggunakan teknik kesepadanan lazim.

Analisis komponen makna :

Tabel 5.1 Tabel analisis komponen makna 警部 (keibu), detektif, polisi dan inspektur

Komponen makna

警部 (keibu)

Detektif

Polisi

Inspektur

Pangkat

+

-

-

+

Pegawai negara

+

+

+

+

Melindungi harta benda dan warga negara

+

-

-

-

Menjaga ketertiban dan keamanan

+

+

+

+

Berdasarkan analisis komponen makna, 警部(keibu), detektif, polisi dan inspektur memiliki makna yang sama sebagai pegawai negara yang bertugas untuk menjaga ketertiban dan keamanan. 警部(keibu) memiliki komponen makna sebagai yang bertugas melindungi harta benda dan warga negara yang komponen maknanya tidak dimiliki oleh detektif, polisi dan inspektur. Sedangkan komponen makna utama dari 警部 (keibu) sebagai sebuah pangkat hanya dimiliki kata ‘inspektur’ sedangkan ‘polisi’ dan ‘detektif’ tidak memiliki komponen makna sebagai sebuah pangkat. Dari penerjemahan 警部(keibu) menjadi ‘detektif’, ‘polisi’ dan ‘inspektur’ menyebabkan pergeseran makna, namun yang paling mendekati yang memiliki komponen makna yang hampir sama dengan 警部(keibu) adalah kata ‘inspektur’.

  • (2)    失礼 (Shitsurei)

Penerjemah 1 menerjemahkan失礼(shitsurei) menjadi ‘permisi’ sedangkan penerjemah 2 menerjemahkan失礼(shitsurei) menjadi ‘maaf’.

Analisis teknik penerjemahan :

失礼(shitsurei) apabila diterjemahkan secara harfiah menjadi ‘kekurang-ajaran’ atau ‘ketidak-sopanan. Kata失礼(shitsurei) juga merupakan ungkapan yang bisa digunakan untuk menyatakaan permintaan maaf karena sesuatu yang ditakutkan telah berbuat tidak sopan atau tidak berkenan di hati lawan bicara. Pada kasus ini, kata 失礼(shitsurei) lebih merujuk pada ungkapan dibandingkan kata sifat, oleh karena itu, penerjemahan失礼(shitsurei) menjadi ‘permisi’ oleh Penerjemah 1 dan ‘maaf’ oleh Penerjemah 2 termasuk ke dalam teknik penerjemahan adaptasi. Teknik adaptasi ini dilakukan dengan memberikan padanan pada unsur budaya yang terdapat dalam TSu yang merupakan kata adaptasi yang menggambarkan situasi dalam TSu. Dengan demikian pada kasus kali ini hanya faktor penerjemah yang berbeda yang

mengakibatkan penerjemahan yang berbeda, yakni 失礼(shitsurei) diterjemahkan menjadi ‘permisi’ oleh penerjemah 1 dan ‘maaf’ oleh penerjemah 2.

Analisis komponen makna :

Tabel 5.2 Tabel analisis komponen makna 失礼(shitsurei), permisi dan maaf

Komponen makna

失礼(shitsurei)

Permisi

Maaf

Ucapan salam saat berpisah

+

+

-

Meminta maaf

+

+

+

Menyapa

+

-

-

Berdasarkan analisis komponen makna, 失礼(shitsurei), permisi dan maaf memiliki komponen makna yang sama sebagai ungkapan untuk meminta maaf. Sedangkan kata ‘maaf’ tidak memiliki makna sebagai ucapan yang diucapkan saat berpisah, berbeda dengan kata 失礼(shitsurei) dan ‘permisi’ yang memiliki makna tersebut. Untuk komponen makna ‘menyapa’ hanya dimiliki 失礼(shitsurei) sedangkan kata ‘permisi’ dan ‘maaf’ tidak memiliki komponen makna tesebut. Dari penerjemahan 失礼(shitsurei) menjadi ‘permisi’ dan ‘maaf’ menyebabkan pergeseran makna, namun kata ‘permisi’ yang paling mendekati yang memiliki komponen makna yang hampir sama dengan失礼(shitsurei) dibandingkan dengan kata ‘maaf’.

  • 6.    Simpulan

Berdasarkan analisis teknik penerjemahan adalah dari 14 data, 7 data di antaranya sama-sama menggunakan teknik penerjemahan yang sama. Sedangkan 7 data lainnya, antara penerjemah 1 dengan penerjemah 2 menerjemahkan kata yang sama dalam TSu dengan menggunakan teknik penerjemahan yang berbeda.

Tabel 6.1 Tabel data yang menggunakan teknik penerjemahan yang sama

No

Data

Penerjemah 1

Penerjemah 2

1

コソドロ(cosodoro)

  • 1.    Pencuri licik

Teknik kreasi diskursif

  • 2.    Pencuri kampungan Teknik kreasi diskursif

1. Pencuri sial

Teknik kreasi diskursif

2

ヘボ(hebo)

  • 1.    Blo’on

Teknik modulasi

  • 2.    Kampung

Teknik modulasi

1. Bodoh

Teknik modulasi

3

ジイちゃん(jiichan)

1.Kakek

Teknik adaptasi

1.Paman

Teknik adaptasi

4

警備(keibi)

1. Penjaga

Teknik modulasi

1. Polisi

Teknik modulasi

5

神出鬼没 (shinshutsukibotsu)

1. Datang dan pergi tanpa diduga

Teknik kompensasi

1. Pencuri yang tidak bisa ditebak

Teknik kompensasi

6

失礼(shitsurei)

1.Permisi

Teknik adaptasi

1. Maaf

Teknik adaptasi

7

予告状(yokokujou)

1. Surat pemberitahuan Teknik transposisi

1. Surat peringatan Teknik transposisi

Tabel 6.2 Tabel data yang menggunakan teknik penerjemahan yang berbeda

No

Data

Penerjemah 1

Penerjemah 2

1

変装(hensou)

1. Berubah Teknik transposisi

1. Menyamar Teknik transposisi 2. Samaran Teknik modulasi

2

宝石(houseki)

  • 1.    Batu berharga Teknik kalke

  • 2.    Batu

Teknik generalisasi

1. Permata

Teknik kesepadanan lazim

3

警部(keibu)

  • 1.    Detektif

Teknik generalisasi

  • 2.    Polisi

Teknik generaliisasi

1. Inspektur

Teknik kesepadanan lazim

4

殺された(korosareta)

1.Dibunuh

Teknik penerjemahan harfiah

1. Mati

Teknik modulasi

5

遅い(osoi)

1.Lambat

Teknik kesepadanan lazim

1. Lama sekali Teknik modulasi

6

ショー(shoo)

1. Show

Teknik peminjaman

1. Pertunjukan

Teknik penerjemahan harfiah

7

勝負(shoubu)

  • 1.    Lawan

Teknik transposisi

  • 2.    Pertandingan

Teknik partikularisasi

  • 1.    Pertarungan Teknik partikularisasi

  • 2.    Bertarung

Teknik transposisi

Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis komponen makna. Dari 14 data, 2 data di antaranya, terjemahan dari penerjemah 2 memiliki makna yang lebih dekat dari TSu dibandingkan dengan terjemahan penerjemah 1. Sebaliknya 6 data di antaranya, terjemahan dari penerjemah 1 memiliki makna yang lebih dekat dari TSu dibandingkan dengan terjemahan penerjemah 2 dan 6 data sisanya memiliki kedekatan makna yang sama dari TSu pada terjemahan kedua penerjemah oleh karena itu penerjemah 1 menghasilkan terjemahan yang lebih baik dibandingkan dengan penerjemah 2 karena lebih banyak menghasilkan terjemahan dengan makna yang lebih dekat dengan TSu.

  • 7.    Daftar Pustaka

Albir, A.H dan Molina L. 2002. Translation Technique Revisited: A Dynamic and Functionalist Approach. Meta, Vol. XL VII, No.4

Gosho, Aoyama. 2007. Magic Kaito Volume 1-4. Tokyo: SS Comics

Gosho, Aoyama. 2007. Magic Kaito Volume 1-4. (PT Elex Media Komputindo, Pentj). Jakarta. Gramedia

Matsuura, Kenji. 2005. Kamus Jepang-Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Nida, E.A. & Taber. 1969. The Theory and Practice of Translation. Leiden: E.J.Brill Hoed, Beny. 2006. Penerjemahan dan Kebudayaan. Jakarta: Pustaka Jaya Simatupang, Maurits. 1999. Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta: Depdiknas

62