1

ASPEK PERKAWINAN DALAM

NOVEL BENANG-BENANG SAMBEN KARYA DJELANTIK SANTHA

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA

Ni Kadek Dwijayanti

Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Abstrak

This study, entitled "Aspek Perkawinan dalam Novel Benang-Benang Samben Karya Djelantik Santha Analisis Sosiologi Sastra". This study uses the theory Sociology of Literature which refers to the structure and system of customary marriage in Bali. This study aims to describe the structure of the build Novel Benang-Benang Samben and examine and analyze various forms of marriage are reflected in the Novel Benang-Benang Samben.

The method used in the stage of providing data using methods refer to the technical note. In addition, using interviews with recording techniques and record the important things gained from the interviews. Furthermore, in the stage of data analysis using descriptive qualitative and quantitative methods supported by. In this stage also supported by descriptive analytic techniques. At the presentation stage of data analysis, the method used is formal and informal methods. The techniques used in this phase is a technique in the analysis flow scheme.

The results of this study indicate that; (1) analyzes the structure of the build Novel Benang-Benang Samben six that incident, plot, character and characterization, setting, theme, and the mandate, (2) forms of marriage contained in the Novel Benang-Benang Samben by Balinese customary law recognizes two forms namely marriage, ordinary marriage and marriage nyentana, and there are also other forms of marriage contained in the Novel Benang-Benang Samben marriage on pada gelahang. While the method or system of customary law marriage by Bali today is known that there are two ways, namely by way of marriage memadik and marriage by means ngerorod (run together). Both methods are chosen depending on the engagement process (magelanan), (3) The prohibition in marriage is a marriage with kin (gamia gamana), as well as the issues contained in the story of polygamy Novel Benang-Benang Samben.

Keywords: Novel, Marriage, Structure.

  • (1)    Latar belakang

Karya sastra Bali terdiri dari karya sastra Bali klasik dan karya sastra Bali modern. Karya sastra Bali modern merupakan produk masyarakat modern berupa puisi, cerpen, dan novel. Sebagai objek penelitian penulis mengangkat sebuah karya sastra novel. Novel merupakan karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan

menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 969).

Novel yang telah diangkat sebagai bahan penelitian ini adalah salah satu novel karya Djelantik Santha berjudul Benang-Benang Samben. Novel ini diangkat sebagai objek penelitian karena ketertarikan terhadap cerita dalam novel tersebut yang mengandung aspek-aspek sosial masyarakat Bali. Novel tersebut adalah sebuah novel yang berlatar belakang perkawinan adat Bali menceritakan tentang realitas perkawinan antar hubungan keluarga di daerah Karangasem yang telah dipengaruhi arus globalisasi, modernisasi, dan gaya hidup kisah percintaan yang menjadi ciri khas kehidupan masyarakat Bali.

Adanya aspek-aspek perkawinan yang terkandung dalam Novel Benang-Benang Samben membuat novel ini sangat menarik untuk diangkat sebagai bahan penelitian. Hal menarik dari aspek perkawinan ini adalah adanya beberapa bentuk dari sistem perkawinan adat di Bali. Misalnya dapat disebutkan beberapa bentuk perkawinan yang masih lazim dilakukan dalam masyarakat umat Hindu di Bali serta bentuk perkawinan yang tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat yaitu perkawinan biasa atau biasa disebut istilah kapurusa, kemudian ada juga bentuk perkawinan nyeburin. Di beberapa tempat bentuk perkawinan ini lebih dikenal dengan sebutan nyentana atau nyaluk sentana. Dalam bentuk ini justru suamilah yang mengikuti istri. Kemudian ada pula bentuk perkawinan pada gelahang.

Bentuk perkawinan yang beragam dapat pula ditemukan di dalam cerita Novel Benang-Benang Samben. Peristiwa yang terjadi antar kekerabatan dalam cerita mengakibatkan harus dilangsungkan berbagai bentuk perkawinan. Proses penyelesaian masalah yang dialami tokoh cerita dapat dikatakan rumit karena permasalahan perkawinan yang dialami tokoh termasuk ke dalam perkawinan terlarang. Hal tersebut terjadi karena tokoh dalam cerita hampir saja melakukan perkawinan dengan saudara satu garis keturunan. Berkenaan dengan hal tersebut maka penyelesaian yang sangat rumit menyimpulkan pola pikir pengarang untuk memberikan istilah samben (kusut) sebagai judul cerita novel ini yaitu Benang-Benang Samben.

Setelah memperhatikan berbagai pemaparan mengenai hal tersebut, maka sangatlah tepat mengangkat Novel Benang-Benang Samben dengan kajian sosiologi sastra. Kajian ini diharapkan mampu membedah karya ini untuk mengetahui aspek-aspek sosial masyarakat khususnya aspek perkawinan yang terkandung dalam Novel Benang-Benang Samben.

  • (2)    Pokok permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah struktur yang membangun Novel Benang-Benang Samben, serta bentuk perkawinan apa sajakah yang tercermin di dalam Novel Benang-Benang Samben?

  • (3)    Tujuan penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah agar dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu sastra dan untuk menambah khasanah hasil-hasil penelitian dibidang sastra khususnya novel. Secara khusus tujuan dari penelitian ini mengarah kepada isi dari pembahasan yaitu Mendeskripsikan struktur yang membangun Novel Benang-Benang Samben dan untuk Mengkaji serta menganalisis berbagai bentuk perkawinan yang tercermin di dalam Novel Benang-Benang Samben.

  • (4)    Metode penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode dan teknik yang dibagi menjadi 1). metode dan teknik penyediaan data, 2). metode dan teknik analisis data, 3). metode dan teknik penyajian hasil analisis. Pada tahap penyediaan data dipergunakan metode simak dengan teknik mencatat. Metode kedua yang digunakan adalah metode wawancara didukung dengan teknik mencatat, merekam serta teknik terjemahan.

Pada tahap analisis dipergunakan metode kualitatif deskriptif serta ditunjang oleh metode kuantitatif. Dalam tahapan ini juga didukung dengan teknik deskriptif analitik. Analisis teks Novel Benang-Benang Samben dilakukan dengan

mengkaji terlebih dahulu struktur yang membangun cerita berdasarkan teori struktur kemudian mengkaji aspek sosialnya berdasarkan teori sosiologi sastra.

Pada tahapan penyajian analisis data, metode yang digunakan adalah metode formal dan informal. Metode formal dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan bentuk alur cerita sehingga mempermudah penyajian pada penggambaran alur cerita. Metode informal digunakan untuk menyajikan hasil analisis data dengan menggunakan kalimat biasa dalam bahasa Indonesia. Teknik yang digunakan dalam tahap ini adalah teknik skema pada bagian analisis alur. Selain penggunaan kedua metode di atas, pada tahapan ini dibantu pula dengan cara berpikir deduktif dan induktif

  • (5)    Hasil dan Pembahasan

    • 5.1    Tinjauan Struktur dalam Novel Benang-Benang Samben

      • 5.1.1    Insiden

Insiden yang membangun alur cerita dalam Novel Benang-Benang Samben diawali ketika orang tua Gusti Ngurah Jelada membicarakan tentang biaya kelanjutan sekolah Gusti Ngurah Jelada ke tingkat SMA. Keadaan keluarga mereka yang berkecukupan sangat tidak membantu untuk membiayai sekolah Gusti Ngurah Jelada sehingga ayahnya memutuskan untuk pergi ke rumah Gusti Gede Karang untuk meminjam uang dengan jaminan hasil panen dan hasil keuntungan menjual sapi 5.1.2 Alur

Analisis alur pada Novel Benang-Benang Samben lebih banyak menggunakan pendapat dari Tarigan (1984: 128) seperti berikut: Eksposisi, Komplikasi, Resolusi, Turning point atau klimaks.

Alur dalam Novel Benang-Benang Samben menggunakan alur lurus dalam hal ini memakai alur maju. Pengarang memulai ceritanya dengan eksposisi, kemudian berkembang pada komplikasi, rising action, klimaks. Setelah klimaks, cerita dimulai lagi dengan eksposisi, kemudian meningkat pada komplikasi, rising action, klimaks, krisis. Setelah krisis, cerita dimulai lagi dengan eksposisi, kemudian meningkat pada komplikasi, rising action, klimaks, dan cerita berakhir.

Jika digambarkan pola alur utama Novel Benang-Benang Samben akan menunjukkan pola alur sebagai berikut:

Gambar: 2

  • 5.1.3    Latar

Latar yang terkandung dalam Novel Benang-Benang Samben meliputi latar tempat, waktu, dan keadaan sosial dimana suatu peristiwa terjadi dalam sebuah cerita.

  • 5.1.4    Tokoh dan Penokohan

Tokoh-tokoh dalam Novel Benang-Benang Samben terdiri dari tokoh utama dan tokoh tambahan, tokoh protagonis dan tokoh antagonis, tokoh sederhana dan tokoh bulat, serta tokoh statis dan tokoh berkembang.

  • 5.1.5    Tema

Tema yang mendasari Novel Benang-Benang Samben adalah "Perkawinan". Tema ini diangkat karena cerita dalam novel sebagian besar membahas tentang berbagai macam perkawinan baik secara langsung maupun tidak langsung diungkapkan dalam cerita.

  • 5.1.6    Amanat

Amanat dalam Novel Benang-Benang Samben dapat dilihat melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi. Melalui novel ini, pengarang ingin menyampaikan suatu amanat kepada para pembaca bahwa suatu hubungan percintaan tidak boleh terjadi akibat unsur paksaan. Menurut pengarang suatu hubungan haruslah dijalani dengan penuh kejujuran dan adat istiadat yang berlaku.

  • 5.2    Aspek Perkawinan dalam Novel Benang-Benang Samben

    • 5.2.1    Bentuk Perkawinan dalam Novel Benang-Benang Samben a. Perkawinan Biasa

Bentuk perkawinan biasa adalah perkawinan yang paling umum dilakukan dimana istri mengikuti suami.

  • b.    Perkawinan Nyeburin / Nyentana

Berbeda dengan perkawinan biasa, dalam bentuk perkawinan ini justru suamilah yang mengikuti istri. Secara sepintas, bentuk perkawinan ini tampak menyimpang dari sistem kapurusa yang menekankan bahwa keturunan dilanjutkan oleh keturuan laki-laki. Tetapi bila diamati secara seksama, perkawinan nyeburin ternyata tetap konsisten dengan sistem kekeluargaan kapurusa sebab dalam perkawinan ini status istri adalah purusa karena telah ditetapkan sebagai sentana rajeg dalam keluarganya.

  • c.    Perkawinan Pada Gelahang

Apabila kedua bentuk perkawinan tersebut di atas (perkawinan biasa dan nyeburin) tidak dapat dipilih karena masing-masing calon mempelai adalah anak tunggal dalam keluarganya, maka mulailah tumbuh dan berkembang satu bentuk perkawinan baru dalam masyarakat Bali, yang disebut perkawinan pada gelahang. Windia, dkk (2011:10) menyatakan bahwa faktor utama yang melatarbelakangi pasangan pengantin dan keluarganya melangsungkan perkawinan pada gelahang adalah kekhawatiran warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya baik yang berwujud material maupun immaterial, tidak ada yang mengurus dan meneruskannya.

  • 5.2.2    Sistem Perkawinan dalam Novel Benang-Benang Samben

Adapun sistem perkawinan yang terdapat dalam Novel Benang-Benang Samben yaitu adanya sistem perkawinan memadik dan sistem perkawinan ngerorod yang akan dijelaskan sebagai berikut.

  • a.    Sistem Perkawinan Memadik

Perkawinan ini didahului dengan lamaran dari keluarga pihak calon suami (purusa) kepada keluarga pihak calon isteri (pradana).

Pada cerita Novel Benang-Benang Samben, tidak dijelaskan adanya sistem perkawinan memadik sebab dalam cerita novel tersebut terjadi banyak

permasalahan dalam perkawinan sehingga beberapa perkawinan dilangsungkan semata-mata untuk solusi pemecahan masalah dalam suatu perkawinan itu sendiri. Dalam Novel Benang-Benang Samben, sistem memadik tidak dilakukan, sebab terjadinya permasalahan pada estimasi waktu ketika akan menyelenggarakan upacara perkawinan Gusti Ayu Citra dan Gusti Ngurah Adnyana. Hal tersebut mengakibatkan tokoh menjalani perkawinan secara kawin lari (ngerorod) berdasarkan atas kesepakatan keluarga kedua belah pihak antara Gusti Ayu Citra dan Gusti Ngurah Adnyana.

  • b.    Sistem Perkawinan Ngerorod

Sistem perkawinan ngerorod dalam cerita Novel Benang-Benang Samben dicantumkan oleh pengarang seperti pada kutipan berikut:

"Saja ning di Ujung mula ditu sig Gus Putrané tongos bibi Sisuné mengkeb ngrorod. Aji buung ngetut bibiné kema sawireh tusing icéna tekén pekaké," baosné Gusti Made Taman (halaman: 78)

Terjemahannya:

"Benar nak di Ujung memang disana di Gus Putra tempat bibi Sisu sembunyi ngerorod. Aji batal mengikuti bibi kesana karena tidak diijinkan oleh kakek," ujar Gusti Made Taman

  • 5.2.3    Larangan gamia gamana

Gamia gamana merupakan larangan perkawinan karena mempunyai hubungan darah atau hubungan kekeluargaan yang dekat dan karena mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku dilarang kawin.

Berdasarkan larangan tersebut, dalam cerita Novel Benang-Benang Samben pengarang mencantumkan bagian cerita yang termasuk ke dalam larangan perkawinan gamia-gamana, seperti pada kutipan berikut:

...Wenginé punika sabehé bales kadi bréokang saking langité. Ayu Citra miwah Gus Catra Andana mrasa jerih, kadi tuding agamia gamana. (halaman: 272)

Terjemahannya:

...Malam itu hujanderas seperti tertuang dari langit. Ayu Citra dan Gus Catra Andana merasa takut, seperti dituduh agamia gamana.

  • 5.2.4    Masalah Poligami

Masalah ini dapat dijumpai dalam cerita Novel Benang-Benang Samben yaitu terjadinya Poligami. Poligami ada yang terjadi berdasarkan hawa nafsu dan ada juga yang terjadi berdasarkan kebutuhan mendesak seperti misalnya karena istri pertama tidak mampu memberikan keturunan maka sangat diwajarkan jika suami menikah lagi. Namun, masalah poligami yang terdapat dalam Novel Benang-Benang Samben bukanlah termasuk permasalahan melainkan solusi dari sebuah masalah perkawinan.

  • (6)    Simpulan

Berdasarkan hasil analisis di depan, maka dapat disimpulkan bahwa adapun hasil analisis struktur Novel Benang-Benang Samben ada enam yaitu insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan amanat.

Aspek perkawinan yang terdapat dalam Novel Benang-Benang Samben jika dilihat dari bentuk perkawinan, hukum adat Bali mengenal dua bentuk perkawinan yaitu, (1) kawin biasa dan (2) kawin nyentana serta ada juga bentuk perkawinan (3) pada gelahang. Sedangkan cara atau sistem perkawinan berdasarkan hukum adat Bali dewasa ini dikenal adanya dua cara, yaitu (1) kawin dengan cara memadik (meminang) dan (2) kawin dengan cara ngerorod (lari bersama). Kedua cara tersebut dipilih tergantung dari proses pertunangan (magelanan). Adapun permasalahan yang terdapat dalam Novel Benang-Benang Samben yaitu Larangan Perkawinan Gamia Gamana dan masalah Poligami. Namun masalah Poligami dalam Novel Benang-Benang Samben merupakan salah satu cara yang dilakukan sebagai solusi penyelesaian masalah yang dialami tokoh.

  • (7)    Daftar pustaka

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Djelantik Santha, I Gusti Gede. 2013. Benang-Benang Samben. Tabanan: Pustaka Ekspresi

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa

Windia, Wayan P. dkk. 2011. Perkawinan Menurut Hukum Adat Bali. Denpasar:

Udayana