ARCA PERWUJUDAN PENDETA DI PURA CANDI AGUNG DESA LEBIH, KABUPATEN GIANYAR
on
ISSN: 2302-920X
E-Jurnal Humanis, Fakultas Sastra dan Budaya Unud
Vol 14.3 Maret 2016: 15-21
ARCA PERWUJUDAN PENDETA DI PURA CANDI AGUNG
DESA LEBIH, KABUPATEN GIANYAR
I Gde Putu Surya Pradnyana
email: putusuryapradnyana130.ps@gmail.com
Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra Dan Budaya Universitas Udayana
ABSTRAK
Archaeological study seeks to uncover the history of past human cultures through the objects left behind. The heritage objects basically have a very high historical value. Besides these objects also have informational value, artistic value and the value religion. Objects is a reflection of ideas, activities, and a manifestation of a human civilization.
The habit of making statues embodiment can be regarded as an element of sustainability culture that has been known since pre Hindu. In relation to the embodiment statue temple priest contained in Candi Agung Village Lebih, Gianyar, an embodiment of a prominent statue of Shiva followers, it is not separated from the conception of the worship of ancestral spirits and functioned as pelidung village of distress that attack. This statue by society devotees, used as media of religious meditation, as well as complementary ritual believed to provide protection and welfare.
Keywords: Embodiment statue, conception, function, periodization, Candi Agung Temple
Ilmu arkeologi berusaha untuk merekonstruksi kebudayaan manusia di masa lampau melalui hasil cipta manusia. Unsur budaya manusia masa lampau yang coba penulis angkat dalam karya ilmiah ini adalah seni arca. Mengenai seni arca ini merupakan suatu sudut pandang yang dapat menjelaskan tentang peradaban manusia masa lampau. Hal ini terjadi karena dalam seni arca terdapat berbagai latar belakang kehidupan pada zamannya.
Pada hakekatnya arca adalah suatu benda yang dibuat oleh manusia dengan sengaja untuk memenuhi kebutuhan rohaninya. Arca dalam konteks ini berfungsi sebagai sarana pemujaan terhadap roh suci leluhur, raja dan perwujudan dewa. Arca
yang bersifat Hindu ataupun Budha adalah suatu lambang atau media pemujaan (Sedyawati, 1977 : 3-4). Hal ini sejalan dengan konsep Hindu yang mengemukakan bahwa Tuhan bersifat acintya dalam artian tidak terpikirkan wujudnya oleh akal manusia. Untuk kepentingan keagamaan inilah Tuhan diwujudkan dalam suatu lambang agar pikiran manusia dapat terfokus menuju Tuhan. Seperti diketahui tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama untuk dapat memusatkan pikiran. Bertolak dari hal itu maka orang orang suci dan dewa sering diwujudkan dalam suatu bentuk arca. Sehingga dalam proses pembuatannya disertai pertimbangan dewasa ayu yaitu penentuan hari dan bulan baik, sehingga arca yang dihasilkan memiliki taksu atau kharisma tersendiri yang pada akhirnya dijadikan sebagai media pemujaan.
Peninggalan seni arca yang terdapat di Bali, khususnya wilayah Kabupaten Gianyar, sampai saat ini masih difungsikan, serta keadaannya cukup terawat. Hal ini disebabkan peninggalan arkeologi yang berupa arca berada di dalam pura dan sifatnya living moument serta masih dikeramatkan oleh masyarakat pendukungnya kususnya yang beragama Hindu. Pada saat saat tertentu arca ini dibuatkan suatu upacara khusus. Begitu pula dengan arca arca yang terdapat di Pura Candi Agung, Desa Lebih, Gianyar.
Sehubungan dengan uraian diatas, timbul suatu keinginan untuk mengungkap tinggalan arkeologi berupa arca perwujudan pendeta yang terdapat di Pura Candi Agung Desa Lebih Kabupaten Gianyar. Analisis penelitian difokuskan pada konsepsi, fungsi, dan periodisasi arca perwujudan pendeta yang terdapat di Pura Candi Agung, Desa Lebih, Gianyar.
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
-
1. Konsep Apa yang melatar belakangi pembuatan arca perwujudan pendeta di Pura Candi Agung?
-
2. Apakah fungsi arca perwujudan pendeta yang terdapat di Pura Candi Agung Desa Lebih?
-
3. Tergolong dalam periodisai manakah arca perwujudan pendeta yang terdapat di Pura Candi Agung Desa Lebih?
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Arca Perwujudan Pendeta Di Pura Candi Agung Desa Lebih Kabupaten Gianyar dari segi konsepsi, fungsi dan periodisasi.
-
a. Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni kualitatif. Data kualitatif yaitu berupa data yang didapat secara langsung dari beberapa informan, dan hasil observasi yang dilakukan secara langsung di lokasi penelitian. Data kualitatif yang dimaksud meliputi data yang dihasilkan dari hasil wawancara dengan informan yang terkait dengan permasalahan, yang berhubungan dengan konsep, fungsi, dan periodisasi dalam kehidupan keagamaan masyarakat sekitarnya
Data primer tentang penelitian mengenai Arca Perwujudan Pendeta di Pura Candi Agung Desa Lebih Kabupaten Gianyar dilakukan dengan observasi langsung ke lokasi penelitan dan melakukan wawan cara kepada pihak pihak yang terkait. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui buku-buku yang membahas tentang arca perwujudan. Data sekunder ini dijadikan sebagai referensi tambahan dalam penelitian mengenai Arca Perwujudan Pendeta di Pura Candi Agung Desa Lebih Kabupaten Gianyar.
-
b. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi pustaka. Observasi digunakan dalam mengamati yakni bagaimana bentuk dari Arca Perwujudan Pendeta di Pura Candi Agung Desa Lebih Kabupaten Gianyar. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data dari sejumlah informan. Informan dalam penelitian ini, yaitu steak holder di Pura Candi Agung Desa Lebih Kabupaten
Gianyar. Studi pustaka untuk mendapatkan data tentang arca perwujudan, ragam fungsi arca dan pembagian periodisasi arca melalui pengkajian dan penelahaan terhadap artikel, laporan penelitian, dan buku.
-
c. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis tipologi, kontekstual, ikonoplastik, dan ikonografi. Analisis Tipologi digunakan untuk mendeskripsikan pada bentuk artefak. Analisis kontekstual digunakan untuk mengungkap periodisasi arca dengan membandingkan arca di lokasi penelitian dan ditempat lain. Analisis ikonoplastik bertujuan untuk mengetahui bentuk dan gaya seni arca kehalusan pembuatan suatu arca dapan mencirikan pengelompokan arca arca tertentu dalam suatu gaya seni. Analisis ikonografi bertujuan untuk mengetahui idenditas arca yang menggambarkan tokoh tertentu. Idenditas arca dapat dilihat dari benda benda yang di pegang, bentuk mahkota, kelengkapan pakaian, mudra, wahana, dan kelengkapan arca.(Sukendar, 1999:107)
-
a. Konsepsi Arca Perwujudan Pendeta di Pura Candi Agung
Arca perwujudan pendeta yang tersimpan di Pura Candi Agung, Desa Lebih adalah penggambaran arca perwujudan tokoh dari seorang penganut Hindu Siwa. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya emosi keagamaan yang menyebabkan manusia mempunyai sikap religi. Adanya sikap religi yang mencerminkan emosi keagamaan ini, akan memunculkan keyakinan tentang sifat sifat Tuhan, tentang wujud alam gaib, tentang ciri-ciri kekuatan sakti, dewa-dewa, roh nenek moyang serta makluk lainnya. Dari keyakinan ini timbul gagasan berupa aktifitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan bakti kepada Tuhan, Dewa-Dewa, serta roh nenek moyang.
Dalam aktifitas relegi tersebut dibuatlah sarana dan peralatan sebagai pendukung aktifitas mereka. Sarana dan peralatan tersebut diwujudkan dalam suatu bentuk hasil karya yang diyakini memiliki kekuatan magis yang kemudian dijadikan sebagai media komunikasi dalam upacara keagamaan. Oleh karena itu manusia dalam aktifitas
religinya membuat arca perwujudan sebagai media komunikasi antara manusia dan Tuhan, Dewa dan nenek moyang. Arca perwujudan ini dimaksudkan untuk penggambaran roh nenek moyang yang telah didewatakan dan diyakini dapat memberikan kesejahteraan dan keselamatan dalam kehidupan manusia di dunia ini.
Pembuatan Arca Perwujudan Pendeta di Pura Candi Agung Desa Lebih Kabupaten Gianyar dilatar belakangi adanya penyatuan pandangan antara roh orang suci dan Dewa. Dimana orang suci yang telah meninggal dianggap telah kembali kepada dewa penitisnya, sehingga sebagai sarana pemujaan didirikan arca perwujudan.
-
b. Fungsi Arca Perwujudan Pendeta di Pura Candi Agung
Dalam melaksanakan pemujaan terhadap Dewa, dibuatkan suatu simbol dari dewa yang diyakini sebagai perwujudan dewa itu sendiri. Arca sebagai simbol dewa dibuat sedemikian rupa sehingga mencerminkan segala sesuatu yang merupakan ciri khas dari dewa tersebut. Dengan adanya bentuk simbolis dari dewa lengkap dengan atributnya, serta ekspresi kedewataan beserta mudranya dalam suatu arca, menjadikan arca tersebut sebagai media konsentrasi untuk mengadakan hubungan batin dengan Dewa sebagai manifestasi Tuhan.
Fungsi arca perwujudan pendeta di Pura Candi Agung, Desa Lebih adalah sebagai media pemujaan dan sarana komunikasi dengan roh leluhur dan merupakan simbol sakti dari seorang tokoh yang sudah meninggal. Hal ini dikarenakan pada masa lampau pembuatan sebuah arca mengandung dua pengertian yaitu sebagai penggambaran roh nenek moyang dan sebagai penghalau kejahatan serta marabahaya yang mengganggu dan masih fungsi tersebut masih berlangsung hingga kini disamping sebagai media pemujaan terhadap Dewa Siwa.
-
c. Periodisasi Arca Perwujudan Pendeta di Pura Candi Agung
Periodisasi arca di bali dapat diklasifikasikan menjadi Preodisasi Hindu Bali, Preodisasi Bali Kuna, Preodisasi Bali Madya, Periodisasi Bali Baru (Stutterheim, t,t). Untuk menentukan periodisasi Arca Perwujudan Pendeta di Pura Candi Agung maka
dilakukan komparasi dengan arca perwujudan di Pura Desa Sebatu yang berasal dari Periodisasi Bali Baru.
Apabila arca perwujudan pendeta yang terdapat di Pura Candi Agung, Desa Lebih dibandingkan dengan arca arca di pura Desa Sebatu maka akan terlihat persamaan bentuk hiasan pada mahkuta yaitu terdapat simping di atas telinga, dan kedua sisi telinga terdapat subeng, mengenai perbedaanya terletak pada ukuran dan jenis mahkutanya. Persamaan juga terdapat pada baju/kain yang dikenakan Arca Perwujudan Pendeta dengan arca arca di di pura Desa Sebatu yaitu jenis baju yang menutup hingga pergelangan tangan. Persamaan yang lain adalah motif kain baju yang dipakai memiliki motif bergaris membentuk sulur suluran dibeberapa bagian dan terdapat hiasan bermotif ceplok bunga. dimana arca arca dengan hiasan kain bergaris seperti ini banyak ditemukan berasal dari jaman Bali Baru. Persamaan lain dapat dilihat dari Hara (kalung) arca perwujudan pendeta yakni bentuknya bulat bergerigi dan terdapat hiasan kelat bahu dikedua sisi bahu arca. Hiasan ini memiliki persamaan dengan kalung arca arca di pura Desa Sebatu, yang dimasukkan kedalam golongan jaman Bali Baru.
Pembuatan Arca Perwujudan Pendeta di Pura Candi Agung Desa Lebih Kabupaten Gianyar dilatar belakangi adanya penyatuan pandangan antara roh orang suci dan Dewa. Dimana orang suci yang telah meninggal dianggap telah kembali kepada dewa penitisnya, sehingga sebagai sarana pemujaan didirikan arca perwujudan. Fungsi arca perwujudan pendeta di Pura Candi Agung, Desa Lebih adalah sebagai media pemujaan dan sarana komunikasi dengan roh leluhur dan merupakan simbol sakti dari seorang tokoh yang sudah meninggal yang dianggap mampu melindungi desa dari ancaman marabahaya. Dari hasil pembandingan Arca Perwujudan Pendeta di Pura Candi Agung Desa Lebih Kabupaten Gianyar dan arca yang berasal dari Periodisasi Bali Baru, banyak ditemukan persamaan, baik dari segi hiasan, kelengkapan atribut, dan kwalitas buatan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Arca Perwujudan Pendeta di Pura Candi Agung masuk dalam Periodisasi Bali Baru sekitar abad XVI-XVII M.
Daftar Pustaka
Agung, Anak Agung Gde. ”Arca Siwa Mahaguru di Beberapa Pura Kabupaten Gianyar”. Skripsi. Denpasar: Universitas Udayana
Sedyawati, Edy. 1980.”Ikonografi Hindu Dari Sumber-Sumber Prosa Jawa Kuna” Seri Penrbitan Ilmiah III, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia.
Stutterhein. t.t. ”Oudheden van Bali” Terjemahan I gusti Ngura Tjakra, Hotel Dirgapura Denpasar
Sukendar, Haris. 1999. ”Metode Penelitian Arkeologi, Jakarta; Departemen Pendidikan Nasional Pusat penelitian Arkeologi.
21
Discussion and feedback