SAKURA VOL. 2. No. 1 Pebruari 2020

DOI : 10.24843/JS.2020.v02.i01.p01

p-ISSN: 2623-1328

e-ISSN :2623-0151

Alat- Alat Produksi Masyarakat Ainu Dalam Manga Golden Kamui Karya Satoru Noda

I Gede Ngurah Arya Tresna Dharma*, Ni Putu Luhur Wedayanti, Ida Ayu Laksmita Sari,

PS Sastra Jepang, FIB, Universitas Udayana, Bali, Indonesia [ngurah707@gmail.com], [luhur_wedayanti@unud.ac.id], [laksmita_sari@unud.ac.id]

Abstract

This study aims to determine production tools from technological systems of Ainu community in Satoru Noda’s Golden Kamui manga. The theory used in this research are the theory of anthropological literature by Endraswara, theory of universal cultural elements by Koentjaraningrat and the semiotics theory by Peirce. The literature study method used as data collection method. The founded data analyzed by adjusting the existing of the concepts and theoretical framework. The results of the analyzed data presented using descriptive analysis method. The results of analysed data summarized in conclusion with informal method. The obtained result of this research are 4 production tools from technological systems of Ainu community that are represented in the Golden Kamui manga, such as itatani, attush-karabe, isete-ni, and rauomap.

Keywords: literary anthropology, universal cultural elements, technological systems

  • 1.    PENDAHULUAN

Kebudayaan atau peradaban, diambil dari pengertian etnografi secara luas adalah keseluruhan hal kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan hal yang berkaitan dengan kemampuan serta kebiasaan yang diperlukan suatu individu dalam perannya sebagai anggota dalam suatu masyarakat. Dalam suatu kebudayaan, terdapat berbagai instrumen dalam mendukung berbagai aktivitas manusia serta sebagai tanda yang menunjukkan tingkatan dari kebudayaan suatu suku. Dalam kebudayaan seluruh suku di dunia banyak dijumpai berbagai alat seperti kapak, pisau, tombak, panah, alat kerik, gergaji, jarum, dan lain sebagainya. Alat-alat ini digunakan oleh orang-orang dari berbagai suku di dunia untuk melakukan berbagai kegiatan seperti memotong kayu, memancing, membuat api, menganyam keranjang, berburu, maupun memasak. Di samping itu pula kegiatan produksi kerajinan tekstil dengan cara menganyam, memintal benang, menjahit merupakan sebuah wujud lain dari pembentukan budaya tiap suku bangsa di seluruh dunia (Tylor, 1920:1-7).

Di samping itu, Koentjaraningrat (2015:255) menyatakan bahwa di seluruh bangasa di dunia terdapat unsur-unsur yang membentuk kebudayaan bangsa tersebut yang disebut dengan istilah unsur-unsur kebudayaan universal. Terdapat tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia yaitu, (i) bahasa, (ii) sistem teknologi, (iii) sistem ekonomi, (iv) organisasi sosial, (v) sistem pengetahuan, (vi) kesenian, dan (vii) sistem religi. Dikarenakan unsur-unsur kebudayaaan ini bersifat universal maka dapat diperkirakan bahwa kebudayaan di berbagai suku bangsa mengandung aktivitas adat-istiadat, pranata-pranata sosial, dan benda-benda kebudayaan yang dapat digolongkan ke dalam salah satu dari ketujuh unsur universal tadi, salah satunya adalah suku Ainu yang berada di pulau Hokkaido, Jepang.

Suku Ainu merupakan sebuah suku yang mendiami pulau Hokkaido di Jepang. Menurut Batchelor (1892:19) menyatakan bahwa suku Ainu adalah suku Aborigin dalam versi Jepang. Kata Ainu sendiri dapat diartikan sebagai manusia. Suku Ainu dianggap sebagai “indigenous peoples” atau suku asli Jepang. Namun karena tidak adanya peraturan perundang-undangan yang melindungi keberadaan dari suku Ainu, banyak diskriminasi yang diarahkan pada suku Ainu Namun pada akhirnya pada 15 Februari 2019, pemerintah Jepang mengesahkan UU Perlindung untuk suku Ainu dengan tujuan untuk melindungi keberadaan suku Ainu beserta dengan kebudayaan-kebudayaan yang berada di dalamnya, mulai dari peralatan sehari-hari, pakaian, rumah tradisional, makanan khas, hingga kepercayaan yang mereka anut. Untuk mendukung UU Perlindungan suku Ainu ini, pemerintah Jepang juga membangun museum-museum untuk melindungi kebudayaan Ainu seperti Shiraoi Ainu Museum, Ainu Museum, dan Poroto Kotan,

Selain memberikan payung hukum untuk melindungi serta melestarikan keberadaan suku Ainu beserta dengan kebudayaan-kebudayaan yang berada di dalamnya, pada tahun 2014 silam, hadir sebuah manga anyar yang digarap oleh seorang mangaka bernama Satoru Noda yang mengangkat kisah tentang suku Ainu Jepang yang berjudul Golden Kamui. Golden Kamui adalah sebuah manga yang mengangkat kisah tentang perburuan emas Ainu dengan sekaligus menampilkan berbagai keunikan-keunikan dari kebudayaan Ainu yang dikemas dalam ilustrasi gambar yang menarik. dengan adanya manga Golden Kamui ini, diharapkan orang-orang di zaman modern ini

menjadi lebih peduli dengan berbagai hal yang ada di sekitar mereka khususnya mengenai keberadaan suku Ainu ini.

Golden Kamui merupakan manga berseri kedua yang diciptakan oleh Satoru Noda pada tahun 2014 dan dipublikasikan tepatnya pada 21 Agustus 2014 dan menjadi manga yang sangat populer saat ini dengan 16 volume dan 204 episode. Golden Kamui bercerita mengenai tokoh Sugimoto Saichi bersama dengan seorang gadis Ainu bernama Ashiripa yang berpetualang menemukan harta berupa emas milik suku Ainu. Dalam petualangan mereka, banyak disajikan berbagai bentuk kebudayaan yang ada dalam kehidupan masyarakat Ainu mulai dari peralatan yang digunakan, makanan yang dikonsumsi, pakaian yang dikenakan, rumah tradisional Ainu, alat transportasi mereka hingga kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Ainu tersebut. Melalui ilustrasi terkait kebudayaan masyarakat Ainu yang terdapat dalam manga Golden Kamui ini yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini yang khusus mengangkat permasalahan mengenai representasi dari sistem teknologi berupa alat-alat produksi yang terdapat dalam masyarakat Ainu

  • 2.    METODE PENELITIAN

Dalam penelitian kali ini, menggunakan dua buah jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dijadikan sampel sesuai dengan rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian. Data primer yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa manga Golden Kamui volume 1 hingga 16 dalam bentuk format .jpg. Pada penelitian ini, digunakan data sekunder berupa penelitian berupa disertasi serta jurnal-jurnal internasional, yang terkait dengan rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini yaitu mengenai sistem teknologi berupa alat-alat produksi dalam manga Golden Kamui karya Satoru Noda. Dalam mengumpulan data pada manga Golden Kamui menggunakan teknik studi pustaka. Teknik studi pustaka merupakan sebuah teknik pengumpulan data dengan cara membaca sumber data penelitian yaitu berupa manga Golden Kamui untuk selanjutnya diklasifikasikan. Data diklasifikan berdasarkan rumusan masalah penelitian yaitu data-data terkait sistem teknologi serta sistem religi masyarakat Ainu yang terdapat dalam manga Golden Kamui karya Satoru Noda. Data yang telah dikumpulkan dan diklasifikasikan selanjutnya dianalsis berdasarkan konsep

NO    ALAT-ALAT PRODUKSI    NAMA ALAT- PENJELASAN

serta teori yang menjadi acuan pada penelitian. Setelah data dianalisis, maka diperolehlah hasil yang kemudian dipaparkan dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif merupakan analisis yang mendasarkan pada adanya hubungan semantis antara variabel yang sedang diteliti. Tujuannya ialah agar peneliti mendapatkan makna hubungan variabel-variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian yaitu mengenai sistem teknologi serta sistem religi masyarakat Ainu dalam manga Golden Kamui karya Satoru Noda

  • 3.    KERANGKA TEORI

Dalam penelitian ini digunakan tiga buah teori, pertama, teori antropologi sastra oleh Endraswara (2013). Teori antropologi sastra oleh Endraswara ini digunakan untuk mengkaji data, fakta serta realitas mengenai alat produksi masyarakat Ainu dalam manga Golden Kamui. Kedua, teori unsur-unsur kebudayaan universal oleh Koentjaraningrat (2015). Teori unsur-unsur kebudayaan universal oleh Koentjaraningrat ini digunakan untuk memaparkan sistem teknologi berupa alat-alat produksi khususnya yang terdapat dalam masyarakat Ainu pada manga Golden Kamui. Ketiga, teori semiotika oleh Peirce (1955).

  • 4.    HASIL DAN PEMBAHASAN

Koentjaraningrat menjabarkarkan delapan sistem teknologi yaitu, (a) alat-alat produksi, (b) alat membuat api, (c) senjata, (d) wadah, (e) makanan, (f) pakaian, (g) tempat berlindung dan perumahan, (h) alat transportasi. Pada bagian hasil dan pembahasan akan dipaparkan mengenai sistem teknologi berupa alat-alat produksi masyarakat Ainu dalam manga Golden Kamui karya Satoru Noda melalui tabel 1 berikut

ALAT

PRODUKSI


1.

Itata-ni

(イタタニ)


Itata-ni merupakan alat produksi dari masyarakat Ainu yang memiliki fungsi sebagai sebuah papan pemotong atau talenan yang khusus untuk memotong daging. Yang berbentuk lingkaran dengan lubang pada bagian sampingnya dan tali yang terikat di dalamnya. Itata-ni adalah talenan yang terbuat dari kayu pohon oak.

2.

Attush-karabe

(7^ S^>Λ^)


Attush-karabe merupakan alat yang digunakan untuk menenun pakaian yang terbuat dari bahan

kulit kayu pohon


Manchurian yang dijadikan benang. Pakaian tersebut dinamakan dengan attush. Dalam proses pembuatan attush, masyarakat Ainu memakai attush-karabe, dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu buah attush adalah sekitar 10 hari.


3.


Isete-ni

(^⅛^≡)


Isete-ni merupakan alat produksi yang digunakan oleh masyarakat Ainu untuk menganyam tikar (goza). Pada isete-ni terdapat papan kayu dengan posisi vertikal yang ditopang oleh dua kaki dengan masing-masing kaki memiliki tiga

cagah. Bahan untuk membuat isete-ni berupa kayu dari pohon kenari ataupun juga kayu dari pohon cemara Sakhalin.

4.

Rauomap

ラウォマプ


Rauomap adalah alat produksi yang fungsinya sama seperti bubu untuk menangkap ikan. Agar ikan dapat masuk ke dalam rauomap, dibuat sebuah perangkap ikan lain yang disebut dengan urai. Urai merupakan batang-batang kayu yang dipasang sesuai dengan lebar sungai dengan membentuk huruf V. Di antara batang-batang kayu, dililitkan ranting yanagi

Tabel 1: Representasi Alat-Alat Produksi Dalam Manga Golden Kamui Koentjaraningrat (2015:264-265) menyatakan bahwa alat-alat produksi merupakan alat-alat yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan mulai dari alat sederhana seperti batu tumbuk untuk menumbuk terigu, sampai yang agak kompleks seperti alat untuk menenun kain. Alat-alat produksi yang dimaksud di sini adalah alat-alat untuk melaksanakan suatu pekerjaan sehari-hari. Alat-alat produksi dapat dibedakan berdasarkan bahan mentahnya, fungsi, serta lapangan pekerjaannya. Menurut macam bahan-bahan mentahnya, maka ada alat-alat batu, tulang, kayu, bambu, dan logam. Dari sudut fungsinya, alat-alat produksi itu dapat dibagi ke dalam alat potong, alat tusuk dan pembuat lubang, alat pukul, alat penggiling, alat peraga, alat untuk membuat api, alat meniup api, tangga dan sebagainya. Sedangkan dari sudut lapangan pekerjaannya ada alat-alat rumah tangga, alat pengikal dan tenun, alat-alat pertanian, alat-alat penangkap ikan, jerat perangkap dan sebagainya. Dalam manga Golden Kamui karya Satoru Noda ditemukan 4 data yang mengilustrasikan alat-alat produksi yang digunakan oleh masyarakat Ainu. Data-data terkait alat-alat produksi tersebut : (a) itata-ni, (b) attush-karabe, (c) isete-ni, (d) rauomap.

Itata-ni merupakan sebuah alat yang berupa talenan berbentuk lingkaran yang umum digunakan oleh masyarakat Ainu untuk mencincang ataupun memotong daging. Ukuran yang cukup minimalis memungkinkan itata-ni untuk dibawa dan digunakan dimanapun. Selain itu, pada bagian samping dari itata-ni terdapat tali yang diikatkan dengan kayu pada ujung tali, ini berfungsi untuk meletakkan itata-ni di dinding rumah ketika tidak digunakan. Dalam membuat itata-ni terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahannya seperti kutipan berikut

板目のまな板は使わない叩くうちに木の繊維が細かく切れて肉に混ざるからだ。 チタタプで使っていいのは材質が堅く匂いの少ないならナラなどを輪切りにし たものだけだ!(Golden Kamui vol. 2, 2014: 40)

Terjemahan:

Talenan yang memiliki serat kayu tidak digunakan sebagai talenan. Ini dikarenakan ketika memotong daging, maka akan muncul serbuk-serbuk kayu yang mengakibatkan daging yang dipotong akan bercampur dengan serpihan kayu tersebut. Talenan yang baik digunakan dalam pembuatan chitatap, yaitu bahannya dari pohon oak yang memiliki aroma yang tidak begitu kuat kemudian dipotong secara melingkar.

Itata-ni biasa digunakan untuk memotong daging untuk dijadikan olahan makanan salah satunya adalah chitatap. Dalam pemilihan bahan itata-ni tidak menggunakan bagian kayu yang memiliki serat. Ini dikarenakan ketika memotong daging, sisa potongan dari pisau membuat itata-ni terkelupas dan memunculkan serbuk-serbuk kayu yang berasal dari permukaan itata-ni itu sendiri. Serbuk-serbuk kayu ini kemudian menyatu dengan daging dan memungkinkan untuk mempengaruhi cita rasa makanan tersebut. Maka dari itu, umumnya digunakan bahan dari kayu pohon oak untuk pembuatan dari itata-ni. Selain karena tidak adanya serat pada kayu, aroma dari kayu oak yang tidak begitu kuat sehingga sangat cocok sebagai bahan membuat itata-ni.

Attush-karabe merupakan alat produksi masyarakat Ainu yang digunakan untuk menenun pakaian tradisional masyarakat Ainu yang terbuat dari kulit kayu pohon Manchurian yang disebut dengan attush. Kayano (2000:14) juga menyebutkan bahwa attush-karabe merupakan alat tenun yang memiliki beberapa bagian yang terpisah-pisah dan akan dirakit menjadi satu bagian utuh ketika akan digunakan. attush-karabe dikatakan sebagai sebuah alat tenun yang tradisional dikarenakan cara penggunaan yang masih sangat manual. Ketika menggunakan attush-karabe, benang yang digunakan untuk menenun atau yang disebut dengan akka ditenun dengan cara direntangkan menggunakan tangan. Ketika benang direntangkan, terdapat sebuah tongkat untuk menyambungkan benang (uraini). Pada attush-karabe tersusun atas 7 komponen terpisah di dalamnya.

Tujuh bagian tersebut terdiri dari osa, kamakap, pekaunni, pera, ahunkani, tomamunni, dan ishitomuship. Osa merupakan bagian dari attush-karabe yang diletakkan paling jauh serta memiliki bentuk persegi panjang dengan fungsinya untuk mensejajarkan benang yang berada di atas dan benang yang berada di bawah sebelum ditenun. Kamakap adalah bagian yang berbentuk seperti huruf T terbalik dan terdiri atas

tiga buah tongkat yang berfungsi untuk memisahkan benang-benang yang berada di atas dan di bawah. Kemudian pekaunni merupakan sebutan untuk tongkat pada attush-karabe yang berfungsi untuk mengangkat benang yang berada di bawah sehingga nantinya akan menyatu dengan benang bagian atas. Pera pada attush-karabe berfungsi untuk mengencangkan serta menyilangkan benang bagian atas dengan bagian bawah. Ahunkani merupakan sebuah tongkat kayu yang berfungsi untuk menggulung benang yang digunakan ketika menenun. Tomamunni adalah bagian attush-karabe berupa tongkat yang diletakkan di antara benang bagian atas dengan benang bagian bawah. Bagian terakhir yang terdapat dalam attush-karabe yaitu ishitomuship yang merupakan kain yang diletakkan di pinggang dengan 2 buah tali yang menghubungkannya dengan tomamunni

Isete-ni merupakan sebuah alat produksi yang digunakan masyarakat Ainu untuk menganyam tikar. Steno (2006:7-10) menyatakan bahwa dalam pembuatan kerajinan berupa anyaman khususnya dalam proses pembuatan dari tikar (goza) digunakan alat yang disebut dengan isete-ni. Pada isete-ni terdapat beberapa komponen lain seperti batu, skala, dan benang. Skala merupakan cekungan-cekungan kecil yang terdapat pada papan isete-ni yang memilki jarak 4 cm tiap cekungan dengan berjumlah 24 cekungan. Pada cekungan ini nantinya akan dipasang masing-masing dua buah batu yang telah diikat oleh benang dengan posisi batu berada di depan dan di belakang. Batu (omori ishi) merupakan komponen kedua yang terdapat dalam isete-ni yang berfungsi sebagai pemberat. Batu yang dibutuhkan dalam isete-ni jumlahnya dua kali lipat dari jumlah skala pada papan isete-ni yaitu 48 buah. Komponen isete-ni yang terakhir adalah benang yang memiliki panjang 6 meter.

Rauomap merupakan sebuah alat yang digunakan sebagai perangkap ikan di sungai. Uchida, dkk (2008:119) menyatakan bahwa dalam menangkap ikan khususnya di sungai, Ainu menggunakan perangkap seperti urai, rauomap, tesh. Urai merupakan batang-batang kayu yang dipasang sesuai dengan lebar sungai dengan membentuk huruf V. Di antara batang-batang kayu tersebut dililitkan ranting pohon gandarusa (yanagi). Kemudian di ujung huruf V dari urai dipasang rauomap. Fungsi dari urai adalah agar ikan-ikan tidak lolos dan masuk ke dalam rauomap. Posisi huruf V dari urai berubah menyesuaikan dengan kebiasaan ikan, karena ada ikan yang melawan arus dan ada pula ikan yang mengikuti arus. Kemudian ada tesh yang merupakan perangkap ikan yang

digunakan masyarakat Ainu dengan meletakan batang-batang pohon yang dililitkan oleh ranting-ranting pohon gandarusa dalam posisi melintang.

  • 5.    SIMPULAN

Penelitian ini mengangkat permasalahan mengenai sistem teknologi berupa alat-alat produksi masyarakat Ainu yang terdapat dalam manga Golden Kamui karya Satoru Noda. Melalui penelitian ini, dapat diketahui bahwa terdapat empat alat-alat produksi yang digunakan oleh masyarakat Ainu yaitu berupa itata-ni, attush-karabe, isete-ni, dan rauomap. Alat-alat produksi masyarakat Ainu ini memiliki fungsi menghasilkan sebuah benda atau produk baru untuk digunakan dalam kelangsungan hidup sehari-hari. Itata-ni digunakan masyarakat Ainu untuk menghasilkan olahan bahan makanan yang lebih halus sehingga memudahkan dalam proses pengolahan berikutnya. Attush-karabe berfungsi untuk menghasilkan pakaiaan melalui pengolahan kulit kayu Manchurian. Kemudian isete-ni berfungsi untuk menghasilkan tikar melalui proses pengolahan tanaman bulrush. Terakhir adalah rauomap yang berfungsi untuk menghasilkan ikan melalui sebuah teknik perangkap tradisional

  • 6.    REFERENSI

Batchelor, John. 1892. The Ainu of Japan: The Religion, Superstitions and General History of the Hairy Aborigines of Japan. Religious Tract Society. London

Batchelor, John. 1905. An Ainu-English-Japanese Dictionary. Methodist Publishing House, Ginza, Tokyo. Kegan Paul, Trench Trubner, Co. London

Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Antropologi Sastra. Penerbit Ombak. Yogyakarta.

Fitzhugh, William W., & Dubreuil, Chisato O. 1999. Ainu: Spirit of Northern a People.

Perpetua Press. Los Angeles

Hayashi, Yoshihige. 1970. Ainu Food. Hokkaido University. Jepang

Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropologi. PT. Rineka Cipta. Jakarta

Kayano, Shigeru. 2019. Kore Mite Volume 4. Tohoku University. Tohoku. Jepang.

Kayano, Shigeru. 2005. Ainu Seikatsu Bunka Saigen Manyuaru: Kawa-Ryo “sake, yamame, shishamo”. Ainu Bunka Shinkou dan Kenkyuu Suishin Kikou. Sapporo. Hokkaido

Kayano, Shigeru. 2000. Ainu Seikatsu Bunka Saigen Manyuaru: Oru “Juhi Koromo”. Ainu Bunka Shinkou dan Kenkyuu Suishin Kikou. Sapporo. Hokkaido

Mizoguchi, Naomi. 2011. Handmade Craft Tell Story Beyond the Ages. Nibutani Ainu Culture Museum. Nibutani. Biratori. Hokkaido

Sari, Ida Ayu Laksmita. 2019. “Kajian Komparatif: Wacana Kearifan Lokal Cerita Rakyat Bali Aga dan Ainu Jepang” (Disertasi). Denpasar: Universitas Udayana

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Steno, Oda. 2006. Ainu Seikatsu Bunka Saigen Manyuaru: Amu “Goza”. Ainu Bunka Shinkou dan Kenkyuu Suishin Kikou. Sapporo. Hokkaido

12