EDITORIAL

TAHUN KE-2 BERSAMA COVID-19,

BELAJAR DARI PANDEMI DALAM MERENCANAKAN LINGKUNGAN TERBANGUN

By: Gusti Ayu Made Suartika 1

Sudah lebih dari setahun kita berada pada kondisi pandemi Covid-19. Ini sejak pertama kali diumumkannya keberadaan kasus infeksi virus SARS-cov-2 (penyebab Covid-19) di Provinsi Hubei (Republik Rakyat China) pada tanggal 17 November 2019. Data statistik di laman https://www.worldometers.info/coronavirus/ tertanggal 26 April 2021 menginformasikan bahwa jumlah orang yang terinfeksi telah mencapai 147.813.292 yang tersebar di 219 negara. Jumlah kematian terekam pada angka 3.123.188 dan jumlah kesembuhan berada di level 125.395.167. Lima negara penyumbang kasus infeksi terbesar di dunia, diurut dari paling tinggi ke rendah, adalah Amerika Serikat, India, Brasil, Prancis dan Rusia. Pandemi ini berdampak terhadap semua kalangan yang terpapar, pada tingkat keseriusan yang beragam. Intensitas dampak tidak membedakan jika yang terinfeksi berdomisili di negara maju atau belum maju; masyarakat kaya atau yang kurang berada; komunitas berkulit terang atau gelap; ataupun mereka yang berambut keriting, lurus, hitam, ataupun pirang. Variabel penentu terisolasinya seseorang dari infeksi Covid–19 adalah jika yang bersangkutan terproteksi dari sumber infeksi. Virus yang berskala mikro ini tidak mempunyai indera pembeda, dan akan mempenetrasi kekebalan tubuh dari setiap orang yang terpapar. Ini mendemonstrasikan bahwa saat ini kukum kesetaraan berlaku di muka bumi, walau terjadi pada kondisi pandemi yang membahayakan, dan tentu saja, tidak diharapkan.

Pandemi Covid-19 telah dengan sukses mengatur tingkah laku kita dalam berinteraksi. Protokol kesehatan seperti halnya menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker, menjadi bagian dari keseharian. Pada waktu dan kondisi tertentu, virus ini juga telah meredefinisikan ruang-ruang yang aman atau tidak rentan terhadap infeksi. Kampus, sekolah, kantor-kantor, pusat perbelanjaan, berubah menjadi tempat-tempat yang sepi pemakai. Rumah yang biasanya hanya ramai di luar jam sekolah dan di luar waktu kerja berubah menjadi tempat berlindung yang menawarkan keamanan 24 jam kepada penghuninya. Kondisi ini membuktikan, jika tidak perlu visibilitas dan skala fisik yang besar untuk bisa meregulasi umat manusia beserta ruang geraknya. Covid-19 menunjukan ke kita bahwa ancaman terhadap keberlangsungan umat manusia di muka bumi, merupakan pengerem roda kehidupan yang jitu, baik dari segi ekonomi, sosial, dan tatanan politik. Sebelum pandemi ini, laju dunia sepertinya tidak tertahankan. Di masa pandemi, laju ini dijustifikasi sedemikian rupa, disesuaikan dengan upaya-upaya yang diambil dalam mencegah penyebaran virus dan menanggulangi dampak penyerta yang timbul. Implikasi lebih lanjut adalah terjadinya perlambatan pertumbuhan, penurunan produktivitas beragam sektor pembangunan penggerak roda kehidupan, penutupan batas wilayah/negara, dan juga

1


perubahan signifikan dalam moda pelaksanaan aktivitas kehidupan dari luring ke daring. Kondisi terakhir ini jelas bisa diobservasi dari maraknya pertumbuhan pasar online, pembelajaran daring, dan beragam kegiatan lainnya yang pelaksanaannya difasilitasi oleh media digital secara online.

Jika kondisi ini kita kaitkan dengan perencanaan lingkungan terbangun, muncul pertanyaan penting, yaitu “pelajaran apakah yang bisa kita petik dari pandemi ini?” Pertanyaan ini penting dicari jawabannya karena covid-19 kemungkinan bukan wabah yang terakhir yang pernah terjadi di muka bumi ini. Sejarah telah merekam bahwa sampai di abad ke-21 ini beragam wabah sudah melanda dunia, termasuk: Antonine (165 M); Cyprian (250 M); Justinian (541 M); Lepra (Abad XI); The Black Death (1350 M); The Columbian Exchange (1942 M); The Great Plague of London (1665 M); Pandemi Kolera (1817 M); The Third Plague (1855 M); Fiji Measles (1875 M); Rusian Flu (1889 M); Spanish Flu (1918 M); Asian Flu (1957 M); HIV/AIDS (1981 M); SARS (2003 M). Kemudian, pertanyaan penting keberikutnya adalah “bagaimana lingkungan terbangun direncanakan agar mampu mencegah terjadinya pandemi di masa yang akan datang dan juga berkapasitas dalam menahan dampak penyerta yang diakibatkan? Tentu saja dalam menjawab kedua pertanyaan di atas, akan membutuhkan studi kolaboratif yang melibatkan kalangan yang berasal dari beragam disiplin keilmuan.

Di dalam mendukung upaya menyebarkan hasil-hasil studi, Jurnal Ruang-Space sebagai media publikasi ilmiah siap menyediakan wadah yang luas untuk mendesiminasikan temuan dari beragam hasil studi yang berorientasikan pada penggalian jawaban terhadap kedua pertanyaan di atas.

Pandemi covid-19 akan segera berakhir.

2

SPACE - VOLUME 8, NO. 1, APRIL 2021