PENGGUNAAN WAGO DAN GAIRAIGO PADA BAHASA JEPANG PARIWISATA
on
ISSN: 2302-920X
E-Jurnal Humanis, Fakultas Sastra dan Budaya Unud
Vol 15.3 Juni 2016: 57-62
PENGGUNAAN WAGO DAN GAIRAIGO PADA BAHASA JEPANG
PARIWISATA
I Wayan Merta Pebrima email: merta_pebrima@yahoo.com
Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana
Abstract
This research analized the “Usage of Wago and Gairaigo in Japanese for Tourism”. The purpose of this research is to find the similarities and differences of the meaning of the word of wago and wairaigo, and to know the usage of wago and gairaigo by tourism workers in Bali who use Japanese. The results of this research indicate that wago and gairaigo are mutually influential in the field of tourism. Most of the wago and gairaigo words are synonymous and have similarities and differences of meaning. The usage of wago and gairaigo by tourism workers in Bali are influenced by various factors such as age, social status, or circumstances.
Key words : ruigigo, wago, gairaigo, language variety
Bahasa Jepang merupakan bahasa yang tidak terlepas oleh pengaruh bahasa asing. Bahasa asing seperti bahasa Inggris saat ini telah banyak mempengaruhi bahasa Jepang sehingga banyak dikenal adanya kata serapan (gairaigo).
Kata serapan yang digunakan dalam bahasa Jepang memperkaya kosakata bahasa Jepang dan membuat bahasa asing lebih dapat diterima (Kawamoto dalam Soelistyowati, 2010:153). Kata serapan yang memiliki arti yang mirip dengan kata asli bahasa Jepang, menyebabkan adanya sinonim.
Pengguna bahasa tentu perlu mempertimbangkan penggunaan kosakata yang bersinonim. Begitu pula halnya dalam bidang pariwisata, pemilihan kosakata yang tepat akan berpengaruh terhadap kesan yang muncul dari suatu pembicaraan. Kosakata bahasa Jepang banyak yang memiliki arti yang sama, tetapi dalam penggunaannya memiliki makna yang berbeda, sehingga kerap menimbulkan kesulitan bagi pembelajar bahasa Jepang.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut.
-
1) Bagaimanakah persamaan dan perbedaan istilah wago dan gairaigo dalam bahasa Jepang pariwisata?
-
2) Bagaimanakah penggunaan wago dan gairaigo oleh pekerja pariwisata berbahasa Jepang di Bali?
Tujuan penelitian dapat dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan pemahaman kepada para pembaca mengenai wawasan kosakata bahasa Jepang. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengatahui persamaan dan perbedaan makna istilah wago dan gairaigo dalam bahasa Jepang pariwisata, serta untuk mengetahui penggunaan gairaigo dan wago oleh pekerja pariwisata berbahasa Jepang di Bali.
Metode dan teknik yang digunakan mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Sudaryanto (1993). Metode dan teknik tersebut dibagi menjadi tiga yaitu metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta metode dan teknik penyajian hasil analisis data.
Metode yang digunakan pada tahap pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode simak dan metode survei. Menurut Sudaryanto (1993:133), disebut metode simak karena memang berupa penyimakan yang dilakukan dengan menyimak penggunaan wago dan gairaigo dalam Api Magazine Volume 109 yang diterbitkan tahun 2015. Metode survei digunakan untuk mengumpulkan data penggunaan wago dan gairaigo oleh pekerja pariwisata di Bali pada biro perjalanan wisata yaitu H.I.S, Jabato, JTB, Paradise Bali Indah, dan Rama Tour. Metode survei merupakan metode penyediaan data yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner atau daftar pertanyaan yang terstruktur dan rinci untuk memperoleh informasi dari sejumlah besar informan yang dipandang representatif mewakili populasi penelitian (Wiseman dan Aron dalam Mahsun, 2005:222).
Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Dalam hal ini, dipaparkan data-data mengenai penggunaan wago dan gairaigo yang bersinonim yang kemudian dipaparkan persamaan dan perbedaan makna istilah kata yang bersinonim tersebut dengan mengacu pada teori makna oleh Chaer (2009). Penggunaan wago dan gairaigo oleh pekerja pariwisata di Bali dianalisis dengan mengacu pada teori variasi bahasa oleh Chaer dan Agustina (2010:61-73).
Bahasa Jepang memiliki beberapa jenis kosakata yang di antaranya adalah kata wago dan gairaigo. Kata wago adalah kata asli dalam bahasa Jepang, sedangkan gairaigo adalah kata serapan yang diambil dari bahasa asing yang digunakan ke dalam bahasa Jepang. Penggunaan kata wago dan gairaigo banyak ditemukan dalam bidang pariwisata.
Kata wago dan gairaigo yang bersinonim dalam sumber data Api Magazine Volume 109 tahun 2015 sebagian besar memiliki persamaan serta perbedaan makna.
-
(1) Ryokou dan Tsuaa
Kata ryokou dan tsuaa memiliki arti yang sama dalam mengacu kata perjalanan wisata. Meskipun demikian, terdapat perbedaan makna antara kata ryokou dan tsuaa. Kata tsuaa lebih mengacu pada perjalanan wisata yang ringan, perjalanan kelompok wisatawan yang telah direncanakan, dan perjalanan oleh penyanyi atau atlet ke daerah-daerah, sedangkan kata ryokou lebih mengacu pada perjalanan dengan skala yang lebih besar, seperti perjalanan wisata keluar negeri atau perjalanan untuk bisnis dan lainnya.
-
(2) Okyakusama dan Gesuto
Kata okyakusama dan gesuto memiliki arti yang sama dalam mengacu kata’tamu’. Kata okyakusama memiliki kata dasar kyaku, dan mendapat imbuhan ‘o’ dan ‘sama’ yang berfungsi untuk memperhalus makna kata tersebut. Meskipun memilliki arti yang sama, kata okyakusama dan gesuto memiliki makna yang berbeda. Kata okyakusama atau kyaku lebih mengacu pada orang yang datang berkunjung,
pembeli, penumpang, wisatawan, serta tokoh politisi, sedangkan kata gesuto lebih mengacu pada orang yang diundang dalam acara televisi maupun radio.
-
(3) Ryouriten dan Resutoran
Kata ryouriten dan resutoran memiliki arti yang sama dalam mengacu kata ‘rumah makan’. Meskipun demikian, kata ryouriten dan resutoran memiliki makna yang berbeda. Kata ryouriten lebih mengacu pada rumah makan tradisional di Jepang untuk kalangan masyarakat umum, sedangkan kata resutoran adalah kata yang umum digunakan untuk mengacu rumah makan. Kata resutoran juga digunakan untuk mengacu rumah makan yang umumnya menyajikan masakan barat.
-
(4) Kaimono dan Shoppingu
Kata kaimono dan shoppingu memiliki arti yang sama dalam mengacu kata ‘belanja’. Meskipun demikian, kata kaimono dan shoppingu memiliki makna yang berbeda. Kata kaimono dapat digunakan untuk mengacu barang yang mempunyai nilai jual dan dapat memberikan keuntungan, sedangkan kata shoppingu tidak dapat digunakan dalam hal tersebut.
Responden diambil dari beberapa biro perjalanan wisata di bali yaitu H.I.S, Jabato, JTB, Paradise Bali Indah, dan Rama Tour. Responden dalam penelitian ini terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan jabatan, dan dalam rentang usia produktif. Penggunaan wago dan gairaigo oleh pekerja pariwisata di Bali menunjukkan adanya berbagai faktor dalam pemilihan penggunaan kata wago atau gairaigo. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa pekerja pariwisata di Bali cenderung menggunakan kombinasi kata wago dan gairaigo dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan. Hal-hal yang menjadi pertimbangan penggunaan kombinasi wago dan gairaigo oleh pekerja pariwisata di Bali seperti usia tamu, status sosial tamu, konteks pembicaraan, serta situasi dan kondisi ketika berbicara. Dinamika perkembangan bahasa dalam bidang pariwisata yang cenderung cepat juga menyebabkan kombinasi wago dan gairaigo menjadi penting.
Banyaknya penggunaan gairaigo dalam bidang pariwisata disebabkan oleh berbagai faktor. Hal-hal yang menjadi faktor tersebut yaitu gairaigo yang dianggap
lebih efektif dan efisien, mudah dimengerti, terkesan lebih modern, dan mudah diingat. Selain itu, penggunaan gairaigo saat ini dalam masyarakat Jepang sudah dianggap lumrah dalam berbagai bidang khususnya dalam bidang pariwisata.
Seiring dengan dinamika penggunaan dan keragaman bahasa, masyarakat Jepang semakin banyak menggunakan kata serapan (gairaigo). Meskipun demikian, kata wago masih sangat penting digunakan dalam bidang pariwisata mapun bidang lainnya. Makna yang kental akan Jepang, terkesan lebih sopan dan lembut, terkesan lebih menghargai kebudayaan Jepang, merupakan beberapa faktor yang menyebabkan penggunaan wago sangat penting. Penggunaan wago ketika memberikan pelayanan kepada tamu Jepang juga dapat memberikan perasaan senang kepada tamu karena bahasa Jepang dapat digunakan dengan baik dan benar.
Wago dan gairaigo yang bersinonim dalam sumber data Api Magazine Volume 109 yang diterbitkan tahun 2015 memiliki persamaan dan perbedaan makna. Meskipun dikatakan memiliki arti yang hampir sama, namun sebagian besar kata wago dan gairaigo yang bersinonim memiliki persamaan dan perbedaan makna. Dalam penggunaan wago dan gairaigo oleh pekerja pariwisata di Bali, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut seperti; usia tamu, status sosial tamu, konteks pembicaraan, serta situasi dan kondisi ketika berbicara. Dengan faktor-faktor tersebut menunjukkan bahwa variasi bahasa yang terdapat dalam penggunaan wago dan gairaigo oleh pekerja pariwisata berbahasa Jepang di Bali yaitu kronolek (dialek temporal), sosiolek (dialek sosial), serta register (ragam).
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Agustina, Leoni. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Soelistyowati, Diah. 2010. “Pembentukan Kata Pinjaman (Gairaigo) Dalam Bahasa Jepang”. Dalam : Jurnal Lite Volume 6 Nomor 2. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro, hlm.152-171.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik).Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
62
Discussion and feedback