PUSTAKA VOL. 24, NO.1 • 8 – 13

p-ISSN: 2528-7508

e-ISSN: 2528-7516


Terakreditasi Sinta-5, SK No: 105/E/KPT/2022

Analisis Organologi Kacapi Semi Elektrik Karya Unen Supardi di Sanggar Aldi Kacapi

Aldi Nurhadiat Iskandar1

Universitas Kuningan Bandung, Jawa Barat, Indonesia [email protected]

Abstract

This research aims to provide knowledge to the public about how to choose a good and correct semi-electric harp. A harp that can be said to be of good quality can be seen from several aspects such as the sound it produces, the quality of the raw materials, and the aesthetics of the shape of the harp. The research method used in this research is descriptive analysis with a qualitative approach. The object of this research is the semi-electric lute by Unen Supardi. Data collection techniques in this research used observation, interviews, documentation and literature study. The research results obtained are that in producing a quality harp, you must really be able to take into account and understand the quality of the materials, the manufacturing process, the application of organological science with an aesthetic touch without reducing the quality of the sound itself.

Keywords: Organology, Musical Instruments, Semi-Electric Harp

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang cara memilih kacapi semi elektrik yang baik dan benar. Kacapi yang dapat dikatakan berkualitas baik dapat dilihat dari beberapa aspek seperti suara yang dikeluarkan, kualitas bahan baku, dan estetika bentuk kacapi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Objek penelitian ini adalah kacapi semi elektrik karya Unen Supardi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observsi, wawancara, dokumentasi serta studi literatur. Hasil Penelitian yang diperoleh adalah bahwa dalam memproduksi kacapi yang berkualitas harus benar-benar dapat memperhitungkan dan memahami kualitas bahan, proses pembuatan, penerapan ilmu organologi dengan sentuhan estetis tanpa mengurangi kualitas bunyi itu sendiri.

Kata Kunci: Organologi, Alat Musik, Kacapi Semi Elektrik

PENDAHULUAN

Suku Sunda merupakan salah satu kelompok etnis di Indonesia, memiliki warisan seni dan budaya yang sangat kaya. Di antara beragam bentuk kesenian tradisional mereka, terdapat alat musik tradisional yang khas, yaitu kacapi. Kacapi adalah instrumen seni musik tradisional Sunda yang unik, terbuat dari kayu dan memiliki senar yang dipetik untuk menghasilkan melodi yang indah. Alat musik ini sering digunakan dalam berbagai pertunjukan seni tradisional Sunda, seperti wayang golek dan tari jaipongan, serta dalam acara-acara adat dan upacara keagamaan. Kacapi adalah simbol dari warisan budaya Sunda yang beragam dan menjadi bagian penting dalam melestarikan kekayaan seni dan budaya tradisional suku Sunda. Kacapi salah satu alat musik klasik yang selalu menghiasi

banyak kesenian di tanah Sunda. Kacapi termasuk ke dalam instrument chordophone. Menurut Banoe (2010) menyatakan bahwa instrumen dawai dikategorikn dalam chordophone dimana bunyi yang keluar dari kacapi disebabkan dari getaran yang berasal dari senar yang digetarkan oleh seseorang yang memainkannya. Proses menyempurnakan kacapi tergantung pada suatu kepekaan pemain dengan cara penyesuaian yang menggunakan insting dan perasaan. Pengaturan bunyi kacapi dilakukan dengan memutar batang penekan untuk mengatur tegangan senar sehingga diperoleh bunyi yang diinginkan. Selain itu pelarasan alat musik kacapi bisa dengan menggunakan suling, tetapi untuk para pemula yang sedang belajar kacapi juga bisa melakukan pelarasan dengan cara stel kacapi menggunakan gitar dan bisa dengan aplikasi guitar tuner alat

untuk menemukan nada maupun frekuensi pada alat musik kacapi.

Bentuk kacapi beraneka ragam seperti yang dikatakan Ruswandi (2008) menyatakan bahwa ada kacapi yang disebut jentreng, parahu, rincik, dan kacapi siter. Kacapi apabila dilihat dari bentuknya ada dua macam, yaitu berbentuk kotak persegi panjang disebut dengan kacapi siter yang bentuknya mirip dengan perahu disebut kacapi jentreng, parahu, dan kacapi rincik. Adapun menurut Kubarsah (1995) kacapi siter mempunyai bentuk yang berbeda dengan kacapi indung. Bentuk kacapi ini lebih sederhana, dimaksudkan untuk mewujudkan bentuk kacapi yang lebih praktis dan dapat dibawa kemana-mana dengan mudah. Maka dari itu kacapi siter dalam penggunaannya lebih bermasyarakat, sehingga ada yang menyebutnya kacapi warung kopi karena kacapi ini sering digunakan di warung kopi sebagai sarana hiburan untuk menarik para pembeli dan menambah para pelanggan. Alat musik kacapi siter mempunyai 20 dawai, kacapi menggunakan nada pentatonis artinya 5 nada yaitu da, mi , na, ti, la, da. Cara stel kacapi dimulai dari senar paling bawah atau senar 1 sampai senar paling atas atau senar 20. Dengan Laras Pelog Senar 1 = G , Senar 2= F#, Senar 3 =D, Senar 4=C, Senar 5=B, 6=G dan seterusnya sampai senar ke 20=B.

Berdasarkan banyaknya bentuk kacapi di tanah Sunda, zaman sekarang alat musik tradisional kacapi sudah hampir pudar karena budaya asing yang masuk ke Indonesia. Banyak anak-anak daerah tertarik dengan budaya asing sehingga melupakan budaya khas daerahnya sendiri termasuk alat musik kacapi. Maka dari pada itu supaya kacapi tetap lestari, kacapi mengalami transformasi yang signifikan dengan munculnya kacapi semi elektrik telah menjadi alternatif modern yang lebih serbaguna. Kacapi semi elektrik merupakan variasi dari kacapi elektrik yang memiliki karakteristik unik. Kacapi semi elektrik, sering juga dikenal sebagai "semi acoustic koto" menggabungkan unsur kacapi tradisional dengan teknologi elektronik yang memungkinkan pemain untuk menciptakan suara yang lebih bervariasi dan dapat diperkuat. Biasanya, kacapi semi elektrik memiliki tubuh yang mirip dengan kacapi tradisional dengan dawai yang ditarik melalui batang kayu, tetapi juga dilengkapi dengan sistem elektronik yang memungkinkan pemain untuk menghubungkannya ke amplifier. Ini memungkinkan suara yang

dihasilkan oleh kacapi tersebut dapat diperkuat dan dimodifikasi sesuai dengan keinginan pemain, mirip dengan cara kacapi elektrik modern berfungsi. Kacapi semi elektrik memberikan fleksibilitas kepada pemain untuk mengeksplorasi berbagai gaya musik, mulai dari yang lebih tradisional hingga eksperimental. Mereka sering digunakan dalam berbagai genre musik, termasuk musik dunia, jazz, fusion, dan musik kontemporer. Kacapi semi elektrik menciptakan perpaduan menarik antara tradisi musik dengan teknologi modern, membuka pintu bagi kreativitas musisi dalam menggali potensi alat musik ini.

Meskipun kacapi semi elektrik telah membawa perubahan yang signifikan dalam dunia musik, banyak orang masih tetap menghargai kacapi tradisional karena keindahan suara alami dan nilai budaya yang melekat. Seiring perkembangan zaman, kacapi tradisi dan kacapi elektrik terus menggema sebagai alat musik yang memiliki tempat istimewa dalam sejarah musik dunia, mencerminkan adaptabilitas dan daya tariknya yang abadi di tengah arus perkembangan teknologi. Maka dari itu penulis tertarik untuk menganalisis melalui pendekatan organologi struktur bagian alat musik ini dan menganalisis teknik yang digunakan dalam pembuatan alat musik kacapi semi elektrik sebagai sumber pengetahuan bagi pembaca dan berguna bagi masyarakat luas. Membuat kacapi bukanlah perkara mudah, meski sekilas terlihat seperti alat musik sederhana. Bahan bakunya menggunakan kayu kenanga yang direndam terlebih dahulu selama 3 bulan. Adapun untuk senarnya, jika ingin menghasilkan suara yang bagus harus dibuat dari senar tersendiri campuran emas dan tembaga seperti kacapi jaman dulu, dikarenakan senar kacapi sekarang harganya mahal, maka senar kacapi zaman sekarang menggunakan senar baja. Tidak bisa dipungkiri bahwa, walaupun kacapi elektrik telah ada selama beberapa waktu, masih banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami perbedaan antara kacapi elektrik yang baik dan berkualitas dengan yang sebaliknya. Beberapa orang mungkin mengira bahwa semua kacapi elektrik hanyalah peralatan modern yang kurang menghargai akar budaya alat musik tersebut. Namun, sejatinya, terdapat berbagai faktor yang membedakan kacapi elektrik berkualitas dari yang kurang baik. Cara memilih kacapi elektrik yang berkualitas, akan memiliki desain yang baik, suara yang jernih, dan dapat diandalkan dalam berbagai pengaturan musik.

Mereka sering kali menggunakan material yang berkualitas tinggi, teknologi sensor yang sensitif, serta komponen elektronik yang handal. Selain itu, pemain yang mahir dan berpengalaman dalam memainkan kacapi elektrik juga dapat menghasilkan suara yang lebih indah dan ekspresif. Maka dari itu edukasi dan informasi mengenai kacapi elektrik yang baik dan berkualitas sangat penting. Masyarakat perlu diberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai kacapi elektrik, termasuk cara memilih yang sesuai dengan preferensi mereka, serta pentingnya menjaga dan merawat alat musik ini agar tetap berkinerja baik. Dengan pemahaman yang lebih luas, masyarakat akan dapat lebih mengapresiasi peran kacapi elektrik dalam dunia musik modern dan budaya yang semakin beragam. Hal inilah yang mendorong penulis untuk menjadikan masalah ini dalam penelitian ini. Tujuannya untuk mengetahui proses produksi sitar semi elektrik karya Unen Supardi dan mengetahui ciri-ciri dan perbedaan kacapi semi elektrik karya Unen Supardi dengan sitar pada umumnya. Kedua tujuan tersebut dikorelasikan dengan teori organologi yang memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara instrumen musik ini dengan konteks budaya dan musik yang lebih luas. Organologi dalam istilah musik merupakan ilmu tentang alat musik. Menurut Hood (Dalam sukma 2012) bahwa Organologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang ukuran dan bentuk, bahan dan prinsip produksi, cara dan teknik memainkan bunyi dan daerah tempat bunyi dihasilkan serta aspek sosial budaya yang berkaitan dengan alat musik. Organologi tidak hanya mencakup pertanyaan tentang teknik bermain, fungsi musik, ornamen fisik, dan aspek sosial budaya tetapi juga mencakup sejarah dan deskripsi konstruktif alat musik.

Ilmu ini tidak hanya membatasi diri pada aspek teknis atau fisik dari alat musik, tetapi juga mencakup aspek budaya, sejarah, dan konstruksional yang membentuk alat musik tersebut. Salah satunya alat musik kacapi elektrik yang menurut klasifikasi alat musik.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan dan memberikan wawasan tentang topik yang diteliti melalui data dan sampel yang dikumpulkan dengan apa adanya tanpa melakukan analisis untuk menarik

kesimpulan yang dapat diterapkan di masyarakat. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data berupa reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan terhadap data.

HASIL DAN PEMBAHASAN KACAPI SEMI ELEKTRIK KARYA UNEN SUPARDI

  • 1.    Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini merupakan organologi tentang kacapi semi elektrik yang merupakan bentuk perkembangan baru yang dianggap lebih praktis jika dibandingkan dengan kacapi indung.

  • a.    Bahan Baku Pembuatan Kacapi Semi Elektrik Karya Unen Supardi

Berdasarkan wawancara peneliti dengan Unen Supardi selaku pengrajin kacapi semi elektrik sekaligus narasumber utama yang bertempat di Jl. Soekarno Hatta No.114, Kel. Binong, Kec. Batununggal Kota Bandung, Jawa Barat memberikan informasi terkait bahan baku yang digunakan untuk membuat kacapi semi elektrik adalah sebagai berikut.

  • 1)    Bahan yang menggunakan kayu albasia dengan alasan pertama kayunya ringan memiliki kerapatan yang rendah, sehingga alat musik yang terbuat dari kayu ini akan menjadi ringan dan mudah dipegang. Kedua suara yang baik, meskipun albasia mungkin tidak sepopuler kayu-kayu mahal seperti mahoni atau rosewood dalam pembuatan alat musik, ia masih bisa menghasilkan suara yang baik, terutama jika dipilih dengan cermat dan diolah dengan baik. Ketiga ketersediaan kayu albasia umumnya tersedia dan terjangkau, sehingga bisa menjadi alternatif yang lebih ekonomis daripada kayu mahal lainnya. Untuk pesanan tertentu menggunakan kayu manglid termasuk jenis kayu yang tahan lama yang berada di level II dan dapat bertahan puluhan tahun. Baunya harum, dan berserat halus sehingga mempermudah proses penggergajian. Ukuran kacapi panjang 98 cm, ukuran lebar bawah 27 cm, lebar body 29 cm, tinngi 8 cm. Kacapi produk Unen Supardi menjadi ciri khas yang unik karena mengalami serangkaian tahapan tumpang sari yang teliti. Proses dimulai dengan pembentukan kotak kayu berukuran 4.4 cm yang kemudian diolah melalui proses disugu, routing, dan gergaji. Tumpang sari hasil dari proses ini memiliki panjang 28 cm, lebar 3 cm, dan tinggi 3 cm, menciptakan dimensi yang

khusus untuk alat musik tersebut. Keseluruhan tahapan ini mencerminkan perhatian dan ketelitian dalam pembuatan kacapi, memberikan produk akhir yang memiliki ciri khas tersendiri dalam hal desain dan kualitas suara.

  • 2)    Suara elektronik kuncinya ada di Tingkat kerataan tumpang sari yang menentukan hasil kualitas suara. Tumpangsari dipasangkan dengan piezo sebanyak 4 biji dengan menggunakan equalizer dengan nomor seri 7545. Hal yang menjadi patokan utama adalah bagian atas tempat penyimpanan piezo atau sepu lidi yang nanti akan ditutup oleh besi stainless sebagai tumpuan senar. Rahasia untuk meningkatkan suara elektrik bagus yaitu pertama rataanya tumpang sari yang sudah diuji coba dengan beberapa kali percobaan, ternyata kedalaman tumpang sari untuk penyimpanan piezo itu adalah 5-6 mm yang harus menggunakan mesin ruter sehingga sapu lidi 1-4 permukaannya harus sama rata, sehingga out putnya antara bass dan melodi semuanya keluar.

  • 3)    Senar kacapi semi elektrik terdiri dari dua yang pertama senar melodi urutan senar nomor 0105 senar stainless dengan ukuran 0.3 mm, nomor 06-10 kawat stainless dengan ukuran 0.4, nomor senar 11-12 kawat stainless dengan ukuran 0.5. Senar bass 13-15 kawat stainless dengan ukuran 0,4 dengan lilitan tembaga 0,20, senar 16-17 menggunakan senar stainless dengan ukuran 0,4 lilitan tembaga 0,25, senar 18-20 dalamnya menggunakan senar stainless dengan ukuran 0,5 dengan lilitan tembaga 4 mm.

  • 4)    Lainnya seperti lem, perekat kayu, paku, dan bahan penyelesai seperti cat, finishing, dan lapisan pelindung.

  • b.    Proses Produksi Kacapi Semi Elektrik Karya Unen Supardi

Proses produksi kacapi semi elektrik karya Unen Supardi melewati rangkaian tahapan yang rumit dan cermat, dimulai dari pemilihan bahan baku hingga penyelesaian akhir. Tahap awal adalah pemilihan bahan kayu albasia, dan dalam kasus tertentu seperti permintaan pelanggan menggunakan bahan kayu manglid di mana kedua kayu tersebut mempengaruhi karakter suara alat musik kacapi. Setelah pemotongan bahan kayu sesuai dengan desain, pembentukan tubuh dimulai. Papan atas, belakang, dan samping diukir dan dibentuk dengan seksama. Proses berikutnya yaitu proses elektrik pertama-tama tumpang sari di bor untuk memasukan kabel piezo, setelah masuk kedalam bagian kacapi, selanjutnya di tarik dibelakang lubang resonator kacapi di lubang penyimpanan equalizer, piezonya di tarik lalu kabelnya dikupas dan disambungkan masa ke masa dan ground ke ground, jadi 4 kabel piezo tersebut disatukan menjadi satu, lalu di sambungkan dengan kabel piezo sisa potongan disambungkan – dengan – dan + dengan +, setelah disambungkan dimasukan kedalam lubang jek di equalizer. Peredam noice sambungan yang tadi dilakukan, sambungan dari piezonya menggunakan solatif dan ditutup oleh kawat ram, setelah itu untuk menghilangkan noice, kawat ram atau masa pada jak piezo disatukan dengan bagian senar atau bagian besi dalam kacapi sehingga noice itu akan menghilang. Setelah semua komponen terpasang, kacapi disetel dengan cermat untuk memastikan bahwa nada yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas, dengan aksi senar yang nyaman, dan performa yang optimal. Ini melibatkan penyetelan saddle, nut, dan penala, serta pengecekan elektronika. Setelah semua penyesuaian dan pengujian selesai, kacapi semi elektrik diuji suaranya untuk memastikan kesempurnaan, melibatkan pemutaran dan perekaman suara. Proses ini memerlukan kehati-

hatian, keterampilan tukang kayu yang tinggi, dan pemahaman mendalam tentang teknik pembuatan alat musik yang menghasilkan kualitas akhir yang luar biasa baik dalam hal estetika maupun suara.

  • c.    Ciri Khas Kacapi Semi Elektrik Karya Unen Supardi

Pembuatan kacapi semi elektrik karya Unen Supardi memiliki ciri khas yang mencerminkan perpaduan antara tradisi dan teknologi. Proses dimulai dengan pemilihan bahan baku yang berkualitas tinggi seperti kayu albasia dan manglid yang digunakan untuk membentuk tubuh kacapi yang memiliki karakteristik resonansi yang baik. Warna dan penyelesaian merupakan aspek penting dalam pembuatan kacapi semi elektrik. Pada tahap penyelesaian, alat musik ini diwarnai dan diberi lapisan penyelesai yang tidak hanya melindungi kayu tetapi juga meningkatkan resonansi alami. Estetika adalah faktor penting, dan pemilihan warna dan finishing disesuaikan dengan preferensi pemiliknya, seringkali mencakup berbagai jenis pewarnaan dan desain.

Bentuk kacapi semi elektrik karya Unen Supardi dapat bervariasi, tetapi sering mempertahankan bentuk yang serupa dengan kacapi tradisional, dengan beberapa modifikasi untuk menampung komponen elektronika. Ini menciptakan kesan yang estetis, menggabungkan unsur klasik dengan elemen modern. Produksi bunyi kacapi semi elektrik karya Unen Supardi adalah poin fokus utamanya pada pemasangan tumpang sari yang memberikan karakter suara yang khas, menggabungkan keindahan suara akustik dengan kemampuan untuk dihubungkan ke sistem elektronik. Ini menciptakan fleksibilitas dalam penampilan musik dengan kemampuan untuk mengatur volume dan memanfaatkan efek suara. Dengan perpaduan kualitas suara akustik yang superior dan koneksi elektronik yang memadai, kacapi semi-elektrik menjadi pilihan yang istimewa bagi para musisi yang menginginkan alat musik yang berkualitas tinggi dan serbaguna.

  • 2.    Pembahasan Penelitian

Bahan baku yang digunakan untuk membuat kacapi semi elektrik Unen Supardi menyatakan faktor terpentingnya adalah kayu, tumpang sari dan senar. Hal ini juga sejalan dengan Menurut Rick Turner (2013), seorang ahli luthier dan pembuat alat musik terkemuka,

pemilihan bahan kayu adalah faktor utama dalam pembuatan kacapi elektrik yang berkualitas. Ia menganjurkan penggunaan kayu seperti spruce atau cedar untuk papan atas, yang dapat menghasilkan suara yang jernih dan responsif. Maple sering digunakan untuk papan belakang dan samping karena memberikan proyeksi suara yang baik. Pendapat ini sejalan dengan bukunya, "Electric Guitars and Basses: A Photographic History," di mana ia mengulas beragam bahan baku yang digunakan dalam pembuatan alat musik listrik. Sementara itu, dalam bukunya "The Science of Electric Guitars and Guitar Electronics," Richard H. Chapman (2011) mendiskusikan penggunaan pickup dan komponen elektronika sebagai elemen kunci dalam kacapi elektrik. Ia memberikan wawasan tentang bagaimana pemilihan pickup dan sirkuit elektronika dapat memengaruhi karakter suara alat musik. Selain itu, Mike Molenda (2012), pemimpin redaksi majalah "Guitar Player," menyoroti pentingnya pemilihan senar yang sesuai dengan gaya musik yang dimainkan. Dalam artikel-artikelnya, ia memberikan panduan mendalam mengenai berbagai jenis senar yang dapat digunakan pada alat musik listrik, termasuk kacapi elektrik.

Proses produksi kacapi semi elektrik Unon Supardi menggunakan tumpang sari menyatakan bahwa proses tahapan yang rumit dan cermat, dengan banyak aspek yang dianalisis oleh para ahli dalam bidang pembuatan alat musik. Salah satu tahapan utama adalah perakitan komponen elektronika yang mengubah getaran senar menjadi sinyal listrik yang dapat diperkuat dan dimodifikasi. Hal ini diperkuat dalam bukunya "Electric Guitar Making & Marketing," Leo Lospennato (2016), seorang ahli pembuat gitar, memberikan panduan rinci mengenai perakitan elektronika yang tepat, termasuk pemilihan pickup dan konfigurasi sirkuit. Selain itu, Martin Koch (2018), seorang luthier berpengalaman dan penulis buku "Building Electric Guitars," memfokuskan perhatiannya pada pembentukan tubuh kacapi elektrik. Ia menguraikan teknik pemahatan dan perakitan yang presisi dalam mencapai bentuk tubuh yang diinginkan. Menurutnya, pemilihan kayu dan konstruksi yang tepat adalah kunci untuk menciptakan bunyi dan karakteristik suara yang unik. Dalam bukunya "The Electric Guitar: A History of an American Icon," Andre Millard (2004), seorang sejarawan musik, membahas

perkembangan sejarah pembuatan alat musik listrik, yang memberikan wawasan tentang bagaimana proses produksi kacapi elektrik telah berkembang selama bertahun-tahun.

Ciri utama dari kacapi semi elektrik adalah perpaduan harmonis antara desain tradisional dan kemampuan teknologi modern terletaknya pada tumpangsari. Hal ini di dukung oleh buku "Electric Guitar and Bass Design," Leonardo Lospennato (2017), seorang ahli dalam desain gitar, menjelaskan bagaimana kacapi semi elektrik mempertahankan bentuk alat musik tradisional sambil menyediakan opsi penggunaan pickup dan sistem elektronika yang memungkinkan pemain mencapai berbagai karakter suara yang diperlukan dalam berbagai genre musik. Pendapat Richard H. Chapman, (2011) penulis buku "The Science of Electric Guitars and Guitar Electronics" menyoroti peran pentingnya komponen elektronika dalam kacapi semi-elektrik. Menekankan bagaimana pickup sensitif dan sistem preamp memberikan kemampuan untuk mengendalikan karakter suara alat musik, menghasilkan nada yang bervariasi dan ekspresif. Sementara itu, penjelasan Andre Millard (2014) dalam bukunya "The Electric Guitar: A History of an American Icon" memberikan perspektif sejarah penting tentang perkembangan alat musik listrik yang membentuk dasar bagi kacapi semi elektrik.

SIMPULAN

Pembuatan kacapi semi elektrik karya Unen Supardi adalah proses yang kompleks dan teliti yang melibatkan tiga aspek kunci: pemilihan bahan baku, proses produksi, dan ciri khas alat musik ini. Pemilihan bahan baku, seperti kayu berkualitas tinggi untuk papan atas, belakang, dan samping menggunakan kayu albasia dan manglid, serta bahan elektronik tumpang sari yang tepat, berperan penting dalam menentukan kualitas suara dan karakter estetika kacapi. Proses produksi mencakup pembentukan tubuh alat musik, perakitan komponen elektronika yang sensitif, dan penyelesaian yang menciptakan tampilan yang menarik. Ciri khas utama dari kacapi semi elektrik karya Unen Supardi adalah tumpang sari untuk perpaduan harmonis antara elemen desain

tradisional dan modern. Ini memungkinkan pemain untuk mengendalikan karakter suara alat musik, menciptakan variasi suara yang unik, dan menyesuaikannya dengan berbagai genre musik. Keseluruhan proses produksi menghasilkan kacapi semi elektrik yang memadukan keindahan tradisi dengan fleksibilitas teknologi, menciptakan alat musik yang menarik dan serbaguna untuk pemain di berbagai tingkat dan gaya musik.

DAFTAR PUSTAKA

Banoe, Pono. (2010). Pengantar Organologi, Jakarta: CV. Baru.

Banoe, Pono. (2003). Kamus Musik, Yogyakarta: Kanisius.

Bradley, Marganet. (1993), Kacapi siter and Kacapi Parahu : Two Major Contributors to the Development of Sundanese Musical Styles (Tesis). Master of Music, University og new South Wales, Sydney.

Chapman, Richard H. (2011). The Science of Electric Guitars and Guitar Electronics. Springer.

Hendarto, Sri. (2010). Organologi dan Akustika I & II, Bandung: CV. Lubuk Agung

Harahap, Irwansyah. (2005). Alat Musik Dawai, Jakarta:   CV. Lembaga Pendidikan

Nusantara.

Koch, Martin. (2018). Building Electric Guitars. Backbeat Books.

Kristianto, Jubing. (2007). Gitar Pedia. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

Kubarsah, Ubun, (1995). Waditra. Bandung: CV. Sampurna.

Lospennato, Leonardo. (2017). Electric Guitar and Bass Design. Springer.

Molenda, Mike. (2012). Choosing the Right Strings for Your Electric Guitar. Guitar Player Magazine.

Millard, Andre. (2004). The Electric Guitar: A History of an American Icon. JHU Press.

Turner, Rick. (2013). Electric Guitars and Basses: A Photographic History. Hal Leonard.

13