Strategi Pelestarian Cagar Budaya Gereja St. Antonius Padova Sebagai Daya Tarik Wisata Kota Pasuruan
on

HUMANIS
Journal of Arts and Humanities
p-ISSN: 2528-5076, e-ISSN: 2302-920X
Terakreditasi Sinta-3, SK No: 105/E/KPT/2022
Vol 27.4. Nopember 2023: 474-486
Strategi Pelestarian Cagar Budaya Gereja St. Antonius Padova Sebagai Daya Tarik Wisata Kota Pasuruan
The Preservation Strategy of St. Antonius Padova Chruch as a Tourist Attraction in Pasuruan City
Kerenhapuk Murike Ngefak, Coleta Palupi Titasari, Kristiawan
Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia
Email Korespondensi: [email protected], [email protected], [email protected]
Info Artikel
Masuk: 7 Juni 2023
Revisi: 30 Oktober 2023
Diterima: 5 Nopember 2023
Terbit: 30 Nopember 2024
Keywords: Historic building; preservation; tourist attraction; Heritage culture
Abstract
Historic buildings that have a colonial style can become an element of tourism development in Pasuruan, including the uniqueness of the local character can be enjoyed as the memories of the past as a tourist attraction. Based on the current conditions, it is necessary to conduct a research related to the directions for the preservation of St. Anthony Padova Church as a Culture Heritage and precisely to maintain the identity and characteristic of the building. Therefore, this study aims to formulate efforts to preserve the cultural heritage of the building, which has historical value as a tourist attraction destination. St. Anthony Padova Church has the potential and deserves to be utilized as one of tourism destination. Utilization of the Cultural Heritage Building of the Church of St. Antonius Padova as a tourist attraction must be directed to the superiority and uniqueness of the building.
Abstrak
Kata kunci: Bangunan bersejarah; pelestarian; daya tarik wisata; cagar budaya
Corresponding Author:
Kerenhapuk Murike Ngefak email:
kerenhapuk.murike022@studen t.unud.ac.id
DOI:
Bangunan-bangunan bersejarah yang memiliki gaya arsitektur kolonial bisa menjadi salah satu elemen dalam pengembangan pariwisata berbasis sejarah di Kota Pasuruan, karena mencermikan unsur karakter hunian periode tertentu sejak abad 18-19. Tinggalan tersebut merupakan hal unik sebagai rekaman sejarah di masa kolonial yang dapat dinikmati sebagai objek wisata Kota Pasuruan. Berdasarkan kondisi saat ini, perlu dilakukan penelitian terkait dengan penentuan arah pelestarian Gereja St. Antonius Padova secara tepat untuk mempertahankan identitas dan karakteristik bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk merancang upaya pelestarian cagar budaya gedung gereja yang mempunyai nilai sejarah sebagai salah satu tujuan daya tarik wisata. Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya Gereja St. Antonius Padova sebagai daya tarik wisata harus diarahkan pada keunggulan dan keunikan bangunan tersebut.
PENDAHULUAN
Kota Pasuruan merupakan satu dari sekian banyak kota di Indonesia yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan sejarah berdasarkan tinggalan-tinggalan bersejarah yang masih dapat ditemukan hingga sekarang. Letak strategis Kota Pasuruan berpengaruh besar dalam kegiatan perekonomian sejak dahulu. Keberadaan pelabuhan di sisi Utara menjadikan Pasuruan sebagai pusat aktivitas kegiatan ekonomi yang sangat diminati oleh berbagai pihak dengan tujuan utama berdagang, khususnya pada akhir abad 18 dan abad 19 sebagai lokasi sentral bongkat muat barang dan transaksi dagang.
Kedatangan bangsa asing dalam perkembangannya turut mempengaruhi pola tata hunian di Kota Pasuruan. Kehadiran hunian, perkantoran, pertokoan, pabrik, dan jalur transportasi yang memadai menjadikan Kota Pasuruan sebagai kota yang sangat maju pada Masa Kolonial. Salah satu kawasan di wilayah Kota Pasuruan yang menonjol pada zaman kolonial adalah kawasan Heerenstraat (jalan utama) yang umumnya difungsikan sebagai Pusat Administrasi Kota serta wilayah kalangan Eropa tinggal. Wilayah ini sejak zaman kolonial diperuntukan bagi perumahan-perumahan elite para penguasa Eropa, khususnya bangsa Belanda. Kawasan ini dirancang sedemikian rupa dengan fasilitas jalan yang eksklusif serta pembangunan bangunan penting guna menunjang aktivitas. Salah satu bangunan yang terdapat di kawasan ini Gereja Santo Antonius Padova atau yang didahulu disebut dengan R.K. Kerk.
Tinggalan bersejarah berupa bangunan cagar budaya memberikan gambaran terkait dengan sistem dan pola kehidupan masa lalu, baik itu dalam bidang ekonomi sosial, religi,
penguasaan teknologi, maupun sistem politik. Bangunan yang memiliki nilai penting yang masih terjaga sehingga diperlukan upaya pelestarian, perlindungan, serta pemanfaatan agar dapat mempertahankan fungsi dan nilai historisnya.
Gambar 1. Peta Gemeente Pasuruan
Keterangan: wilayah kawasan eropa berwarna biru.
Sumber: Leiden University Libraries, Digital Collections
Sesuai denganUndang-undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pelestarian merupakan upaya dinamis dan berkelanjutan untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Bagian ini mengartikan bahwa pengembangan dan pemanfaatan merupakan bagian dari upaya pelestarian. Pengembangan didefinisikan sebagai cara untuk meningkatkan potensi nilai, informasi, promosi serta utilisasi cagar budaya melalui penelitian, revitalisasi, dan adaptasi. Pengembangan didefinisikan sebagai cara untuk meningkatkan potensi nilai, informasi, promosi serta utilisasi cagar budaya melalui penelitian, revitalisasi, dan adaptasi. Pengembangan benda cagar budaya dilakukan dengan prinsip-prinsip kebermanfaatan, keamanan, pemeliharaan, keaslian, dan nilai-nilai yang melekat pada benda cagar
budaya tersebut. Arah dan tujuan pengembangan cagar budaya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi untuk pemeliharaan cagar budaya dan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan cagar budaya dapat dipakai untuk berbagai kepentingan baik itu agama, budaya, sosial, pendidikan, dan pariwisata. Cagar budaya merupakan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah dalam mengembangkan pariwisata (Nugraha & Meli, 2021: 241).
Melalui tinggalan-tinggalan sejarahnya, Kota Pasuruan memiliki potensi pariwisata yang besar. Bangunan-bangunan tersebut mencirikan gaya kolonial sebagai salah satu elemen dalam pengembangan pariwisata dengan unsur karakter wilayah yang unik dan sebagai rekaman budaya masa lampau yang dapat dinikmati sebagai objek wisata. Faktor atau elemen dalam pariwisata meliputi berbagai macam bentuk seperti bangunan, jalan, taman, atau suasana yang ditimbulkan dari kombinasi elemen-elemen tersebut. Perpaduan ini akan membentuk karakter unik yang menjadi ciri khas suatu wilayah. suatu wilayah. Contoh yang paling menonjol dapat dilihat dari arsitektur bangunan dan tata ruang yang masih mengadopsi Gaya Kolonial Belanda (Sukarno, 2014).
Keberadaan bangunan bersejarah di Kota Pasuruan dalam kenyataannya masih belum dipergunakan dan dimanfaatkan secara optimal sebagai destinasi wisata, khususnya oleh pemerintah. Hal ini dipengaruhi oleh fokus pengembangan pariwisata yang mengarah pada bangunan bergaya modern, tanpa mempertimbangan nilai sejarah dari tinggalan bangunan kolonial. Selain itu, minimnya informasi dan pengenalan masyarakat terhadap arti penting dari bangunan cagar budaya menyebabkan ketidakpedulian masyarakat karena mereka merasa tidak memiliki rasa keterkaitan yang erat
dengan situs atau benda cagar budaya di lingkungan sekitar akibat perbedaan zaman (Nugraha & Meli, 2021: 242). Umumnya permasalahan ini terjadi karena kurangnya edukasi dan sosialisasi terkait dengan fungsi dan nilai benda cagar budaya, khususnya terhadap masyarakat yang berada di sekitar objek cagar budaya. Hal ini menjadi salah satu faktor penghalang penghargaan terhadap cagar budaya tersebut yang menyebabkan terjadinya mengalami pergeseran nilai (Nugraha & Meli, 2021: 241). Permasalahan ini banyak dijumpai pada beberapa objek cagar budaya di Kota Pasuruan, namun dalam penelitian ini berfokus untuk menggambarkan kondisi Cagar Budaya Gereja ST. Padova.
Gereja St. Antonius Padova resmi ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya tingkat kota berdasarkan SK Walikota No. 188/496/423.031/2015 tentang Penetapan Cagar Budaya Kota Pasuruan. Gereja memiliki lahan seluas 2,726 m2 yang berlokasi di Jl. Balaikota No.1, Kelurahan Kandangsapi, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan. Sejauh ini, pemanfaatan gereja dijadikan tempat beribadah bagi umat Katolik. Namun, pengelola Gereja belum memiliki arah pengembangan fungsi gereja yang optimal sebagai salah satu destinasi wisata warisan budaya di Kota Pasuruan. Berdasarkan kondisi sekarang saat ini, perlu dilaksanakan penelitian terkait dengan penentuan arahan pelestarian Cagar Budaya Gereja St. Antonius Padova secara tepat guna menjawab permasalahan penurunan nilai dan fungsi, serta untuk mempertahankan identitas dan karakteristik bangunan.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang sebuah upaya pelestarian cagar budaya gereja yang mempunyai nilai sejarah sebagai salah satu tujuan daya tarik wisata. Pelestarian bangunan cagar budaya Gereja Santo Antonius Padova juga bertujuan sebagai bagian
dari upaya membangun jati diri bangsa, memperkuat karakter bangsa, dan mengangkat warisan budaya bangsa ke tingkat yang lebih tinggi.
METODE DAN TEORI
Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yakni suatu metode yang menggambarkan fenomena aktual tentang apa yang terjadi di lapangan untuk kemudian dianalisis. Berdasarkan sumbernya, data terdiri dari 2 jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan secara langsung melalui objeknya. Untuk memperoleh data primer, dilakukan dua bentuk metode pengumpulan data, yaitu observasi, dan wawancara, sementara data sekunder diperoleh melalui literatur berupa jurnal, laporan ilmiah, buku-buku, dan catatan-catatan yang berhubungan dengan Gereja St. Antonius Padova.
Teknik analisis data melalui analisis SWOT untuk mendapatkan kesimpulan. Analisis SWOT dipakai sebagai untuk melakukan analisis strategis (Nugraha & Tadu, 2021: 146). Analisis SWOT
difungsikan sebagai alat bantu yang efektif untuk mengkoordinasikan masalah ataupun hambatan kaitannya dengan analisis lingkungan secara internal dan eksternal. Lingkungan internal dan eksternal pada dasarnya merupakan empat unsur yang selalu dimiliki dan dihadapi oleh sebuah objek, yaitu secara internal memiliki sejumlah kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan secara eksternal akan berhadapan dengan berbagai peluang (opportunities) dan ancaman (threats) (Nugraha & Tadu, 2021: 246).
HASIL DAN PEMBAHASAN
-
1. Berdirinya Gereja St. Antonius
Padova
Sejarah Gereja St. Antonius Padova tidak lepas dari pengaruh masuknya
bangsa Eropa ke Indonesia. Masuknya agama Katolik ke Nusantara ditandai dengan kedatangan dua orang Pastor Yesuit, yakni Pastor Jacobus Nelissen dan Pastor Libertus Prinssen pada tahun 1808 di Batavia. Kedatangan kedua pastor ini dilatarbelakangi karena adanya Undang-undang kebebasan beragama yang dikeluarkan ketika Raja Louis Napoleon dilantik sebagai raja Belanda. Raja Louis Napoleon menginstruksikan bahwa semua orang maupun golongan bebas untuk mengamalkan agamanya masing-masing dan menjalankan ibadah secara teratur. Pada saat itu seluruh wilayah Hindia Belanda merupakan “daerah misi” di bawah wewenang Pimpinan Gereja Katolik Roma. Status “daerah misi” ini kemudian ditingkatkan menjadi Vikariat Apostolik Betawi yang hampir meliputi seluruh wilayah Hindia Belanda. Sekitar tahun 1902-1919 banyak wilayah dipisahkan dari Vikariat Apostolik Betawi dan menjadi Prefektur Otonom, dimana Vikariat Apostolik Betawi mencakup Pulau Jawa saja. Pemekaran berlanjut dengan dibentuknya provinsi-provinsi gerejani di Pulau Jawa.
Tanggal 19 Februari 1923, dikeluarkan Breve SCDF di Roma yang menawarkan kepada pimpinan Ordo Karmel di Roma supaya mengambil alih sebagian “daerah misi” (Vikariat Apostolik Betawi) dari para imam Yesuit. Tawaran ini diteruskan kepada Pimpinan Provinsi Ordo Karmel Nederland. Daerah misi yang dipercayakan kepada Ordo Karmel adalah wilayah bagian timur Jawa Timur yang meliputi karesidenan Malang, Karesidenan Besuki, Pulau Madura dengan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Pada tanggal 3 Agustus 1923 diadakan acara "serah terima" antara imam-imam Yesuit dengan para Imam Karmel. Sejak saat itu, daerah misi Jawa Timur bagian timur dikelola dan dikembangkan oleh ordo karmel yang berpusat di Malang.
Pada tanggal 10 Mel 1927, daerah misi ini ditingkatkan menjadi Prefektur Apostolik Malang oleh Paus Pius XI.
Gedung gereja dibangun atas sumbangan pengusaha asal Belanda bernama Alexander Manuel Anthonijs yang juga merupakan pegawai di Proefstation Oost Java. Pada tanggal 28 Juli 1895, gedung gereja ini diberkati oleh Mgr. WJ. Staal. Sejak berdirinya gedung gereja, kurang lebih selama 28 tahun umat dikunjungi oleh pastor dari dengan naik kuda dari Surabaya menuju Pasuruan. Pada tahun 1931, gedung pastoran dibangun dengan biaya 1200 gulden. Pada 31 Januari 1932 Pasuruan diberi seorang pastor yang menetap yaitu Romo Gregorius Jongmans, O Carm. Pada waktu itu status Pasuruan ditingkatkan dari stasi menjadi Paroki. Pada tahun 1975, gedung gereja yang baru dibangun pada masa Romo Harmelijnk. Gedung gereja yang baru diberkati Uskup pada 4 April 1976. Tahun 2018 dibangun gedung aula paroki di dan diresmikan oleh pada tanggal 4 Agustus 2019.
Faktor utama yang mendukung pelestarian Bangunan Cagar Budaya Gereja St. Antonius Padova sebagai objek Wisata adalah nilai historis dan kultural yang dimiliki. Gereja ini merupakan gereja Katolik pertama di Kota Pasuruan. Berdasarkan informasi, pada masa Hindia Belanda agama Katolik merupakan agama minoritas, dengan hadirnya gereja ini mempermudah umat Katolik pada masa itu untuk beribadah. Informasi dan latar belakang gereja memberikan gambaran mengenai peranan dan pengaruh bangsa Eropa, khususnya Belanda dalam perkembangan dan pembangunan gereja.
Jemaat gereja yang pada awalnya didominasi oleh Bangsa Eropa perlahan mulai terbuka bagi kalangan etnis lainnya. Tercatat pada tanggal 13 Februari 1932, dilakukan baptisan kudus
pertama bagi Santy Lili, anak dari Lodekwijk Jacob B. Kemudian pada tanggal 31 Maret 1934, dilakukan baptisan kudus bernama Betty Djie Kiem Hwa, yang merupakan orang Tionghoa pertama yang dibaptis. Sejak saat itu, jumlah jemaat semakin berkembang baik itu dari etnis Eropa, Tionghoa, maupun Pribumi. Faktor pendukung lainnya yaitu keadaan fisik gereja yang belum banyak mengalami perubahan sejak didirikan hingga sekarang. Arsitektur bangunan masih mempertahankan keasliannya, meskipun sudah mengalami proses renovasi dengan menggunakan material bahan yang berbeda. Hal ini juga didukung dengan koleksi benda bersejarah yang hingga sekarang masih disimpan sebagai arsip sejarah.
Gambar 2. Fasad Gereja Tahun 1929 (kiri) dan 1947 (kanan)
Sumber: Leiden University Libraries, Digital Collections (kiri) dan arsip pribadi (kanan)
Berdasarkan gambar 2 terlihat bahwa fasad gereja tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pada tahun 1929, terlihat atap gereja menggunakan tipe pelana.Gevel berbentuk segitiga yang mengikuti bentuk atap. Bagian bawah atap diberikan ornament hias berupa bentuk geometris. Komponen lain seperti, bouvenlight berbahan kaca disusun di bagian tengan depan. Bouvenlight bagian tengah ditempatkan lebih tinggi dengan ukuran yang lebih besar, dengan hiasan kaca membentuk gambar flora. Bagian bawah sisi kiri dan
kanan terdapat dua buah bouvenlight berukuran lebih kecil dengan bentuk yang serupa. Pintu utama berada diletakkan di bagian tengah dengan posisi menjorok ke depan (lihat gambar 2 kiri).
Selanjutnya pada tahun 1947, fasad gereja tidak mengalami banyak perubahan, kecuali pada bagian atap gereja. Atap gereja yang sebelum dibuatkan menjorok ke depan dengan fungsi sebagai kanopi, telah diubah. Nok Acroterie atau bagian ujung atap terdapat salib sebagai simbol gereja. Bagian depan terdapat 2 pilar yang menjorok ke luar, masing-masing berada di sebelah kiri dan kanan bangunan. Tepat di samping gereja dibangun pula gedung pastoran sebagai tempat tinggal para pastor yang melayani di gereja. Bentuk pagar sebagai pembatas wilayah juga mengalami perubahan bentuk (lihat gambar 2 kanan).
Gambar 3. Fasad Gereja Tahun 2022
Sumber: Dok Tim Riset Pasuruan 2022
Pada gambar 3, menunjukan kondisi terbaru gereja yang diambil pada tahun 2022. Secara garis besar, fasad gereja mengikuti bentuk pada masa-masa sebelumnya. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan 2 warna dasar yaitu krem dan coklat. Warna coklat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian tertentu. Pilar yang berada di ujung kiri dan kanan bangunan memiliki ukuran yang lebih kecil, serta dibuat merata dengan dinding secara keseluruhan. Sisi kiri bangunan bangun sebuah menara dengan fungsi sebagai tempat untuk
meletakan lonceng gereja. Sedangkan bangunan di sisi sebelah kanan yang sebelumnya merupakan rumah pastoran, kini telah direnovasi dan dibangun sebagai ruangan aula gereja.


Gambar 4. Cawan dan Ember Air
Sumber: Dok Tim Riset Pasuruan 2022
Selain fisik bangunan yang masih terjaga, pihak gereja sendiri masih menyimpan banyak benda-benda sejarah, berupa perlengkapan ekaristi yang dipakai saat melakukan misa di masa silam. Beberapa di antara yaitu, piala atau cawan yang sudah ada sejak tahun dan ember air suci yang sudah sejak tahun 1967 (lihat gambar 4). Piala atau cawan berfungsi sebagai tempat anggur, sedangkan ember berfungsi sebagai wadah yang dipergunakan untuk menampung air suci yang akan dipercikan saat Perayaan Ekaristi. Koleksi tersebut saat ini diletakan dalam etalase kaca yang terdapat di ruang arsip gereja.
-
2. Analisis SWOT
Analisis SWOT berguna untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan, hingga peluang dan ancaman Gereja St. Antonius Padova sebagai daya tarik wisata. Selanjutnya dijelaskan terkait dengan strategi alternatif berdasarkan faktor internal dan eksternal, yang terdiri dari:
-
1. Strategi SO adalah strategi yang mengoptimalisasi kekuatan yang dimiliki objek untuk memanfaatkan berbagai peluang yang ada.
-
2. Strategi WO adalah strategi yang digunakan semaksimal mungkin untuk meminimalisir beberapa kelemahan.
-
3. Strategi ST adalah strategi yang digunakan dengan cara
mengoptimalkan kekuatan untuk mengatasi berbagai ancaman
-
4. Strategi WT merupakan strategi yang digunakan untuk mengurangi
kelemahan dalam rangka
meminimalisir/menghindari ancaman yang ada.
Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan)
-
a. Kekuatan (Strengths)
-
1. Memiliki Nilai Penting Sesuai UU Cagar Budaya
Sebagaimana telah disusun dalam UU No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya bahwa suatu objek dikategorikan sebagai cagar budaya apabila mengandung nilai penting bagi Sejarah, Ilmu Pengetahuan,
Pendidikan, Agama, dan/atau
Kebudayaan. Gereja ST. Padova merupakan gereja Katolik pertama di Kota Pasuruan yang mempunyai sejarah bagi perkembangan umat Katolik di Pasuruan. Berdasarkan informasi, pada masa Hindia Belanda agama Katolik merupakan agama minoritas, dengan hadirnya gereja beserta komunitas di Kota Pasuruan mempermudah umat Katolik pada masa itu untuk beribadah bahkan hingga sekarang. Dalam bidang ilmu pengetahuan, Gereja St. Antonius Padova memiliki potensi untuk dikaji dari berbagai bidang ilmu, seperti Ilmu Arsitektur, Antropologi,
Arkeologi, dan Pariwisata.
-
2. Mencirikan Gaya Arsitektur Kolonial
Gedung gereja memiliki karakteristik bangunan yang unik dan terawat. Memiliki gaya Arsitektur Neo Gothic yang terlihat dengan denah berbentuk
salib, langit-langit bangunan tinggi. Meskipun telah mengalami perbaikan dan renovasi, tetapi bangunan tetap mempertahankan bentuk asli dengan material bahan yang baru.
-
3. Lokasi yang Strategis
Letak Gereja St. Antonius Padova berada pada kawasan yang tergolong strategis karena berada di pusat kota dengan akses jalan yang mudah dijangkau oleh berbagai jenis kendaraan.. Posisi bangunan yang tepat berada di tepi jalan utama memudahkan pengunjung untuk masuk.
-
4. Arsip yang Memadai
Gereja memiliki fasilitas memiliki fasilitas pendukung berupa ruang arsip sebagai tempat menyimpan koleksi benda-benda peninggalan sejarah yang dapat dikunjungi oleh jemaat dan pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian terkait benda-benda tersebut.
-
b. Kelemahan (weakness)
-
1. Kurangnya Sosialisasi dan Promosi Sebagai sebuah bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, Gereja St. Antonius Padova belum dikembangkan secara maksimal sebagai objek wisata. Gedung secara keseluruhan hanya difungsikan sebagai tempat beribadah. Kerjasama antar pihak pengelola dan pemerintah untuk melakukan promosi melalui media social maupun sosialisasi kepada khalayak umum masih kurang.
-
2. Kualitas SDM
Masih minimnya sumber daya manusia menjadi menjadi salah satu kendala dalam pengembangan wisata Gereja St. Antonius Padova. Hal ini dilihat dari keterbatasan jumlah staf maupun kualitas informasi yang diketahui terkait dengan gereja dan koleksi benda bersejarah.
-
3. Pariwisata Berbasis Religi Oleh Pemerintah
Sebutan atau label “Kota Santri” dan “Kota Madinah” yang menjadi ciri khas pariwisata Kota Pasuruan. Dimana pemerintah lebih banyak memfokuskan untuk mempromosikan dan mengembangkan wisata religi berbasis agama Islam sebagai potensi wisata terbesar. Hal ini menyebabkan wisata sejarah dan edukasi, khususnya terkait peninggalan masa kolonial di Kota Pasuruan kurang mendapatkan perhatian.
Faktor Eksternal (peluang dan ancaman) a. Peluang (opportunities)
-
1. Berada dalam kawasan dengan akses masuk dan keluar Kota Pasuruan.
-
2. Berada dalam wilayah dengan klasifikasi kondisi keamanan, kondisi sosial masyarakat, kondisi
infrastruktur jalan, drainase, fasilitas transportasi, fasilitas pendidikan, fasilitas perdagangan dan kesehatan yang mudah diakses.
-
3. Gereja St. Antonius Padova dapat dijadikan sebagai salah satu landmark pariwisata Kota Pasuruan dan juga menjadi simbol toleransi antar agama.
-
4. Pemanfaatan Gereja St. Antonius Padova sebagai daya tarik wisata membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk turut mengambil bagian dalam penyediaan jasa dan usaha pariwisata, seperti membuka jasa pemandu wisata, fotografer, toko souvenir, dan menyediakan jasa makanan minuman.
-
b. Ancaman (threats)
-
1. Bencana Banjir
Letak gereja yang dekat dengan sungai memberikan potensi ancaman banjir apabila jumlah air meluap. Tercatat bahwa Kecamatan Panggungrejo merupakan salah satu kecamatan yang
rawan banjir apabila terjadi hujan dengan intensitas lebat.
-
2. Koordinasi Antar Stakeholder Belum Maksimal
Dalam hal ini pihak pengelola gereja dan pemerintah belum mencapai visi dan misi yang sama untuk mendukung gerakan pariwisata berbasis sejarah dan edukasi. Fokus pariwisata berbasis religi yang berpusat pada ziarah, kunjungan makam, dan masjid secara berkelanjutan tanpa menyeimbangkan dengan potensi bangunan kolonial yang ada, tidak menutup kemungkinan potensi yang ada akan hilang nilainya. Masyarakat sebagai pemilik dan pelaku wisata pun belum secara penuh menghargai keberadaan bangunan bersejarah yang ada.
-
3. Banyak Sebaran Cagar Budaya di Kota Pasuruan
Banyaknya sebaran objek bersejarah di Kota Pasuruan menjadi pesaing bagi Gereja St. Antonius Padova. Letak yang antar objek cagar budaya yang berdekatan juga menjadi salah satu ancaman persaingan objek wisata.
Berdasarkan analisis SWOT di atas, Gereja St. Antonius Padova memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata dengan memperhatikan strategi-strategi yang berkaitan dengan pelestarian budaya, yaitu:
-
a. Strategi SO (Strength and
Opportunities)
-
1. Cagar Budaya Gereja St. Antonius Padova sebagai objek wisata berbasis “heritage tourism”. Dalam hal ini, konsep pariwisata dengan
memanfaatkan bangunan gereja sebagai bagian dari Kota Pasuruan yang mempunyai konteks historis dan difungsikan sebagai sarana pariwisata dan edukasi.
-
2. Melibatkan partisipasi masyarakat umum secara langsung dalam
membangun kebudayaan dan
pariwisata. Hal ini dapat dilakukan dengan melangsungkan event di gereja.
-
3. Meningkatkan dan mengoptimalkan sirkulasi jalur kendaraan berupa lahan parkir maupun kenyamanan bagi pejalan kaki.
-
4. Melakukan konservasi dan
perlindungan fisik gedung, dengan kegiatan bersih-bersih maupun renovasi dengan tetap
mempertahankan bentuk dan fungsi yang lama.
-
a. Strategi WO (Weakness and Opportunities)
-
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pihak pengelola dapat memberikan pelatihan dan sosialisasi terkait dengan sejarah gereja kepada staf atau pegawai. Diperlukan divisi atau staf khusus yang bertugas sebagai tour guide atau yang ahli dalam memberikan informasi sejarah, maupun koleksi benda yang ada.
-
2. Meningkatkan kesadaran
masyarakat. Masih kurangnya perhatian dan kesadaran diakibatkan kurangnya sosialisasi terhadap Cagar Budaya. Sosialisasi ke sekolah-sekolah, maupun penyebaran informasi melalui platform sosial media menjadi salah satu upaya untuk memperkenalkan objek wisata.
-
3. Menjalin kolaborasi antara
pemerintah dengan pihak pengelola. Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan adalah dengan
meningkatkan keahlian dan sumber tenaga ahli, lahan penunjang seperti tempat parkir, tempat makan, dan ruang terbuka hijau. Selain itu, kedua pihak dapat membuat campaign pentingnya pelestarian cahar budaya
yang dapat menarik perhatian masyarakat luas.
-
b. Strategi ST (Strength and Threats)
-
1. Menjadikan Gereja St. Antonius Padova sebagai ikon menonjol yaitu sebagai satu-satunya gereja Katolik peninggalan Belanda yang masih difungsikan. Dengan adanya ruangan arsip yang menyimpan berbagai koleksi benda bersejarah dapat difungsikan sebagai ruang pameran yang mempunyai daya tarik tersendiri.
-
2. Bersama dengan pemerintah setempat untuk merancang sistem mitigasi bencana banjir, serta upaya penyelamatan bangunan cagar budaya. Pembangunan lahan serap air dan lahan terbuka, serta penyediaan selokan air menjadi penting untuk diperhatikan.
-
3. Melakukan kerjasama antara
pemerintah dan pengelola bangunan-bangunan cagar budaya yang berada dalam wilayah Heerenstraat untuk membuat manajemen pariwisata yang berkaitan satu dengan yang lain. Pihak pemerintah, swasta, berkoordinasi dengan pihak pengelola untuk dapat merekonstruksi kembali Kawasan Kolonial Belanda untuk memperkuat karakter pariwisata kota.
-
c. Strategi WT (Weakness and Threats)
-
1. Meningkatkan Kualitas SDM dengan mengajak masyarakat di sekitar objek untuk berpartisipasi secara langsung, dengan memberikan pengetahuan dan skill melalui sosialisasi atau pelatihan. Masyarakat maupun pihak pengelola bisa menjadi local guide yang mampu memberikan informasi menyeluruh. Upaya sosialisasi dapat dilakukan oleh pihak pemerintah yang berkepentingan seperti Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Pasuruan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pasuruan, serta UPT Kebudayaan
yang khusus menangani Cagar Budaya, yaitu Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Jawa Timur. Sosialisasi merupakan salah langkah untuk memberikan pengetahuan juga sekaligus memotivasi masyarakat akan pentingnya tanggung jawab mereka dalam upaya pelestarian cagar budaya.
-
2. Pihak pengelola harus dapat melakukan inovasi melalui kegiatan-kegiatan kreatif seperti pameran, pemutaran film, diskusi, dan lain sebagainya dengan memanfaatkan gedung gereja. Hal ini untuk menambah pengetahuan bagi
masyarakat, sekaligus sebagai langkah memperkenalkan nilai penting gereja yang harus tetap dijaga dan dilestarikan.
-
3. Bekerjasama dengan pemerintah untuk membuat event-event sejarah yang dapat menarik wisatawan lokal maupun luar. Event ini juga menjadi ajang promosi untuk memperkenalkan potensi wisata yang ada di Kota Pasuruan. Tidak hanya berfokus pada wisata religi saja, tetapi wisata alam, kuliner, wisata budaya, wisata sejarah, dan lainnya.
-
4. Mengoptimalkan fasilitas dan infrastruktur penunjang pariwisata seperti tempat sampah umum, sistem drainase, lahan hijau, tempat parkir, serta trotoar bagi pejalan kaki agar wisatawan yang berkunjung merasa nyaman.
-
5. Pihak pemerintah kota dan pengelola dapat melakukan kegiatan studi banding di beberapa kawasan atau bangunan cagar budaya yang ada di wilayah Jawa Timur atau di Luar Jawa Timur untuk dijadikan panduan dalam pemanfaatan objek colonial sebagai daya tarik wisata. Melalui kegiatan studi banding pihak pengolala dapat mengambil hal-hal yang positif yang dapat diterapkan dalam upaya
pelestarian gereja St. Antonius Padova.
-
3. Arahan Pelestarian Gereja St. Antonius Padova Sebagai Daya Tarik Wisata
Keberadaan Gereja St. Antonius Padova sebagai sebuah bangunan peninggalan masa kolonial merupakan sebuah peluang yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata yang membutuhkan peran aktif dari setiap kalangan, baik itu pemerintah, pihak pengelola, dan masyarakat sekitar. Berdasarkan hasil analisis SWOT beserta jenis strategi yang telah dipaparkan, maka diberikan arahan sebagai berikut:
-
1. Pengembangan wisata berbasis heritage tourism, yang mencakup seluruh kawasan Heerenstraat, dimulai dari Cagar Budaya SDN Pekuncen hingga Cagar Budaya Gereja St. Antonius Padova.
-
2. Pemanfaatan Gereja St. Antonius Padova membutuhkan kolaborasi aktif dari masyarakat. Bentuk pemanfaatan yang paling sesuai adalah dengan melakukan penataan berkala ruang gereja, sehingga dapat difungsikan sebagai ruang informasi, penyajian informasi berupa tulisan dalam bentuk storytelling, sehingga tidak terkesan membosankan.
-
3. Membuat konten promosi yang menarik menggunakan platform online dan aplikasi virtual tour sehingga dapat memberikan berbagai informasi terkait sejarah, dan nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah cagar budaya.
-
4. Bekerjasama dengan pihak
pemerintah, komunitas sejarah
setempat, pihak akademisi untuk merancang dan menetapkan aturan perlindungan, pelestarian, dan pengelolaan cagar budaya agar bermanfaat bagi masyarakat sekaligus
sebagai pihak-pihak yang mengontrol jalannya proses pelestarian budaya.
-
5. Pelestarian objek sebagai daya tarik wisata harus mampu beradaptasi dengan kebutuhan zaman yang ada. Proses adaptasi dilakukan dengan melakukan perubahan pada beberapa aspek tanpa menghilangkan nilai historis, atau bahkan merusak. Lokasi gereja yang berada dalam suatu kawasan kolonial yang dikelilingi oleh sebaran tinggalan kolonial merupakan suatu kesatuan destinasi wisata sejarah yang memiliki alur dan ciri khas yang berbeda, namun memberikan sebuah kisah bernilai sejarah tinggi.
SIMPULAN
Bangunan Cagar Budaya Gereja St. Antonius Padova mempunyai potensi dan layak untuk dimanfaatkan sebagai destinasi wisata. Kondisi fisik bangunan yang dalam keadaan terawat tidak hanya bisa difungsikan sebagai sarana ruang ibadah, melainkan sebagai sarana edukasi bagi wisatawan di Kota Pasuruan. Oleh karena itu diperlukan upaya konservasi baik itu melalui pembersihan, perbaikan gedung gereja maupun lingkungan sekitar gereja guna mencegah terjadinya kerusakan, kehancuran secara fisik. Berdasarkan hasil analisis SWOT, langkah dan strategi strategi pelestarian Gereja St. Antonius Padova sebagai daya tarik wisata dapat dilakukan dengan pembangunan pariwisata berbasis heritage tourism. Dalam pemanfaatannya sebagai daya tarik wisata, diperlukan jaringan kerjasama pihak pemerintah, pihak swasta/pengelola, dan masyarakat untuk memaksimalkan potensi yang ada. Konteks historis dari gereja dapat dipakai sebagai media untuk memberdayakan masyarakat, dan dijadikan wisata edukasi, terutama terkait dengan masuknya penyebaran agama dan perkembangan agama Katolik di Kota Pasuruan. Pemanfaatan Bangunan Cagar
Budaya Gereja St. Antonius Padova sebagai daya tarik wisata harus diarahkan pada keunggulan dan keunikan objek. Peranan gereja sebagai bukti sejarah perkembangan umat Katolik di Kota Pasuruan, serta tersedianya arsip dan benda-benda bersejarah sejak masa kolonial perlu disampaikan ke publik sebagai pelengkap informasi sejarah
DAFTAR PUSTAKA
Asmanidar, A. (2017). Cagar Budaya Sebagai Salah Satu Objek Wisata Religi di Kabupaten Aceh Utara (Makam Sultan Malik As-Shalih dan Ratu Nahrasiyah). ARICIS PROCEEDINGS. 1, 408-114.
http://dx.doi.org/10.22373/aricis.v1 i0.962.
Baskoro, S. (2020). Analisis
Pengembangan Benteng Van Der Wijck sebagai Daya Tarik Wisata Budaya (Doctoral dissertation, STP AMPTA Yogyakarta).
Budiyono, D. and Djoko, R. (2010). Potensi Wisata Bangunan Kolonial di Kota Malang. Buana Sains, 10 (1), 83-92.
https://doi.org/10.33366/bs.v10i1.2 52.
Dewi, O. A., & Antariksa, A. K. (2015). Pendekatan Visual Absorption Capability Untuk Pelestarian Kawasan Bangunan Kuno Di Kota Pasuruan. Jurnal Tata Kota dan Daerah, 7 (1), 43-50.
https://tatakota.ub.ac.id/index.php/t atakota/article/view/210.
Hamdy, M. I., & Wisnu, W. (2021). Kawasan Elit Masyarakat Eropa di Kota Pasuruan Tahun 1918-1942. AVATARA, 10(2).
https://ejournal.unesa.ac.id/index.p hp/avatara/article/view/39585
Irwansyah. (2017). Konservasi Bangunan bersejarah “Studi Kasus: Istana Niat Lima Laras Batubara”. Jurnal Proporsi, 2 (2), 131-142.
http://dx.doi.org/10.22303/proporsi. 2.2.2017.131-142.
Khotimah, K., & Fitrianto, A. R. (2022). Pengembangan Wisata Religi Sebagai Pariwisata Berkelanjutan di Kota Pasuruan. JUMPA, 8(2), 99-122.
Kleden, J., Sasongku, I., & Poerwati, T. (2006). Arahan Revitalisasi Kawasan Kota Lama, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 17(3), 1-22.
http://eprints.itn.ac.id/id/eprint/179.
Krisnawati, L. and Suprihardjo, R. (2014). Arahan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Singosari Malang sebagai Heritage
Tourism. Jurnal Teknik ITS, 3(2), 154-159.
Mohammad, B. T. & Department of Tourism and Hospitality
Management, Daffodil Institute of Information Technology (DIIT), Under National University, Bangladesh. (2020). The future of culinary tourism: An emerging dimension for the tourism industry of bangladesh. I-Manager’s Journal on Management, 15(1),
27.https://doi.org/10.26634/jmgt.15 .1.17181.
Mubarok, E. (2020). Belanda, Cina, dan Pasuruan Dalam Kenangan (Peran Keluarga Tionghoa Han dan Kwee Dalam Kemegahan Kota
Pasuruan). Sukabumi: Farha
Pustaka. 102-116.
Nugraha, Y. E., & Meli, T. (2021).
Strategi Pelestarian Cagar Budaya: Studi Kasus Daya Tarik Cagar Budaya Gereja Protestan Kota Kupang Kelurahan Lai Lai. Jurnal Destinasi Pariwisata, 9 (2), 241250.
Purnomo, A.H., Sumaryoto, S. and Suparno, S. (2020). Studi Pengaruh
Gaya Arsitektur Bangunan Terhadap Daya Tarik Kunjungan Wisata di Kota Lama
Semarang. ARSITEKTURA, 18(1),7 4-83.
https://doi.org/10.20961/arst.v18i1. 36214.
Purnomo, H., Waani, J., & Wuisang, C. (2017). Gaya & Karakter Visual Arsitektur Kolonial Belanda Di Kawasan Benteng Oranje Ternate. Media Matrasain, XIV(1).
Rahardjo, S. (2013). Beberapa Permasalahan Pelestarian Kawasan Cagar Budaya dan Strategi Solusinya. Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur, 7 (2), 417.
https://doi.org/10.33374/jurnalkons ervasicagarbudaya.v7i2.109.
Ratnaningtyas, H., Nurbaeti, N, dan Asmaniati, F. (2022). Bangunan Kolonia Belanda Yang Masih Berdiri di Jakarta Sebagai Objek Wisata Budaya. Jurnal Ilmiah Agama dan Budaya, 7 (1), 1-13.
Rustiani, R. (2016). Strategi Kantor Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Jember Dalam
Pemanfaatan Cagar Budaya
Sebagai Obyek Pariwisata Di Wilayah Kabupaten Jember Tahun 2010-2015.
Satrio, E., Tanudjaja, B., & Salamoon, D. (2019). Perancangan Buku Esai Foto Bangunan Heritage di Kota Pasuruan. Jurnal DKV Adiwarna, 1(14), 1–9.
Suprihardjo, R. (2016). Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Ampel Sebagai Potensi Pariwisata religi di Surabaya. Jurnal Penataan Ruang, 11(1), 30.
http://dx.doi.org/10.12962/j271617 9X.v11i1.5213.
Triatmoko, A dan Wibowo, A.M. (2012). Cagar Budaya Masjid Kuncen Sebagai Ikon Wisata Sejarah dan
Religi Kota Madiun. Agastya: Jurnal Sejaran dan
Pembelajarannya, 2 (2).
http://doi.org/10.25273/ajsp.v2i2.1 461.
Zulkif, S. M. (2022). Perancangan Photobook Bangunan Sejarah di Pasuruan. Dimensi: Jurnal Ilmiah Komunikasi dan Seni Desain Grafis, 3 (2), 13-18.
Discussion and feedback