KESANTUNAN BERBAHASA DALAM FILM HABIBIE & AINUN
on
ISSN: 2302-920X
E-Jurnal Humanis, Fakultas Sastra dan Budaya Unud
Vol 15.1 April 2016: 48-55
KESANTUNAN BERBAHASA DALAM FILM HABIBIE & AINUN
Ni Kadek Arianti
email: arianti.0704@gmail.com
Program Studi Sastra Indonesia
Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana
Abstract
This study aims at (1) describing the politeness strategies of Habibie & Ainunfilm, (2) finding and describing the politeness factors of Habibie & Ainunfilm. This study used the theory of politeness were proposed by Brown and Levinson. The data were collected through observation attentively method assisted with notes and sorting technique. The collected datas were descriptively analyzed by applying qualitative descriptive method. The results of this study are describing politeness strategies,namely positive politeness strategy and negative politeness strategies. In addition, politeness Habibie & Ainun film is influenced by several factors, namely social status, age,and gender factors.
Keywords: film, politeness strategies, and politeness factors
Kepribadian seseorang akan dilihat dari bahasa yang digunakan. Bahasa dapat mengungkapkan kepribadian seseorang melalui tindak tutur, baik secara verbal maupun nonverbal. Bahasa verbal adalah bahasa yang diungkapkan dengan kata-kata dalam bentuk ujaran atau tulisan, sedangkan bahasa nonverbal adalah bahasa yang diungkapkan dalam bentuk mimik, gerak tubuh, sikap, atau perilaku yang mendukung pengungkapan kepribadian seseorang(Pranowo, 2012: 3).
Perngembangan kepribadian seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa media komunikasi. Media tersebut, misalnya surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film (layar lebar). Media-media tersebut memengaruhi kepribadian seseorang, khususnya dalam berbahasa. Salah satu media komunikasi yang masih tetap digemari oleh masyarakat sampai saat ini adalah film. Dalam penelitian ini yang dikaji adalah bahasa dan penggunaannya berdasarkan analisis pragmatik. Film Habibie & Ainun menarik diteliti tidak hanya dari kesantunan berbahasa tetapi juga menampilkan tuturan berupa
dialog yang tentu relevan dengan fokus penelitian ini. Selain itu, kesantunan pada film Habibie & Ainun belum pernah dikaji.
Ada dua masalah yang dikaji dalam penelitian ini pertama, strategi kesantunan berbahasa apakah yang digunakan dalam film Habibie & Ainun? Kedua, faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi terjadinya kesantunan berbahasa dalam film Habibie & Ainun?
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pemakaian bahasa yang diindikasikan pada kesantunan berbahasa dalam perfilman dan memberikan pemahamaan berbahasa santun dalam perfilman. Selain itu, bertujuan untuk mengetahui strategi kesantunan berbahasa dalam film Habibie & Ainun dan faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya kesantunan berbahasa.
Metode dan teknik merupakan dua konsep yang berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Menurut Sudaryanto (1993: 9), metode dan teknik digunakan untuk menunjukkan dua konsep yang berbeda, tetapi berhubungan langsung satu dengan yang lainnya. Metode adalah cara yang harus dilaksanakan, sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak. Metode simak dilengkapi dengan teknik catat dan pemilahan. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode informal digunakan dalam penyajian hasil analisis data karena menggunakan bahasa secara deskriptif.
Kesantunan berbahasa dalam penelitian ini dilihat berdasarkan teori kesantunan yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson (dalam Chaer, 2010:49—52). Sebuah tindak ujar atau tuturan dapat merupakan ancaman terhadap muka, yang disebut face theatening act (FTA). Untuk menjaga muka positif dan muka negatif dari ancaman,
dipilih bentuk-bentuk tuturan untuk menyelamatkan muka, yaitu strategi kesantunan positif dan strategi kesantunan negatif. Strategi kesantunan positif dan kesantunan negatif dalam film Habibie & Ainun dijabarkan di bawah ini.
Strategi kesantunan positif yang digunakan dalam tuturan film Habibie & Ainun,di antaranya (1) memberikan perhatian, (2) membesar-besarkan simpati, dan (3) membuat tawaran atau janji.
Kesantunan positif dapat dilakukan dengan strategi memberikan perhatian pada petutur. Memberikan perhatian kepada petutur dilakukan dengan memperhatikan kesukaan, keinginan, dan kebutuhan petutur. Perhatikan kutipan data di bawah ini.
-
(1) Konteks : Ketika A dan H sedang makan, kemudian TQ datang menghampiri mereka untuk menanyakan bagaimana bulan madunya.
TQ : Hai mam, pa gimana bulan madunya?
A : Menyenangkan sekali, kami menyayangi setiap malam.
Tuturandi atasterlihatpadapernyataan TQ yang mengatakan bahwa penutur paham dengan kesukaan petutur yang bulan madunya sangat menyenangkan, ditandai dari tuturan TQ dengan menanyakan “Hai mam, pa gimana bulan madunya?”. Selain itu, didukung juga dengan pernyataan A “menyenangkan sekali, kami menyayangi setiap malam”. Hal tersebut menandakan kesukaan petutur. Tuturan A yang menekankan kata ‘menyenangkan sekali’ itu menyatakan bahwa A sangat suka dengan bulan madunya, maka penutur (TQ) akan mengerti atau memahami kesukaan petutur (A).
Strategi kesantunan positif dapat dilakukan dengan membesar-besarkan perhatian atau simpati. Bentuk kesantunan tersebut dapat dilihat pada kutipan data berikut.
-
(2) Konteks : Ketika H sudah selesai melakukan presentasi dan ingin ke ruangannya lalu S datang menghampirinya.
S : Presentasi yang hebat, bagus sekali pak...
H : Ya, oke... ya
Tuturan S pada data (2) merupakan tuturan yang bermaksud membesar-besarkan perhatian penutur terhadap petutur dengan bertutur “Presentasi yang hebat, bagus sekali pak...”.Tuturan tersebut melebih-lebihkan perhatian dengan menekankan kata ‘hebat’. Setelah itu dilanjutkan dengan “bagus sekali”.
`Memberikan tawaran atau janji merupakan salah satu dari strategi kesantunan positif. Penawaran dan janji bertujuan untuk memuaskan muka positif petutur. Untuk lebih jelasnya perhatikan kutipan data di bawah ini.
-
(3) Konteks : Ketika A merasa tidak kuat lagi tinggal di Jerman dan A ingin pulang ke Indonesia untuk membantu H.
H : Kamu kuat Ainun.. ya.. kita ini ibarat gerbong dan masuk ke dalam sebuah trowongan panjang, bahkan kita tidak tahu trowongan ini mengarah ke mana, tetapi setiap trowongan pasti memiliki ujung, ada cahaya. Saya janji saya akan membawa kamu ke cahaya itu, saya janji. Ok?
Tuturan H pada di atasdata (3) memenuhi strategi kesantunan positif dengan memberikan janji pada petutur. Janji penutur kepada petutur adalah ingin memberikan kebahagiaan kepada petutur dengan menyatakan“saya janji akan membawa kamu ke cahaya itu, saya janji”.Upaya memberikan atau membuat janji pada petuturmenyebabkan petutur akan lebih yakin dan percaya dengan penutur.
Strategi yang digunakan pada tuturan film Habibie & Ainundi antaranya (1) menggunakan tuturan tidak langsung, (2) meminimalkan pemaksaan, dan(3) memberikan penghormatan.
Strategi ini menempuh cara penyampaian pesan secara tidak langsung,tetapi makna pesan harus jelas dan tidak ambigu berdasarkan konteksnya. Perhatikan data di bawah ini.
-
(4) Konteks : Tuturan ketika IH menyuruh F dan H untuk mengantar kue ke Rangga Malela dan berkunjung ke keluarga Besari.
IH : Tolong ingatkan Rudy tentang obatnya, ya! F : Ya mam...
Tuturan IH di atas merupakan tuturan yang menggunakan tuturan tidak langsung, yaitu “tolong ingatkan Rudy tentang obatnya, ya!”. Maksud tuturan itu adalah IH meminta F untuk mengingatkan H minum obat tepat waktu. Penekanan kata ‘tolong’ pada tuturan di atas menunjukkan adanya keinginan IH untuk meminta F memberikan obat pada H. Selain itu, kata ‘tolong’ di atas juga menunjukkan adanya keinginan untuk meminta secara tidak langsung sekaligus memberikan ruang pilihan bagi petutur.
Kesantunan negatif yang selanjutnya adalah meminimalkan pemaksaan kepada petutur. Dengan tidak memaksa petutur, penutur dapat menjaga muka negatif petutur. Untuk lebih jelas, perhatikan data di bawah ini.
-
(5) Konteks : H dan A sedang mengobrol di ruang keluarga.
H : Maaf Ainun, kalo saya mau mengajak kamu jalan-jalan boleh?
Ya untuk saya mencari udara segar di Bandung untuk penyembuhan.
A : (tersenyum)
Tuturan H berusaha meminimalkan paksaan terhadap A(petutur). Penutur tidak ingin memaksa A untuk jalan-jalan di Bandung.Oleh karena itu, ia bertutur “Maaf Ainun, kalo saya mau mengajak kamu jalan-jalan boleh? Ya untuk saya mencari udara segar di Bandung untuk penyembuhan”. Penekanan kata ‘maaf’ sebelum memulai tuturan merupakan strategi penutur untuk meminimalkan pemaksaan pada petutur. Selain itu, pertanyaan ‘boleh?’ juga dapat meminimalkan pemaksaan karena penutur memberikan peluang petutur untuk berpikir sebelum menjawab.
Kesantunan negatif selanjutnya adalah dengan cara memberikan penghormatan pada petutur. Dengan memberikan penghormatan dalam pertuturan, dapat menjadi salah satu cara penutur untuk meminimalkan keterancaman muka negatif petutur. Strategi kesantunan tersebut dapat dilihat pada data di bawah ini.
-
(6) Konteks : A sedang melakukan pemeriksaan di rumah sakit yang saat itu dia disarankan operasi oleh D.
D : Nyonya Habibie
A : Ya dokter?
D : Nyonya Habibie, saya sarankan Anda untuk segera dioperasi.
Tuturan D pada data (6) berusaha memberikan penghormatan terhadap petutur (A). Penggunaan bentuk penghormatan tersebut ditunjukkan oleh D pada tuturan pertama, yaitu “Nyonya Habibie” begitu juga pada tuturan kedua “Nyonya Habibie, saya sarankan Anda untuk segera dioperasi”. Penggunaan sebutan ‘Nyonya Habibie’ pada tuturan menunjukkan bahwa D meninggikan posisi petutur (A). Bentuk penghormatan dipakai untuk menghormati A sebagai pasien di rumah sakit itu.
Salah satu kemampuan berbahasa seseorang secara pragmatis adalah dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang memengaruhi tindakan tersebut (dalam Simpen, 2008:223—224). Kesantunan berbahasa dalam film Habibie & Ainun dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain (a) status, (b) umur, dan (c) jenis kelamin.
Faktor pertama yang memengaruhi kesantunan berbahasa pada film Habibie & Ainun dilihat dari status sosial. Status sosial seseorang dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang dimiliki, pekerjaan, keturunan, dan sebagainya. Tingkatan status sosial yang ada pada film Habibie & Ainun, yaitu golongan atas dan golongan bawah.
-
(7) Konteks : Ketika H menyuruh P untuk menaruh koper yang dibawanya.
H : Di situ taruh..!
P : Ya.. pak
Data di atas menunjukkan tingkatan status antara golongan atas dan golongan bawah.Pertuturan melibatkan golongan atas dan golongan bawah, yaitu antara pejabat dan pembantu rumah tangga yang memiliki jarak sosial yang sangat jauh. P akan selalu mengedepankan rasa hormat kepada H karena status sosial H lebih tinggi.
Faktor umur merupakan salah satu tolok ukur dalam pengelompokan suatu masyarakat. Pertuturan dalam film Habibie & Ainun dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu penutur atau petutur usia tuadan usia muda. Untuk memperjelas pernyataan di atas perhatikan data di bawah ini.
-
(8) Konteks : Ketika keluarga Besari kedatangan tamu, AA meminta A membawakan minuman untuk para tamu.
AA : Ainun, bawa keluar minumnya nak! A : iya pak..
Perilaku berbahasa pada data di atas melibatkan penutur yang usianya lebih tua dan petutur yang usianya lebih muda, yaitu antara anak dan ayah. Penutur yang usianya lebih tua akan menggunakan tuturan yang lepas hormat bila bertutur dengan petutur yang lebih muda.
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam kesantunan berbahasa adalah jenis kelamin. Kedudukan antara wanita dan pria sangat dipengaruhi budaya yang dianut.
-
(49) Konteks : Ketika H sedang dirawat di rumah sakit Jerman.
S1 : Tidur Anda cukup?
H : Ya...
S1 : Anda butuh sesuatu?
H : Tidak...
Tuturan di atas terjadi antara jenis kelamin yang berbeda, yaitu S1 berjenis kelamin perempuan dan H berjenis kelamin laki-laki. Cara-cara berbahasa H mempresentasikan jenis kelamin laki-laki lebih tinggi daripada wanita. Hal itu dapat dilihat pada tuturan H yang menjawab tuturan S1 hanya dengan satu kata, yaitu “Ya...” dan “Tidak...” tanpa memberikan penjelasan apapun.
Ada dua jenis startegi kesantunan berbahasa yang digunakan dalam film Habibie & Ainun, yaitu strategi kesantunan positif dan strategi kesantunan negatif. Staregi kesantunan positif antara lain (1) memberikan perhatian, (2) membesar-besarkan simpati, dan(3) membuat tawaran atau janji, sedangkan strategi kesantunan negatif
meliputi(1) menggunakan tuturan tidak langsung, (2) meminimalkan pemaksaan, dan (3) memberikan penghormatan. Selain itu, kesantunan berbahasa dalam film Habibie & Ainun dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain (a) status, (b) umur, dan (c) jenis kelamin.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: RinekaCipta.
Habibie, Bacharuddin Jusuf. 2012. Habibie &Ainun. Jakarta: THC Mandiri.
Pranowo. 2012. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Simpen, I Wayan.2008. Kesantunan Berbahasa pada Penutur Bahasa Kambera di Sumba Timur, Disertasi Pascasarjana Universitas Udayana, Bali.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Jakarta: Duta Wacana University Press.
www.youtube.com, 23 Oktober 2013.
55
Discussion and feedback