ISSN: 2302-920X

E-Jurnal Humanis, Fakultas Sastra dan Budaya Unud

Vol 14.3 Maret 2016: 29-36

PROFIL GURU IDEAL DALAM NOVEL NIJUUSHI NO HITOMI KARYA

TSUBOI SAKAE

I Made Pratama email: made_pratama@ymail.com

Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Abstract

The title of this research is “Profile of Ideal Teacher in Nijuushi no Hitomi Novel by Tsuboi Sakae”.This research aims to find out profile of ideal teacher as reflected by Oishi Sensei character, and also Oishi Sensei’s attitude and attitude change towards the teaching profession. The theoriesused in this research are psychology literature according to Ratna, educational psychology according to Whitherington, and social psychology according to Aronson. Based on the analysis result, Oishi Sensei character of Nijuushi no Hitomi Novel reflects the ideal teacher which capable to understand the nature of students, she has the knowledge and teaching techniques, she has a positive attitude, she capable to understand the students’ personal, she give motivation to students and became of inspiration source, and she capable to perform the simple reflex activity. Oishi Sensei’s attitude and attitude change toward the teaching profession includes three components of human attitude, namely the cognitive component, affective component, and conative component. The factors that influence attitude change of Oishi Sensei character are external factors, namely school principal and her students. Oishi Sensei had decided to stop being a teacher. However, she returned to teaching after the war ended even if only as a temporary teacher.

Keywords : profile of ideal teacher, attitude and attitude change, Nijuushi no Hitomi

  • 1.    Latar Belakang

Guru ideal adalah seorang guru yang mengetahui secara mendalam tentang apa yang diajarkan, mampu mengajarkannya secara efektif, efisien, dan berkepribadian baik. Seorang guru yang bermoral tinggi dan beriman selalu bertindak berdasarkan nilai-nilai luhur (Alma dkk, 2010:127). Namun dalam realitas di lapangan, tidak sedikit guru yang tidak mencerminkan peran strategisnya sebagai guru, bahkan ia jauh dari garis jati diri keguruannya,landasan penguasaan norma-norma agama yang lemah, dan sejumlah penyakit sosial lainnya (Sauri, 2010:2). Jika hal-hal tersebut dibiarkan, tentu saja akan menimbulkan dampak buruk bagi dunia pendidikan.

Profesi seorang guru sering dijadikan tema dalam beberapa karya sastra, salah satunya adalah novel. Novel yang mengangkat tema guru di Jepang dan menjadi objek penelitian ini berjudul Nijuushi no Hitomi karya Tsuboi Sakae. Cerita novel ini dimulai dari masa konflik di Manchuria sekitar tahun 1928. Penduduk desa merasa heran dengan kedatangan guru baru bernama Oishi Sensei yang mengenakan pakaian ala barat. Oishi Sensei mulai mengajar di kelas satu sekolah dasar.

Penelitian ini menganalisis tentang profil guru ideal yang dicerminkan oleh tokoh Oishi Sensei serta sikap dan perubahan sikap tokoh Oishi Sensei terhadap profesi keguruan. Kehadiran sosok guru ideal dalam dunia pendidikan dirasa sangat penting mengingat banyak berita yang beredar baik dari media cetak atau media elektronik yang memberitakan tentang kekerasan yang dilakukan oleh seorang guru kepada muridnya. Oleh karena itu profil guru ideal dipilih sebagai tema dalam penelitian ini dan diharapkan melalui penelitian ini pembaca dapat memahami sikap dan perilaku yang seharusnya dilakukan guru untuk mendidik murid-muridnya.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka masalah yang dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • 1.    Bagaimanaprofil guru ideal yang dicerminkan oleh tokoh Oishi Sensei dalam novel Nijuushi no Hitomi karya Tsuboi Sakae?

  • 2.    Bagaimana sikap dan perubahan sikap tokoh Oishi Sensei terhadap profesi keguruannya dalam novel Nijuushi no Hitomi karya Tsuboi Sakae?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperkenalkan karya sastra Jepang, khususnya novel yang mengandung unsur pendidikan. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • 1.    Memahami profil guru ideal yang dicerminkan oleh tokoh Oishi Sensei dalam novel Nijuushi no Hitomi karya Tsuboi Sakae.

  • 2.    Memahami sikap dan perubahan sikap tokoh Oishi Sensei terhadap profesi keguruannya dalam novel Nijuushi no Hitomi karya Tsuboi Sakae.

  • 4.    Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini, yaitu pada tahap pengumpulan data digunakan metode studi pustaka. Selanjutnya data dianalisis dengan metode deskriptif analisis berdasarkan teori psikologi pendidikan menurut Whitherington dan teori psikologi sosial menurut Aronson. Pada tahap akhir, hasil analisis data disajikan dengan metode informal.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Profil guru ideal yang dicerminkan oleh tokoh Oishi Sensei adalah seorang guru yang mampu memahami sifat dasar murid, memiliki pengetahuan dan teknik mengajar, memiliki sikap yang positif, memahami pribadi murid, memberikan motivasi dan menjadi sumber inspirasi, serta melakukan aktivitas refleks yang sederhana. Sejak terjadinya perang di seluruh wilayah Jepang, sistem pendidikan menjadi berubah. Pihak sekolah mulai membatasi hubungan antara guru dan muridnya, serta sebagian besar murid laki-laki Oishi Sensei berkeinginan menjadi NCO. Oishi Sensei merasa tertekan dengan hal-hal tersebut sehingga sikapnya terhadap profesi keguruan menjadi berubah. OishiSensei sempat memutuskan untuk berhenti menjadi guru. Namun, pada akhirnya ia kembali mengajar setelah perang berakhir meskipun hanya sebagai guru sementara.

  • 5.1.    Profil Guru Ideal yang Tercermin dalam Tokoh Oishi Sensei

Tokoh Oishi Sensei dalam novel Nijuushi no Hitomi mencerminkan profil guru ideal sebagai berikut:

  • a.    Mampu Memahami Sifat Dasar Murid

Pada dasarnya setiap anak memiliki sifat-sifat dan kemampuan dasar yang mereka warisi dari kedua orang tua mereka. Sifat-sifat dasar tersebut menjadikan setiap individu memiliki motivasi dan tingkah laku yang berbeda. Seorang guru seharusnya mampu mengenali sifat dasar muridnya sehingga dapat menentukan teknik-teknik pengajaran dan melakukan pendekatan terhadap murid (Whitherington, 1985:47). Tokoh Oishi Sensei mampu memahami sifat dasar murid-muridnya, khususnya Sanae yang memiliki sifat pemalu.

  • b.    Memiliki Pengetahuan dan Teknik Mengajar

Seorang guru hendaknya memiliki sejumlah pengetahuan dan teknik mengajar yang harus dikuasai untuk mendapatkan dasar-dasar yang kokoh bagi pembentukan sistem mengajar yang efisien (Whitherington, 1985:18). Tokoh Osihi Sensei memiliki pengetahuan di bidang musik dan teknik mengajar dengan lagu dan musik.

  • c.    Memiliki Sikap yang Positif

Seorang guru sebaiknya memiliki sikap yang positif agar tercapai penyesuaian diri dan penyesuaian sosial yang efektif (Whitherington, 1985:19). Tokoh Oishi Sensei memiliki sikap yang positif, diantaranya memiliki kesabaran dalam menghadapi murid, menghormati perasaan murid, dan mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya.

  • d.    Memahami Pribadi Murid

Guru hendaknya mampu memahami pribadi murid, khususnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sosialnya (Whitherington, 1985:19). Tokoh Oishi Sensei mampu memahami pribadi murid-muridnya, mulai dari latar belakang keluarga hingga permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi muridnya.

  • e.    Memberikan Motivasi dan Menjadi Sumber Inspirasi

Tugas guru adalah membangkitkan motivasi murid dalam proses belajar dan mampu menjadi sumber inspirasi bagi murid-muridnya. Pemberian motivasi kepada murid bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan memberikan pujian, memberikan hadiah, dan lain-lain (Whitherington, 1985:105). Tokoh Oishi Sensei memotivasi muridnya dengan cara memberikan hadiah dan ia juga telah menjadi inspirasi bagi salah satu muridnya yang bercita-cita menjadi guru seperti Oishi Sensei.

  • f.    Melakukan Aktivitas Refleks yang Sederhana

Whitherington (1985:146) menyatakan bahwa aktivitas-aktivitas refleks yang sangat penting dalam pendidikan yaitu gerak, permainan, bercakap-cakap, dan perhatian. Pada jam pelajaran musik, tokoh Oishi Sensei sering mengajak murid-muridnya

bermain sambil bernyanyi di pantai. Mereka banyak melakukan aktivitas yang melibatkan gerak seperti menari, bermain peran, membentuk lingkaran, dan lain-lain.

  • 5.2.    Sikap dan Perubahan Sikap Tokoh Oishi Sensei Terhadap Profesi Keguruan

Sikap dan perubahan sikap tokoh Oishi Sensei terhadap profesi keguruan ditinjau melalui komponen-komponen sikap manusia, yaitu komponen kognitif merupakan komponen sikap yang berhubungan dengan pikiran; komponen afektif merupakan komponen sikap yang berhubungan dengan perasaan; dan komponen konatif yang berhubungan dengan tindakan yang dilakukan terhadap objek (Aronson, 2013:166). Sedangkan faktor yang memengaruhi perubahan sikap tokoh Oishi Sensei ditinjau berdasarkan faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia (Aronson, 2013:166).

  • a.    Sikap Tokoh Oishi Sensei Terhadap Profesi Keguruan

Pada hari pertamanya mengajar di sekolah, Oishi Sensei mengajar murid-murid kelas satu yang berjumlah dua belas orang. Setelah mendapatkan pengalaman mengajar pada hari pertama, Oishi Sensei memikirkan kedua belas murid kelas satu itu. Sorot mata mereka memancarkan kepribadian mereka masing-masing. Sejak saat itu Oishi Sensei bertekad untuk tidak akan memberikan janji-janji kosong kepada muridnya. Tekad tersebut menunjukkan komponen kognitif dari sikap tokoh Oishi Sensei.

Oishi Sensei merasa bahagia dan penuh syukur saat pertama kali mengajar di sekolah. Ia ingin segera menceritakan pengalaman mengajarnya itu kepada ibunya sesegera mungkin. Perasaan yang sangat bahagia membuat perjalanan pulang Oishi Sensei menjadi lebih ringan, padahal jalan yang ditempuh cukup jauh dan menanjak. Perasaan bahagia yang dirasakan oleh Oishi Sensei menunjukkan komponen afektif dari sikap tokoh Oishi Sensei.

Ketika Oishi Sensei bernyanyi dan bermain di pantai bersama kedua belas muridnya, ia mengalami cedera pada kaki yang menyebabkan dirinya tidak bisa kembali mengajar ke sekolah. Kepala Sekolah bermaksud memindahkan Oishi Sensei ke sekolah utama yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Oishi Sensei, sehingga ia tidak perlu datang mengendarai sepeda dan menempuh jarak delapan kilometer lagi ke sekolah cabang yang berada di desa Tanjung. Namun kebaikan hati Kepala Sekolah itu ditolak

oleh Oishi Sensei. Ia ingin tetap mengajar di sekolah tanjung karena ia telah berjanji kepada murid-muridnya bahwa ia akan kembali lagi untuk mengajar di sana. Penolakan tawaran Kepala Sekolah mencerminkan komponen konatif dari sikap Oishi Sensei untuk mewujudkan janji-janji yang pernah ia berikan kepada murid-muridnya.

  • b.    Faktor yang Memengaruhi Perubahan Sikap Tokoh Oishi Sensei

Sejak seluruh wilayah Jepang terlibat peperangan, sistem pendidikan menjadi berubah. Oishi Sensei diminta untuk menjaga jarak dengan murid-muridnya dan berhati-hati dalam berbicara agar tidak dicurigai sebagai tentara merah (pasukan komunis). Selain itu, pihak sekolah juga tidak mengizinkan Oishi Sensei menggunakan buku bacaan lain dalam kegiatan belajar mengajar selain buku pelajaran dari kurikulum yang berlaku.

Faktor eksternal yang memengaruhi perubahan sikap tokoh Oishi Sensei juga berasal dari murid-muridnya. Perasaan Oishi Sensei semakin tertekan ketika mendengar cita-cita Tadashi dan Takeichi, murid laki-lakinya yang kini sudah duduk di kelas enam. Mereka sangat ingin menjadi tentara. Namun, menurut Oishi Sensei, menjadi tentara hanya akan mendapatkan kematian yang sia-sia. Oleh karena itu, Oishi Sensei sedikit keberatan jika murid-muridnya ingin menjadi tentara. Sejak saat itu Oishi Sensei mulai merasa enggan untuk mengajar.

  • c.    Perubahan Sikap Tokoh Oishi Sensei Terhadap Profesi Keguruan

Setelah merasa tertekan karena pihak sekolah dan murid-muridnya, Oishi Sensei bahwa tidak ada gunanya mengajar karena hampir sebagian besar murid laki-lakinya ingin menjadi tentara. Jika sebagian besar murid laki-laki ingin menjadi tentara dan akhirnya mati begitu saja di medan perang, maka usahanya selama ini mengajar selama enam tahun merupakan hal yang sia-sia. Pemikiran Oishi Sensei tersebut menunjukkan komponen kognitif dari sikap Oishi Sensei.

Sejak rekan Oishi Sensei yang bernama Kataoka diduga sebagai tentara merah, para guru diminta untuk membatasi hubungan mereka dengan murid-muridnya. Oleh karena itu, Kepala Sekolah selalu mengawasi dan memperingati setiap tingkah laku Oishi Sensei. Sesungguhnya Oishi Sensei merasa tertekan karena hubungan guru dan

murid hanya sebatas di dalam kelas saja. Perasaan tertekan Oishi Sensei tersebut menunjukkan komponen afektif dari sikap Oishi Sensei.

Oishi Sensei merasa tidak mampu untuk mengarahkan setiap murid-muridnya untuk menjadi tentara dan akhirnya mati sia-sia di medan perang. Setelah meyakinkan diri dan ibunya, Oishi Sensei akhirnya berhenti mengajar pada tahun ajaran baru. Tindakan Oishi Sensei yang berhenti mengajar karena merasa tertekan dengan kebijakan dari pihak sekolah menunjukkan komponen konatif pada sikap tokoh Oishi Sensei.

Namun, sikap tokoh Oishi Sensei terhadap profesi keguruaannya tidak sepenuhnya berubah. Oishi Sensei masih memiliki konsistensi mengajar dalam dirinya. Setelah perang berakhir, Oishi Sensei kembali ke desa Tanjung untuk mengajar kembali meskipun hanya sebagai guru sementara.

  • 6.    Simpulan

Guru ideal adalah guru yang mengetahui secara mendalam tentang apa yang diajarkan, berkepribadian baik, serta selalu bertindak berdasarkan nilai-nilai luhur. Nijuushi no Hitomi adalah salah satu novel berbahasa Jepang yang mengisahkan tentang guru. Tokoh Oishi Sensei dalam novel tersebut dirasa mampu mencerminkan profil guru ideal yang mampumemahami sifat dasar murid, memiliki pengetahuan dan teknik mengajar, memiliki sikap yang positif, memahami pribadi murid, memberikan motivasi dan menjadi sumber inspirasi, dan mampu melakukan aktivitas refleks yang sederhana.Adanya pengaruh dari pihak sekolah dan murid-muridnya menyebabkan tokoh Oishi Sensei yang sangat mencintai profesinya sebagai guru menjadi merasa enggan untuk mengajar dan berakhir dengan keputusan untuk berhenti menjadi guru. Namun,Oishi Sensei masih memiliki konsistensi mengajar dalam dirinya. Setelah perang berakhir, Oishi Sensei datang ke desa Tanjung untuk mengajar kembali.

  • 7.    Daftar Pustaka

Alma, Buchari. dkk. 2010. Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Aronson, Elliot. dkk. 2013. Social Psychology. USA: Pearson.

Sakae, Tsuboi. 1957. Nijuushi no Hitomi. Tokyo: Shinchosha.

Sauri, H. Sofyan. 2010. “Membangun Karakter Bangsa Melalui Pembinaan Profesionalisme Guru Berbasis Pendidikan Nilai” (makalah). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Whitherington, H.C. 1985. Psikologi Pendidikan. (M. Buchori, Pentj). Jakarta: Aksara Baru.

36