Jurnal Psikologi Udayana

Edisi Khusus Kesehatan Mental, 216-225

Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana e-ISSN: 2654 4024; p-ISSN: 2354 5607

Perbedaan agresivitas remaja yang mengikuti olahraga beladiri pencak silat dan yang tidak mengikuti olahraga beladiri pencak silat ditinjau dari efikasi diri di Denpasar

I Nyoman Gede Dyatmanu Mahayana dan Supriyadi

Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

[email protected]


Abstrak

Pada masa remaja individu banyak mengalami perubahan secara kognitif, sosio-emosional dan hormonal sehingga memengaruhi perilaku individu. Salah satu fenomena yang patut diberikan perhatian adalah perilaku agresif dikalangan remaja. Agresivitas dapat berbentuk verbal atau nonverbal. Bentuk-bentuk agresivitas nonverbal terdapat dalam teknik beladiri dalam olahraga beladiri Pencak Silat, dan juga untuk menekan dan menyalurkan rasa frustrasi agar tidak menjadi sumber agresivitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan agresivitas remaja yang mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat dan remaja yang tidak mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat ditinjau dari efikasi diri. Subjek dipilih dengan menggunakan teknik stratified sampling. Subjek dalam penelitian ini adalah 226 remaja di Denpasar yang terdiri dari 95 remaja yang mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat dan 131 remaja yang tidak mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat. Instrumen dalam penelitian ini adalah skala agresivitas dan skala efikasi diri. Hipotesis penelitian diuji dengan analisis kovarian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,00 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa keikutsertaan dalam olahraga beladiri Pencak Silat dan efikasi diri remaja memberikan kontribusi terhadap dorongan agresivitas pada diri remaja.

Kata Kunci :Agresivitas, Efikasi Diri, Keikutsertaan dalam Olahraga Beladiri Pencak Silat, Remaja

Abstract

In adolescence individual experienced a lot of changes in cognitive, socio-emotional and hormonal that influenced individual behavior. One of the phenomena that should be given attention was aggressiveness among adolescents. Aggressiveness could be either verbal or nonverbal. The forms of nonverbal aggressiveness contained in Pencak Silat martial arts techniques, and also to press and distribute the frustrations in order not to be a source of aggressiveness. This study aimed to see differences in aggressiveness of adolescent who involve in sport martial art Pencak Silat and adolescent who do not involved in sport martial art Pencak Silat in terms of self efficacy. Subjects were selected using stratified sampling technique. Subjects in this study were 226 adolescents in Denpasar consisting of 95 adolescents who participated in martial arts Pencak Silat and 131 adolescents who did not follow martial arts Pencak Silat. Intruments in this study was the aggressiveness scale and self-efficacy scale. The research hypothesis was tested by covariance analysis. The results showed that the significance value was 0.00 (p <0.05), so it could be concluded that the involvement in martial arts of Pencak Silat and self efficacy on adolescents contributed to encouragement aggressiveness of adolescents.

Keyword : Aggressiveness, Self Efficacy, Involvement in Sports Martial Art Pencak Silat, Adolescents.


LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan salah satu periode yang dihadapi individu dalam hidupnya. Masa remaja menurut Santrock (2007) merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dalam periode ini remaja mengalami banyak perubahan, baik itu dari sisi biologis, kognitif dan sosio-emosional. Pada periode ini remaja juga mengalami masa pubertas dimana terjadi perubahan-perubahan secara hormonal yang akan memengaruhi perilaku individu. Menurut Erikson (dalam Santrock, 2007) pada masa remaja individu juga mengalami krisis yang harus diselesaikan yang merupakan suatu tugas perkembangan.

Salah satu fenomena remaja yang patut diberikan perhatian adalah perilaku agresif pada remaja seperti perkelahian baik yang dilakukan secara individu maupun kelompok. Perilaku agresi menurut Taylor, Peplau, dan Sears (2012), merupakan setiap tindakan yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain. Anger (amarah) merupakan perasaan agresif yang bersumber dari serangan, frustrasi, ekpektasi pembalasan, serta kompetisi.

Perilaku agresi pada remaja di Bali cukup banyak terjadi. Beberapa kasus diantaranya adalah aksi penyerangan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Blahbatuh yang dilakukan oleh sekelompok orang yang diduga dari SMA PGRI Blahbatuh, Gianyar. Aksi penyerangan dengan memasuki areal sekolah ini, nyaris menimbulkan bentrokan yang lebih besar antar siswa masing-masing sekolah (BaliPost, 2008). Kasus perkelahian lainya yakni pemuda antar banjar di Desa Belega, Blahbatuh, Gianyar nyaris bentrok menjelang parade ogoh-ogoh. Ketegangan tersebut dipicu oleh kesalahpahaman dua pemuda yang beda banjar tersebut. Bermula saat keduanya saling menatap di jalan, dan ketegangan tersebut merembet ke anggota pemuda banjar lainnya (Devada, 2016).

Di kota Denpasar juga terdapat beberapa kasus kekerasan yang melibatkan remaja. Kasus pengeroyokan anggota Tentara Nasional Indonesia di jalan bypass Ngurah Rai, yang mengakibatkan korban tewas dengan luka tusuk. Pelaku penusukan merupakan beberapa remaja dan diduga berstatus pelajar (Okezonenews, 2017). Kasus lain yang terjadi menimpa seorang remaja yang dicegat ketika mengemudi oleh anggota geng motor yang masih berstatus pelajar. Salah seorang anggota geng motor memecahkan kaca belakang mobil korban dengan menggunakan senjata tajam serta korban diancam menggunakan pedang (Parama, 2016). Kasus selanjutnya yaitu komplotan remaja dibawah umur yang melakukan perampokan terhadap mahasiswa di Sidakarya dan terlibat kasus penusukan di Jalan Tukad Barito Denpasar (Bali Post, 2017). Berdasar pada paparan kasus yang terjadi, sebagian besar korban dan pelaku yang terlibat adalah individu yang berada pada usia remaja.

Menurut Angriawan (2014), pada masa remaja terdapat keinginan untuk mengikuti tren dan gaya hidup. Pengaruh lingkungan yang besar dapat memicu mereka mengikuti apa yang dilakukan teman sepergaulannya (Purnama, 2012). Konformitas terhadap desakan teman sebaya dapat bersifat positif maupun negatif (Santrock, 2007). Remaja yang terlibat

konformitas negatif akan terjerumus pada berbagai persoalan kenakalan remaja, seperti mencuri, merusak barang milik orang lain, terlibat pada penyalahgunaan obat, bahkan berbagai tindakan agresi kepada orang lain seperti terlibat tawuran dan perkelahian.

Myers (2012) berpendapat bahwa salah satu faktor pemicu perilaku agresif adalah pengaruh kelompok. Ketika terdapat suatu keadaan yang memancing reaksi agresi individu, interaksi kelompok akan memperkuat reaksi individu tersebut. Le Bon (dalam Taylor, dkk., 2012) menyatakan bahwa dalam gerombolan atau kelompok, emosi dari dari satu orang akan menyebar ke seluruh anggota kelompok. Situasi yang memicu agresi pada remaja di dalam kelompok dapat menular kepada remaja lain yang mengakibatkan tindakan agresi yang lebih besar seperti tawuran.

Menurut Myers (2012) agresivitas dapat berbentuk verbal dan noverbal atau fisik. Bentuk dari agresivitas verbal seperti mengumpat, mengejek, membentak, menghina, mencaci, mencerca, atau memaki. Agresivitas nonverbal berupa serangan fisik seperti memukul, menendang, menampar, menusuk, mencubit dan menjambak. Bentuk-bentuk dari agresivitas nonverbal terdapat dalam teknik-teknik beladiri pada olahraga beladiri Pencak Silat.

Pencak Silat merupakan salah satu cabang olahraga beladiri asli Indonesia. Pencak Silat adalah suatu metode beladiri yang diciptakan untuk mempertahankan diri dari bahaya yang dapat mengancam keselamatan jiwa dan kelangsungan hidup (Kriswanto, 2015). Individu yang mengikuti olahraga dilatih berbagai teknik beladiri seperti kuda-kuda, pola langkah, belaan atau tangkisan, hindaran, berbagai teknik serangan, dan tangkapan ataupun bantingan yang dimana tujuannya mengasah kemampuan beladiri untuk melindungi diri dari situasi yang membahayakan atau mengancam keselamatan.

Olahraga Pencak Silat pada hakikatnya merupakan substansi dan sarana pendidikan mental spritual untuk membentuk manusia yang dapat mengamalkan ajaran falsafah budi pekerti luhur (Kriswanto, 2015), namun pada kenyataannya unsur beladiri yang ada dalam olahraga Pencak Silat rawan untuk disalahgunakan. Beragam teknik yang telah dikuasai dapat digunakan untuk melakukan tindakan agresif kepada individu lain.

Pada bulan Oktober 2015, terjadi sebuah penusukan yang dilakukan oleh pelajar SMK yang mengakibatkan korban yang juga siswa SMK tewas, kejadian tersebut terjadi di Jalan Waturenggong, Denpasar. Korban dan pelaku yang samasama ikut beladiri namun beda perguruan, penusukan tersebut terjadi lantaran korban mengejek pelaku tidak bisa menjadi jagoan (Sukiswanti, 2015). Pada bulan Mei 2017, atlet Pencak Silat Pra-Pon Bengkulu ditetapkan menjadi tersangka oleh pihak Kepolisain karena dinilai mengacuhkan standar dan petunjuk operasional pertandingan dengan menendang bagian antara leher dan rahang yang menyebabkan lawannya tewas (Firmansyah, 2014). Hal serupa juga menimpa salah satu atlet Pencak Silat di Klungkung, pesilat tersebut meninggal dunia setelah mendapat tendangan dari lawannya saat bertanding dalam kejuaraan Porsenijar (Billiocta, 2015). Kasus lain pada bulan Oktober 2017 yaitu bentrokan antara salah satu

kelompok suporter sepak bola dengan kelompok pesilat, kelompok suporter yang hendak mendukung klubnya di Jember diserang oleh kelompok pesilat secara membabi buta (Tribunnews.com, 2017). Beragam situasi yang memicu munculnya agresi seperti rasa sakit atas penyerangan atau gangguan baik secara verbal maupun fisik atau nonverbal yang dilakukan oleh orang lain dapat menyebabkan remaja melakukan tindakan agresi menggunakan teknik atau unsur beladiri dalam Pencak Silat yang dikuasinya.

Berdasarkan hasil studi pendahulan, terhadap pembina olahraga beladiri Pencak Silat di SMAN 5 Denpasar, menyatakan terdapat beberapa remaja yang mengikuti kegiatan olahraga beladiri Pencak Silat yang sering melakukan tindakan kekerasan. Salah satu faktor yang membuat remaja yang mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat melakukan tindakan kekerasan adalah kurangnya pembinaan mental dan spiritual (rohani). Kemampuan teknik beladiri yang dimiliki harus dibarengi dengan melatih aspek spritual dan pembinaan mental. Hal ini diperlukan agar kemampuan beladiri yang dimiliki tidak digunakan untuk kekerasan melainkan untuk melindungi diri (Mahayana, 2017).

Menurut Taylor, dkk. (2012), agresivitas dapat terbentuk melalui proses belajar yaitu imitasi dan penguatan (reinforcement). Remaja yang mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat terbiasa melihat bagaimana orang lain dengan cara saling bertarung satu sama lain baik dalam sesi latihan maupun dalam kejuaraan. Maka dengan demikian perilaku agresivitas dapat terbentuk dengan cara mengamati perilaku agresif pada pertarungan dalam sesi latihan maupun pada kejuaraan. Agresi ini dapat disebut sebagai agresi intrumental. Menurut Moyer (dalam Koeswara, 1988) agresi instrumental merupakan agresi yang dipelajari, diperkuat (reinforced), dan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Berbeda dengan remaja yang mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat remaja yang tidak mengikuti olahraga ini secara umum memiliki intensitas yang lebih rendah melihat dan melakukan berbagai tindakan agresi sehingga memiliki kemungkinan lebih kecil dalam melakukan imitasi terhadap perilaku agresi.

Salah satu sumber agresi menurut Taylor, dkk. (2012) yaitu frustrasi. Frustrasi berasal dari terhambatnya atau dicegahnya upaya mencapai tujuan. Ketika individu ingin mendapatkan sesuatu namun dicegah atau dihambat untuk mencapai tujuanya tersebut, maka kemungkinan besar individu tersebut akan merasa frustrasi. Diperlukannya perasaan yakin akan kemampuan untuk bisa mencapai tujuan yang diinginkan untuk mengurangi perasaan frustrasi. Keyakinan yang dimiliki akan membuat remaja berusaha menyelesaikan rintangan atau hambatan dalam mencapai tujuan sehingga mengurangi rasa frustrasi. Keyakinan akan kemampuan diri ini berkaitan erat dengan efikasi diri. Efikasi diri menurut Santrock (2007) merupakan keyakinan bahwa seseorang dapat menguasi suatu situasi dan memberikan hasil yang diinginkan. Individu yang berlatih olahraga beladiri Pencak Silat akan memiliki kesiapan mental dan spritual yang lebih baik dari individu yang tidak berlatih Pencak Silat, sehingga memiliki ketahanan yang lebih baik dalam menghadapi permasalahan yang dialami (Mahayana, 2017). Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian

Hastik (2012) yakni terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan perilaku agresi guru.

Menurut Bandura (1997) salah satu sumber yang dapat memunculkan efikasi diri yaitu enactive mastery expreince adalah pengalaman mencapai keberhasilan yang akan membangun kepercayaan yang kuat dan meningkatakan efikasi diri individu. Individu yang yakin bahwa memiliki apa yang diperlukan untuk berhasil, individu ini akan berusaha keras untuk menghadapi kesulitan. Menurut Fiest dan Fiest (2013) individu dapat mempunyai efikasi diri yang tinggi dalam suatu situasi dan mempunyai efikasi diri yang rendah dalam situasi lainnya. Remaja yang telah mengusai teknik-teknik beladiri Pencak Silat, akan cenderung memiliki keyakinan yang kuat bahwa dapat menguasai situasi yang membahayakan dan mengancam keselamatan dengan cara mengatur perilaku baik itu dengan melakukan perlawanan dengan melakukan tindakan agresi terhadap objek yang mengancam atau dengan mencari alternatif penyelesaian masalah dan memperoleh suatu keberhasilan mengatasi situasi yang mengancam keselamatan.

Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh remaja tentu berdampak negatif, bahkan beberapa perkelahian antar remaja dapat mengakibatkan kematian, maka dari itu perlu mendapatkan perhatian dari segala pihak. Diperlukannya kerjasama dari berbagai pihak baik itu orangtua, sekolah, lingkungan serta institusi terkait untuk membuat programprogram penanggulangan dan pencegahan untuk mengurangi agresivitas pada remaja. Berdasarkan paparan di atas, terdapat kemungkinan perbedaan tingkat agresivitas remaja yang mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat dengan yang tidak mengikuti ditinjau dari efikasi diri. Untuk itu perlu diketahui lebih lanjut apakah terdapat perbedaan agresivitas remaja yang mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat dan remaja yang tidak mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat ditinjau dari efikasi diri di Denpasar.

METODE PENELITIAN

Variabel dan Difinisi Operasional

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah agresivitas, variabel bebas dalam penelitian ini adalah keikutsertaan dalam olahraga beladiri Pencak Silat dan kovariabel dalam penelitian ini adalah efikasi diri. Definisi operasional masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut: Agresivitas

Agresivitas adalah adalah kecenderungan untuk melakukan tindakan baik secara verbal dan nonverbal yang bertujuan untuk melukai orang lain secara sengaja yang menimbulkan dampak pada kondisi fisik maupun psikologis. Skala agresivitas dalam penelitian ini disusun berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Buss dan Perry (1992) yaitu agresi fisik, agresi verbal kemarahan, kebencian. Semakin tinggi skor total yang diperoleh, maka semakin tinggi taraf agresivitas subjek.

Keikutsertaan dalam olahraga beladiri Pencak Silat

Pencak Silat merupakan suatu olahraga beladiri yang memiliki unsur seni yaitu dalam keindahan gerakannya dan

unsur beladiri yang dirancang untuk mempertahankan dan melindungi diri dari situasi yang mengancam keselamatan.

Pengukuran terhadap variabel keikutsertaan dalam olahraga Pencak Silat dilakukan dengan mengelompokkan status keikutsertaan subyek penelitian pada perguruan Pencak Silat yang dicamtumkan pada lembar kuesioner. Pengelompokan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan apakah subyek penelitian ikut berlatih olahraga Pencak Silat pada suatu perguruan.

Efikasi diri

Efikasi diri merupakan keyakinan individu tentang kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tugas yang bertujuan untuk memberikan suatu pencapaian. Skala Efikasi diri dalam penelitian ini disusun berdasarkan dimensi-dimensi dari Bandura (1997) yaitu level, generality, strength. Semakin tinggi skor total yang diperoleh maka semakin tinggi taraf efikasi yang dimiliki subjek.

Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di Kota Denpasar. Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Remaja yang mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat di Kota Denpasar, (2) Aktif mengikuti latihan olahraga beladiri Pencak Silat. Hal ini untuk semakin meyakinkan validitas hasil penelitian, (3) Remaja yang tidak terlibat dalam olahraga Pencak Silat di Kota Denpasar sebagai kelompok kontrol, dan (4) Berumur 12 tahun sampai dengan 22 tahun.

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa instansi pendidikan di Kota Denpasar yaitu, SMPN 2 Denpasar, SMPN 10 Denpasar, SMAN 2 Denpasar, SMAN 5 Denpasar, dan UKM Perisai Diri Universitas Udayana.

Alat Ukur

Alat ukur penelitian ini mengunakan skala agresivitas dan efikasi diri. Skala agresivitas disusun berdasarkan dimensi-dimensi menurut Buss dan Perry (1992) yaitu, agresi fisk, agresi verbal, kemarahan, kebencian. Skala efikasi diri disusun bendasarkan dimensi-dimensi yang menurut Bandura (1997) yaitu, level, generality, strength.

Skala agresivitas terdiri dari 50 aitem dan skala efikasi diri terdiri dari 32 aitem. Kedua skala terdiri aitem favorable dan aitem unfavorable dengan empat alternatif jawaban yaitu, sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), dan sangat setuju (SS).

Uji validitas dan reliabilitas pada nenelitian ini dilakukan pada tanggal 10 sampai 15 April 2017. Uji validitas alat ukur pada penelitian ini dilakukan dengan teknik professional judgement dan menghitung nilai koifisien korelasi aitem total. Aitem dianggap sudah memadai apabila koefisien korelasi item-total sama atau lebih besar dari 0,30. Apabila jumlah item yang lolos masih tidak mencukupi, maka dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kreteria menjadi 0,25 (Azwar, 2013). Pengujian reliabilitas dilakukan dengan metode Alpha Cronbach. Menurut Azwar (2013) reliabilitas alat ukur

dikatakan baik jika koefisien relibilitas Alpha menunjukkan koefisien reliabilitas minimal 0,6.

Hasil uji validitas yang dilakukan pada skala agresivitas terdapat 27 aitem valid dan 23 aitem gugur. Rentang nilai koefisien korelasi aitem total berkisar antara 0,250 sampai 0,553. Hasil uji reliabilitas pada skala agresivitas dengan teknik Formula Alpha Cronbach menunjukkan koefisien reliabilitas sebesar 0,845. Nilai koefisien tersebut menunjukkan bahwa skala agresivitas mampu mencerminkan sebesar 84,50% variasi yang terjadi pada skor murni subjek.

Hasil uji validitas yang dilakukan pada skala efikasi diri terdapat 22 aitem valid dan 10 aitem gugur. Rentang nilai koefisien korelasi atem total berkisar antara 0,254 sampai 0,547. Hasil uji reliabilitas pada skala efikasi diri dengan teknik Formula Alpha Cronbach menunjukkan koefisien reliabilitas sebesar 0,815. Nilai koefisien tersebut menunjukkan bahwa skala efikasi diri mampu mencerminkan sebesar 81,50% variasi yang terjadi pada skor murni subjek.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini megunakan metode probability sampling dengan teknik stratified sampling. Probabilty sampling merupakan metode pengumpulan sampel yang memberikan peluang bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2014). Stratified sampling digunakan apabila terdapat asumsi bahawa populasi terbagi atas tingkatan-tingkatan atau strata.

Jumlah kuisiner yang disebar pada saat pengambilan data sebanyak 235 kuisioner yang terdiri dari dua skala. Sebanyak 9 kuisoner tidak diisi dengan lengkap, sehingga tidak dapat dianalisis. Total sebanyak 226 kuesioner yang telah diisi lengkap oleh subjek dapat dianalisis.

Teknik Analisis Data

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan mengunakan metode uji Ancova. Analisis of variance merupakan metode menguji hubungan antara satu variabel dependen (skala metrik) dengan satu atau lebih variabel dependen (skala nonmetrik atau kategorikal dengan kategori lebih dari dua) (Ghozali, 2011). Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi data penelitian yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Anlisis data dilakukan dengan mengunakan bantuan analisis program SPSS 20 for Windows.

HASIL PENELITIAN

Karakteristik Subjek

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 226 remaja, yang terdiri dari 95 remaja yang mengikuti olahraga Pencak Silat dan 131 remaja yang tidak mengikuti olahraga Pencak Silat. Pada kelompok remaja yang mengikuti olahrga beladiri Pencak Silat mayoritas berada pada rentang usia 12 sampai 15 tahun berjumlah 57 orang dengan pesentase 60% dan mayoritas berjenis kelamin laki-laki berjumlah 64 orang dengan persentase 66,4%. Sementara itu, pada kelompok

remaja yang tidak mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat mayoritas berada pada rentang usia 12 sampai 15 tahun berjumlah 61% dengan persentase 46,6% dan mayoritas berjenis kelamin perempuan berjumlah 84 orang dengan persentase 64,1%.

Deskripsi Data Penelitian

Hasil deskripsi data variabel agresivitas dirangkum dalam tabel 1 (terlampir) dan variabel efikasi diri dirangkum dalam tabel 2 (terlampir).

Berdasarkan tabel 1, terlihat bahwa pada kelompok remaja yang mengikuti olahraga Pencak Silat sebaran data berkisar antara 36 sampai dengan 70, sedangkan pada kelompok remaja yang tidak mengikuti Pencak Silat sebaran data berkisar antara 32 sampai dengan 71. Mean teoritis pada kedua kelompok subjek adalah sebesar 67,5 sementara mean empiris pada kelompok remaja yang mengikuti olaraga Pencak Silat sebesar 52,69 dan pada kelompok remaja yang tidak mengikuti olahraga Pencak Silat sebesar 52,83. Perbedaan antara mean teoritis dan mean empiris pada dua kelompok ternyata terbukti berbeda secara signifikan sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa kedua kelompok subjek memiliki taraf Agresivitas rendah.

Berdasarkan tabel 10, terlihat bahwa pada kelompok remaja yang mengikuti olahraga Pencak Silat sebaran data berkisar antara 50 sampai dengan 88, sedangkan pada kelompok remaja yang tidak mengikuti Pencak Silat sebaran data berkisar antara 44 sampai dengan 76. Mean teoritis pada kedua kelompok subjek adalah sebesar 55 sementara mean empiris pada kelompok remaja yang mengikuti olaraga Pencak Silat sebesar 63, 17 dan pada kelompok remaja remaja yang tidak mengikuti olaraga Pencak Silat sebesar 60,44. Perbedaan antara mean teoritis dan mean empiris pada dua kelompok ternyata terbukti berbeda secara signifikan sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa kedua kelompok subjek memiliki taraf efikasi diri yang tinggi

Uji Asumsi

Berdasarkan uji normalitas yang telah dirangkum pada tabel 3 (terlampir), pada kolom kolmogorov-smirnov variabel agresivitas, diperoleh skor kolmogorov-smirnov sebesar 1,347 dengan signifikansi sebesar 0,055 (p>0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa sebaran data variabel agresivitas bersifat normal. Pada kolom kolmogorov-smirnov variabel efikasi diri, diperoleh skor kolmogorov-smirnov sebesar 1,178 dengan taraf signifikansi sebesar 0,125 (p>0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa sebaran data variabel efikasi diri bersifat normal.

Berdasarkan tabel 4 (terlampir), hasil uji Levene variabel agresivitas menunjukkan angka sebesar 0,288 dengan signifikasi sebesar 0,595 (p>0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa sebaran data variabel agresivitas bersifat homogen. Pada variabel efikasi diri menunjukkan angka sebesar 1,564 dengan signifikansi sebesar 0,224 (p>0,05), sehingga dapat dikatakan sebaran data variabel efikasi diri bersifat homogen. Dapat ditarik kesimpulan bahwa data berasal dari populasi dengan varian yang sama atau homogen.

Uji Hipotesis

Analysis Covariance dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan variabel tergantung yang ditinjau dari variabel bebas dengan adanya kontrol terhadap variabel bebas lain yang biasa disebut dengan kovariat. Hasil uji ancova dirangkum pada tabel 5 (terlampir).

Hasil uji dari hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5. Pada tabel tersebut terdapat nilai corrected model yang merupakan nilai pengaruh semua variabel independen secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Nilai corrected model pada tabel 15 merupakan nilai pengaruh keikutsertaan dalam olahraga Pencak Silat dan efikasi diri secara bersama-sama berpengaruh terhadap agresivitas. Nilai signifikansi pada corrected model adalah sebesar 0,000 (p<0,05), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keikutsertaan dalam olahraga Pencak Silat dan efikasi diri secara bersama-sama memberikan kontribusi terhadap agresivitas remaja. Dilihat dari nilai signifikansi keikutsertaan dalam olahraga Pencak Silat adalah sebesar 0,889 (p<0,05), menunjukkan keikutsertaan dalam olahraga Pencak Silat secara mandiri tidak berpengaruh terhadap agresivitas.

Perbedaan juga dapat dilihat pada nilai adjusted R squared antara dilakukan dan tidak dilakukannya kontrol pada efikasi diri. Pada saat tidak dilakukan kontrol pada efikasi diri, nilai adjusted R squared agresivitas memiliki nilai sebesar -0,004. Nilai tersebut berarti bahwa variabel agresivitas dapat dijelaskan oleh variabel keikutsertaan dalam olahraga Pencak Silat sebesar -0,4%, setelah dilakukan kontrol terhadap variabel efikasi diri terjadi kenaikan nilai adjusted R squared menjadi 0,225. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel agresivitas dapat dijelaskan oleh variabel keikutsertaan dalam olahraga Pencak Silat dan efikasi diri sebesar 22,5%. Adanya kenaikan sebsar 22,9% tersebut menunjukkan bahwa model lebih baik setelah dilakukan kontrol terhadap efikasi diri. Berikut tabel 6 (terlampir) uji hipotesis tanpa adanya kontrol terhadap efikasi diri.

(tabel 7. Terlampir) Hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji ancova, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan agresivitas remaja yang mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat dan remaja yang tidak mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat ditinjau dari efikasi diri. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi yang menunjukkan 0,000 dan nilai F sebesar 33,709. Nilai adjusted R squared sebesar 0,225 memiliki arti bahwa variabel agresivitas dapat dijelaskan oleh variabel efikasi diri dan keikutsertaan dalam olahraga Pencak Silat sebesar 22,5%. Sebesar 77,5% lainnya variabel agresivitas dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Menurut Taylor, dkk. (2012), agresi didefinisikan sebagai setiap tindakan yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain. Jarvis (2005) berpendapat agresi menurut definisinya secara aktif melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan untuk orang lain, perilaku agresif mungkin datang dari bebagai

bentuk mulai dari verbal yang dirancang untuk menyakiti secara psikologis atau kekerasan fisik. Perilaku agresif yang dimunculkan menunjukkan agresivitas yang dimiliki individu. Terdapat beberapa faktor pemicu munculnya agresivitas menurut Myers (2012) diantaranya adalah peristiwa yang tidak menyenangkan, keterbangkitan, pengaruh media, pengaruh kelompok. Faktor-faktor pemicu agresivitas tersebut berkaitan dengan aspek-aspek dalam olahraga Pencak Silat.

Olahraga Pencak Silat menurut Kriswanto (2015) adalah beladiri yang diarancang untuk mempertahankan diri dari bahaya yang mengancam keselamatan. Pencak Silat merupakan seni beladiri karena itu di dalamnya terdapat unsur keindahan dan tindakan. Menurut Lubis dan Wardoyo (2014) mengemukakan terdapat empat aspek utama dalam beladiri Pencak Silat yaitu aspek akhlak atau rohani, aspek beladiri, aspek seni budaya, dan aspek olahraga. Nilai-nilai yang terkandung dalam aspek akhlak atau rohani adalah setiap pesilat harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki budi luhur, tenggang rasa, percaya diri, disiplin, cinta tanah air, pengendalian diri, memupuk persaudaraan, dan tanggung jawab sosial. Seorang pesilat diwajibkan memiliki nilai budi luhur, mampu mengendalikan diri, hal ini berkaitan dengan salah satu faktor yang memicu agresivitas yaitu pengaruh kelompok. Kelompok memperkuat kecenderungan agresi melalui penularan sosial (Myers, 2012). Sebagai bagian dari kelompok remaja seringkali mengikuti perilaku didalam kelompok itu sendiri. Kelompok dapat memberi pengaruh positif atau negatif seperti tindakan agresi, oleh karena itu diperlukan pengendalian diri dan budi luhur untuk meminimalkan pengaruh negatif dari kelompok.

Didalam aspek beladiri, pesilat harus memiliki sikap ksatria, yaitu berani menegakan kejujuran, kebenaran dan keadilan serta dapat mengendalikan diri dengan menjauhkan diri dari sifat sombong. Sifat sombong yang dimiliki oleh seorang pesilat dapat beresiko memunculkan tindakan agresif oleh sebab itu setiap pesilat harus memiliki kontol diri, hal ini sejalan dengan penelitian Auliya dan Nurwidawati (2014) menunjukkan terdapat hubungan negatif antara kontrol diri dan perilaku agresi. Nilai signifikansi keikutsertaan dalam olahraga Pencak Silat sebesar 0,889 dan nilai F sebesar 0,020 menunjukkan bahwa secara mandiri keikutsertaan dalam olahraga Pencak Silat tidak memengaruhi agresivitas remaja. Hasil penelitian ini sejalan dengan pemaparan Myers (2012) bahwa yang memengaruhi agresivitas tidak hanya pengaruh kelompok melainkan terdapat tiga faktor lainnya yaitu peristiwa yang tidak menyenangkan, keterbangkitan (aurosal),.dan pengaruh media . Taylor, dkk. (2012) menyebutkan bahwa sumber amarah dapat berasal dari serangan atau intrusi dari orang lain, frustrasi, ekspektasi pembalasan dan kompetisi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa agresivitas pada remaja tidak hanya dipengaruhi oleh kelompok saja melainkan terdapat faktor-faktor lain yang juga berkontribusi.

Perbedaan agresivitas remaja diperkuat dengan uji anova. Terdapat perbedaan antara sebelum dilakukan kontrol dengan sesudah dilakukan kontrol terhadap efikasi diri. Sebelum dilakukan kontrol tehadap efikasi diri, variabel agresivitas

remaja memiliki nilai Adjusted R squared sebesar -0,004. Setelah dilakukan kontrol terhadap variabel efikasi diri, terdapat peningkatan nilai Adjusted R squared sebesar 0,229 menjadi 0,225, sehingga menunjukkan efikasi diri dapat dapat menjelaskan variabel agresivitas remaja. Hasil ini didukung dengan temuan penelitian dari Hastik (2012) yaitu terdapat hubungan negatif yang signifikan antara efikasi diri dengan perilaku agresi guru. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sarentu (2006) yang menunjukkan terdapat terdapat korelasi negatif antara efikasi diri pada media interaktif dengan kecenderungan perilaku agresif.

Berdasarkan hasil kategorisasi data variabel penelitian, dapat diketahui bahwa mayoritas taraf agresivitas pada remaja yang mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat maupun yang tidak mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat berada pada kategori rendah, yaitu sebanyak 55 subjek dengan persentase 57,9% pada kelompok remaja yang mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat dan sebanyak 85 subjek dengan persentase 64,9% pada kelompok remaja yang tidak mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat. Hal ini mencerminkan bahwa remaja di Denpasar memiliki kecenderungan yang rendah untuk melakukan tindakan agresif. Martono dan Joewana (2006), menyebutkan faktor-faktor penyebab munculnya agresi antara lain faktor pribadi, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan kelompok sebaya, faktor lingkungan sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat. Dari berbagai faktor tersebut diperlukannya cara untuk meminimalkan munculnya perilaku agresif pada remaja. Taylor, dkk. (2012) menyatakan salah satu cara mereduksi perilaku agresif adalah dengan belajar menahan diri. Remaja harus belajar mengontrol sendiri perilaku agresifnya. Remaja harus mengetahui kapan agresi diperbolehkan dan belajar kapan mencegah atau menahan agresi.

Berdasarkan hasil kategorisasi data variabel penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas taraf efikasi diri pada kelompok remaja yang mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 49 subjek dengan pesentase 51,6% sedangkan pada kelompok remaja yang tidak mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat mayoritas berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 61 subjek dengan persentase 46,6%. Hal ini mecerminkan bahwa remaja di Denpasar memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tugas yang bertujuan untuk memberikan suatu pencapaian. Menurut Bandura (1997) terpadat tiga dimensi yang membentuk efikasi diri yaitu level, generality, dan strength. Dimensi level berkaitan dengan tingkatan keyakinan individu mengenai kemampuan yang dimiliki dalam menyelesaikan tugas yang mewakili berbagai tingkatan kesulitan atau hambatan yang berbeda sesuai dengan kemapuan yang dimilki. Dimensi generality menggambarkan luas bidang perilaku dimana individu merasa yakin akan kemampuan yang dimiliki, mulai dari kemampuan di berbagai aktivitas atau hanya domain fungsi tertentu. Dimensi strength menunjukkan tingkat kepercayaan dan ketahanan individu dalam melasanakan tugasnya.

Terdapat perbedaan efikasi diri pada mayoritas dimasing-masing kelompok subjek, dimana pada kelompok remaja yang

mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat mayoritas memiliki efikasi diri tinggi dan kelompok yang tidak mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat mayoritas memiliki efikasi diri sedang. Remaja yang mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat memiliki sikap ulet, pantang menyerah, berdisiplin dan memiliki kesiapan diri. Menurut Kriswanto (2015) didalam olahraga beladiri Pencak Silat diajarkan nilai budi pekerti luhur diantaranya taqwa, tanggap, tangguh, tanggon dan trengginas. Taqwa yang berarti beriman dan teguh dalam mengamalkan ajaran-ajaran Tuhan. Tanggap yaitu kreatif, cerdas, peka dan cermat dalam mengatasi dalam mengatasi persoalan serta mempunyai kesiapan diri terhadap perubahan yang terjadi termasuk dalam memecahkan masalah. Tangguh yaitu keuletan, pantang menyerah dan sanggup mengembangkan kemapuan dalam menjawab tantangan. Tanggon adalah tahan uji dalam menghadapi godaan, disiplin, bertanggung jawab dan menaati norma-norma serta konsisten dan konsekuen memengang prinsip. Trengginas berarti enerjik, aktif, eksploratif, inovatif, berfikir ke masa depan dan mau bekerja keras untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan pemaparan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dapat dikatakan telah mencapai tujuannya yaitu mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat agresivitas remaja yang mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat dan remaja yang tidak mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat ditinjau dari tingkat efikasi diri.

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yaitu pengambilan jumlah sampel yang tidak sama antara remaja yang mengikuti olahraga Pencak Silat dan yang tidak mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat. Keterbatasan lain adalah penelitian ini tidak memberikan deskripsi yang lebih lengkap mengenai riwayat mengikuti olahraga beladiri dan hanya memberikan deskripsi mengenai keiutsertaan dalam olahraga beladiri, usia, serta jenis kelamin. Beberapa pembina ekstrakurikuler Pencak Silat sulit untuk mengumpulkan siswa yang memilih olahraga Pencak Silat karena terbentur dengan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Keterbatasan lain yaitu, beberapa anggota UKM Pencak Silat berhalang hadir saat pengambilan data penelitian sehingga tidak memperoleh jumlah sampel yang cukup banyak.

Berdasarkan hasil penelitian penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan agresivitas remaja yang mengikuti olahraga beladiri Pencak olahraga beladiri Silat dan remja yang tidak mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat ditinjau dari efikasi diri. Efikasi diri memiliki kontribusi yang lebih besar terhadap agresivitas daripada keikutsertaan dalam olahraga beladiri Pencak Silat dimana remaja yang mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat lebih tinggi efikasi dirinya Secara mandiri keikutsertaan dalam beladiri olahraga Pencak Silat tidak berkontribusi terhadap agresivitas remaja. Remaja yang mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat maupun yang tidak mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat tidak mempunyai agresivitas yang berbeda.

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka dapat diberikan saran untuk remaja yaitu mempertahankan taraf agresivitas yang rendah dengan cara melakukan kegiatan yang

positif untuk menyalurkan perlaku agresif, serta menghindari hal-hal yang dapat memicu konflik. Bagi remaja yang ikut serta dalam olahraga beladiri Pencak Silat diharapkan agar bijak dalam menggunakan kemampuan beladiri yang dimiliki. Saran bagi orangtua yaitu diharapkan agar memahami berbagai perubahan yang terjadi pada masa remaja terutama memberikan pertimbangan dan saran terkait aktivitas pengembangan diri anak, sehingga dapat menyalurkan dorongan agresivitas yang dialami ke dalam kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan efikasi diri anak salah satunya dengan mengikuti olahraga beladiri Pencak Silat. Bagi perguruan Pencak Silat diharapkan selalu memberikan bimbingan mengenai aspek-aspek dalam pengembangan beladiri Pencak Silat terutama aspek akhlak atau mental spritual sehingga setiap pesilat memiliki budi luhur, tenggang rasa, percaya diri, disiplin yang tinggi, mampu mengendalikan diri dan bertanggung jawab.

Saran lain yang dapat diberikan untuk peneliti selanjutnya yaitu peneliti selanjutnya dapat menambah jumlah sampel penelitian agar pada masing-masing kelompok sampel memiliki jumlah yang sama. Peneliti selanjutnya dapat melengkapi deskripsi mengenai riwayat keikutsertaan dalam olahraga beladiri dikarenakan dalam penelitian ini hanya mencantumkan data mengenai keikutsertaan dalam olahraga beladiri. Peneliti selanjutnya diharapkan mengkomunikasikan prosedur pengambilan data penelitian dan lebih memastikan jadwal pengambilan data pada institusi-instusi dimana penelitian dilakukan agar tidak berbenturan dengan kegiatan lain yang diselengarakan oleh institusi yang bersangkutan. Bagi peneliti selanjutnya sangat mungkin melakukan replikasi. Peneliti selanjutnya dapat mengganti subjek penelitian tidak hanya remaja dengan olahraga jenis beladiri Pencak Silat, namun juga dapat membandingkan dengan jenis olahraga beladiri lainnya. Pada penelitian selanjutnya dapat meneliti variabel-variabel lain yang dapat mengungkap efikasi diri dan agresivitas remaja, sehingga dapat memperoleh data penelitian yang beragam dan bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Angriawan, F. (2014). Tanpa bekal wawasan, remaja rentan jadi korban narkoba. Dipetik Maret 10,  2016, dari

nasional.sindonews.com: https://nasional.sindonews.com/read/924979/15/tanpa-bekal-wawasan-remaja-rentan-jadi-korban-narkoba-1416144873

Auliya, M. & Nurwidayanti, D. (2014). Hubungan kontrol diri dengan perilaku agresi pada siswa SMA Negeri Pandangan. Character: Jurnal Penelitian Psikologi, 2 (3) 1-5

Azwar, S. (2013). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

BaliPost. (2008). Nyaris bentrok, siswa sma pgri serang siswa SMAN 1 Blahbatuh. Bali Post , p. 5.

Bandura, A. (1997). Self-efficacy the exercise of control. New York: W. H. Freeman and Company.

Biliiocta, Y. (2015). Dada ditendang lawa, pesilat SMA tewas di ring. Dipetik     Maret     10,     2016.     Merdeka.com

:https://www.merdeka.com/peristiwa/dada-ditendang-lawan-pesilat-sma-tewas-di-ring-tanding.html

Buss, A. H., & Perry, M. P. (1992). The aggresion quistionnaire. Journal od Pesonality and Social Psychology, 63 (3), 452459.

Fiest, J & Fiest, G. J. (2013). Teori kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika.

Firmansyah (2014). Tewskan lawan tarung seleksi hen jadi tersangka. Dipetik        Maret        10,        2016        dari

Kompas.com:http://regional.kompas.com/read/2014/01/06/ 2246472/Tewaskan.Lawan.Tarung.Seleksi.Pra-PON.Hen.Jadi.Tersangka.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi analisis multivariate dengan program imb spss 20. Semarang:   Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Hastik, A. (2012). Hubungan antara empati dan efikasi diri dengan perilaku agresi pada guru Sekolah Dasar inklusi di Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Skripsi tidak dipublikasikan. Malang : Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Nrgeri Malang.

Jarvis, M. (2005). Sport psychology. New York: Routledge.

Kriswanto, E. S. (2015). Pencak silat. Yogyakarta: Pustaka baru Press.

Lubis, J. & Wardoyo, H. (2014). Pencak silat. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Mahayana, I. N. G. D. (2017) Studi pendahuluan. Denpasar: Tidak Dipublikasikan.

Martono, H. & Joewana, S. (2006). Menangkal narkoba & kekerasan . Jakarta: Balai Pustaka.

Myers, D. G. (2012). Psikologi sosial . Jakarta: Salemba Humanika.

Okezonenews. (2017). Anggota TNIdi Bali tewas, diduga dikroyok sejumlah pelajar. Dipetik Juli, 15, 2016, dari Okezone News:                         https://news.okezone.com:

https://www.merdeka.com/peristiwa/dada-ditendang-lawan-pesilat-sma-tewas-di-ring-tanding.html

Parama, I. D. M. S. (2016). Mencekam, begini geng motor cegat dan ancam Dewa Abiseka dengan pedang. Dipetik November, 9, 2016 dari Tribun Bali : http//bali.tribun.com

Purnama, R. R. (2012). Usia remaja, anak rentan tersulut emosi. Dipetik Maret 10, 2016, dari nasional.sindonews.com:

http://nasional.sindonews.com/read/674578/15/usia-remaja-anak-rentan-tersulut-emosi-1348508144

Santrock, J. W. (2007). Remaja, edisi kesebelas. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian kunatitatif, kualitatif dan kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sukiswanti, P. (2015). Ditusuk pisau, pelajar smk di denpasar tewas. Dipetik Maret 10,  2016, dari daerah.sindonews.com:

http://daerah.sindonews.com/read/1052634/174/ditusuk-pisau-pelajar-smk-di-denpasar-tewas-1444702703

Suryabrata, S. (2014). Metodologi penelitian . Jakarta: PT Rajagrafindo                                    Persada.

LAMPIRAN

Tabel 1

Deskripsi Data Penelitian Variabel Agresivitas

Kelompok

X

Mean Teoretis

Mean

Empiris

Std.

Deviasi Teoretis

Std. Deviasi Empiris

Sebaran Teoretis

Sebaran

Empiris

Nilai t

Remaja yang mengikuti olaraga Pencak Silat

95

67,5

52,69

13,5

7,546

27-108

36-70

-19.124

(p=0,000)

Remaja yang tidak mengikuti olaraga Pencak Silat

131

67,5

52,83

13,5

7,099

27-103

32-71

-23.647

(p=0,000)

Tabel 2

Deskripsi Data Penelitian Variabel Efikasi Diri

Kelompok

N

Mean Teoretis

Mean

Empiris

Std.

Deviasi Teoretis

Std.

Deviasi Empiiis

Sebaran Teoretis

Sebaran

Empiris

Nilai t

Remaja yang mengikuti olaraga Pencak Silat

95

55

63,17

11

6.647

22-88

50-88

11,978 (p=0.000)

Remaja yang tidak mengikuti olaraga Pencak Silat

131

55

60,44

11

5.676

22-88

44-76

10.960

(p=0.000)

Tabel 3

Uji Normalitas Variabel Penelitian

Oiie-Sajiiple Xoliiiogorov-Siiiiriiov Test

Koliiiogorov-Siitiniov

Asymp. Sig. (2tailed)

Keterangan

Agresivitas

1,341

0,55

Data Normal

Efikasi Diri

1,178

0,125

Data Normal

Tabel 4

Uji Homogenitas Variabel Penelitian

Levene Test for Equality OfVariance

Leveiie Statistic

Sig.

Keterangan

Agresivitas

0,288

0,592

Data Homogen

Efikasi Din

1,564

0,224

Data Hogogen

Tabel 5

Hasil Uji Hipotesis

(adanya kontrol terhadap kovariat)

Dependen Variable: Agresivitas

Source

Type ΠI Sum ofS<ιιιares

df

Menu Square

Sig.

Corrected Model

2763.756*

2

1381 878

33.709

0.000

Intercept

16872.438

1

168 72.43 8

411.580

0.000

ED

2762.717

1

2762,717

67,393

0,000

Keikutsertaan dalam Pencak Silat

108.169

1

108.169

2.639

0,106

Error

9141.736

223

40.994

Total

641345.000

226

Corrected Total

11905.491

225

a. R Squared = .232 {Adjusted R Squared = .225)

Tabel 6

Hasil Uji Hipotesis

(tanpa adanya kontrol terhadap kovariat)

Dependen Variable: Agresivitas

Source

Type IH Sum of Squares

' df '

Mean

Square

F

Sig.

Corrected Model

1.038a

1

1.038

0.020

0.889

Intercept

613213.888

1

613213,888

11538,532

0,000

Keikutsertaan Dalam Pencak Silat

1.038

1

1,038

0,020

0.889

Error

11904.453

22

4

53,145

Total

641345.000

22

6

Corrected Total

11905.491

22

5

a. R Squared = 0,000 {Adjusted R Squared = *0,004)

Tabel 7

Rangkuman Hasil Uji Hipotesis Penelitian

No Hipotesis Hasil

1 Hipotesis Nol:

Tidak terdapat perbedaan agresivitas remaja yang mengikuti Ditolal olahraga beladiri Pencak Silat dan remaja yang tidak mengikuti

______olahraga beladiri Pencak Silat ditinjau dari efikasi diri.____________________________ 2 Hipotesis Alternatif:

Terdapat perbedaan agresivitas remaja yang mengikuti Olaliraga        Diterini

beladiri Pencak Silat dan remaja yang tidak mengikuti olahraga        ’

beladiri Pencak Silat ditinjau dari efikasi diri.

225