1

PROSEDUR DAN STRATEGI PENERJEMAHAN ONOMATOPE BAHASA JEPANG DALAM NOVEL BOTCHAN

KARYA NATSUME SOSEKI

Ni Nyoman Atmi Rahayu

Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Abstrak

The title of this research is “A Procedure and Strategy of Japanese Onomatopoeia Translation in Botchan Novel By Natsume Soseki” This research describe the translation procedures and strategies applied in translating Japanese onomatopoeia. The theories used in this research are translation procedures according to Vinay and Darbelnet (2000), Newmark (1988), and translation strategies according to Baker (1992). The data were analyzed with equal method. The results of this research show that from 61 onomatopoeias, 1 onomatopoeia with borrowing procedure, 7 onomatopoeias with transposition/shifts procedure, 7 onomatopoeias with modulation procedure, 3 onomatopoeias with equivalence procedure, 2 onomatopoeias with adaptation procedure, 6 onomatopoeias with synonymy procedure, 9 onomatopoeias with componential analysis procedure, 14 onomatopoeias with reduction procedure, 2 onomatopoeias with expansion procedure, 7 onomatopoeias with paraphrase procedure, and 3 onomatopoeias with couplets procedure. In addition, 1 onomatopoeia is translated with loan word, 45 onomatopoeias are translated by paraphrase using a related word, 1 onomatopoeia is translated by paraphrase using an unrelated word, and 14 onomatopoeias are not translated.

Keywords: onomatopoeia translation, translation procedure, translation strategy

  • 1.    Latar Belakang

Larson menyebutkan menerjemahkan berarti mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks dari bahasa sumber; menganalisis teks bahasa sumber untuk menentukan maknanya; mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran dan konteks budayanya (1984:3). Jadi, dalam prosesnya, penerjemahan juga melibatkan konteks sosial dan budaya yang melatarbelakangi teks tersebut.

Dalam percakapan bahasa Jepang, penggunaan onomatope sangat sering dan beragam. Fukuda menyebutkan bahwa onomatope adalah kata keterangan yang menerangkan keadaan, bunyi suatu benda, atau bunyi aktivitas pada situasi yang sedang berlangsung, yang terbagi menjadi giongo dan gitaigo (Fukuda, 1993:7). Namun, onomatope merupakan bagian tersulit dalam bahasa Jepang, khususnya bagi pembelajar bahasa Jepang di Indonesia karena penggunaan onomatope di Indonesia sangat terbatas. Hal ini diungkapkan oleh Fukuda (2003:8).

Onomatopoeia is also, however, one of the hardest parts of the language for English speaker to master, simply because it is so different from English onomatopoeia. Nevertheless you need to come to grips with it in order to speak and understand Japanese properly”

Perbedaan budaya dan latar belakang penggunaan onomatope di tiap negara kerap menimbulkan permasalahan dalam proses penerjemahannya. Pembelajar bahasa Jepang, khususnya di Indonesia sering kebingungan untuk menerjemahkan dan mencari padanan kata yang tepat dalam menerjemahkan onomatope bahasa Jepang. Oleh karena itu, melalui penelitian ini diharapkan fenomena-fenomena dalam praktik penerjemahan onomatope dapat menjadi lebih jelas dan bermanfaat bagi pembelajar bahasa, khususnya bahasa Jepang.

  • 2.    Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka masalah yang difokuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • 1.    Bagaimana prosedur penerjemahan onomatope bahasa Jepang dalam novel Botchan karya Natsume Soseki?

  • 2.    Bagaimana strategi penerjemahan onomatope bahasa Jepang dalam novel Botchan karya Natsume Soseki?

  • 3.    Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerjemahan onomatope bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia. Diharapkan melalui penelitian ini pembaca memperoleh pemahaman yang lebih dalam mengenai bahasa Jepang, khususnya di bidang penerjemahan Jepang-Indonesia. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • 1.    Untuk mengetahui prosedur penerjemahan onomatope bahasa Jepang dalam novel Botchan karya Natsume Soseki.

  • 2.    Untuk mengetahui strategi penerjemahan onomatope bahasa Jepang dalam novel Botchan karya Natsume Soseki

  • 4.    Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pada tahap pengumpulan data digunakan metode simak, dilanjutkan dengan teknik catat. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut menggunakan metode padan. Kemudian digunakan teknik dasar untuk menentukan prosedur penerjemahan berdasarkan prosedur penerjemahan yang dikemukakan Vinay dan Darbelnet (2000), serta Newmark (1988). Selain itu, dalam analisis data juga digunakan teknik lanjutan untuk meneliti strategi penerjemahan berdasarkan teori Baker (2011). Tahap selanjutnya adalah penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal.

  • 5.    Hasil dan Pembahasan

Pada bagian ini disajikan hasil analisis data mengenai prosedur penerjemahan onomatope bahasa Jepang dan kesepadanan makna terjemahan onomatope bahasa Jepang.

  • 5.1.    Prosedur Penerjemahan Onomatope Bahasa Jepang

Prosedur penerjemahan yang diterapkan dalam menerjemahkan onomatope bahasa Jepang adalah sebagai berikut.

  • a.    Borrowing

Borrowing adalah meminjam kata atau konsep dari BSu untuk mengatasi kesenjangan yang biasanya terjadi dalam suatu metalinguistik. Seperti dalam data berikut ini:

  • (1)    “ee, neteite, sora wo miru hou ga ii desu.” To kotaete, suikaketa makitabako wo, umi no naka e tatakikondara, ju to oto ga shite, ro no ashi de kakiwakerareta nami no ue wo, yurare nagara tada yatteita. (Botchan, 1980: 9)

‘“Ya, lebih enak tiduran dan melihat langit,” jawabku, sambil melempar puntung rokok linting ke laut, dan terdengar bunyi jusss, lalu mengapung bergoyang-goyang di atas riak yang terbelah oleh ujung dayung.’ (Botchan Si Anak Bengal, 2012:89)

Pada data ini,ジュッ(ju) merupakan onomatope dari puntung rokok yang dibuang dan kemudian mengenai air sehingga menimbulkan bunyi. Kata ジュッ(ju) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘jusss’. Konsep onomatope yang berasal dari puntung rokok ini tidak ada dalam BSa oleh karena itu penerjemah memilih meminjam konsep tersebut untuk dijadikan padanan kata dalam BSa.

  • b.    Transposition/Shifts

Transposition/shifts melibatkan penggantian satu kelas kata dengan yang lain tanpa mengubah makna pesan. Seperti dalam data berikut ini:

  • (2)    Minatoya no nikai ni akari ga hitotsu tsuite kisha no fue ga hyu– to naru toki, ore no notteita fune wa, iso no suna e zakuri to hesaki wo tsukikonde, ugokanaku natta. (Botchan, 1980: 97)

Saat sebuah lampu di lantai dua penginapan Minatoya menyala dan peluit kereta api berbunyi, perahu yang kutumpangi bergerosok menusuk pasir pantai dan tak bergerak lagi. (Botchan Si Anak Bengal, 2012:94)

ざくり (zakuri) pada data ini diterjemahkan menjadi ‘bergerosok’. Pada data ini ざくり (zakuri) yang merupakan adverbia pada TSu diterjemahkan menjadi verba ‘bergerosok’.

  • c.    Modulation

Modulation merupakan pergeseran sudut pandang. Seperti dalam data berikut ini:

  • (3)    “Kisama no youna zurui yatsu wa nagurarenakucha, kotaenain da” to pokapoka naguru. (Botchan, 1980: 218)

‘“Penjahat seperti kamu ini kalau tidak dipukul tidak akan jera,” katanya sambil tak henti memukuli.’ (Botchan Si Anak Bengal, 2012:230)

ぽかぽか (pokapoka) bermakna menyatakan keadaan memukuli lawan secara bertubi-tubi (Nakami, 2003:502). Jika ぽかぽか (pokapoka) diterjemahkan secara harafiah ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘terus’. Namun, pada data ini dipilih kata ‘tak henti’ untuk dijadikan padanan dari ぽかぽか (pokapoka). Perubahan bentuk positif menjadi mentuk negative ini mengakibakan terjadinya pergeseran sudut pandang.

  • d.    Equivalence

Equivalence adalah prosedur yang menerjemahkan dengan tepat dan setara dalam situasi komunikatif TSu. Seperti dalam data berikut ini:

  • (4)    Karankaran to, komageta wo hikizuru oto ga suru. (Botchan, 1980: 211) ‘Terdengar bunyi ketepak sandal kayu.’ (Botchan Si Anak Bengal, 2012:224)

Ketika masyarakat Jepang menggunakan sandal kayu khas Jepang untuk berjalan kaki, sandal tersebut akan menimbulkan bunyi yang diekspresikan menjadi onomatope カランカラン (karankaran). Pada data ini, digunakan prosedur equivalent (pemadanan). Pada data ini カランカラン (karankaran) diterjemahkan menjadi ‘ketepak’ dalam bahasa Indonesia yang merupakan onomatope yang berasal dari bunyi ketika manusia berjalan di atas permukaan yang keras dan kering (Stevens, 2005: 496).

  • e.    Adaptation

Adaptation yakni mengadaptasi situasi dalam Tsu sehingga dapat dideskripsikan dalam kejadian setara dalam budaya BSa. Seperti dalam data berikut ini:

  • (5)    Shibaraku suruto, nandaga, pikupiku to ito ni ataru mono ga aru. (Botchan, 1980: 88)

‘Tak lama kemudian, terasa tali pancing berdenyut-denyut, ada sesuatu yang mengenainya.’ (Botchan Si Anak Bengal, 2012:83)

Data ini menceritakan ketika umpan Botchan dimakan oleh ikan yang menyebabkan tali pancingnya bergerak. Pancingan Botchan yang bergetar karena ikan telah memakan umpannya dalam bahasa Jepang diungkapkan dengan kata ぴくぴく(pikupiku). Untuk menyatakan situasi yang digambarkan oleh kata ぴく ぴく(pikupiku) dalam TSu, penerjemah memilih menggunakan prosedur adaptation dengan menerjemahkannya ke dalam BSa menjadi ‘berdenyut-denyut’. f. Synonymy

Synonymy merupakan prosedur yang menerjemahkan kata BSu ke dalam BSa dengan menggunakan kata yang mendekati makna kata (sinonim) dari BSu. Seperti dalam data berikut ini:

  • (6)    Jirettai kara ippon ashi de tonde kitara, mou ashigoe mo hitogoe mo shizukamari kaette, shin to shiteiru. (Botchan, 1980: 73)

‘Saking kesalnya, aku meloncat-loncat dengan satu kaki, namun bunyi jejak kaki maupun suara orang-orang itu tak terdengar lagi, dan suasana sangatlah sepi.’ (Botchan Si Anak Bengal, 2012: 70)

しん (shin) jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia terdapat padanan katanya menjadi ‘sunyi’ (Matsuura, 2005:918). Dalam KBBI, sunyi berarti 1) tidak ada bunyi atau suara apa pun, hening, senyap; 2) kosong (tentang rumah dan sebagainya), tidak ada orang, lenggang, sepi. Pada data ini しん (shin) diterjemahkan menjadi ‘sepi’. Jika dilihat makna dari kata sunyi, dapat diketahui bahwa sunyi bersinonim dengan kata ‘sepi’.

  • g.    Componential Analysis

Componential analyisis adalah pemecahan unit leksikal ke dalam komponen arti. Seperti dalam data berikut ini:

  • (7)    Utouto shitara, Kiyo no yume wo mita. (Botchan, 1980: 29)

Dalam keadaan terkantuk-kantuk lalu tertidur, aku bermimpi tentang Kiyo.’ (Botchan Si Anak Bengal, 2012: 28)

Onomatope うとうと (utouto) memiliki makna ‘keadaan dimana seseorang merasa mengantuk dan tanpa sadar tertidur’ (Nakami, 2003:21). Pada data ini, penerjemah memilih menjabarkan makna kata うとうと (utouto) menjadi ‘dalam keadaan terkantuk-kantuk, lalu tertidur’. Maka dapat disimpulkan prosedur yang digunakan adalah Componential analyisis.

  • h.    Reduction

Reduction adalah pengurangan dalam suatu penerjemahan. Seperti dalam data berikut ini:

  • (8)    yagate, pyu – to kiteki ga natte, kuruma ga tsuku. (Botchan, 1980: 134)

‘Akhirnya peluit kereta berbunyi, dan kereta pun tiba.’ (Botchan Si Anak Bengal, 2012:141)

Kata ピュー (pyu –) pada data merupakan onomatope dari suara peluit kereta yang merupakan tanda dari kedatangan kereta tersebut. Namun, dalam penerjemahannya onomatope ピュー (pyu –) dihilangkan.

  • i.    Expansion

Expansion merupakan penambahan dalam melakukan suatu penerjemahan. Seperti dalam data berikut ini:

  • (9)    Sore denakereba, aaiu fuuni sasayaki atte wa, kusukusu warau wake ga nai. (Botchan, 1980: 197)

‘Kalau tidak begitu, mereka tidak akan berbisik-bisik dan mengikik seperti itu.’ (Botchan Si Anak Bengal, 2012:211)

くすくす (kusukusu) pada data ini merupakan kata yang bermakna tertawa dengan suara yang kecil (Nakami, 2003: 126). Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia く す く す    (kusukusu) terdapat padanan kata

‘cekikikan’(Matsuura, 2005:572). Namun, pada data ini dalam penerjemahannya mendapatkan penambahan menjadi ‘berbisik-bisik dan mengikik’.

  • j.    Paraphrase

Paraphrase merupakan prosedur penerjemahan yang mengembangkan dan menjelaskan makna yang terkandung dari kata dalam BSu. Seperti dalam data berikut ini:

  • (10)    Pu –…… to itte kisen ga tomaru to, hasike ga kishi wo hanarete kogi yosete kita. (Botchan, 1980: 26)

‘Begitu kapal uap berhenti disertai dengan bunyi mesinnya yang bergema rendah, sebuah sampan meninggalkan dermaga menuju ke arah kami.’ (Botchan Si Anak Bengal, 2012: 25)

Data ini merupakan onomatope yang berasal dari bunyi mesin kapal uap. Untuk menyampaikan makna yang terkandung dalam onomatopeプー…… (pu–……) ini, penerjemah memilih memparafrasekan makna yang terkandung di dalamnya menjadi ‘disertai dengan bunyi mesinnya yang bergema rendah’.

  • k.    Couplets

Couplets adalah prosedur untuk memecahkan satu masalah dengan dua, tiga, bahkan sampai empat prosedur penerjemahan. Seperti dalam data berikut ini:

  • (11)    Ka ga, bunbun kita keredomo, nanto mo nakatta. (Botchan, 1980: 76)

‘Nyamuk berdengung-dengung di sekitar tubuhku, tapi sama sekali tidak menjadi masalah bagiku.’ (Botchan Si Anak Bengal, 2012: 72)

Kata ブンブン (bunbun) merupakan onomatope dari suara nyamuk. Pada data ini, ブンブン (bunbun) diterjemahkan menjadi ‘berdengung-dengung’ yang memiliki arti ‘tiruan bunyi yang bergema dari baling-baling pesawat terbang, sirene, kumbang, dan sebagainya’ (Alwi, 2005:252). Prosedur yang digunakan oleh penerjemah adalah prosedur equivalent. dan pergeseran kelas kata dari bentuk adverbia menjadi bentuk verba

  • 5.2.    Strategi Penerjemahan Onomatope Bahasa Jepang

Strategi penerjemahan yang diterapkan dalam menerjemahkan onomatope bahasa Jepang adalah sebagai berikut.

  • a.    Menggunakan Kata Pinjaman

  • (12)    “ee, neteite, sora wo miru hou ga ii desu.” To kotaete, suikaketa makitabako wo, umi no naka e tatakikondara, ju to oto ga shite, ro no ashi de kakiwakerareta nami no ue wo, yurare nagara tada yatteita. (Botchan, 1980: 9)

‘“Ya, lebih enak tiduran dan melihat langit,” jawabku, sambil melempar puntung rokok linting ke laut, dan terdengar bunyi jusss, lalu mengapung bergoyang-goyang di atas riak yang terbelah oleh ujung dayung.’ (Botchan Si Anak Bengal, 2012:89)

Kata ジュッ(ju) pada data ini merupakan tiruan bunyi puntung rokok yang terkena air. Karena konsep ini tidak terdapat dalam BSa, penerjemah memilih untuk menerjemahkannya juga dengan kata ‘jusss’. Onomatope Bsu pada data (12) ini diterjemahkan dengan meminjam kata ジュッ(ju) dari BSu.

  • b.    Memparafrasakan dengan Menggunakan Kata yang Berhubungan

  • (13)    shikashi, hoppeta ga piripiri shite tamaranai. (Botchan, 1980: 192)

‘Tapi pipiku rasanya pedih sekali.’ (Botchan Si Anak Bengal, 2012:206)

Kata ぴりぴり(piripiri) merupakan onomatope yang bermakna ‘keadaan rasa sakit pada kulit karena luka’ (Nakami, 2003: 449). Onomatope ぴりぴり(piripiri) pada data (13) ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘pedih’. Dalam bahasa Indonesia, kata ‘pedih’ ini memiliki makna ‘berasa sakit (luka pada kulit)’. Jika dibandingkan makna diantara kedua kata tersebut, dapat disimpulkan onomatope Bsu pada data (13) ini diparafrasakan dengan menggunakan kata yang berhubungan.

  • c.    Memparafrasakan dengan Menggunakan Kata yang Tidak Berhubungan

  • (14)    Shibaraku suruto, nandaga, pikupiku to ito ni ataru mono ga aru. (Botchan, 1980: 88)

‘Tak lama kemudian, terasa tali pancing berdenyut-denyut, ada sesuatu yang mengenainya.’ (Botchan Si Anak Bengal, 2012:83)

Data (4) terdapat onomatope ぴくぴく(pikupiku) yang bermakna ‘keadaan sesuatu benda yang bergerak bergetar sedikit demi sedikit’ (Nakami, 2003:411). ぴくぴく(pikupiku) ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘berdenyut-denyut’. ‘Berdenyut-denyut’ ini berasal dari kata ‘denyut’ mengalami reduplikasi dan awalan ber-. Kata ‘denyut’ bermakna ‘gerak naik turun (pada urat nadi, ubun-ubun, dan sebagainya’ dan ‘berdenyut’ memiliki makna ‘bergerak-gerak turun naik (urat nadi, ubun-ubun, dan sebagainya)’ (Alwi, 2005: 253). Dilihat dari makna ぴくぴく(pikupiku) dan makna dari kata ‘Berdenyut-denyut’ dapat disimpulkan bahwa kedua makna kata ini tidak memiliki hubungan. Penerjemah memparafrasakan onomatope Bsu pada data (5) ini menggunakan kata yang tidak berhubungan.

  • d. Melakukan Penghapusan/Penghilangan Kata

  • (15)    Ore wa umi no naka de, te wo zabuzabu to aratte, hana no saki e atete mita. (Botchan, 1980: 88)

‘Aku mencuci tangan dengan air laut, lalu aku dekatkan tangan ke hidung.’ (Botchan Si Anak Bengal, 2012:84)

Onomatope ざぶざぶ bermakna ‘suara air yang dikarenakan air mendapatkan guncangan secara berulang-ulang. Namun pada onomatope BSu pada data (15) dilakukan penghilangan atau penghapusan kata oleh penerjemah.

  • 6.    Simpulan

Berdasarkan analisis data onomatope bahasa Jepang dalam novel Botchan karya Natsume Soseki, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan. Pertama, prosedur penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan 61 buah data onomatope, yaitu: 1 data diterjemahkan dengan borrowing, 7 data

dengan transposition, 7 data dengan modulation, 3 data equivalence, 2 data dengan adaptation, 6 data dengan synonymy, 9 data dengan componential analysis, 14 data dengan reduction, 2 data dengan expansion, 7 data dengan paraphrase, dan 3 data diterjemahkan dengan couplets. Kedua, strategi penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan 61 buah data onomatope, yaitu: 1 data diterjemahkan menggunakan kata pinjaman, 45 data diparafrasakan dengan menggunakan kata yang berhubungan, 1 data diparafrasakan dengan menggunakan kata yang tidak berhubungan, dan 14 data dilakukan penghapusan/ penghilangan kata.

  • 7.    Daftar Pustaka

Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Baker, Mona. 2011. In Other Words. Oxon: Routledge.

Fukuda, Hiroko. 2003. Jazz Up Your Japanese With Onomatopoeia. Tokyo: Kondansha America, Inc.

Larson, M.L. 1984. Meaning Based Translation. Lanham: University Press of America, Inc.

Matsuura, Kenji. 2005. Kamus Jepang-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.

Nakami, Yamaguchi. 2003. GionGitai Go Jiten. Jepang: PT Dai Nippon Gyousastsu.

Newmark, Peter. 1988. A Textbook of Translation. Hong Kong: Shanghai Foreign Language education Press.

Stevens, Alan M.. 2005. A Comprehensive Indonesia-English Dictionary. USA: Ohio University Press.

Venuti, Lawrence. 2000. The Translation Studies Reader. London: Routledge.