HUMANIS

Journal of Arts and Humanities

p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X

Terakreditasi Sinta-3, SK No: 105/E/KPT/2022

Vol 28.1. Pebruari 2024: 1-12

Variasi dan Komponen Makna Verba Pewarta pada Korpus Berita

Daring

Variation and Meaning Components of Reporting Verbs in Online News Corpus

Dewi Herlina, Hendrokumoro

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Email korespondensi: [email protected], [email protected]

Info Artikel

Masuk: 21 Oktober 2023

Revisi: 26 Nopember 2023

Diterima: 12 Januari 2024 Terbit: 29 Pebruari 2024

Keywords: reporting verbs; variations; frequency; meaning components


Kata kunci: verba pewarta; variasi; frekuensi; komponen makna

Corresponding Author: Dewi

Herlina

Email:

[email protected]

DOI:

https://doi.org/10.24843/JH.20

24.v28.i01.p01


Abstract

"Reporting verbs indicate a conversation (Romli, 2018:35). In news texts, reporting verbs are used intensively to provide information. This research focuses on the identification of variations, frequencies, and the analysis of meaning components as proposed by Nida (1975) regarding the usage of reporting verbs in online news corpus. This research uses a qualitative descriptive method with a lexical semantic approach. Data were obtained from news texts published by Kompas.com and Detik.com during August 8-10, 2023, with the theme 'Ferdy Sambo's Death Sentence Turned into Life Imprisonment.' Based on the research findings, 17 variations of reporting verbs were found in the news corpus, with the verb 'mengatakan' (to say) being the most dominant with a frequency of 83 occurrences. Meanwhile, based on the analysis of meaning components for the verbs 'mengatakan'(to say), 'menyatakan' (to state), 'menjelaskan' (to explain), and 'menyebut' (to mention), differences in usage were found through the differentiation of the meaning components of each reporting verb. This research is expected to contribute by highlighting the differences in meaning among synonymous verbs to demonstrate the diversity of the Indonesian language vocabulary.

Abstrak

Verba pewarta adalah verba yang mengindikasikan suatu percakapan (Romli, 2018:35). Dalam teks berita, verba pewarta memiliki intensitas penggunaan yang tinggi sebagai sarana memberikan informasi. Penelitian ini memfokuskan identifikasi variasi, frekuensi, dan analisis komponen makna yang dikemukakan oleh Nida (1975) terhadap penggunaan verba pewarta dalam korpus berita daring. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan semantik leksikal. Data diperoleh dari teks berita yang diterbitkan oleh Kompas.com dan Detik.com periode 8-10 Agustus 2023 bertema Vonis Mati Ferdy Sambo jadi Seumur Hidup. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 17 variasi verba pewarta dalam korpus berita dengan frekuensi penggunaan verba mengatakan paling dominan yakni muncul sebanyak 83 kali. Sementara itu, berdasarkan analisis komponen makna pada verba mengatakan, menyatakan,

menjelaskan, dan menyebut ditemukan perbedaan pengunaan melalui deferensiasi komponen makna masing-masing verba pewarta. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa perbedaan makna pada verba yang bersinonim untuk menunjukkan keberagaman kosakata Bahasa Indonesia.

PENDAHULUAN

Teks berita merupakan salah satu teks yang paling sering dibaca oleh khalayak umum. Hal tersebut karena sifat dari teks berita yang memuat informasi aktual dan faktual dari berbagai konteks pemberitaan. Berita dapat memuat informasi umum dan baru mengenai suatu kejadian yang ditulis oleh wartawan dan disampaikan melalui media massa (Djuraid, 2009). Dalam teks berita, kaidah kebahasaan yang umum dijumpai antara lain: teks berita memuat kata kerja, kalimat langsung, bahasa baku, dan penggunaan konjungsi. Teks berita berfungsi untuk memberikan informasi mengenai suatu hal atau peritiwa kepada khalayak. Oleh sebab itu, ditemukan banyak verba pewarta sebagai kata kerja yang berfungsi untuk mengungkapkan informasi dari satu percakapan.

Verba pewarta adalah verba yang mengindikasikan suatu percakapan (Romli, 2018:35). Dalam teks berita, verba pewarta biasanya dinyatakan dalam wujud verba transitif untuk menyatakan sumber kutipan. Misalnya dalam satu berita, digunakan verba mengatakan, menyatakan, menginformasikan, dan memberitakan, keempat verba tersebut sama-sama bermakna ‘memberikan informasi’. Namun, verba mengatakan dan menyatakan dilakukan secara lisan, sedangkan verba menginformasikan dan memberitakan cenderung dilakukan secara non lisan. Banyaknya ragam leksikon dengan makna yang berdekatan ini menunjukkan kekayaan kosakata bahasa Indonesia.

Variasi penggunaan verba pewarta pada berita menjadi hal yang menarik untuk diteliti karena beberapa alasan. Pertama, karena fungsinya untuk memberikan informasi, penggunaan verba pewarta memiliki frekuensi penggunaan yang tinggi pada teks berita. Kedua, ada banyak variasi penyebutan dalam verba pewarta yang bersinonim. Ketiga, meskipun variasi verba cenderung bersinonim, namun makna yang ditimbulkan berbeda, meskipun perbedaannya hanya pada nuansa. Hal ini didukung oleh pendapat Bloomfield dalam Wijana (1999) yang menyatakan bahwa bentuk kata yang mempunyai struktur fonemis yang berbeda pasti memiliki perbedaan makna pula betapapun kecilnya. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui frekuensi, variasi, dan analisis komponen makna pembeda verba pewarta dalam korpus berita.

Arifin (2015:10) menyatakan bahwa sinonim digunakan untuk mengalih-alihkan pemakaian kata atau frasa yang memiliki makna serupa dengan kata-kata lain pada tempat tertentu. Hal ini dilakukan agar kata yang digunakan bervariasi sehingga kalimat yang dibangun oleh kata-kata tersebut tidak monoton. Dalam konteks teks berita, penggunaan kata-kata yang bersinonim dan struktur yang bervariasi bertujuan untuk menarik minat pembaca. Oleh sebab itu, sering dijumpai penggunaan sinonimi pada teks, baik pada tataran kata, frasa, maupun klausa.

Dalam konstruksi bahasa Indonesia, sinonimi didefinisikan sebagai hubungan antara bentuk bahasa yang mirip atau sama maknanya (KBBI V Daring). Penelitian mengenai sinonimi pada tataran kelas kata dilakukan oleh Widiyanto (2002) yang meneliti mengenai sinonimi nomina dalam bahasa Indonesia. Hasil temuan disimpulkan bahwa tidak dijumpai sinonimi nomina yang absolut dan lengkap. Lebih lanjut, Chaer

  • (2012)    berpendapat bahwa tidak ada sinonim kata yang maknanya sama persis. Perbedaan penggunaan variasi kata bersinonim menjadi hal yang penting karena turut menentukan nuansa makna yang sesuai dengan konteks dan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Dalam penelitian ini, penelusuran makna diwujudkan melalui analisis komponen makna. Analisis komponen makna dilakukan untuk mengetahui kemiripan, kesamaan, dan perbedaan makna pada kata yang bersinonim (Pateda, 2010). Analisis komponen makna dalam semantik membantu untuk memahami bagaimana makna bahasa dihasilkan, dipahami, dan digunakan dalam komunikasi. Melalui pemahaman tentang komponen makna ini, linguistik dapat memahami kompleksitas dan kekayaan bahasa dalam menyampaikan informasi dan komunikasi antarmanusia. Analisis komponensial digunakan untuk menelusuri perbedaan kata-kata yang bersinonim.

Penelitian mengenai analisis komponen makna pada verba telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Wahyu (2017) meneliti mengenai komponen makna kata dasar verba yang memiliki relasi makna ‘menampakkan’. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi komponen maknanya, terdapat dua relasi semantis yang ditemukan dari dasar verba ‘menampakkan’ yaitu relasi keberlawanan dan relasi persinggungan. Enam kata dasar verba yang terkait dengan makna ini, yaitu muncul, terbit, timbul, keluar, tampak, dan lahir. Keenam kata tersebut digunakan oleh semua subjek, baik manusia, benda, tumbuhan, dan hewan.

Nikmah (2016) meneliti komponen makna kelompok verba Qala dalam Bahasa Arab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi makna verba Qala dibedakan berdasarkan penutur dan konteks linguistik. Berdasarkan hasil analisis komponen makna yang diterapkan pada kelompok kata kerja "qala," terdapat 7 fitur semantik yang digunakan, termasuk tujuan, objek, cara, konotasi, penutur, lawan tutur, dan universalitas. Selanjutnya dalam tahap identifikasi relasi makna kelompok verba “qala,” telah ditemukan 10 pasang kata bersinonim dan 8 pasang kata berkategori hiponim.

Relasi makna verba dalam Bahasa Jepang diteliti oleh Feby (2017) yang meneliti relasi makna verba riyousuru, tsukau, dan mochiiru. Ketiga verba tersebut memiliki kesamaan makna yaitu menggunakan barang untuk sebuah aktivitas. Persamaan makna pada verba riyousuru, tsukau, dan mochiiru mengindikasikan ketiganya memiliki relasi makna sinonim dan dapat saling menggantikan dalam suatu kalimat. Sebaliknya adanya perbedaan makna mengindikasikan ketiga verba tersebut tidak dapat saling menggantikan dalam suatu kalimat.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang identik dengan penelusuran relasi makna pada verba, penelitian ini mencoba untuk menelusuri komponen makna pada variasi verba pewarta sehingga lebih jelas ragam leksikon dengan makna yang berdekatan. Datang (2023) menyatakan bahwa penelusuran komponen makna pada verba digunakan untuk menemukan perbedaan penggunaan verba, terutama yang maknanya sangat berdekatan. Dalam penelitian ini, analisis komponen makna bertujuan untuk mengungkap keanekaragaman makna yang dimiliki oleh kelompok verba pewarta. Analisis difokuskan pada verba pewarta transitif yang ditandai dengan sufiks Me-N. Penelitian ini menggunakan teks berita bertema Vonis Mati Ferdy Sambo jadi Seumur Hidup. Pemilihan tema berita tersebut didasarkan pada isu populer pembacaan vonis Ferdy Sambo yang mendapatkan banyak tanggapan dari berbagai kalangan sehingga berdampak pada tingginya frekuensi penggunaan verba pewarta. Adapun permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah variasi, frekuensi, dan analisis komponen makna verba pewarta dalam korpus berita daring Kompas.com dan Detik.com.

METODE DAN TEORI

Penelitian ini memanfaatkan metode campuran (mixed methods research) yang melibatkan data kualitatif berupa teks dan kuantitatif (data yang dapat dikuantifikasi) untuk menjelaskan permasalahan dalam penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Lawrence (2013) bahwa penelitian sosial umumnya menggunaan kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan analisis komponen makna variasi verba pewarta. Sementara itu, metode kuantitatif digunakan untuk analisis frekuensi kemunculan verba pewarta pada data korpus berita daring. Data dalam penelitian ini berupa verba pewarta yang diambil korpus berita daring bertema Vonis Mati Ferdy Sambo jadi Seumur Hidup yang diterbitkan oleh Kompas.com dan Detik.com. Periode data yang dipilih adalah berita yang tayang pada 8-9 Agustus bertepatan dengan pembacaan vonis mati Ferdy Sambo menganulir ke vonis seumur hidup. Data tersebut kemudian dipilah dan dimasukkan pada perangkat korpus Antconc untuk diidentifikasi variasi dan frekuensi kemunculan verba pewarta.

Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan empat langkah. Pertama, melakukan pencarian berita pada laman sumber data. Kedua, data tersebut diconvert ke format .txt. Ketiga, data dimasukkan pada perangkat korpus Antconc versi 3.5.9 (2020). Keempat, melakukan pencarian pada fitur word list. Adapun untuk metode analisis data dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut; (a)variasi verba yang telah ditemukan akan dianalisis berdasarkan frekuensi kemunculannya dalam teks berita, (b)verba-verba dengan frekuensi kemunculan tertinggi dan memiliki kedekatan makna akan dianalisis menggunakan teori analisis komponen makna Nida (1975) untuk menemukan perbedaan, persamaan, dan kemiripan maknanya.

Berdasarkan penelusuran pada penelitian-penelitian terdahulu, penelitian mengenai verba pewarta banyak dilakukan dalam naskah-naskah akademik. Charles (2006) meneliti mengenai penggunaan reporting verbs pada tesis mahasiswa bidang ilmu sosial dan ilmu sains. Reporting verbs yang sering digunakan mahasiswa adalah argue, note, suggest, show, find, dan observe. Sementara itu, Manan & Noor (2014) menemukan bahwa frekuensi tertinggi penggunaan reporting verbs dalam thesis masters mahasiswa Universiti Kebangsaan Malaysia pada research acts category.

Dalam teks-teks berbahasa Indonesia, tentu dijumpai pula variasi reporting verbs atau verba pelaporan. Sudiyana (2017) meneliti verba pewarta dalam tulisan akademik dalam bahasa Indonesia. Karangan akademik umumnya menggunakan verba pewarta aktif diikuti oleh frase dan klausa, serta verba pewarta pasif. Tipe-tipe tersebut kemudian dapat ditelusuri perbedaan makna melalui analilis komponen makna.

Analisis komponen makna menjadi cara efektif untuk menelusuri perbedaan makna dari masing-masing verba yang bersinonim. Kridalaksana (2013) menyatakan bahwa komponen makna adalah elemen tunggal atau sekelompok unsur yang bekerja bersama-sama untuk membentuk makna dari sebuah kata atau ujaran. Hal ini mengindikasikan bahwa sebuah makna dibangun dari elemen-elemen yang saling berkaitan. Misalnya frasa "mendalam" dan "dalam" yang mempunyai kemiripan makna. Namun, penggunaan "mendalam" dapat memberikan nuansa yang lebih kuat dalam teks berita yang ingin menekankan kedalaman penemuan ilmiah. Hal ini sejalan dengan pendapat Wijana (2011) menyatakan bahwa komponen makna diperlukan untuk menelusuri komposisi makna atau kandungan makna sebuah kata.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini akan secara sistematis menjelaskan frekuensi, variasi, dan analisis komponen makna verba pewarta pada korpus berita bertema Vonis Mati Ferdy Sambo Jadi Seumur Hidup.

  • A.    Variasi dan Frekuensi Verba Pewarta

Manik (2017) menyatakan bahwa teks tertulis akan lebih menarik menggunakan variasi kata dengan makna yang yang berdekatan. Variasi didefinisikan sebagai bentuk (rupa) yang lain; yang berbeda bentuk (rupa) (KBBI, 2016). Dalam hal ini, variasi verba pewarta berarti berbagai bentuk verba yang menyatakan suatu percakapan dan berada pada medan makna yang sama yaitu memberikan informasi. Dalam penelitian ini, variasi verba pewarta dalam medan makna memberikan informasi dibatasi pada verba pewarta transitif yang ditandai dengan sufiks Me-N. Berdasarkan penelusuran pada korpus berita yang telah dihimpun dalam aplikasi Antconc, ditemukan 17 variasi verba pewarta pada yang dapat dipaparkan pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Variasi Verba Pewarta

No.

Verba Pewarta

Frekuensi

1.

mengatakan

83

2.

menyatakan

58

3.

menjelaskan

15

4.

menyebutkan

6

5.

menegaskan

6

6.

mengungkapkan

3

7.

menyampaikan

25

8.

mengomentari

3

9.

mengemukakan

1

10.

membeberkan

2

11.

menafsirkan

1

12.

menambahkan

2

13.

menanggapi

1

14.

mengemukakan

1

15.

menyebut

13

16.

menyimpulkan

2

17.

menyinggung

5

Pada tabel data di atas, dari tujuh puluh tiga berita bertema Vonis Mati Ferdy Sambo Jadi Seumur Hidup, variasi verba pewarta yang ditemukan dalam data penelitian berjumlah 17 variasi dengan frekuensi kemunculan verba mengatakan yang paling dominan digunakan oleh penulis berita. Kemunculan verba mengatakan sebanyak 83 kali mengisyaraktkan bahwa dalam satu teks berita, verba tersebut dapat digunakan lebih dari sekali. Selanjutnya verba menyatakan muncul sebanyak 58 kali, verba menyampaikan sebanyak 25 kali, verba menjelaskan sebanyak 15 kali, dan verba menyebut sebanyak 13 kali. Adapun verba menyebutkan dan menegaskan muncul sebanyak 6 kali, verba menyinggung sebanyak 5 kali, verba mengungkapkan dan mengomentari sebanyak 3 kali. Adapun verba membeberkan, menambahkan, menyimpulkan muncul sebanyak 2 kali, verba mengemukakan, menafsirkan,

menanggapi, dan mengemukakan muncul sekali. Data tersebut kemudian akan dipaparkan contoh penggunaanya dalam teks berita bertema Vonis Mati Ferdy Sambo Jadi Seumur Hidup pada berita daring Kompas.com dan Detik.com.

Verba Mengatakan

Dalam teks berita bertema Vonis Mati Ferdy Sambo Jadi Seumur Hidup, verba mengatakan muncul sebanyak 83 kali. Verba mengatakan berperan memberikan informasi yang disampaikan secara lisan kepada khalayak. Ciri umum penggunaan verba mengatakan adalah diawali dengan subjek yang diikuti oleh verba mengatakan. Subjek yang terlibat dapat berupa orang pertama atau kata ganti orang pertama. Berikut ini contoh penggunaan verba mengatakan dalam teks berita.

  • (1)    Jakarta - Yonathan Baskoro, pengacara pihak keluarga Brigadir Yosua Hutabarat, mengaku kaget Mahkamah Agung (MA) menganulir hukuman Ferdy Sambo menjadi pidana seumur hidup. Dia mengatakan aspirasi masyarakat dengan putusan hakim berbeda jauh. (Detik.com/09 Agustus 2023)

  • (2)    Padahal, Samuel mengatakan, dirinya ingin mengetahui alasan hakim memberikan diskon hukuman ke para pelaku pembunuhan putranya. "Di Mahkamah Agung ini kita ibarat petir di siang bolong, tidak ada angin, tidak ada hujan, ada petir. Artinya, begitu ada keputusan langsung diomongkan, bagaimana kita mengetahui secara transparan?" ujarnya.

  • (3)    Albert Aries mengatakan, dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan, narapidana berhak mendapatkan remisi dan hak lainnya.

Berdasarkan data di atas, verba mengatakan digunakan untuk menyatakan kebenaran informasi yang bersifat fakta dan opini. Fakta merupakan sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi, sedangkan opini merupakan pendapat; pikiran; pendirian (KBBI, 2016). Berdasarkan konteks berita di atas, data (1) dan (2) mengandung opini, sedangkan data (3) mengisyaratkan fakta. Pada data (1), frasa aspirasi masyarakat mengindikasikan bahwa pernyataan yang dikemukan oleh Yonathan Baskoro sebagai subjek dalam kalimat tersebut berisi asumsi pribadinya. Pada data (2) informasi yang disampaikan oleh Samuel selaku ayah Brigadir J merupakan pendapat pribadinya yang ingin mengetahui alasan pemberian diskon hukuman pada Ferdy Sambo. Pada data (3) subjek Albert Aries memaparkan mengenai isi UU No 22 tahun 2022. Hal tersebut merupakan fakta. Sementara itu, ditinjua dari rincian informasi yang diberikan bersifat umum dan spesifik, misalnya pada data (2), klausa yang muncul setelah verba mengatakan yaitu ingin mengetahui alasan hakim memberikan diskon hukuman pada pelaku. Data (3) menunjukkan bahwa verba mengatakan digunakan untuk memberikan informasi yang bersifat spesifik mengenai UU pasal 10 tahun 2022 mengenai narapidana.

Verba Menyatakan

Dalam teks berita bertema Vonis Mati Ferdy Sambo Jadi Seumur Hidup, verba mengatakan muncul sebanyak 58 kali. Verba mengatakan berfungsi memberikan informasi kepada khalayak, baik yang bersifat lisan maupun non lisan, serta subjeknya bisa berupa manusia atau benda. Berikut ini contoh penggunaan verba menyatakan dalam teks berita.

  • (4)    Dalam putusannya, hakim menyatakan dalih adanya pelecehan seksual terhadap istri Sambo, Putri Candrawathi, tidak memiliki bukti yang valid. Hakim juga

menyatakan sangat kecil kemungkinan Brigadir Yosua melakukan pelecehan terhadap Putri yang dinilai punya posisi dominan terhadap Yosua selaku ajudan suaminya.

  • (5)    Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung Ketut Sumedana mengatakan hal itu berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 20/PUU-XXI/2023 tanggal 14 April 2023. Putusan itu menyatakan bahwa Penjelasan Pasal 30C huruf h Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

  • (6)    Ketut mengatakan pihaknya menghormati putusan kasasi tersebut. Dia menyebut putusan kasasi itu menyatakan dakwaan Pasal 340 juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP, yakni pembunuhan berencana terhadap Yosua sebagaimana diajukan jaksa dalam persidangan, telah terbukti.

Berdasarkan data di atas, verba menyatakan umumnya digunakan untuk menyatakan informasi yang bersifat opini, namun juga bisa digunakan untuk menyatakan informasi yang bersifat faktual (berdasarkan fakta). Pada data (4) informasi yang diberikan berisi pendapat/opini dari Hakim mengenai dugaan pelecehan seksual terhadap Putri Candrawati, istri FS. Informasi yang disampaikan berisi informasi yang spesifik mengenai hal tersebut, dibuktikan dengan adanya rincian alasan mengapa dugaan pelecehan tersebut tidak valid. Sementara itu, pada data (5) dan (6) verba menyatakan digunakan setelah penggunaan subjek putusan (yang berupa benda) dan informasi yang diberikan spesifik yakni mengenai putusan mahkamah konstitusi. Penulis cenderung menggunakan verba mengatakan untuk mengemukakan informasi dari subjek yang berupa manusia. Misalnya kalimat pertama pada data (5), subjek Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung Ketut Sumedana diikuti oleh verba mengatakan, sedangkan subjek putusan diikuti oleh verba menyatakan. Selanjutnya pada data (7) Ketut (subjek manusia) diikuti oleh verba mengatakan dan putusan kasasi (subjek benda) diikuti oleh verba menyatakan. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa verba mengatakan cenderung digunakan setelah subjek manusia dan verba menyatakan cenderung digunakan keduanya. Berkaitan dengan rincian informasi yang diberikan, verba menyatakan digunakan untuk menyatakan informasi yang spesifik dari kalimat atau pernyataan sebelumnya. Sebagai contoh, pada data (6) informasi yang diberikan setelah penggunaan verba menyatakan berupa rincian putusan yang kasasi yang telah disebutkan pada kalimat pertama data tersebut.

Verba Menjelaskan

Dalam teks berita bertema Vonis Mati Ferdy Sambo Jadi Seumur Hidup, verba menjelaskan muncul sebanyak 15 kali. Verba menjelaskan berfungsi memberikan informasi, baik yang bersifat lisan maupun non lisan. Berikut ini contoh penggunaan verba menjelaskan dalam teks berita.

  • (7)    Keterangan kematian Brigadir Yosua baru disampaikan ke publik pada 11 Juli 2022. Saat itu, Brigjen Ahmad Ramadhan yang menjabat sebagai Karo Penmas Divisi Humas Polri menjelaskan bahwa Brigadir Yosua tewas karena adu tembak dengan Bharada Eliezer.

  • (8)    Maneger Nasution menjelaskan bahwa Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2022 telah mengatur hukum acara mengenai pengajuan restitusi setelah

putusan berkekuatan hukum tetap (inkrah). Permohonan restitusi dapat diajukan oleh pemohon/ahli waris korban atau melalui LPSK.

  • (9)    Secara terpisah Eddy Hiariej memberikan penjelasan pada 15 Februari 2023. Saat itu Eddy terlebih dahulu menjelaskan dirinya sebagai Wamenkumham RI tidak etis mengomentari putusan pengadilan. Namun sebagai guru besar hukum pidana, Profesor dari UGM ini boleh saja mengomentari putusan pengadilan.

Berdasarkan data di atas, verba menjelaskan digunakan untuk menyatakan informasi yang bersifat opini dan fakta. Verba menjelaskan juga digunakan untuk menyatakan informasi yang bersifat umum dan spesifik. Misalnya pada contoh data (7) Brigjen Ahmad Ramadhan menyatakan opininya terkait informasi mengenai kronologi pembunuhan Brigadir J kepada khalayak. Selanjutnya pada data (8), informasi yang diberikan berupa fakta mengenai Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2022, dapat dikategorikan informasi yang spesifik. Pada data (9) informasi yang disampaikan bersifat opini bahwa Eddy Hiariej menganggap dirinya tidak etis mengomentari mengenai putusan pengadilan berkaitan dengan posisinya sebagai wakil menteri hukum dan HAM. Selanjutnya ditinjau dari rincian informasi yang diberikan setelah verba menjelaskan adalah informasi yang bersifat umum. Misalnya Brigjen Ahmad Ramadhanbahwa Brigadir Yosua tewas karena adu tembak dengan Bharada Eliezer. Informasi tersebut merupakan informasi umum dan dapat bertujuan untuk memaparkan informasi pada khalayak mengenai alasan tewasnya Brigadir J.

Verba Menyampaikan

Dalam teks berita bertema Vonis Mati Ferdy Sambo Jadi Seumur Hidup, verba menyampaikann muncul sebanyak 25 kali. Verba ini secara umum berfungsi untuk memberikan informasi yang bersifat lisan kepada khalay0k. Berikut ini contoh penggunaan verba menyampaikan dalam teks berita

  • (10)    MA menyampaikan ada 2 hakim yang melakukan dissenting opinion atau yang menolak kasasi Ferdy Sambo. Namun kedua hakim tersebut kalah suara dari 3 anggota majelis hakim lainnya sehingga putusan hakim tetap memperbaiki putusan Ferdy Sambo dengan hukuman seumur hidup.

  • (11)    Mahfud menyatakan, putusan kasasi terhadap Sambo, Putri Candrawathi, Ricky Rizal Wibowo, dan Kuat Ma'ruf sudah final dan berkekuatan hukum tetap. Dia menyampaikan, negara sudah tidak bisa lagi melakukan upaya hukum lanjutan terkait kasasi itu

  • (12)    Sobandi menyampaikan vonis Ferdy Sambo diturunkan hakim MA dari hukuman mati di tingkat Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi menjadi penjara seumur hidup.

Berdasarkan data di atas, verba menyampaikan digunakan untuk menyatakan informasi yang spesifik ditandai dengan klausa yang muncul setelah verba tersebut yaitu mengenai sikap hakim pada kasus Ferdy Sambo dan keberlanjutan putusan kasasi. Informasi yang diberikan faktual dan menggunakan ciri kutipan langsung yang ditandai dengan petik dua. Pada ketiga data di atas, subjek yang berada sebelum verba menyampaikan adalah orang pertama atau kata ganti orang pertama. Hal ini mengisyaratkan bahwa subjeknya selalu manusia. Sementara itu, ditinjau dari cara informasi yang diberikan, yaitu dengan spontan ditandai dengan penggunaan kalimat langsung mengenai informasi yang dibahas, misalnya dua hakim yang di dissenting

opinion pada data (12), pernyataan bahwa negara tidak bisa lagi melakukan upaya lanjutan pada data (11), dan penganuliran vonis mati Ferdy Sambo pada (12).

Verba Menyebut

Dalam teks berita bertema Vonis Mati Ferdy Sambo Jadi Seumur Hidup, verba menyebut muncul sebanyak 13 kali. Verba menyebut berfungsi untuk memberikan informasi yang disampaikan secara lisan kepada khalayak. Subjek yang terlibat dapat berupa orang pertama. Berikut ini contoh penggunaan verba menyebut dalam teks berita.

  • (13)    Sobandi menyebut hakim dijamin kemerdekaannya. "Kalau itu sudah pasti, hakim itu dijamin kemerdekaannya, kemandiriannya. Jadi tidak mungkin ada intervensi mereka memutuskan, " kata Sobandi.

  • (14)    Martin menyebut pihaknya akan lebih dulu mempelajari pertimbangan dalam putusan yang diberikan MA. "Namun untuk lebih lanjut kita akan pelajari Putusan Kasasi Mahkamah Agung terkait hal-hal yang menjadi pertimbangan Majelis Hakim dalam kasasi Ferdy sambo, Putri Chandrawathi, Kuat Ma'ruf dan Ricky Rizal," tuturnya.

  • (15)    Namun Kejagung menyebut jaksa saat ini tidak bisa mengajukan peninjauan kembali (PK) sebagai langkah upaya hukum selanjutnya karena telah ada putusan Mahkamah Konstitusi.

Berdasarkan data di atas, verba menyebut digunakan untuk memberikan rincian informasi yang bersifat umum dan spesifik. Data (13) menunjukkan informasi yang diberikan Sobandi bersifat umum yakni mengenai hakim yang dijamin kemerdekaannya. Pada kalimat berikutnya dipaparkan mengenai informasi yang spesifik mengenai rincian pernyataan pada kalimat pertama. Selanjutnya pada data (14) informasi yang diberikan melalui penggunaan verba menyebut bersifat umum yaitu mengenai putusan Mahkamah Agung yang dipaparkan oleh Martin. Selain digunakan untuk memberikan rincian informasi yang bersifat umum, verba menyebut juga digunakan untuk memberikan informasi yang bersifat spesifik. Pada data (15), verba menyebut berfungsi untuk memberikan informasi yang spesifik mengenai alasan dilakukan penijauan kembali oleh Kejagung. Adapun ciri lain yang melekat pada verba menyebut adalah selalu diikuti oleh kutipan langsung yang ditandai dengan tanda kutip. Hal ini digunakan untuk memberikan rincian informasi yang disampaikan pada kalimat sebelumnya.

  • B.    Analisis Komponen Makna Verba Pewarta

Cahyono (1995) berpendapat bahwa dalam proses analisis komponen makna akan dibagi komponen-komponen terkecil dalam bentuk skema. Suhardi (2015) menyatakan bahwa analisis komponen makna dilakukan dengan memiliih seperangkat kata yang diperkirakan berhubungan dan menemukan analogi seperangkat kata tersebut. selanjutnya analisis komponen makna dilakukan dengan membuat ciri-ciri komponennya berdasarkan analogi tersebut. Tanda (+) digunakan untuk menandai pengertian kata yang memiliki komponen makna yang dimaksud dan (-) untuk pengertian kata yang tidak memiliki komponen makna yang dimaksud. Dalam penelitian ini, setelah dibuat skema dan dikelompokkan berdasarkan analisis ciri-ciri komponen maknanya. Berdasarkan 17 variasi verba pewarta tersebut, akan diidentifikasi 5 verba yang bersinonim dan memiliki frekuensi kemunculan tertinggi

dalam teks berita bertema Vonis Mati Ferdy Sambo jadi Seumur Hidup menggunakan analisis komponen makna. Berikut ini hasil identifikasi fitur pembeda pada analisis komponen makna verba pewarta berdasarkan paparan pada 15 contoh data di atas.

Tabel 2. Analisis Komponen Makna Verba Pewarta

Variasi Verba

Pewarta

Fitur Pembeda

Cara penyampaian: Lisan vs Non Lisan

Sifat kerahasiaan: Khalayak vs Privat

Kebenaran informasi: Fakta vs Opini

Rincian informasi: Umum vs Spesifik

mengatakan

+

+

±

±

menyatakan

±

+

±

-

menjelaskan

±

+

±

±

menyampaikan

+

+

+

-

menyebut

+

+

±

±

Berdasarkan analisis komponen makna pada lima variasi verba pewarta di atas, ditemukan perbedaan diferensiasi komponen makna pada masing-masing verba. Pertama, berdasarkan cara penyampaiannya, verba mengatakan, menyampaikan, dan menyebut dilakukan secara lisan. Sementara itu, verba menyatakan dan menjelaskan dapat dilakukan untuk memberikan informasi secara lisan dan non lisan. Kedua, berdasarkan sifat kerahasiaannya, kelima variasi verba pewarta di atas, digunakan untuk memberikan informasi kepada publik atau khalayak umum. Ketiga, ditinjau dari kebenaran informasi yang disampaikan, verba menyampaikan digunakan untuk memberikan informasi yang bersifat faktual, sedangkan keempat verba lain (mengatakan, menyatakan, menjelaskan, dan menyebut) digunakan untuk meberikan informasi yang bersifat fakta dan opini. Keempat, berdasarkan rincian informasi yang diberikan, verba mengatakan, menjelaskan, dan menyebut digunakan untuk memberikan informasi yang bersifat umum dan spesifik, sedangkan verba menyatakan dan menyebut digunakan untuk menyampaikan rincian informasi yang bersifat spesifik.

SIMPULAN

Variasi verba pewarta pada korpus berita akan memberikan gambaran keberagaman verba bahasa Indonesia dalam medan makna yang sama yaitu memberikan informasi. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan 17 variasi penggunaan verba pewarta dalam korpus berita bertema Vonis Mati Ferdy Sambo Jadi Seumur Hidup. Verba tersebut digunakan tidak hanya sebagai nilai estetika saja, namun juga memiliki komponen makna pembeda pada masing-masing variasi verba tersebut. Ketujuh belas variasi verba pewarta tersebut antara lain verba mengatakan, menyatakan, menjelaskan, menyebutkan, menegaskan, mengungkapkan, menyampaikan, mengomentari, mengemukakan, membeberkan, menafsirkan, menambahkan, menanggapi, mengemukakan, menyebut, menyimpulkan, dan menyinggung. Verba mengatakan

memiliki tingkat penggunaan yang paling luas terbukti dengan frekuensi terbanyak yang digunakan dalam teks berita yaitu 83 kali. Adapun 5 verba dengan frekuensi kemunculan tertinggi dalam teks berita yaitu mengatakan, menyatakan, menjelaskan, menyampaikan, dan menyebut. Berdasarkan hasil analisis pada komponen makna kelima verba pewarta tersebut memiliki penggunaan yang berbeda dalam konteks pemberitaan. Fitur pembeda didasarkan pada cara penyapaian, sifat kerahasiaan, kebenaran informasi, dan rincian informasi. Verba menyatakan dan menjelaskan memiliki deferensiasi komponen makna yang hampir sama sehingga sulit dibedakan penggunaanya dalam teks berita sehingga diperlukan analisis pola kolokasi untuk melihat perbedaan yang lebih presisi.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Z. (2015). Kesinoniman dalam bahasa Indonesia. Pujangga: Jurnal Bahasa Dan Sastra, 1(1), 1-13.

Cahyono, B. Y. (1995). Kristal-kristal ilmu bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.

Chaer, A. (2012). Linguistik Umum, Revision Edition. PT Rineka Cipta.

Charles, M. (2006). Phraseological patterns in reporting clauses used in citation: A corpus-based study of theses in two disciplines. English for Specific Purposes, 25(3), 310-331.

Datang, F. A. (2023). Variasi dan Pola Kolokasi Verba dalam Makna ‘Memberikan Informasi’pada Korpus Berita. Literasi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia Dan Daerah, 13(1), 193-204.

Djuraid, H. N. (2009). Panduan menulis berita. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Feby Alexander, A. (2017). Relasi Makna Verba Tsukau, Mochiiru, dan Riyousuru dalam Kalimat Bahasa Jepang 日本語の動詞 使う][用いる][利用するの意味 ^^ [PhD Thesis, Universitas Diponegoro]. http://eprints.undip.ac.id/51764/

Kamus. (2016). Pada KBBI Daring. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/variasi Kridalaksana, H. (2013). Kamus Linguistik (edisi keempat). Gramedia Pustaka Utama.

Lawrence, N. W. (2013). Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. VII.

Manan, N. A., & Noor, N. M. (2014). Analysis of reporting verbs in Master's theses. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 134, 140-145.

Manik Septianiari, N. (2017). The Study of Adjective Admirable and Its Near Synonyms in Corpus of Contemporary American English (COCA). Humanis, 18(1). Retrieved from https://ojs.unud.ac.id/index.php/sastra/article/view/27009

Nida, E. A. (1975). Componential Analysis of Meaning: An Introduction to Semantic Structures, The Hague. Netherland.

Nikmah, K. (2016). Analisis Komponen Makna Kelompok Verba Qala dalam Bahasa Arab       [PhD       Thesis,       Universitas       Gadjah       Mada].

https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/99013

Pateda, M. (2010). Semantik Leksikal, cet. ke-2, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Romli, A. S. M. (2018). Jurnalistik online: Panduan mengelola media online. Nuansa Cendekia.

https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=Df7_DwAAQBAJ&oi=fnd&pg= PA5&dq=romli+2018+kaidah+kebahasaan+teks+berita&ots=qEVyoZF -PC&sig=r06iuF doeWLZa 1oyzr56kvODuQo

Sudiyana, B. (2017). Reported Verb dalam Karangan Akademik Berbahasa Indonesia1.

Stilistika: Kajian Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya, 3(1).

Suhardi. (2015). Dasar-Dasar Ilmu Semantik. Ar-Ruzz Media.

Wahyu, S. (2017). Komponen Makna Kata Dasar Verba yang Memiliki Relasi Makna “Menampakkan”      [PhD      Thesis,      Universitas      Diponegoro].

http://eprints.undip.ac.id/58068/

Widiyanto, G. (2002). Sinonimi nomina dalam bahasa Indonesia [PhD Thesis,

Universitas Gadjah Mada]. https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/19548

Wijana, I., & Putu, D. (1999). Semantik. Yogyakarta: Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada.