PUSTAKA VOL. XIX, NO. 2 • 63 – 67

P-ISSN : 2528-7508

E-ISSN : 2528-7516

NILAI HEROISME PADA TARIAN CACI MASYARAKAT MANGGARAI SEBAGAI REFLEKSI KARAKTER BANGSA

Elsita Lisnawati Guntar1), Yuliana Jetia Moon2), AmbrosLeonangung Edu3)

Abstrak :

Caci adalah sebuah tarian heroik karena berbentuk “perang” atau tanding di antara pria-pria pemberani dan perkasa. Para pria petarung dengan gagah masuk ke arena diiringi deru musik gong dan gendang menambah semangat untuk beradu. Dua pria saling berhadapan, yang satu sebagai penyerang (paki) dengan cambuk keras dengan ujungnya yang kecil dan tajam, sambil melenggak-lenggok (kelong) mencari siasat untuk memukul lawan (ta’ang) berperisai lengkap. Daerah kepala adalah incaran utama diserang. Fokus penelitian ini adalah menganalisis nilai heroisme pada tarian caci. Akan tetapi, heroisme yang dikaji hanya dari konten lagu-lagu caci yang berisi syair-syair keberanian. Dalam usaha merampungkan penelitian ini, peneliti memadukan penelitian kepustakaan dan lapangan. Adapun kandungan nilai heroisme yang ditemukan dalam tarian dan nyanyian caci yang atraktif dan ekspresif tersebut ialah nilai keberanian, prestasi, ketekunan, kesetiaan, kejujuran dan sportivitas, dan menghormati adat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tarian caci masyarakat manggarai Manggarai kaya akan makna dan memiliki kandungan nilai heroisme yang sangat tinggi.

LATAR BELAKANG

Caci adalah sebuah tarian heroik karena berbentuk “perang” atau tanding di antara pria-pria pemberani dan perkasa. Para pria petarung dengan gagah masuk ke arena diiringi deru musik gong dan gendang menambah semangat untuk beradu. Dua pria saling berhadapan, yang satu sebagai penyerang (paki) dengan cambuk keras dengan ujungnya yang kecil dan tajam, sambil melenggak-lenggok (kelong) mencari siasat untuk memukul lawan (ta’ang) berperisai lengkap. Daerah kepala adalah incaran utama diserang.

Tarian caci bagi masyarakat Manggarai Flores NTT telah lama dikenal dan dijaga apik sebagai sebuah warisan leluhur. Caci termasuk tarian perang yang dimainkan para pria untuk unjuk keberanian dan kegagahan. Seseorang disebut pria sejati jika belum masuk arena caci. Sejati tidak sebatas pada tampilan fisik yang begitu gesit melumpuhkan lawan, tetapi juga kepandaian melantunkan lagu-lagu tradisional dengan gagah setelah menaklukkan lawan. Sang pemenang akan berputar-putar, berjingkrak-jingkrak, dan melompat-lompat ibarat kuda jantan menghampiri musuhnya.

Di pinggir arena caci, para perempuan menabuh gong dan gendang dengan semangat untuk menambah adrenalin para petarung. Para perempuan, yang tak jarang terdiri dari gadis-gadis

berbusa adat nan cantik, menambah panas para petarung, hingga caci yang dijalankan 3 hari itu tak terasa. Di dalam caci ada dua kelompok (kubu). Kubu lebih tepat diartikan sebagai lawan tanding daripada sebagai musuh. Salah satu ciri khas tarian ini ada pada “seni” yang ditampikannya. Meski berbentuk perang, namun polesannya sangat estetis, berbentuk gerak-gerik seni (lomes), sehingga tidak menimbulkan perasaan dendam. Asesoris, alat-alat musik, lagu-lagu, para penyelenggara, semua dikemas dalam nuansa seni.

Tarian khas Manggarai ini biasanya dibuka dengan nyanyian adat dari yang mendukung acara tersebut, bisa dari kelompok setempat maupun dari lingkungan luar kampung, lalu diikuti dengan tandak dan danding oleh kelompok yang sama. Lagu atau nyanyian ini tidak boleh dinyanyikan di sembarangan tempat, karena nyanyian ini bertujuan untuk memanggil arwah-arwah orang yang telah meninggal untuk hadir bersama dalam menyaksikan acara caci. Jika nyanyian tersebut telah dinyanyikan maka acara caci hari itu wajib dilaksanakan.

Tarian caci umumnya dilakukan setelah memunggut hasil panen setiap tahunnya, sekitar bulan Juli sampai Oktober atau dibuat sebagai suatu bentuk syukur atas keberhasilan yang dicapai kelompok atau pribadi serta untuk memeriahkan peristiwa-peristiwa khusus. Hal ini dikuatkan oleh

pendapat Nggoro (2006:127-129) bahwa tarian caci sering dimainkan pada acara-acara adat seperti pesta perkawinan, acara syukuran panen (penti), dan acara-acara adat lainnya.

Tari perang ini sampai sekarang masih dipertahankan oleh para kaum muda Manggarai. Caci mengandung makna kepahlawanan dan keperkasaan. Dalam tarian ini, unsur heroisme dan estetika bersatu padu. Akan tetapi, dalam caci, keperkasaan tidak harus dilakoni lewat kekerasan, namun juga lewat kelembutan yang ditunjukkan dalam gerak tubuh yang bernuansa estetis.

Hubungannya dengan heroisme pada tarian caci, dalam KBBI (2007:397) arti kata heroisme sendiri berasal dari kata dasar hero yang berarti 1) orang yang dihormati karena keberanian (pribadi yang mulia, dan sebagainya); pahlawan; 2) orang yang dikagumi karena kecakapan, prestasi, atau karena idola. Sudarmadi (2008: xii) menambahkan bahwa sikap heroisme adalah sikap yang membela yang lemah, melawanan yang salah, mendahulukan kepentingan yang lebih besar, tidak serakah, bermoral, sadar sosial, sadar bernegara, dan sadar beragama, jujur, sportif, tidak putus asa dan tahan banting (persistensi), tekun, tangguh, cerdas, gigih, ulet, aksi lebih penting, cepat mengambil keputusan. Wild dan Carey (1986:11) mengungkapkan bahwa ciri sikap yang heroisme adalah memiliki kekuatan, keberanian, terbuka, menghargai pemimpin, menghormati adat, berpengharapan, menonjol, cakap dan peka, tegas, berkharisma, memiliki watak sebagai pemimpin, bercermin pada pengalaman. Nilai heroisme yang terkandung dalam tarian caci tidak saja tampak pada gerakan dan irama penari, melainkan juga tampak pada syair lagu yang didendangkan oleh pemain caci.

Penelitian yang terkait dengan tarian caci sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini ialah Surya, Elisabeth (2009). Dalam penelitiannya diungkapkan bahwa unsur-unsur tarian caci diadopsi dari berbagai kebudayaan luar. Tarian caci selalu dipentaskan pascapanen, antara bulan Juni sampai Desember, dan dilakukan selama tujuh hari. Makna yang terkandung dalam tarian caci ialah makna simbolis, melambangkan kejantanan, keramaian, kemegahan, dan sportivitas. Peralatan tarian caci yang terbuat dari kulit kerbau melambangkan kekuatan, ketenangan, kerendahan hati, dan tidak emosional, sedangkan bentuknya yang relatif bundar melambangkan adanya satu titik pusat yang mengatur semuanya, yaitu Tuhan yang Mahaesa. Bagi masyarakat Manggarai, tarian

caci berfungsi sebagai komoditas pariwisata, sebagai media pendidikan, sebagai sarana komunikasi dengan Tuhan dan para leluhur. Penelitian terdahulu tersebut dapat dijadikan referensi dalam menelaah kandungan nilai heroisme yang terdapat dalam tarian caci ini.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan nilai heroisme yang terkandung dalam tarian caci. Adapun manfaat penelitian ini 1) bagi masyarakat Manggarai, agar mempertahankan kesatuan tarian caci tanpa terpengaruh oleh interpretasi dan pemisahan sektoral geografis yang bisa saja mengaburkan warisan asli masyarakat Manggarai, 2) tim peneliti sendiri berusaha agar pencinta seni menggali lebih jauh nilai-nilai heroisme yang terkandung dalam tarian cacidan mempromosikannya sebagai salah satu aset tradisi Manggarai.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Fokus penelitian ini adalah menganalisis nilai heroisme pada tarian caci. Akan tetapi, heroisme yang dikaji hanya dari konten lagu-lagu caci yang berisi syair-syair keberanian. Dalam usaha merampungkan penelitian ini, peneliti memadukan penelitian kepustakaan dan lapangan. Dalam penelitian kepustakaan, peneliti mengadakan investigasi kepustakaan untuk menemukan data-data sekunder yang memiliki hubungan dengan persoalan yang didalami.Kemudian, dalam usaha mengumpulkan data-data primer dari lapangan, penulis menggunakan metode kualitatif yaitu data yang dikumpulkan akan diuraikan dalam bentuk deskripsi naratif.

Subjek Penelitian

Subjek utama penelitian ini adalah laki-laki pemain caci di Kabupaten Manggarai Tengah. Adapun subjek pendukung penelitian ini ialah para tokoh adat dan tokoh masyarakat di Kabupaten Manggarai Tengah. Pertimbangan pemilihan subjek utama dan pendukung dalam penelitian ini ialah berdasarkan kontribusi pengetahuan yang luas dan mendalam tentang caci, terutama lagu-lagu caci yang amat dibutuhkan untuk memeroleh data penelitian.

Prosedur Pengumpulan Data 1) Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mendalami tulisan-tulisan para ahli terdahulu. Studi pustaka dilakukan untuk menggali apakah terdapat nilai heroisme dalam tarian caci dan nilai heroisme seperti apa sajakah yang terkandung dalam tarian caci tersebut?

  • 2)    Wawancara

Wawancara dilakukan untuk menggali data kualitatif tentang kemungkinan ditemukannya nilai heroisme melalui syair yang didendangkan oleh pemain caci. Jenis Pertanyaan yang digunakan dalam kegaitan wawancara adalah pertanyaan terbuka yang disusun untuk mendapatkan data tentang sikap-sikap yang mencirikan heroisme dalam tarian caci. Wawancara dilengkapi dengan teknik tanya jawab, catat, dan rekam.

Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik pembacaan heuristik dan hermeneutik Riffatere (1978).Teknik heuristik digunakan untuk menginterprestasikan syair cacimelalui tanda-tanda linguistik (frasa, klausa, dan kalimat), sedangkan teknik pembacaan hermeneutik digunakan untuk menemukan kandungan nilai heroisme yang terdapat dalam syair caci. Dalam hal ini, lagu-lagu cacidimaknai berdasarkan ketaklangsungan semantik meliputi 1) penggantian arti yang disebabkan oleh kiasan-kiasan seperti kiasan metafora, hiperbola, dan personifikasi; 2) penyimpangan arti yang disebabkan oleh kemunculan nonsense (kata-kata yang secara linguistik tidak memiliki arti); dan 3) penciptaan arti yang ditimbulkan oleh simitri dan rima yang tampak dalam syair lagu caci.

Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Tahap akhir setelah dilakukan analisis data ialah menyajikan data. Penyajian hasil analisis data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan metode informal. Metode penyajian informal dalam hal ini berupa perumusan dengan kata-kata biasa yang diikuti dengan penjelasan secara rinci.

PEMBAHASAN

Kandungan Nilai Heroisme dalam Lagu-lagu Caci Orang Manggarai

  • 1)    Keberanian

Sikap berani adalah salah satu sikap yang mencirikan sikap heroisme. Dalam lagu-lagu caci terdapat lirik-lirik lagu yang menyiratkan sikap berani tersebut. Berikut adalah contoh kutipan yang menyiratkan keberanian.

Hop losem nara ya...a...Surat Edar, kali anak lema hitus hitus nggiling nara e... te rinding weki. Hitus koret te rinding mose. (Surat Edar Reba Wesa)

Syair yang dinyanyikan oleh Surat Edar Reba Wesa mengungkapkan dorongan dari orang lain, yang menyatakan bahwa” Inilah saatmu, itu tameng yang akan melindungimu, dan cambuk yang akan melindungimu.” Lagu ini ingin menyatakan bahwa si penari tidak perlu takut karena ada yang akan melindunginya.

  • 2)    Berprestasi

Berprestasi adalah salah satu sikap seorang heroisme, sikap prestasi akan menimbulkan rasa kagum dari orang lain pada drinya. Berikut adalah lagu yang menandakan seorang yang berprestasi saat bermain caci, yaitu orang yang tidak terkena cambukan.

Cako:

Heleeeee teman eeeee...eeeee teman e

Eme toe koret teman e eie e

Kudut poli de daku racap ngoel e

Eme toe agang kudut poli de daku ranga

Kaling mujur de teman e toe manga e

Wale:

Iaralalalalalala surat kosong

O neka ngonde ba holes me

Lagu ini bermakna, ia memuji dirinya bahwa ia tidak dikenai pukulan. Para penari caci pun ikut memujinya dan menyelipkan kata-kata peringatan bahwa ia tetap harus berhati-hati agar mampu mempertahankan prestasinya.

  • 3)    Ketekunan

Prestasi tidak akan diperoleh begitu saja tetapi melalui sikap-sikap positif yang mendukungnya. Salah satunya melalui sikap yang

tekun. Dalam banyak lagu caci, ditemukan ada banyak syair yang menyiratkan nasihat agar seorang yang bermain caci harus gesit, tidak malas, dan tekun. Berikut adalah lirik yang mengandung makna ketekunan.

Neka ngonde holes mo ow

Neka mejeng hese mo oe samar baya

Redo redak sembung

(Surat Edar Reba Wesa)

Kata neka ngonde holes dan mejeng hese dalam syair lagu tersebut secara heuristis berarti jangan malas menoleh dan berdiri, namun secara hermeunetik maknanya agar ia berani bangkit dan tidak bermalas-malasan. Syair lagu tersebut mengingatkan para penari atau pemain caci agar tidak bermalas-malasan tetapi sebaliknya harus tekun.

  • 4)    Kesetiaan

Salah satu anggapan terhadap pemain caci yang melekat di hati masyarakat Manggarai adalah istilah lomes yang berarti gagah. Lomes-nya seorang pemain caci sering diidentikkan dengan poligami atau tidak setia pada istri. Salah satu sikap yang heroik adalah sikap yang setia. Setia pada banyak hal, termasuk setia pada pasangan hidup. Berikut adalah lagu yang menyiratkan nasihat agar setia pada pasangan.

Eme ngo caci ge surat neka lelo latung mberot nuk koe mantar gelang lako mo nara o...

lako mo nara...a...neka nanang latung rangkang nuk koe anak sayang...

Lomes mo nara...neka lelo latung mberot nuk koe weta geong lomes me nara e... (Surat Edar Reba Wesa)

Mengapa si Surat Edar Reba Wesa memilih lagu ini? Ia ingin memperingatkan dirinya sendiri dan teman-temannya agar tetap setia pada pasangan kemanapun mereka pergi. Hal ini tampak dalam pilihan kata Surat Edar Reba Wesa neka lelo latung mberot nuk koe weta geongyang bermakna janganlah melirik wanita muda ingatlah akan istrimu.

  • 5)    Kejujuran dan Sportivitas

Jujur serta sportif adalah sikap yang sangat ditanamkan pada pemain caci. Jika mereka terkena cambukan dari lawan tari, hendaknyaditerima

dengan sportif sebagai bagian dari permainan. Bahkan salah salah satu aturan dalam permainan caci, jika pemain caci mengalami beke (pukulan yang mengenai wajahnya), ia untuk sementara diistirahatkan. Hal ini dilakukan untuk menjaga sportivitas. Berikut adalah lagu jika pemain caci terkena pukulan.

Cako 1:

Oe ema bocor e

Wale 1:

Bocor e anak

Cako 2:

Eeeee ata co’o ho ge kesa e

E tara coweln kaut daku loke lahau ga kesa Apa keta salah daku ga Wale:

yo hitu nggilim ga surat

Hitu nggiling rinding wekim

(Surat Edar Reba Wesa)

kata “bocor” dalam syair tersebut bermakna luka. Selain itu, kata cowel (cungkil) dan loke (kulit) pada syair lagu tersebut berkisah bahwa ia terkena pukulan. Ia dengan sportif mengakui kekalahannya.

8) Menghormati Adat

Adat istiadat adalah cerminan dari masyarakat Indonesia. Setiap masyarakat lahir dari adat istiadat yang telah dipegang teguh oleh leluhur sejak dahulu. Banyak generasi muda lupa dengan adat istiadat dan terlena dengan perkembangan zaman. Menghormati adat dapat menjadi jalan untuk menanamkan rasa nasionalisme yang merupakan akar dari sikap heroisme. Berikut adalah syair-syair dalam tarian caciyang menyiratkan penghargaan akan adat istiadat.

Oe...nara...Surat Edar, pata mo lako so nara yo lomes caci me nara neka morai adat ditet Manggarai teti koret rinding mose rantang cowel racap ngoel lomes ge...nara ...e...

(Surat Edar Reba Wesa)

Syair nara neka morai adat ditet Manggarai teti koret rinding mose rantang cowel racap ngoel yang dinyanyikan oleh Surat Edar Reba Wesa bermaksud untuk mengajak pemain atau penari untuk tetap melestarikan adat istiadat

masyarakat Manggarai sebagai akar dari sikap heroisme dan pelindung jati diri bangsa.

PENUTUP

Tarian caci dalam lingkaran budaya masyarakat Manggarai, Nusa Tenggara Timur, menggambarkan karakter orang Manggarai. Caci umumnya dilaksanakan setelah memunggut hasil panen setiap tahunnya, sekitar bulan Juli sampai Oktober atau dibuat sebagai suatu bentuk syukur atas keberhasilan yang dicapai kelompok atau pribadi serta untuk memeriahkan peristiwa-peristiwa khusus.

Di Manggarai, tarian ini dikategorikan sebagai satu jenis tarian ‘perang’ untuk menguji ketangkasan dan keberanian para lelaki, yang dimainkan oleh dua kelompok dan diiringi oleh bunyi gong dan gendang yang dimainkan oleh para wanita. Hal yang diutamakan dalam tarian ini ialah ketangkasan dan keindahan dalam menari dan menyanyi, yang di dalam bahasa Manggarai disebut lomes.

Adapun kandungan nilai heroisme yang ditemukan dalam tarian dan nyanyian caci yang atraktif dan ekspresif tersebut ialah nilai keberanian, prestasi, ketekunan, kesetiaan, kejujuran dan sportivitas, dan menghormati adat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tarian caci masyarakat manggarai Manggarai kaya akan

makna dan memiliki kandungan nilai heroisme yang sangat tinggi.

Kekayaan budaya masyarakat Manggarai hendaknya senantiasa dipelihara dan dilestarikan, salah satu cara yang dapat dilakukan ialah dengan menelusuri secara mendalam tentang kekayaan-kekayaan budaya tersebut agar tidak tergilas roda zaman.

DAFTAR PUSTAKA

Nggoro, Adi M. 2006. Budaya Manggarai

Selayang Pandang . Ende: Nusa Indah.

Riffaterre. Michael. 1978. Semiotics of Poetry. London: Metheun & Co. Ltd.

Sudarmadi. 2008. 10 Pengusaha yang Sukses Membangun Bisnis dari 0: Entrepreneur, Pahlawan

Bangsa dalam Dimensi yang Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Surya, Elisabeth.2009. “Makna Simbolik dan Fungsi Tarian Caci di Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur”. (Skripsi). Universitas Sanata Darma.

Wild, Colin dan Pater Carey. 1986. Gelora Api Revolusi: Sebuah antalogi Sejarah. Jakarta: PT. Gramedia

67