SAKURA VOL. 4. No. 2, Agustus 2022

DOI: http://doi.org/10.24843/JS.2022.v04.i02.p04

P-ISSN: 2623-1328

E-ISSN:2623-0151

Pujian Dan Respon Pujian Sebagai Representasi Konsep Sosial Dalam Perusahaan Jepang

Ni Made Andry Anita Dewi a,*, Ni Putu Luhur Wedayanti b,* a Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana

Jl. Pulau Nias No. 13 Sanglah, Denpasar, Indonesia

b Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana Jl. Pulau Nias No. 13 Sanglah, Denpasar, Indonesia

Pos-el: [email protected]

Abstrak

Artikel mengenai pujian dan respon pujian ini merupakan salah satu bagian penting yang sering digunakan untuk memperlancar komunikasi khususnya dalam ranah perusahaan atau perkantoran Jepang. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui pujian dan respon pujian sebagai representasi konsep sosial yang berlaku di dalam perusahaan atau perkantoran Jepang pada drama Jepang berjudul Eigyo Bucho Kira Natsuko. Pada kajian ini digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan pujian dan respon pujian yaitu Manes dan Wolfson tentang topik dan fungsi pujian, serta Herbert mengenai klasifikasi respon pujian. Selain itu, pada kajian ini juga dibahas mengenai strategi yang digunakan para tokoh dalam drama untuk merespon pujian yang diterima. Adapun konsep sosial yang direpresentasikan dalam pujian dan respon pujian yaitu 1) sempai dan kohai; 2) oyabun dan kobun. Konsep sosial yang dianut dalam ranah perusahaan Jepang memberikan pemahaman dan gambaran kuatnya budaya dalam tatanan perusahaan Jepang itu sendiri.

Kata kunci: pujian, respon pujian, sempai kohai, oyabun kobun

Abstract

This article about compliments and compliment responses is an important part that is often used to facilitate communication, especially in the realm of Japanese companies or offices. This study aims to determine compliments and compliment responses as a representation of social concepts that apply in Japanese companies or offices in the Japanese drama entitled Eigyo Bucho Kira Natsuko. This study uses several theories related to compliments or compliment responses, namely Manes and Wolfson on the topic and function of compliment, and Herbert regarding the classification of compliment responses. In addition, this study also discusses the strategies used by the characters in the drama to respond to the compliment they receive. The social concepts represented in compliments and compliment responses are 1) sempai and kohai; 2) oyabun and kobun. The social concept adopted in the realm of Japanese companies provides an understanding and description of the strong culture in the Japanese corporate structure itself.

Keywords: compliment, compliment responses, sempai kohai, oyabun kohai

  • 1.    Pendahuluan

Pujian maupun respon terhadap pujian dalam bahasa Jepang cukup bervariasi. Penggunaan pujian dapat ditemukan pada bahasa Jepang yang digunakan di perusahaan. Bentuk pujian terlihat pada tuturan berikut. Tuturan arigato gozaimashita. Kizukimasen deshita. Sasuga bucho desu ne ’Terima kasih. Saya tidak menyadarinya. Bapak memang hebat’. Tuturan pujian ini digunakan oleh seorang bawahan terhadap atasannya pada saat proposal suatu proyek yang diajukan mendapatkan revisi (Homma and Yukawa, 2008).

Penggunaan pujian dan respon pujian bahasa Jepang saat ini memiliki ranah yang sangat luas untuk dapat dikembangkan. Salah satunyu adalah di dalam ranah bahasa Jepang bisnis. Bahasa Jepang bisnis merupakan bahasa Jepang yang biasanya digunakan dalam bidang yang berkaitan dengan ranah perusahaan atau perkantoran.

Terkait dengan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa diperlukannya pemahaman serta penguasaan yang mendalam terhadap pujian dan respon pujian dalam bahasa Jepang. Karena begitu banyak interaksi yang dilakukan dengan klien maupun rekan bisnis dalam komunikasi serta situasi yang berbeda-beda. Maka dengan demikian, pujian maupun re-spon pujian dapat dianggap sebagai alat untuk memperlancar jalannya bisnis kedua pihak serta dianggap penting untuk dikaji.

Kajian ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi bagi pembelajar bahasa Jepang agar dapat memahami dan menguasai bahasa Jepang bisnis secara komprehensif. Dengan demikian, pembelajar bahasa Jepang tersebut langsung dapat mengaplikasikan ilmunya pada saat terjun ke dunia kerja, khususnya di perusahaan atau perkantoran Jepang yang ada di Jepang maupun Bali (Indonesia).

  • 2.    Metode dan Teori

    2.1    Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan drama Eigyo Bucho Kira Natsuko (2016) sebagai objek kajian. Drama televisi berbahasa Jepang ini bergenre drama yang bercerita tentang perusahaan atau perkantoran.

Pada tahap penyediaan data, digunakan metode agih, dan simak. Pemilahan data dilakukan pada tahap penyediaan data berdasarkan klasifikasi pujian dan respon pujian tokoh-tokoh dalam drama tersebut. Klasifikasi data drama tersebut ditranskripsikan dari

bentuk tuturan ke bentuk tulis melalui teknik catat. Metode yang diterapkan adalah metode padan intralingual dan metode padan ekstralingual. Data yang telah diklasifikasikan sesuai dengan rumusan permasalahan serta tujuan pada penelitian ini, selanjutnya dianalisis dengan menguraikan atau mengidentifikasi data-data yang diperoleh untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah (Mahsun, 2005). Terdapat dua metode dalam penyajian hasil analisis data, yaitu metode formal dan informal (Sudaryanto, 2015). Metode informal dilakukan melalui pemaparan penggunaan pujian dan respon pujian dalam drama Jepang.

  • 2.2    Teori

Pada artikel ini digunakan klasifikasi topik pujian oleh Manes dan Wolfson (1981) yaitu : (1) penampilan/kepemilikan; (2) pertunjukkan/kinerja/keahlian/kemampuan; dan (3) sifat kepribadian. Klasifikasi Herbert (1998), Wolfson (1989), Wolfson (1983), Manes (1983) juga digunakan untuk mengkaji fungsi pujian yaitu: mengekspresikan kekaguman atau persetujuan atas kerja/penampilan/selera seseorang, menjaga solidaritas, sebagai pengganti salam/rasa terima kasih/permintaan maaf/ucapan selamat, memperlunak ancaman wajah seperti permintaan maaf, permintaan dan kritik, membuka dan menopang pembicaraan, dan memperkuat prilaku yang diinginkan (Wu, 2008).

Respon pujian dikaji berdasarkan taksonomi Herbert (1990) yaitu: appreciation token, comment acceptance, praise upgrade, common history, re-assigment, return, scale down, question, disagreement, qualification, non-acknowlegment (silence), dan request interpretation (Suzuki, 2002).

  • 3.    Kajian Pustaka

Penelitian terkait dengan penggunaan pujian dan respon pujian telah dilakukan, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2015) dalam jurnalnya yang berjudul Compliment and Compliment Responses used by English Teacher Association of Senior High School in Pacitan. Purnomo meneliti guru-guru SMA di Pacitan yang tergabung dalam asosiasi guru SMA di Pacitan. Adapun responden yang dilibatkan dalam penelitiannya berjumlah 25 orang yang terdiri dari 16 orang guru berjenis kelamin laki-laki dan 9 orang guru berjenis kelamin perempuan. Penelitian ini dilakukan melalui metode DCT (Discourse Completion Task).

Melalui penelitian yang dilakukan Purnomo, dapat diketahui hasilnya sebagai berikut. Para responden menggunakan bentuk pujian kategori “head act” dan “supportive move”. Kebanyakan responden, baik perempuan maupun laki-laki menggunakan ujaran “head act” pada saat memberikan pujian secara langsung sebagai tanda keakraban dan solidaritas. Status sosial juga ternyata mempengaruhi responden saat memilih strategi pujian yang tepat digunakan. Responden yang memiliki status sosial rendah, pada umumnya menggunakan sapaan “Pak atau Ibu” saat mengujarkan pujian untuk menunjukkan penghormatan dan kesantunan. Hal ini kemungkinan ada kaitannya dengan pengaruh norma budaya timur. Baik perempuan maupun laki-laki yang diberikan pujian menggunakan sembilan dari dua belas jenis respon pujian taksonomi dari Herbert. Kesembilan respon pujian yang ditemukan dalam penelitian tersebut adalah appreciation token, comment single accpentance, praise upgrade, comment history, reassignment, return, scale down, question, dan disagreement.

Hasil selanjutnya adalah bahwa kebanyakan responden merespon pujian dengan menerima pujian dibandingkan menolaknya. Hal ini mungkin dikarenakan responden masih berpegang pada norma budaya timur yang dianggap lebih sopan menerima pujian dibandingkan menolaknya. Status sosial reponden yang lebih tinggi juga mempengaruhi strategi respon terhadap pujian. Pada umumnya responden yang memiliki status sosial lebih tinggi dari lawan tutur menggunakan strategi praise upgrade untuk membuat diri terlihat lebih dominan. Gender juga mempengaruhi strategi memberi dan merespon pujian. Responden perempuan diketahui lebih ekpresif dan bervariasi dalam menggunakan strategi tersebut (Purnomo, 2015).

Penelitian yang dilakukan Purnomo dianggap relevan dengan kajian ini, sehingga dapat dijadikan referensi.

  • 4.    Hasil dan Pembahasan

    4.1    Pujian dan Respon Pujian Mempresentasikan Konsep Sempai dan Kohai

Hubungan vertikal sempai dan kohai merupakan hubungan yang pada umumnya dianggap tidak formal di Jepang. Hubungan ini dapat dibatasi oleh masa waktu “masuknya” seseorang ke sebuah organisasi tertentu seperti misalnya sekolah. Secara sederhana, kakak kelas akan dianggap sebagai sempai, sedangkan siswa yang ada dibawah angkatan kakak kelas disebut dengan kohai (Noguchi et al., 2010).

Data (1)

高木 :僕は前からあなたが嫌いでした。上から目線で自分が一番だと思ってたから。 だけど、いつも実力だけで勝負してたからだから、尊敬してたんです

だからさ、悔しんだよね。あんなまねするあなた見たくない。

吉良 :私は結果が出さしたいんの。出さなきゃクリエイティブ戻れないですよ。

思い通りにCM(コマーシャル)を作ってあなたには分からないわよ。

高木 :何言ってるんですか。あなたは営業部長なんですよ。

(営業部長吉良奈津子、エピソード3、35:14-36:20)

Takagi : Boku wa mae kara anata ga kirai deshita. Ue kara mesen de jibun ga ichiban dato omotteta kara. Dakedo, itsumo jitsuryoku dake de shoubu shiteta kara. Dakara, sonkei shiteta ndesu. Dakara sa, kuyashin dayo ne. Anna mane suru anata mitakunai.

Kira : Watashi wa kekka ga dasashitain no. Dasanakya kurieitibu modorenai desu yo. Omoi doori ni CM wo tsukutte anata ni wa wakaranai wa yo.

Takagi : Nani itteru ndesuka. Anata wa eigyou buchou nan desu yo.

(Eigyo Bucho Kira Natsuko, episoudo 3, 35:14-36:20)

Terjemahan:

Takagi : Sudah dari dulu saya tidak menyukai anda. Anda terlalu arogan dan berpikir bahwa anda yang terbaik. Tetapi anda selalu bisa memenangkan pertempuran dengan kemampuan anda sendiri. Jadi saya menghormati anda. Jadi saya sangat marah. Saya tidak ingin melihat anda melakukan hal itu.

Kira : Saya ingin mendapatkan hasil. Jika tidak mendapatkan hasil, saya tidak akan bisa kembali ke departemen kreatif.

Takagi : Apa yang anda bicarakan? Anda adalah kepala bagian (manajer) penjualan.

  • 4.2    Topik pujian kategori “perunjukan/kinerja/keahlian/kemampuan” dan fungsi pujian “membuka dan menopang pembicaraan” dan “kritik”

Pada data diatas terjadi percakapan yang dilakukan antara Kira dan Takagi. Tuturan di atas dilakukan Takagi yang merupakan mantan asisten Kira 3 tahun yang lalu, telah menyelamatkan Kira dari ancaman klien perusahaan mereka yang bernama Kobayashi. Kobayashi berniat berbuat senonoh terhadap Kira sebagai persyaratan untuk memenuhi kontrak yang ditawarkan perusahaan Kira. Sebelum niat jahat terlaksana, Takagi berhasil menyelamatkan mantan atasannya di departemen kreatif.

Takagi dalam amarahnya masih menunjukkan atau memberikan pujian terhadap Kira dalam ungkapan Dakedo, itsumo jitsuryoku dake de shoubu shiteta kara. Dakara, sonkei shiteta ndesu. ‘Tetapi Anda selalu bisa memenangkan pertempuran dengan kemampuan anda sendiri. Jadi saya menghormati Anda’. Adapun topik pujian yang digunakan Takagi adalah berkategori “perunjukan/kinerja/keahlian/kemampuan” yang dimiliki oleh Kira.

Dalam hal ini Kira selalu dinilai orang yang percaya diri dan memenangkan kontrak perusahaan dengan cara yang wajar oleh Takagi.

Takagi memberikan pujian tersebut kepada Kira dikarenakan rasa amarah dan kecewanya yang melewati batas. Kira dianggap tidak kompeten dan mengecewakan karena mengikuti calon klien hingga ke hotel untuk menyepakati sebuah kontrak dengan jumlah fantastis yaitu 30 milyar yen. Pujian tersebut berfungsi untuk ”membuka dan menopang pembicaraan sekaligus sebagai kritik” sebagai ekspresi marah Takagi atas tindakan ceroboh Kira.

  • 4.3    Strategi Respon Pujian Qualification

Respon pujian yang digunakan oleh Kira menyiratkan penolakan terhadap tuturan berupa pujian oleh Takagi sehingga dapat dikategorikan pada klasifikasi qualification. Penolakannya menggambarkan sisi keras kepala Kira yang masih bertekad kuat mengejar kontrak kerja dengan klien dengan harapan dirinya akan dipindahkan kembali ke departemen kreatif seperti yang dijanjikan direktur perusahaan tempatnya bekerja.

Data (2)

吉良:お疲れ様。おかげで、次につながったわ。小さな一歩だけど。 高木:どうも

かんごく

吉良:でも、やっぱり監獄だったわ。

(営業部長吉良奈津子、エピソード1:52:28 -)

Kira : Otsukaresama. Okage de, tsugi ni tsunagatta wa. Chiisa na ippo dakedo. Takagi : Dōmo.

Kira : Demo, yappari kangoku datta wa.

(Eigyo Bucho Kira Natsuko, episoudo 1, 52:28)

Terjemahan:

Kira : Terima kasih atas kerjasamanya.

  • : Berkat kamu, kita mendapat kesempatan lagi.

Langkah kecil, tapi itu sepadan.

Takagi : Terima kasih.

Kira : Tetap saja, itu kejam.

  • 4.4    Topik pujian kategori “perunjukan/kinerja/keahlian/kemampuan” dan fungsi pujian “rasa terima kasih”

Pada data di atas terjadi percakapan yang dilakukan antara Kira dan Takagi. Tuturan di atas dilakukan setelah mereka selesai mengikuti presentasi dalam pemilihan proyek

iklan sebuah restoran sushi. Kira sebagai kepala departemen pemasaran mengetuai presentasi tersebut dan mendapat bantuan pembuatan proposal dari Takagi meskipun bukan dari devisi yang sama. Akan tetapi, proposal proyek mereka tidak diterima oleh restoran sushi tersebut.

Kira memberikan pujian kepada Takagi melalui tuturan otsukaresama. Okage de, tsugi ni tsunagatta wa. Negirai kotoba otsukaresama merupakan ungkapan yang salah satunya dapat difungsikan sebagai salam. Khususnya salam yang mengandung ungkapan terima kasih atas upaya/kerja keras yang ditujukan kepada mitra tutur yang telah menyelesaikan suatu pekerjan atau berhenti sejenak dari pekerjaan yang sedang dikerjakannya. Selain itu, ungkapan ini juga saling diucapkan oleh para pekerja untuk mengapresiasi jerih payah atau kerja keras mereka (Shinmura, 2011). Kira menggunakan ungkapan otsukaresama terhadap Takagi sebagai penghargaan atas kerja keras Takagi yang telah berusaha menyelesaikan presentasi proposal pembuatan iklan sebuah restoran sushi. Otsukaresama merupakan salah satu bentuk negirai kotoba yang tidak lebih sopan dari otsukaresama deshita. Namun, pada umumnya digunakan karena situasi tidak formal.

Bentuk pujian okage de merupakan sebuah ungkapan yang sangat sering ditemukan dalam percakapan bahasa Jepang. Umumnya ditujukan kepada mitra tutur yang dianggap berkontribusi terhadap diri penutur. Ini merupakan sebuah ungkapan penghargaan atau terima kasih dan termasuk dalam topik pujian berkategori “perunjukan/kinerja/keahl-ian/kemampuan”. Fungsi pujian yang tergambar pada tuturan di atas adalah sebagai ucapan terima kasih.

  • 4.5    Strategi Respon Pujian Appreciation Token

Adapun respon pujian yang dilontarkan oleh Takagi adalah doumo ‘terima kasih’. Takagi memilih menggunakan strategi respon pujian appreciation token. Strategi ini merupakan respon pujian yang menunjukkan penerimaan atas pujian yang diberikan. Takagi merasa wajar menerima pujian tersebut setelah perjuangan yang dirinya berikan hingga terwujudnya proposal proyek.

  • 4.6    Konsep sosial sempai dan kohai pada data (1) dan (2)

Pada hubungan Kira dan Takagi dapat digambarkan sebagai berikut. Tiga tahun sebelumnya, Takagi merupakan asisten Kira pada saat bekerja di departemen kreatif. Pada saat itu, Kira adalah seorang penanggungjawab di bagian kreatif. Namun, karena Kira mengambil cuti melahirkan dan mengasuh anak selama 3 tahun, saat kembali ke perusahaan yang sama, Kira ditempatkan pada departemen yang berbeda yaitu departemen pemasaran. Untuk kembali ke departemen kreatif, direktur memberikan syarat yaitu Kira harus mendapatkan kontrak dengan klien sebagai kepala bagian pemasaran.

Hubungan 3 tahun lalu antara Kira dan Takagi dapat dikatakan hubungan atasan dengan bawahan. Namun dari segi kesenioritasan, Kira lebih dahulu memulai karirnya diperusahaan periklanan tersebut dibandingkan Takagi. Selain sebagai atasan, Kira mem-posisikan dirinya sebagai senior terhadap Takagi pada waktu itu.

Namun setelah menghabiskan masa cuti 3 tahun untuk mengasuh anak, Kira kembali ke perusahaan yang sama akan tetapi di posisi atau departemen yang berbeda dengan Takagi. Kira masih menganggap Takagi sebagai bawahan atau juga juniornya. Hal ini terlihat dari cara Kira menyapa Takagi dengan menggunakan sapaan bersufiks ~kun (Tak-agi-kun). Sufiks –kun pada umumnya digunakan terhadap anak laki-laki atau laki-laki remaja/dewasa yang lebih muda dari usia penutur. Sufiks-kun merupakan ragam informal yang diletakkan dibelakang nama seseorang yang setaraf atau lebih rendah dan menunjukkan sedikit rasa hormat dan keakraban terhadap mitra tutur (Aoyama, 1988).

Sebaliknya, Takagi menyapa Kira dengan menggunakan sufiks-san. Sufiks-san merupakan ragam bahasa hormat yang mengikuti nama seseorang yang menunjukkan rasa hormat yang tingkatnya sedang atau sedikit tinggi (Aoyama, 1988).

  • 4.7    Pujian dan Respon Pujian Mempresentasikan Konsep Sosial Oyabun dan Kobun

Konsep oyabun adalah hubungan vertikal yang menempatkan seseorang pada posisi status “dituakan” atau “orang tua”. Di sisi lain, kobun memiliki konsep hubungan vertikal yang menempatkan seseorang pada posisi status “anak”. Prinsip hubungan vertikal oy-abun dan kobun ini adalah hubungan yang kuat antara atasan dan bawahan. Pada umumnya hubungan antara oyabun dan kobun adalah hubungan timbal balik dan saling menguntungkan (Nakane, 1981).

Data (3)

丸尾 :ええと、はい!僕は丸尾裕人です。26歳です。 ええと、竜泉大学卒業、サッカー部出身です。

長所は体力と酒の強さでして、短所は両親にもよく言われちゃうんですけ ど。。。

吉良 :あぁ、あまりダラダラ喋るより、一行コピーどうかしら。

丸尾 :ほお。

吉良 :例えばあなたの場合は「丸尾裕人、26歳、筋肉で接待する男です。」 とかね。

丸尾 :さっすがね! 吉良 :でしょう

(営業部長吉良奈津子、エピソード2、04:10-04:40)

Maruo : Eeto, hai! Boku wa Maruo Yuto desu. 26-sai desu.

Eeto, Ryuusen daigaku sotsugyou, Sakkaa-bu shusshin desu.

Chousho wa tairyoku to sake no tsuyo-sa deshite, tansho wa ryoushin ni mo yoku iwarechaun desukedo...

Kira : Aa, amari daradara shaberu yori, ichi gyou kopii dou kashira.

Maruo : Hoo.

Kira : Tatoeba anata no baai wa (Maruo Yuto, 26-sai, kinniku de settai suru otoko desu.). Toka ne.

Maruo : Sassuga ne!

Kira : Deshou.

(Eigyo Bucho Kira Natsuko, episoudo 2, 04:10-04:40)

Terjemahan:

Maruo : Saya Yuto Maruo, 26 tahun. Saya lulusan dari Universitas Ryusen, dan saya berasal dari klub sepak bola. Kelebihan saya adalah saya orang yang kuat dan peminum yang baik. Adapun untuk kelemahan saya, orang tua saya juga sering berkata begitu…

Kira : Ah, daripada menjelaskannya secara bertele-tele, bagaimana jika menjelaskannya dalam satu kalimat saja. Berhubung kita berada di perusahaan periklanan.

Maruo : Hm.

Kira : Misalnya, (Yuto Maruo, 26 tahun, pria berotot yang sangat menghibur.) Maruo : Anda memang hebat!

Kira : Benar kan.

  • 4.8    Topik pujian kategori “pertunjukan/kinerja/keahlian/kemampuan” dan fungsi pujian “kekaguman”

Maruo merupakan salah satu staf baru Kira di devisi pemasaran. Pada hari pertama bekerja, Kira meminta semua stafnya untuk memperkenalkan diri masing-masing. Pada saat giliran Maruo memperkenalkan diri, Kira memperbaiki dan memberikan cara

perkenalan diri yang lebih efisien dan tidak bertele-tele. Kira menyarankan kepada Maruo untuk memperkenalkan diri dalam satu kalimat yang menggambarkan dirinya secara keseluruhan. Saran Kira ditanggapi positif oleh Maruo yang diikuti dengan pujian sas-suga ne ‘Anda memang hebat’. Bentuk sassuga ini merupakan bentuk pujian yang sering digunakan penutur kepada mitranya sebagai ungkapan rasa kagum atas kemampuan yang memang telah diakui sebelumnya sehingga tidak mengherankan apabila juga memberikan saran yang sangat efektif. Topik pujian pada tuturan Maruo diatas dapat diklasifikasikan ke dalam kategori pertunjukan/kinerja/keahlian/kemampuan. Hal ini didasarkan pandangan Maruo bahwa Kira merupakan seorang yang telah lama berkecimpung dalam perusahaan sehingga dianggap memiliki pengalaman yang banyak termasuk salah satunya adalah pemberian saran cara memperkenalkan diri di perusahaan secara efektif dan menarik. Fungsi pujian bentuk sassuga ne yang digunakan Maruo adalah mengekspresikan kekaguman atau persetujuan atas kerja/selera Kira untuk saran perkenalan diri.

  • 4.9    Strategi respon pujian question

Strategi respon pujian yang digunakan Kira yaitu desho ’benar kan termasuk dalam kategori question merupakan respon pujian dengan cara mengkonfirmasi kembali kebenaran pujian yang diterima kepada Maruo bahwa saran cara perkenalan diri yang diberikannya benar efisien dan menarik.

  • 4.10    Konsep sosial oyabun dan kobun data (3)

Pada data di atas digambarkan terjalin hubungan vertikal antara Kira sebagai seorang yang memiliki posisi sebagai direktur pemasaran dengan Maruo seorang staf barunya. Meskipun hubungan keduanya belum terjalin lama, namun tergambar bahwa Kira memperbaiki cara Maruo yang efektif untuk memperkenalkan diri. Pada situasi ini, Kira menempatkan posisi dirinya sebagai oyabun yang memberikan bantuan atau petunjuk berupa nasehat kepada Maruo. Maruo menerapkan konsep sosial oyabun kobun melalui cara memberikan pujian kepada Kira yang dianggap pantas sebagai pemimpin mereka melalui ungkapan sassuga ne.

Data (4)

吉良 :担当は、今西さんにお願いするわ。

今西 :え?あたしは派遣ですよ。

吉良 :派遣だけど、広告代理店の仕事よく知ってる

あなたならできるわ

今西 :あたしでよければ、精一杯頑張らせていただきます

(>^⅞≡⅛⅛^W,^toy→'2, 14:41-15:00)

Kira

Imanishi

Kira

: Tantou wa, Imanishi-san ni onegai suru wa.

: E? Atashi wa haken desu yo.

: Haken dakedo, koukoku dairiten no shigoto yoku shitteru.

Anata nara dekiru wa.

Imanishi      : Atashi de yokereba, seiippai ganbara sete itadakimasu.

(Eigyo Bucho Kira Natsuko, episoudo 2, 14:41-15:00)

Terjemahan:

Kira         : Untuk penanggung jawabnya adalah Imanishi.

Imanishi      : Eh? tetapi saya hanya staf kontrak.

Kira         : Meski begitu, Anda sangat paham dengan pekerjaan di perusahaan

periklanan. Jadi saya yakin Anda bisa menangani ini.

Imanishi     : Saya akan melakukan yang terbaik.

  • 4.11    Topik pujian “pertunjukan/kinerja/keahlian/kemampuan” dan fungsi pujian untuk “mengekspresikan kekaguman atau persetujuan atas kerja seseorang”

Pada tuturan data di atas, penangungjawab perusahaan kecantikan memberikan kesempatan kepada Kira untuk mengikuti kompetisi Tokyo Cosme Fair. Tokyo Cosme Fair adalah sebuah event yang sangat terkenal di kalangan wanita muda yang menyukai segala hal yang berkaitan dengan produk kecantikan. Kesempatan tersebut tidak disia-siakan Kira. Kira menunjuk Imanishi sebagai penanggungjawab mewakili perusahaannya dalam kompetisi Tokyo Cosme Fair. Penunjukan ini didasarkan atas kemampuan kinerja yang dimiliki Imanishi yang baik meskipun ia adalah seorang pegawai kontrak. Meskipun dalam kompetisi ini perusahaan periklanan Toho akan menghadapi pesaing beratnya yaitu perusahaan kosmetik Lignage.

  • 4.12    Strategi respon pujian Comment Acceptance

Imanishi menggunakan strategi comment acceptance untuk merespon pujian dari Kira. Imanishi menerima pujian tersebut. Namun penerimaan pujian tersebut disertai dengan komentar atas pujian tersebut. Atashi de yokereba, seiippai ganbara sete itada-kimasu. ‘Saya akan melakukan yang terbaik’.

  • 4.13    Konsep sosial oyabun dan kobun pada data (4)

Pada data di atas digambarkan terjalin hubungan vertikal antara Kira sebagai seorang yang memiliki posisi sebagai direktur pemasaran dengan Imanashi seorang pegawai kontrak yang dianggap memiliki kemampuan. Sama halnya seperti cara memperlakukan Maruo, meskipun hubungan keduanya belum terjalin lama, namun tergambar juga Kira menunjuk Imanashi sebagai penanggungjawab event Tokyo Cosme Fair untuk mewakili perusahaannya. Kira memberikan ungkapan yang tidak langsung anata nara dekiru wa ‘kalau kamu pasti bisa’ yang mengandung pujian. Imanashi yang awalnya tidak percaya diri, akhirnya menyanggupi permintaan Kira dengan menunjukkan semangatnya. Hubungan oyabun dan kobun tercermin pada cara Kira meminta bantuan Imanashi yang ditambahkan dengan pujian, selain juga memberikan penilaian secara objektif alasan dirinya menunjuk Imanashi sebagai penanggung jawab. Di sisi lain, Imanashi terbangun kepercayaan dirinya karena alasan yang diberikan oleh Kira mengenai penunjukkan dirinya serta sebagai staf tentunya harus bersedia membantu oyabun saat dibutuhkan. Ini adalah salah satu konsep oyabun kobun.

  • 5.    Simpulan

Konsep sosial sempai kohai dan oyabun kobun pada dasarnya merupakan hubungan vertikal, akan tetapi memiliki perbedaan. Pada hubungan sempai kohai, apabila hubungan yang terbentuk didasarkan pada usia, posisi, pengalaman, talenta, spesialisasi yang dimiliki seseorang lebih tinggi maka penutur diposisikan sebagai sempai (senior). Begitu pula sebaliknya apabila usia, posisi, pengalaman, talenta, spesialisasi yang dimiliki seseorang lebih rendah maka penutur dapat diposisikan sebagai kohai (junior). Yang paling menonjol dalam hubungan sempai kohai ini adalah titik waktu seseorang yang masuk ke sebuah organisasi seperti sekolah, perusahaan, unit kegiatan mahasiswa dan lain sebagainya. Seseorang yang lebih dahulu masuk dalam organisasi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai sempai, sedangkan yang lebih belakangan biasanya dianggap sebagai kohai. Begitu pula yang tergambar dalam data (1) dan (2). Kira masih menganggap Takagi adalah junior (kohai), yang terlihat dari cara menyapa Takagi dengan menggunakan sufiks-kun. Sebaliknya pula, Takagi masih memperlakukan Kira sebagai senior (sempai) yang terlihat dari cara menyapanya dengan menggunakan sufiks-san. Penggunaan pujian dan respon pujian pun memperlihatkan dengan jelas bahwa Takagi

sebagai seorang junior tetap memberikan pujian kepada Kira meskipun pada tuturan berikutnya amarah dan kekecewaan yang diutarakan olehnya. Pujian tersebut sebagai penghormatan yang ditujukan kepada Kira. Disisi lain, Kira yang memposisikan dirinya sebagai senior merespon pujian dari Takagi melalui penolakan yang dapat diklasifikasikan pada strategi respon pujian qualification. Hal ini disebabkan oleh karena hubungan vertikal sempai kohai seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sebagai senior, Kira menganggap dirinya memiliki kemampuan dan pengalaman lebih daripada Takagi.

Pada hubungan oyabun kobun, pada dasarnya adalah hubungan vertikal yang lebih pribadi dan lebih mengikat antara oyabun dan kobun. Hubungan ini lebih kepada hubungan timbal balik. Oyabun dianggap sebagai orang tua yang semestinya mengayomi anak, sebaliknya kobun dianggap sebagai anak yang wajib membantu orang tua pada saat dibutuhkan. Pada data (3) dan (4), pujian yang dilontarkan oleh Maruo (staf) terhadap Kira maupun pujian yang ditujukan Kira terhadap Imanashi (staf) dapat dipandang sebagai salah satu representasi hubungan oyabun dan kobun.

Baik konsep sempai kohai maupun oyabun kobun, keduanya merupakan hubungan vertikal yang direpresentasikan melalui pujian dan strategi merespon pujian para tokoh dalam drama Eigyo Bucho Kira Natsuko yang masih berlaku dan diterapkan secara kuat dalam lingkungan perusahaan Jepang. Hal ini bertujuan untuk menciptakan keharmonian dalam perusahaan itu sendiri.

  • 6.    Daftar Pustaka

Aoyama, T. (1988) Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Edisi Bahasa Indonesia. Tokyo: Kokuritsu Kokugo Kenkyusho.

Dirgayasa, I. W. (2015) ‘The Compliment: Its Concepts, Functions, Common Topics, and Typical Responses in Communication’, in ISELT-3, pp. 227–232.

Homma, M. and Yukawa, K. (2008) Home hotoba waakubukku. 1st edn. Tokyo: PHP.

Mahsun, M. S. (2005) Metode Penelitian Bahasa.

Nakane, C. (1981) Masyarakat Jepang. 1981st edn. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.

Noguchi, T. et al. (2010) Keys to the Japanese Heart and Soul. 20th edn. Tokyo: Kodansha International Ltd.

Purnomo, A. P. (2015) ‘Compliments and Compliment Responses Used By English Teacher Association’, Thesis, p. 17.

Shinmura, I. (2011) Koujien Dai Roppan. Tokyo: Iwanami.

Sudaryanto (2015) Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:

Suzuki, R. (2002) ‘褒めの返答に対する褒め提示側の印象度分析’.

Wu, L. (2008) ‘Gender based differences in compliments: The American comedy TV series’, Ugly Betty, pp. 499–508. Available at: http://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:224605/.

213