Jurnal Psikologi Udayana 2018, Vol.5, No.1, 23-34


Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Udayana

ISSN: 2354 5607

PERAN KONSEP DIRI DAN EFIKASI DIRI TERHADAP KEMATANGAN KARIER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNVIVERSITAS UDAYANA

B. Primandini Yunanda Harumi dan Adijanti Marheni Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana [email protected]

Abstrak

Kematangan karier adalah kemampuan untuk merencanakan, memilih, dan mempertimbangkan karier yang diinginkan selama menjalani tahap-tahap perkembangan karier. Kematangan karier merupakan hal penting dalam diri remaja karena merupakan gambaran mengenai kesiapan remaja menjalani tahap perkembangan karier selanjutnya setelah menyelesaikan jenjang pendidikannya di perguruan tinggi. Kematangan karier dipengaruhi oleh gambaran dalam diri yang terbentuk dalam diri remaja serta keyakinan remaja bahwa dirinya mampu untuk mempersiapkan karier yang sesuai dengan potensinya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran konsep diri dan efikasi diri terhadap kematangan karier mahasiswa yang berada dalam tahap perkembangan remaja akhir. Subyek penelitian ini berjumlah 125 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang terpilih melalui random cluster sampling satu tahap. Alat ukur penelitian yang digunakan adalah skala konsep diri, skala efikasi diri, dan skala kematangan karier. Hasil dari uji analisis regresi ganda menunjukkan nilai R=0,536 dan R2=0,287 sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep diri dan efikasi diri bersama-sama berperan sebesar 28,7% terhadap kematangan karier. Koefisien beta terstandarisasi dari konsep diri menujukkan nilai 0,339 dan taraf signifikansi konsep diri 0,000 (p < 0,05) menunjukkan bahwa konsep diri berpengaruh terhadap kematangan karier. Koefisien beta terstandarisasi dari efikasi diri menujukkan nilai 0,288 dan taraf signifikansi efikasi diri 0,001 (p < 0,05) menunjukkan bahwa efikasi diri berpengaruh terhadap kematangan karier.

Kata kunci: konsep diri, efikasi diri, kematangan karier, mahasiswa, remaja

Abstract

Career maturity is an ability to make a plan, choose, and consider the desired career while going through the stages of career development. Career maturity is important in adolescents because its portray adolescence readiness to go through further stages of career development after completing college. Career maturity is affected by the adolescence self image and belief that they able to prepare career themselves in accordance with their potency. This research is aimed to explore the role of self concept and self efficacy to career maturity in college students who are in the stage of late adolescence. The subjects were 125 students of Udayana University Faculty of Medicine which were chosen trough one stage random cluster sampling. The instruments in this research were self concept scale, self efficacy scale, and career maturity scale. The results of multiple regression analysis showed the value of R=0,536 and R2=0,287 which concluded that the self concept and self efficacy conjunctly contributes as much as 28,7% to career maturity. Standardize beta coefficients of self concept showed value 0,339 and significance level of self concept showed value 0,000 (p < 0,05) which concluded that the self concept contributes to career maturity. Standardized beta coefficients of self efficacy showed value 0,288 and significance level of self efficacy showed value 0,001 (p < 0,05) which conclude that self efficacy contributes to career maturity.

Keywords: self concept, self efficacy, career maturity, college students, adolescence

LATAR BELAKANG

Masa remaja adalah masa peralihan dari remaja menuju dewasa. Pada setiap masa peralihan, status individu mengalami ketidakjelasan dan keraguan yang akan dialami, begitu halnya dengan remaja (Hurlock, 1985). Di sisi lain, masa peralihan juga memberikan kesempatan bagi remaja untuk tumbuh dan mengembangkan kompetensi kognitif, sosial, hingga harga diri yang berujung pada terbentuknya identitas yang akan tersemat dalam dirinya (Papalia, Olds, & Filedman, 2009). Masa remaja adalah masa di mana indvidu melakukan evaluasi terhadap dirinya terkait fisik, sosial, emosi, dan hubungan dengan orang-orang disekitarnya (Burns, 1993). Hal tersebut penting untuk membentuk identitas yang akan mereka pegang kelak.

Proses pencarian identitas remaja adalah tugas utama remaja yang tidak jarang banyak ditemukan resiko dan krisis dalam prosesnya. Erikson (dalam Papalia, Olds, & Feldsman, 2009) menyebutkan bahwa mengalami krisis identitas juga merupakan tugas utama remaja yang beranjak menuju kedewasaan. Remaja yang dapat menentukan identitasnya, tidak akan mengalami hambatan yang dapat memengaruhi kedewasaannya dan dapat membantu untuk menyelesaikan tugas perkembangan dalam fase-fase selanjutnya. Identitas remaja akan terbentuk ketika menyelesaikan persoalan besar terkait identitas, yaitu pemilihan karier, pemilihan nilai-nilai yang akan diterapkan dalam hidup, dan identitas seksual (Erikson dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Individu mulai mengembangkan identitas mereka semenjak masih kanak-kanak yang dimulai dengan memahami diri sendiri (Erikson dalam Santrock, 2010). Semakin bertambahnya usia, maka identitas yang terbentuk akan semakin banyak. Santrock (2010) menyebutkan beberapa identitas yang dikembangan individu sejak kanak-kanak hingga dewasa, yaitu identitas tentang pekerjaan dan karier, politik, agama, seksual, budaya, dan sebagainya.

Selain pencarian identitas, pemilihan karier adalah hal yang umum dialami oleh remaja. Pada masa ini, remaja mulai mempertimbangkan secara matang mengenai karier yang akan dipilihnya. Hal tersebut tergambar dengan jurusan kelas yang dipilih ketika memasuki bangku SMA, jurusan di bangku kuliah, atau pekerjaan paruh waktu yang dilakukannya. Pemilihan karier juga disebut sebagai salah satu tantangan identitas yang dialami remaja. Super (dalam Savickas, 2002) menyebutkan bahwa terdapat masa transisi dalam hal pemilihan karir yang berlaku pada remaja. Masa transisi tersebut berkisar pada usia 18-21 tahun yang termasuk pada masa remaja akhir. Masa transisi karier yang dimiliki remaja berupa adanya pertimbangan mengenai realita karier yang dihadapinya (Burns, 1993). Masa transisi tersebut dapat diakhiri dengan memilih karier yang dirasanya mampu untuk

ditekuni dan melakukan pelatihan yang berkaitan dengan karier.

Puncak dari pemilihan karier remaja terlihat pada fase remaja akhir. Pada fase remaja akhir, pekerjaan dan karier menjadi pertimbangan besar sebelum akhirnya remaja akhir tersebut memasuki tahap dewasa. Pertimbangan besar tersebut berupa pertimbangan antara memilih karier yang mereka sukai atau karier yang mereka idamkan (Hurlock, 1984). Hal tersebut juga dijelaskan oleh Ginzberg (dalam Manrihu, 1992), bahwa remaja akhir memasuki periode perkembangan karier realistis yang mana mereka melakukan kompromi dan pertimbangan tentang kesempatan mereka dalam memilih suatu karier. Erikson (1963, dalam Seligman, 1994) menyebutkan bahwa kemampuan untuk membentuk karier adalah salah satu bentuk kepuasan yang akan dirasakan oleh remaja saat mengalami krisis.

Pembentukan karier remaja akhir dapat terlihat saat memilih jurusan di perguruan tinggi. Remaja memilih jurusan tentunya berdasarkan pertimbangan memilih dan berkomitmen untuk menyelesaikan jurusan yang dipilihnya, begitu pula dengan memanfaatkan ilmu yang didapatkannya selama duduk di jenjang perguruan tinggi. Mahasiswa, yang tergolong sebagai remaja akhir memasuki fase di mana pertimbangan besar terjadi terkait tingkat pendidikan yang mereka tempuh dan pekerjaan yang akan mereka raih seusai menamatkan pendidikannya, sehingga mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan ilmunya dengan baik, salah satunya dengan karier sesuai minat, kemampuan atau pun ilmu yang didalaminya.

Kematangan diri dapat menjadi gambaran mengenai kesiapan diri mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmunya melalui karier. Kematangan karier pada remaja merupakan gambaran diri yang berpikir mengenai karier dalam perkembangan karier sebayanya (Super, 1957; Herr & Cramer, 1984 dalam Manrihu, 1992). Hal-hal yang berkaitan dengan pemilihan karier pada individu dapat dijelaskan melalui kematangan karier. Individu dengan pandangan karier yang matang mampu menentukan karier, bidang karier, hingga antisipasi karier yang akan dijalaninya. Seligman (1994) menyebutkan bahwa peran dan pengaruh orangtua dapat memengaruhi kematangan karier remaja, sedangkan menurut Super (dalam Seligman, 1994), pendidikan adalah salah satu faktor yang memengaruhi kematangan karier.

Bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran Udayana, merencanakan karier memerlukan pertimbangan dan kesiapan diri yang dimulai dari awal mereka memilih jurusan di Fakultas Kedokteran, begitu pula dengan perencanaan setelah menyelesaikan jenjang perguruan tinggi. Kesiapan diri mahasiswa merencanakan karier tersebut, tergambar dari tiga orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Hasil wawancara menunjukkan bahwa ketiga mahasiswa tersebut berencana untuk bekerja. Satu dari

dua orang yang berencana untuk bekerja mengatakan bahwa bekerja adalah salah satu caranya untuk memperdalam keilmuannya dan mencari pengalaman sebelum melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yaitu program magister. Lainnya mengatakan bekerja untuk pembuktian kepada orangtua dan keluarga atas hasil belajarnya di perguruan tinggi.

Para mahasiswa yang berencana untuk bekerja, sudah menentukan bidang pekerjaan yang akan dipilihnya. Hal tersebut didasarkan pada minat dan ketertarikan dalam diri terhadap suatu bidang pekerjaan yang didapatkan dari proses perkuliahan, bahkan dari saat memilih jurusan kuliah. Ketiganya mengatakan yakin atas pilihan yang akan mereka lalui seusai menamatkan pendidikan perguruan tinggi. Mereka merasa yakin bahwa dirinya dapat menyelesaikan perkuliahan dan memiliki potensi untuk bekerja. Adanya rasa yakin atau tidak dengan potensi yang mereka miliki menggambarkan bahwa perencanaan terhadap karier adalah hal penting bagi remaja akhir yang menjelang dewasa. Selain itu, untuk mencapai suatu bidang karier atau pekerjaan diperlukan pengetahuan tentang diri,terhadap jenis karier tertentu, serta kemampuan yang harus mereka persiapkan untuk menggapai bidang karier atau pekerjaan yang mereka inginkan.

Pengetahuan tentang diri secara singkat disebutkan sebagai konsep diri oleh Santrock (2010). Pengetahuan tentang diri tersebut meliputi evaluasi kemampuan akademik, fisik, hingga sosial seseorang. Pengetahuan tentang diri tersebut kemudian dapat berkembang menjadi identitas yang akan tersemat dalam diri seseorang. Konsep diri sering dikaitkan dengan pemahaman terhadap diri sendiri. Santrock (2011) menyebutkan bahwa pemahaman terhadap diri sendiri dapat memengaruhi konsep diri. Semakin tinggi konsep diri yang dikembangkan dan sesuai dengan pemahaman terhadap dirinya sendiri, maka rasa percaya diri dan harga diri dalam menghadapi suatu hal juga akan tinggi. Jika konsep diri individu rendah, maka kebingungan terhadap diri dan potensi yang dimiliki akan muncul dalam diri individu.

Burns (1993) mengatakan bahwa individu-individu dan potensi yang mereka miliki memiliki hubungan yang saling terkait dengan dengan kebutuhan pekerjaan, sehingga pengetahuan tentang diri dan jenis karier yang sesuai dengan diri adalah hal penting yang harus diketahui oleh diri seseorang sebelum terjun ke dunia kerja. Super (dalam Burns, 1993) menekankan bahwa pengetahuan tentang diri atau konsep diri yang dimiliki individu merupakan penentu dari kematangan karier. Menurutnya, bidang karier seseorang adalah gambaran dari konsep diri yang dimilikinya. Saat individu mengalami pertimbangan dalam hidupnya, termasuk dalam pertimbangan karier, konsep diri dapat menjadi tuntunan individu dalam mengambil keputusan atas pertimbangan. Hal tersebut berkaitan dengan cara pandang

individu tentang keyakinan dan kemampuan individu jika harus memilih suatu hal.

Keyakinan yang dimiliki individu terkait kemampuannya disebut sebagai efikasi diri. Efikasi diri juga dapat berarti keyakinan seseorang bahwa dirinya dapat menyelesaikan suatu hal dan dapat menghasilkan perilaku yang diinginkan (Santrock, 2010). Efikasi diri menyangkut cara orang berfikir, rasakan, serta motivasi dari perilaku untuk menggapai suatu hal yang diinginkannya (Bandura, 1998). Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi dapat menentukan perilaku yang sesuai dengan tujuan yang akan ia capai, mengerjakan tugas-tugas sulit, serta memiliki komitmen untuk menyelesaikan suatu tugas, sedangkan individu yang memiliki efikasi diri rendah cenderung menganggap bahwa tugas yang sulit merupakan sebuah tantangan, tidak memiliki aspirasi dan komitmen untuk menyelesaikan suatu tugas.

Efikasi diri tidak hanya menghasilkan kompetensi individu dalam mengerjaka suatu tugas. Efikasi diri juga dapat menghasilkan kompetensi individu dalam segi sudut pandang remaja mengenai pernikahan, hubungan dengan orangtua, dan pemilihan kariernya (Bandura, 1998). Efikasi diri ditemukan berperan secara signifikan terhadap perkembangan karier seseorang. (Hackett, 1995). Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya keterkaitan antara kertertarikan pada suatu pilihan karier, nilai-nilai yang dimiliki, dan tujuan dalam karier yang akan dicapai. Adanya ketertarikan tersebut dapat menggambarkan suatu tantangan dalam diri individu. Tantangan tersebut berupa keinginan individu untuk mencapai karier yang mereka inginkan dan dengan efkasi diri yang dimiliki, maka akan ada usaha yang dikerahkan untuk mencapai keinginan tersebut.

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa memahami diri dan kemampuan dalam diri adalah hal penting bagi remaja akhir yang akan melanjutkan tahapan perkembangan selanjutnya. Hal itu dapat artikan pula bahwa perlunya konsep diri dan efikasi diri pada remaja yang juga mahasiswa dalam kematangan karier. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul “Peran Konsep Diri dan Efikasi Diri Terhadap Pemilihan Karier Mahasiwa di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana” untuk mengetahui seberapa besar hubungan konsep diri dan efikasi diri dalam pemilihan karier yang dimiliki mahasiswa.

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat teoritis dalam keilmuan Psikologi Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan manfaat praktis bagi mahasiswa dan orangtua terkait pentingnya mengetahui dan mengembangkan konsep diri, efikasi diri, dan kematangan karier. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pentingnya pengembangan konsep diri, efikasi diri, dan kematangan karier bagi institusi pendidikan terkait.

METODE PENELITIAN

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kematangan karier. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsep diri dan efikasi diri. Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

  • 1.    Kematangan karier

Kematangan karier merupakan kemampuan individu untuk merencanakan, memilih, mempertimbangkan karier yang diinginkan individu selama menjalani tahap-tahap perkembangan karier. Tingkat kematangan karier diukur dengan skala kematangan karier yang dirancang oleh peneliti. Semakin tinggi skor total kematangan karier, maka semakin tinggi taraf kematangan karier.

  • 2.    Konsep diri

Konsep diri gambaran tentang diri berdasarkan penilaian diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan pengalaman yang melalui proses evaluasi di dalam diri individu. Konsep diri diukur dengan skala konsep diri yang merupakan hasil modifikasi skala konsep diri milik (Putra, 2014). Semakin tinggi skor total konsep diri, maka semakin tinggi taraf konsep diri.

  • 3.    Efikasi diri

Efikasi diri adalah keyakinan akan kemampuan dalam diri individu untuk menjalankan tugas dan menghasilkan sesuatu yang diinginkan. Efikasi diri diukur menggunakan skala efikasi diri milik Rustika (2014). Semakin tinggi skor total efikasi diri, maka semakin tinggi taraf efikasi diri.

Responden

Responden dalam penelitian ini adalah 125 mahasiswa Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang terpilih melalui one stage random cluster sample. 125 responden sudah memenuhi syarat minimal jumlah subyek menurut Field (2009), yaitu minimal 15 subjek untuk satu variabel penelitian.

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Program Studi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada tanggal 15 dan 17 November 2016.

Alat Ukur

Terdapat tiga alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini. Alat ukur pertama adalah skala kematangan karier berdasarkan aspek kematangan karier milik Super (dalam Sharf, 2006) yang disusun oleh peneliti. Skala kematangan karier terdiri atas 24 aitem pernyataan dengan tingkat reliabilitas 0,888 dan koefisien validitas bergerak dari 0,312-0,672. Alat ukur kedua adalah skala konsep diri yang

dimodifikasi dari skala konsep diri yang dirancang oleh (Putra, 2014) berdasarkan aspek konsep diri yang dikembangkan oleh Fitss (dalam Agustiani, 2009). Skala konsep diri memiliki 34 aitem pernyataan dengan tingkat reliabilitas 0,930 dan koefisien validitas yang bergerak dari 0,321-0,740. Alat ukur terakhir adalah skala efikasi diri yang langsung peneliti gunakan. Adapun skala efikasi diri dirancang oleh Rustika (2014) berdasarkan aspek efikasi diri yang dikembangkan oleh Bandura (1997) dengan tingkat tingkat reliabilitas 0,840 dan koefisien validitas bergerak dari 0,323-0,883.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert yang disajikan dalam bentuk angket atau kuesioner. Skala Likert merupakan skala yang terdiri dari pertanyaan atau pernyataan yang memiliki tingkatan skor dari yang paling positif hingga paling negatif. Skala Likert terdiri dari aitem favorable dan aitem unfavorable. Aitem favorable adalah aitem yang mendukung atribut yang akan diukur sedangkan item unfavorable adalah aitem yang tidak mendukung atribut yang akan diukur (Azwar, 2014). Angket atau kuesioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data di mana subjek penelitian diminta untuk menjawab pertanyaan atau penyataan yang diberikan (Sugiyono, 2014). Alternatif jawaban yang tersedia dalam skala Likert terdiri atas sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS) yang dijawab dengan memberikan tanda centang (√) pada alternatif jawaban yang dipilih.

Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dilakukan setelah data yang didapatkan memenuhi syarat-syarat untuk uji hipotesis regresi ganda, yaitu uji normalitas, uji linieritas, dan uji multikolinieritas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data yang didapatkan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov pada aplikasi Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 18. Distribusi data dikatakan normal apabila menunjukkan probabilitas lebih besar dari 0,05 (p > 0,05).

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan linier yang terbentuk dari variabel bebas dan variabel tergantung (Sugiyono, 2012). Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan Compare Means dengan melihat Test of Linearity pada aplikasi Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 18. Variabel bebas dan variabel tergantung dikatakan memiliki hubungan yang linier apabila menghasilkan probabilitas kurang dari 0,05 (p < 0,05).

Uji multikolinieritas digunkan untuk melihat korelasi antar variabel bebas sebelum melakukan uji regresi ganda. Metode regresi dikatakan baik apabila antar variabel bebas tidak memiliki korelasi yang tinggi atau terjadi

multikolinieritas. Uji multikolinieritas dilakukan pada aplikasi Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 18 dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (IVF) dan nilai Collinearity Tolerance. Nilai pada VIF harus kurang dari 10 dan nilai Collinearity Tolerance harus lebih besar dari 0,1 (Yudiaatmaja, 2013).

Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi ganda. Regresi ganda digunakan untuk memprediksi sejauh mana perubahan yang disebabkan oleh dua variabel bebas ata lebih bila nilai variabel tergantung dirubah (Sugiyono, 2012). Analisis regresi ganda dilakukan pada aplikasi Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 18 dan digunakan untuk menguji hipotesis mayor dan minor yang diajukan dalam penelitian.

HASIL PENELITIAN

Karakteristik Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah 125 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

  • a.    Karakteristik Berdasarkan Usia

Tabel 1.

Deskiipsi Subjek Berdasarkan Usia

__________Usia_______________JumLah Mahasiswa__________Persentase (¾)______ ____________18_________________________34_______________________27 2%__________ ____________19________________________20_______________________16.0%__________ ____________20________________________33_______________________26.0%__________ ____________21_________________________38_______________________30.4%__________

Total 125 100,0%

Pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa subyek yang terlibat sebanya 125 mahasiswa yang terdiri atas 38 mahasiswa berusia 21 tahun (30,4%), 34 mahasiswa berusia 18 tahun (27,2%), 33 mahasiswa berusia 20 tahun (26,0%), dan 20 mahasiswa berusia 19 tahun (16,0%).

  • b.    Karakteristik Berdasarkan jenis Kelamin

Tabel 2.

Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

______Jenis Kelamin___________Jumlah Mahasiswa___________Persentase (⅜)______ __________Laki-laki________________________23__________________________18,4%____________ ________Perempvaii_____________________102________________________81.6%___________

Total 125 100 0%

Pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa subyek yang terlibat sebanyak 125 mahasiswa yang terdiri atas 23 mahasiswa laki-laki dengan persentase 18,4% dan 102 mahasiswa perempuan dengan persentase 81,6%.

  • c.    Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ayah

Tahel 3.

Deskripsi Subjek Berdasarkan Pendidikan TerakhirAyah

Pendidikan TerakhirAyah

Jumlah Mahasiswa

Persentase (%)

SD

1

0.8%

SLTP

2

1,6%

SLTA

45

36,0%

Dl

2

1,6%

D3

6

4,8%

Sl

53

42,4

S2

13

10,4%

S3

3

2,4%

Total

125

100.0%

Pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa dari 125 mahasiwa, terdapat 53 subyek dengan pendidikan terakhir

ayah S1 (42,4%). Terdapat 45 subyek dengan pendidikan

terakhir ayah SLTA (36,0%), 13 subyek dengan pendidikan terakhir ayah S2 (10,4%), 6 subyek dengan pendidikan

terakhir ayah D3 (48,6%), 3 subyek dengan pendidikan

terakhir ayah S3 (2,4%), 2 subyek dengan pendidikan terakhir ayah SLTP (1,6%), 2 subyek dengan pendidikan terakhir ayah D1 (1,6%), dan 1 subyek dengan pendidikan terakhir ayah SD (0,8%).

  • d.    Karakteristik Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ibu

Tabel 4.

Deskripsi Subyek Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ibu

Pendidikan Terakhir Ibu

Jumlah Mahasiswa

Persentase (%)

SD

4

3,2%

SLTP

8

6,4%

SLTA

57

45,6%

Dl

1

0,8%

D3

9

7,2%

Sl

37

29,6%

S2

6

4,8%

S3

3

2,4%

Total

125

100.0%

Pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa sebanyak 57 subyek dengan pendidikan terakhir ibu SLTA (45,6%). Sebanyak 37 subyek dengan pendidikan terakhir ibu S1 (29,6%), 9 subyek dengan pendidikan terakhir ibu D3 (7,2%), 8 subyek dengan pendidikan terakhir ibu SLTP (6,4%), 6 subyek dengan pendidikan terakhir ibu S2 (4,8%), 4 subyek dengan pendidikan terakhir ibu SD (3,2%), 3 subyek dengan pendidikan terakhir ibu S3 (3,4%), dan 1 subyek dengan pendidikan terakhir ibu D1 (0,8%).

  • e.    Karakteristik Berdasarkan Semester

Tahel 5.

Deskripsi Subyek Berdasarkan Semester

Semester

Jumlah Mahasiswa

Persentase

1

33

26,4%

3

22

17,6%

5

29

23,2%

7

41

32,8%

Total

125

100,0%

Pada Tabel 5, dapat diketahui bahwa mayoritas subyek sedang menempuh perguruan tinggi semester 7 yang berjumlah 41 subyek (32,8%). Subyek yang menempuh perguruan tinggi pada semester 1 sebanyak 33 subyek (26,4%), subyek yang menempuh perguruan tinggi pada semester 5 sebanyak 29 subyek (23,2%), dan subyek yang menempuh perguruan tinggi pada semester 3 sebanyak 22 subyek (17,6%).

Deskripsi Data Penelitian

Tabel 6.

Deskripsi Data Penelitian

Variabel

N

Mean Teoritis

Mean

Empiris

Std

Deviasi

Teoritis

Std

Deviasi

Empiris

Sebaran Teoritis

Sebaran

Empiris

KD

125

95

106,71

19

10,713

38-152

76-138

ED

125

50

57,90

10

6,568

20-80

42 80

KK

125

60

71,26

12

6,719

24-96

49-90

  • a.    Konsep Diri

Hasil deskripsi statistik pada tabel 6 menunjukkan bahwa konsep diri memiliki mean teoritis sebesar 95 dan mean empiris sebesar 106,71. Antara mean teoritis dan mean

empiris konsep diri memiliki perbedaan 11,71 dan menunjukkan mean empiris lebih besar dari mean teoritis (106,71 > 95), sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek memiliki konsep diri yang cukup tinggi. Rentang skor konsep diri subjek penelitian berada diantara 76-138 dan sebanyak 109 subjek (87,2%) memiliki skor konsep diri diatas mean teoritis. Kategorisasi konsep diri dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7.

Kategorisasi Konsep Diri

Rentang Nilai

Kategori

Jumlah

Persentase

123,5<X

Sansit tinssi

3

2.4%

104<X<123,5

Tinssi

76

60.8%

85,5<X≤104

Sedang

42

33.6%

66.5<X≤85.5

Rendah

4

3,2%

X≤66,5

Sangat rendah

-

-

  • b.    Efikasi Diri

Hasil deskripsi statistik pada tabel 6 menunjukkan bahwa efikasi diri memiliki mean teoritis sebesar 50 dan mean empiris sebesar 57,90. Antara mean teoritis dan mean empiris memiliki perbedaan 7,90 dan menujukkan mean empiris lebih besar dari mean teoritis (57,90 > 50), sehingga dapat

disimpulkan bahwa subjek memiliki efikasi diri yang cukup tinggi. Rentang skor efikasi diri subjek penelitian berada diantara 42-80 dan sebanyak 118 subjek (94,4%) memiliki skor efikasi diri diatas mean teoritis. Kategorisasi efikasi diri dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel S.

Kategorisasi Efikasi Dtri

Rentang Nilai

Kategori

Jumlah

Persentase

65<X

Sangat tinggi

12

9,6%

55<X≤65

Tinggi

73

58,4%

45<K<55

Sedang

39

31,2%

35<X<45

Rendah

1

0,8%

X≤35

Sangat rendah

-

-

  • c.    Kematangan Karier

Hasil deskripsi statistik pada tabel 6 menunjukkan bahwa kematangan karier memiliki mean teoritis sebesar 60 dan mean empiris sebesar 71,26. Antara mean teoritis dan mean empiris memiliki perbedaan 11,26 dan menujukkan mean empiris lebih besar dari mean teoritis (71,26 > 60), sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek memiliki kematangan karier yang cukup tinggi. Rentang skor kematangan karier subjek penelitian berada diantara 49-90 dan sebanyak 122 subjek (97,6%) memiliki skor kematangan karier diatas mean teoritis. Kategorisasi efikasi diri dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9.

Kategoiisasi Kematangan Kariei'

Tabel 10.

UjiNormalitas Data Penelician

Variabel

KohnogoTof-Smirnov Z

Asvmp. Sig. (2-tailed)

Konsep Diri

0,766

0.600

Efikasi Diri

0,966

0,309

Kematangan Karier

1,314

0,063

  • a.    Sebaran data Variabel Konsep Diri.

Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa variabel konsep diri menghasilkan nilai Kolmogorof-Smirnov sebesar 0,766 dengan signifikansi 0,600 yang lebih besar dari 0,05 (0,0600 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data pada variabel konsep diri memiliki distribusi normal.

  • b.    Sebaran Data Variabel Efikasi Diri

Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa efikasi diri menghasilkan nilai Kolmogorof-Smirnov sebesar 0,966 dengan signifikansi 0,309 yang lebih besar dari 0,05 (0,309 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data pada variabel efikasi diri memiliki distribusi normal.

  • c.    Sebaran Data Kematangan Karier

Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa variabel konsep diri menghasilkan nilai Kolmogorof-Smirnov sebesar 1,314 dengan signifikansi 0,063 yang lebih besar dari 0,05 (0,063 > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data pada variabel konsep diri memiliki distribusi normal.

Uji Linieritas

Tabel 11.

Uji Linieritas Data Penelitian

F________________Sig.

Kematangan

Between

(Combined) Linierity

2,598

41,123

0,000

0,000

Konsep Diri

Groups

Deviation from

Linienty

1,584

0,41

Kematangan karier * Efikasi

Between

(Combined) Linierity

3,418

55,726

0,000

0,000

Diri

Groups

Deviation from

Linierity

1.406

0,19

Hasil uji linieritas pada Tabel 11, menunjukkan hubungan yang linier antara variabel bebas konsep diri dan variabel tergantung kematangan karier. Hubungan linier tersebut ditunjukkan oleh taraf signifikansi pada Linierity yang menunjukkan angka 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa variabel bebas efikasi diri dan variabel tergantung kematangan karier memiliki hubungan yang linier. Hal tersebut ditunjukkan oleh taraf signifikansi pada Linierity yang menunjukkan anggka 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05).

Rentang Nilai

Kategori

Jumlah

Persentase

78<X

Sangat tinggi

20

16.0%

66<X≤78

Tir.ssi

87

69.6%

54<X<66

Sedang

17

13,6%

42<X<54

Rendah

1

0,8%

X≤42

Sangat rendah

-

-

Uji Normalitas

tidak terjadi multikolinieritas antara variabel bebas konsep diri dan efikasi diri.


Uji Multikolinieritas

Tabel 12.

Uji Multikolinieritas Data Penelitian

Model

Signifikand —

Coilinigrify Statistics

— Keterangan

ToIeran ce           VIT

Konsep Diri

0,027

0,795             1,257

Tidakteijadi

OiulitilzciliiiteiTtai

Efikasi Diri

0,000

0,795             1,257

Tidakterjadi multιlzoliιiLeιτtai

Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa

Berdasarkan hasil uji normalitas, uji linieritas, dan uji multikolinieritas yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa distribusi data penelitian bersifat normal, memiliki hubungan yang linier antara variabel bebas dan variabele tergantung, serta tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas, sehingga analisis regresi berganda dapat dilakukan.

Uji Hipotesis

Tabel 13.

____________________________Hasil Uji Regresi Ganda__________________________

_______R_______ R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

0.53 6              ft,28 7 0.311 1577

Berdasarkan tabel 13, terlihat bahwa hubungan yang

terjadi antara variabel bebas dan variabel tergantung terlihat pada nilai koefisien regresi (R) yang menunjukkan nilai 0,536, serta koefisien determinasi (R Square) menunjukkan nilai 0,287. Koefisien determinasi sebesar 0,287 menunjukkan bahwa konsep diri dan efikasi diri memberikan sumbangan efektif sebesar 28,7% terhadap kematangan karier, sedangkan sebesar 71,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

label 14.

Hasil nji Regiesi Ganda Berdasarkau .Siguifikansi NiLai F

Model

Sum of Square

df

Mean Square

F

SiS

Regression

1605.844

2

802,922

24.538

0.000

Residual

3991.964

122

32,721

Total

5 597. SOS

124

Pada Tabel 14, diketahui nilai F hitung yang didapatkan sebesar 24,538 dan taraf signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 (0, 000 < 0,05). Hasil dalam tabel menunjukkan bahwa model regresi ganda yang digunakan dapat digunakan untuk memprediksi kematangan karier. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa konsep diri dan efikasi diri secara bersama-sama dapat memengaruhi kematangan karier.

label 15.

Hasil Uji Regresi Ganda Berdasarkan Nilai r dan Signifikansi Konsep Diri dan Efikasi Diri Terhadap Kematangan karier

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

C         ⅛.

B

Std. Error

Beta

[Constant)

31,465

5.251

5.511

0,000

Konsep Diri

0,213

0.054

0,339

3,958

0,000

Efikasi Diri

0,219

0.088

0,288

3,364

0,001

Pada Tabel 15, dapat diketahui bahwa variabel konsep diri memiliki koefisien beta yang terstandarisasi sebesar 0,339 dengan nilai t sebesar 3,958 dan taraf signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Taraf signifikansi tersebut menunjukkan bahwa konsep diri secara signifikan berpengaruh terhadap kematangan karier. Variabel efikasi diri memiliki koefisien beta

terstandarisasi sebesar 0,288 dengan nilai t sebesar 3,364 dan taraf signifikansi 0,001 yang lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05). Taraf signifikansi tersebut menunjukkan bahwa efikasi diri secara signifikan berpengaruh terhadap kematangan karier.

Tabel 15 juga dapat menunjukkan prediksi taraf kematangan karier berdasarkan persamaan regresi ganda, yaitu:

Y = 31,465 + 0,213 X1 + 0,219 X2

Y = kematangan karier

  • X1 = konsep diri

X2 = efikasi diri

  • a.    Konstanta 34,465 menyatakan bahwa jika tidak ada peningkatan atau penambahan skor pada konsep diri ataupun efikasi diri, maka taraf kematangan karier sebesar 31,465.

  • b.    Koefisien regresi X1 menyatakan bahwa pada setiap peningkatan atau penambahan satuan skor pada variabel konsep diri, maka akan terjadi kenaikan pada taraf kematangan karier sebesar 0,213.

  • c.    Koefisien regresi X2 sebesar 0,219 menyatakan bahwa pada setiap peningkatan atau penambahan satuan skor pada variabel efikasi diri, maka akan terjadi kenaikan pada taraf kematangan karier sebesar 0,219.

Uji Data Tambahan

Uji data tambahan dilakukan berdasarkan demografi subjek yang terlibat dalam penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kematangan karier yang ditinjau dari perbedaan jenis kelamin, pendidikan terakhir ayah, pendidikan terakhir ibu, and semester. Uji tambahan dilakukan setelah melalui uji asumsi analisis komparasi, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

  • a.    Kematangan Karier Ditinjau dari Jenis Kelamin

Untuk menguji perbedaan kematangan karier ditinjau dari jenis kelamin, subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok laki-laki dan perempuan. Berdasarkan uji asumsi analisis komparasi, diketahui bahwa data bersifat homogen, tidak normal, dan hasil analisis komparasi nonparametrik Mann-Whitney U, diperoleh taraf signifikansi sebesar 0,168 yang lebih besar dari 0,05 ( 0,168 > 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kematangan karier jika ditinjau dari perbedaan jenis kelamin.

  • b.    Kematangan Karier Ditinjau dari Pendidikan Terakhir Ayah

Untuk menguji perbedaan kematangan karier ditinjau dari pendidikan terakhir ayah, subjek penelitian dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu kelompok subjek dengan pendidikan terakhir ayah SD, SLTP, SLTA, D1, D3, S1, S2, dan S3. Berdasarkan uji asumsi analisis komparasi, diketahui bahwa data bersifat homogen, tidak normal, dan hasil analisis komparasi nonparametrik Kruskal-Wallis, diperoleh taraf signifikansi 0,566 yang lebih besar dari 0,05 (0,566 > 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kematangan karier jika ditinjau dari pendidikan terakhir ayah.

  • c.    Kematangan Karier Ditinjau dari Pendidikan Terakhir Ibu

Untuk menguji perbedaan kematangan karier ditinjau dari pendidikan terakhir ibu, subjek penelitian dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu kelompok subjek dengan pendidikan terakhir ayah SD, SLTP, SLTA, D1, D3, S1, S2, dan S3. Berdasarkan uji asumsi analisis komparasi, diketahui bahwa

data bersifat homogen, tidak normal, dan hasil analisis komparasi nonparametrik Kruskal-Wallis, diperoleh taraf signifikansi 0,902 yang lebih besar dari 0,05 (0,902 > 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kematangan karier jika ditinjau dari pendidikan terakhir ibu.

  • d.    Kematangan karier Ditinjau dari Semester

Untuk menguji perbedaan kematangan karier ditinjau dari semester, subjek penelitian dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok semester 1, semester 3, semester 5, dan semester 7. Berdasarkan uji asumsi analisis komparasi, diketahui bahwa data bersifat homogen, tidak normal, dan hasil analisis komparasi nonparametrik Kruskal-Wallis, diperoleh taraf signifikansi 0,243 yang lebih besar dari 0,05 (0,243 > 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kematangan karier jika ditinjau dari pendidikan terakhir ayah.

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dianalisis menggunakan metode analisis regresi ganda, dapat diketahui bahwa hasil uji hipotesis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dari konsep diri dan efikasi terhadap kematangan karier mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dapat diterima. Hal ini terlihat dari koefisien regresi (R) yang didapatkan dalam penelitian sebesar 0,536, nilai F hitung sebesar 24,538, dan taraf signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) menunjukkan bahwa konsep diri dan efikasi diri secara bersama-sama memberikan pengaruh terhadap kematangan karier.

Koefisien determinasi (R square) sebesar 0,287 menunjukkan bahwa kedua variabel bebas, yaitu konsep diri dan efikasi diri memberikan sumbangan efektif sebesar 28,7% terhadap kematangan karier, sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep diri dan efikasi diri menentukan kematangan karier mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, sedangkan 71,3% dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Jika dilihat pada koefisien beta yang terstandarisasi, dapat diketahui bahwa konsep diri dan efikasi diri masing-masing memiliki pengaruh terhadap kematangan karier. Variabel konsep diri memiliki koefisien beta terstandarisasi sebesar 0,339, nilai t hitung sebesar 3,958, dan memiliki taraf signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa konsep diri berpengaruh secara signifikan terhadap kematangan karier. Variabel efikasi diri memiliki koefisien beta terstandarisasi sebesar 0,288, nilai t hitung 3,364, dan memiliki taraf signifikasi 0,001 yang lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa efikasi diri berpengaruh secara signifikan terhadap kematangan karier.

Berdasarkan nilai yang ditunjukkan oleh taraf signifikansi, dapat diketahui bahwa variabel bebas konsep diri

memiliki hubungan yang signifikan terhadap kematangan karier. Individu dengan konsep diri yang baik mampu untuk mengenal dirinya sendiri, memiliki sudut pandang yang subjektif terhadap potensi diri untuk mempersiapkan pendidikan dan karier, serta mampu mengevaluasi diri untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam diri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Super (dalam Winkel & Hastuti, 2006) yang menyebutkan bahwa konsep diri merupakan keseluruhan dari gambaran diri yang didapatkan dari pengalaman melakukan proses obeservasi dan identitifikasi selama hidupnya.

Berdasarkan nilai yang ditunjukkan oleh koefisien beta terstandarisasi, dapat diketahui bahwa variabel bebas yang lebih berpengaruh terhadap kematangan karier adalah konsep diri. Individu dengan konsep diri yang baik akan lebih mampu untuk mengenal dirinya sendiri, memiliki sudut pandang subjektif terhadap potensi diri untuk mempersiapkan pendidikan dan karier, dan mampu mengevaluasi diri untuk mengetahui kelebihan dan kukurangan diri. Jika dikaitkan dengan kematangan karier, konsep diri membantu individu untuk memahami bidang karier yang cocok dengan dirinya sehingga dapat menuntun individu untuk mempertimbangkan berbagai macam pilihan karier yang ada. Winkel dan Hastuti (2006) menyebutkan bahwa konsep diri adalah dasar untuk menentukan pilihan atau keputusan, serta menyusun masa depan yang sesuai dengan diri. Super (dalam Winkel & Hastuti, 2006) menjelaskan bahwa konsep diri mampu mendorong individu untuk mencapai suatu pilihan karier yang dapat membawa individu pada kesuksesan dan perasaan puas.

Sama halnya dengan konsep diri, efikasi diri juga memiliki pengaruh terhadap kematangan karier, namun dengan nilai koefisien beta terstandarisasi lebih rendah bila dibandingkan dengan konsep diri. Individu dengan tingkat efikasi diri yang tinggi memiliki kemampuan untuk merencanakan suatu hal secara lebih matang, lebih termotivasi, dan siap untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu, mereka juga mampu untuk menetapkan komitmen dan mampu memandang kesuksesan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Efikasi diri juga dapat memotivasi individu untuk mencapai suatu tujuan dan tahan terhadap stres. Hal tersebut tidak terlepas dari keyakinan diri individu tentang potensi dirinya serta berbagai pengalaman keberhasilan dan kegagalan yang telah dilalui. Pengalaman-pengalaman tersebut, dapat memberi petunjuk kepada individu untuk berperilaku searah dan sesuai dengan tujuan hidupnya.

Jika dikaitkan dengan kematangan karier, efikasi diri mampu menentukan aspirasi terkait bidang karier yang diinginkan dan sesuai dengan dirinya. Kematangan karier tidak hanya menuntut kesiapan untuk merancang karier dan menjalankan kariernya kelak. Diperlukan keyakinan akan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai bidang karier, keyakinan bahwa potensi yang dimiliki sesuai dengan kriteria

bidang karier, serta keyakinan bahwa dirinya mampu belajar dan mengembangkan dirinya pada bidang karier yang diinginkan. Menurut Bandura (1994), efikasi diri berhubungan dengan kompetensi dan kesuksesan remaja yang beranjak dewasa terkait dengan salah satunya pekerjaan atau karier berupa persiapan merancang dan menentukan karier, memantapkan keyakinan untuk mencapai karier, serta motivasi untuk beradaptasi dengan karier yang nantinya dipilih. Hacket (1995) juga menyebutkan bahwa efikasi diri juga berpengaruh terhadap kematangan karier, yaitu membentuk nilai-nilai yang akan digunakan untuk mencapai karier, cara pandang individu untuk menentukan tujuan dalam berkarier, serta mengambil keputusan atas karier yang akan dijalani. Pemaparan di atas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Lestari (2013) yang menunjukkan bahwa efikasi diri memberi pengaruh terhadap kematangan karier remaja. Individu yang memiliki efikasi diri tinggi akan merasa tertantang dan optimis untuk mempersiapkan karier dengan melakukan usaha untuk mengenal potensi diri, mencari informasi tentang bidang karier, hingga berusaha untuk mencapai bidang karier yang diinginkan.

Pada deskripsi data penelitian, variabel konsep diri memiliki mean teoritis sebesar 95 dan mean empiris sebesar 106,71 yang mana mean empiris lebih besar dari mean teoritis (106,71 > 95). Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang diwakili oleh mahasiswa Program Studi Fisioterapi memiliki tingkat konsep diri yang tinggi. Hasil kategorisasi data konsep diri menunjukkan bahwa mayoritas subjek pnelitian memiliki taraf konsep diri yang tinggi, yaitu sebanyak 76 subjek (60,8%).

Tingginya konsep diri dapat dikaji dari peran lingkungan perguruan tinggi yang mendukung adanya organisasi kemahasiswaan yang dapat diikuti oleh mahasiswa. Kegiatan dalam organisasi kemahasiswaan mengharuskan para anggotanya untuk berinteraksi dan saling bertukar pemikiran. Hal tersebut dapat membuat mahasiswa mengenal individu baru, belajar saling mengenal dan memahami diri satu sama lain. Hasil penelitian Tarigan (2013) yang menyebutkan bahwa konsep diri yang didapatkan dari interaksi mampu membentuk konsep diri dalam sebuah kelompok.

Mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan juga membantu mahasiswa untuk mengembangkan diri dan kemampuannya dalam bidang akademik maupun non akademik. Mahasiswa yang mengikuti organisasi akan membentuk identitas diri yang menggambarkan organisasi yang diikutinya. Hal tersebut tak terlepas dari evaluasi diri yang dilakukan sesama anggota organisasi, yang mana evaluasi tersebut akan membantu mahasiswa untuk memunculkan konsep dirinya sebagai anggota organisasi. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian Situmorang (2009) yang menyatakan bahwa pengalaman yang didapatkan dari kegiatan organisasi akan tercermin dalam identitas sebagai

bentuk dari kepuasannya berorganisasi yang ditunjukkan berupa perilaku.

Pada deskripsi penelitian juga dapat dilihat variabel efikasi diri memiliki mean teoritis sebesar 50 dan mean empiris sebesar 57,90 yang mana mean empiris lebih besar dari mean teoritis (57,90 > 50). Hal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang diwakili oleh mahasiswa Program Studi Fisioterapi memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi. Hasil kategorisasi data efikasi diri, dapat diketahui bahwa mayoritas subjek memiliki tingkat efikasi diri yang tinggi, yaitu sebanyak 73 subjek (58,4%).

Tingginya efikasi diri dapat dilihat dari lingkungan belajar yang menuntut mahasiswa untuk menunjukkan kompetensinya dalam mencapai tujuan dari pendidikan di perguruan tinggi. Mahasiswa dituntut untuk menggunakan berbagai strategi untuk dapat mencapai hasil yang diharapkan. Mahasiswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan berusaha dan termotivasi untuk mencapai hasil tersebut, sehingga mahasiswa nantinya akan mampu untuk mengontrol performa bahkan lingkungan belajarnya. Sejalan dengan pendapat tersebut, dalam Junger dan Rosander (2010) disebutkan bahwa mahasiswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan mampu mengontrol lingkungan belajarnya. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa yang memiliki efikasi diri memiliki strategi untuk menyesuaikan kemampuannya untuk diterapkan pada lingkungan belajar.

Pada deskripsi penelitian, variabel kematangan karier memiliki mean teoritis sebesar 60 dan mean empiris sebesar 71,26 yang mana mean empiris lebih besar dari mean teoritis (71,26 > 60). Hal tersebut menunjukkan bahwa bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang diwakili oleh mahasiswa Program Studi Fisioterapi memiliki tingkat kematangan karier yang tinggi. Hasil kategorisasi data kematangan karier menunjukkan bahwa mayoritas subjek memiliki tingkat kematangan karier yang tinggi, yaitu sebanyak 87 subjek (69,6%). Tingginya tingkat konsep diri dan efikasi diri yang menghasilkan mayoritas tingkat kematangan karier yang tinggi pula.

Tingginya kematangan karier dapat dijelaskan pula dari lingkungan institusi pendidikan, baik dari segi status institusi pendidikan hingga tenaga pengajar. Penelitian yang dilakukan oleh Kang (2012) menunjukkan adanya hubungan antara status institusi pendidikan dan tenaga pengajar terhadap kematangan karier. Individu yang memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan di institusi pendidikan yang memiliki status baik, akan lebih memiliki kesempatan untuk didik oleh tenaga pendidik yang lebih baik pula. Tenaga pengajar tersebut akan lebih mampu membangun hubungan yang baik dengan siswa dan lebih suportif. Institusi pendidikan dengan status yang baik beserta tenaga pengajarnya lebih memiliki pengaruh terhadap perencanaan karier siswanya yang

disebabkan oleh banyaknya informasi terkait karier yang dapat diberikan serta adanya kegiatan yang mengembangkan karier siswa. Keadaan institusi pendidikan tersebut menggambarkan lingkungan institusi pendidikan tempat di mana data penelitian diperoleh, yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Berdasarkan hasil uji tambahan, diperoleh hasil uji Mann-Whitney U pada kematangan karier yang ditinjau dari jenis kelamin menunjukkan skor probabilitas 0,168 yang lebih besar dari 0,05 (0,168 > 0,05). Hal tersebut berarti tidak ada perbedaan yang signifikan pada kematangan karier bila ditinjau dari perbedaan jenis kelamin. Menurut Seligman (1994), selain jenis kelamin, terdapat beberapa faktor yang lebih mampu memengaruhi kematangan karier, diantaranya adalah dukungan keluarga dan orang-orang di sekitar, pengalaman yang terkait dengan karier, pengaruh sosial ekonomi, dan etnis.

Berdasarkan hasil uji coba tambahan, diperoleh hasil uji Kruskal-Wallis pada kematangan karier yang ditinjau dari pendidikan terakhir ayah menunjukkan skor probabilitas 0,566 yang lebih kecil dari 0,05 (0,566 > 0,05). Hal tersebut berarti tidak ada perbedaan kematagan karier jika ditinjau dari pendidikan terakhir ayah. Begitu pula hasil uji tambahan perbedaan kematangan karier yang ditinjau dari pendidikan terakhir ibu yang memperoleh skor probabilitas 0,902 yang lebih besar 0,05 (0,902 > 0,05) yang menunjukkan tidak ada perbedaan kematangan karier jika ditinjau dari pendidikan terakhir ibu.

Salah satu faktor yang memengaruhi kematangan karier menurut Seligman (1994) adalah peran orangtua selama masa perkembangan anak. Peran orangtua dalam pengasuhan anak memberikan pengalaman-pengalaman tertentu dalam diri anak dapat menjadi faktor yang menentukan ekspektasi terhadap karier. Hal tersebut disebabkan karena orang tua yang berperan dalam pengasuhan akan berbagi pandangan, nasihat, dan arahan terhadap masa depan dan karier anaknya yang juga merupakan bagian penting dalam perkembangan karier anak.

Berdasarkan hasil uji tambahan, diperoleh hasil uji Kruskal-Wallis pada kematangan karier yang ditinjau dari semester menunjukkan probabilitas 0,243 lebih besar dari 0,05 (0,243 > 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan signifikan pada kematangan karier bila ditinjau dari perbedaan semester. Tidak adanya perbedaan kematangan karier dari perbedaan semester dapat disebabkan karena tidak adanya perbedaan usia yang jauh antara masing-masing semester seperti yang terlihat dari sebaran usia subjek pada Tabel 10. Hal itu dapat disebabkan oleh kesamaan tahap perkembangan psikologis dan tahap perkembangan karier yang sedang dilalui oleh subjek.

Menurut Hurlock (dalam Desmita, 2006), remaja yang berusia 18-21 tahun masuk dalam tahap perkembangan

remaja akhir, begitu pula Super (dalam Burns, 1993) menyebutkan bahwa remaja yang berusia 18-21 tahun sedang dalam tahap eksplorasi. Selain itu, terdapat kesamaan dari status mahasiswa yang menjadi subjek penelitian, yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Dapat disimpulkan bahwa kesamaan tahap perkembangan psikologis dan tahap perkembangan karier yang dilalui remaja, serta kesamaan tempat menimba ilmu menyebabkan pengalaman dan informasi tentang karier yang didapatkan tidak terlalu jauh perbedaannya.

Setelah melalui prosedur analisis data, penelitian ini telah mampu mencapai tujuannya, yaitu mengetahui hubungan antara konsep diri dan efikasi diri terhadap kematangan karier mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, begitu pula dengan hubungan konsep diri terhadap kematangan karier mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, dan hubungan efikasi diri terhadap kematangan karier mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah kurangnya informasi mengenai sistem pendidikan dan kesempatan untuk berkarier dari masing-masing program studi yang ada di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, sehingga informasi sistem pendidikan dan kesempatan untuk berkarir secara umum di Fakultas Kedokteran universitas Udayana dapat diketahui, namun secara khusus pada masing-masing program studi belum diketahui lebih mendalam.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah konsep diri dan efikasi diri berperan terhadap kematangan karier mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Konsep diri berperan terhadap keamtangan karier mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Efikasi diri berperan terhadap kematangan karier mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Kematangan Karier mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana mayoritas tinggi denga persentase 69,6%. Konsep diri mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana mayoritas tinggi dengan persentase 60,8%. Efikasi diri mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana mayoritas tinggi dengan persentase 56,0%. Tidak ada perbedaan yang signifikan kematangan karier mahasiswa fakultas Kedokteran Universitas Udayana jika ditinjau dari perbedaan jenis kelamin. Tidak ada perbedaan yang signifikan kematangan karier mahasiswa fakultas Kedokteran Universitas Udayana jika ditinjau dari pendidikan terakhir ayah. Tidak ada perbedaan yang signifikan kematangan karier mahasiswa fakultas Kedokteran Universitas Udayana jika ditinjau dari pendidikan terakhir ibu. Tidak ada perbedaan yang signifikan kematangan karier mahasiswa fakultas Kedokteran Universitas Udayana jika ditinjau dari perbedaan semester.

Saran yang diberikan kepada mahasiswa diharapkan untuk tetap terus aktif dalam berbagai kegiatan, seperti

kegiatan, baik dalam kegiatan yang diselenggarakan institusi pendidikan maupun di luar institusi pendidikan, yang sekiranya dapat mengembangkan kemampuan dalam diri, serta kegiatan yang mampu memberikan informasi yang diperlukan untuk masa depan. Kegiatan tersebut dapat membantu mahasiswa untuk mengasah potensi dalam diri yang dapat membantu dalam beradaptasi terhadap keadaan perkuliahan dan berguna untuk memantapkan perencanaan kariernya kedepan.

Saran bagi orangtua diharapkan untuk mengetahui seperti apa gambaran diri, kemampuan yang dimiliki anak, dan pandangan anak terhadap karier dimasa depan, sehingga orangtua akan lebih mengetahui bentuk dukungan dan masukan yang sekiranya dapat mendukung anak untuk merancang masa depannya. Bagi institusi pendidikan agar terus mendukung kegiatan maupun pelatihan yang mampu mengembangkan konsep diri, efikasi diri, dan kematangan karier mahasiswa seperti dengan mengadakan outbond dan mengadakan bursa lowongan karier (job fair) untuk mahasiswa dan pihak institusi pendidikan yang sudah memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk berdiskusi terkait pendidikan dan rencana yang akan ditempuh mahasiswa seusai menyelesaikan pendidikannya, agar terus melanjutkan kesempatan tersebut dan bagi institusi yang dirasa kurang memberi kesempatan untuk berdiskusi terkait pendidikan dan rencana mahasiswa, diharapkan untuk meningkatkan kesempatan tersebut, sehingga mahasiswa menjadi lebih siap untuk menapaki masa depan seusai menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi.

Saran bagi peneliti selanjutkan diharapkan mampu untuk mengembangkan populasi penelitian menjadi lebih luas, gali informasi yang lebih mendalam mengenai populasi dan sampel yang akan terlibat dalam penelitian, sehingga informasi mengenai populasi dan subjek akan lebih kaya, dan juga diharapkan untuk melakukan penelitian terhadap faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang mungkin berperan terhadap kematangan karier lainnya, seperti self-esteem, motivasi, dan regulasi diri.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. (2009). Psikologi perkembangan (Pendekatan ekologi: Kaitannya dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja). Bandung: Refika Aditama.

Azwar, S. (2013). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2014). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bandura, A. (1994). Self efficacy. Dalam V. S. Rachaudran (Ed.), Encyclopedia of human behavior (Vol. 4, hal. 71-81). New York: Academic Press.

Bandura, A. (1997). Self efficacy: The exercise of control. New York: W. H. Freeman.

Berzonsky, M. D. (1981). Adolescent development. New York: Macmillan Publishing.

Burns, R. (1993). Konsep diri. (Terjemahan: Eddy) Jakarta: Arcan.

Craighead, W. E. & Numeroff, C. B. (Eds.). (2004). The concise corsini encyclopedia of psychology and behavioral science. New Jersey: John Wiley & Sons.

Crites, J. O. (1973). Career Maturity. NCME Measurement in education 4 (2), 1-8.

Croissant, H. P. (2014). Classroom environment influence on student self-efficacy in mathematic. (Disertasi). Diunduh dari http://dmc.tamuc.edu/cdm/ref/collection/p15778coll7/id/24 1 27 November 2016.

Desmita. (2016). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori kepribadian, Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Field, Andy. (2009). Discover statistics using SPSS 3th edition. California: Sage.

Hackett, G. (1995). Self Efficacy in Career Choice and Development. Dalam A. Bandura (Ed.), Self-efficacy in changing societies (hal. 232-258). New York: Cambridge University.

Hurlock, B. E. (1994). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Jungert, T. & Rosander, M. (2010). Self Efficacy and Strategies to Influence the Study Environment. Teaching in higher education       15       (6),       647-659.       DOI:

10.1080/13562517.2010.522080

Kang, Byeonggu. (2012). Multilevel analysis of school context impact on career maturity of south korean adolescents. (Disertasi). University of Georgia, Athena. Diunduh dari http://athenaeum.libs.uga.edu/handle/10724/28541      27

November 2016.

Lee, S., Datta, P., Croft, A., Hacket, E. & Stevens, H. (2004). Self concept and college student. Diakses dari http://jrscience.wcp.miamioh.edu/nsfall04/FinalArticles/Sel f-ConceptandtheCollege.html 27 November 2016.

Manrihu, M. T. (1992). Pengantar bimbingan dan konseling karier. Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir, M. (2014). Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human development. (Terjemahan:  B. Marswendy) Jakarta:

Salemba Humanika.

Plaosebikan, O. I. & Olusakin, A. M. (2014). Effects of Parental Influence on Adolescents’ Career Choice in Badagry Local Government Area of Lagos State, Nigeria. IOSR Journal of research & method in education 4 (4), 44-57. Diunduh dari www.iosrjournals.org 27 November 2016.

Priyatno, D. (2012). Belajar praktis analisis parametrik dan non parametrik dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media.

Pudjijogyanti, C. R. (1995). Konsep diri dalam pendidikan. Jakarta: Arcan..

Putra, I. D. G. U. (2014). Hubungan perilaku menolong dengan konsep diri pada remaja akhir yang menjadi anggota Tim Bantuan Medis Janar Duta Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. (Skripsi tidak dipublikasikan). Program Studi Psikologi Universitas Udayana, Denpasar.

Rustika, I. M. (2014). Faktor-faktor yang memengaruhi prestasi akademik pada remaja. (Disertasi Tidak Dipublikasikan). Program Doktor Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Santoso, S. (2003). Mengatasi berbagai masalah statistik dengan SPSS 11.5. Jakarta: Gramedia.

Santrock, J. W. (2011). Life-span developmet 13th edition. New York: McGraw-Hill.

Sarwono, S. W. (2015). Psikologi remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Savickas, M. L. (2002). Career Construction. Dalam D. Brown, Career choice and development 4th edition (hal. 149-205). San Fransisco: John Willey & Sons.

Seligman, L. (1994). Developmental career conseling and assessment 2nd edition. California: Sage Publication.

Sharf, R. S. (2006). Applying career development to counseling 4th edition. California: Thomson Wadsworth.

Situmorang, L. B. (2009). Kosep diri pada anggota Masapadha (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Sanatha Dharma). (Skripsi). Universitas Sanatha Dharma, Yogyakarta. Diunduh                                         dari

https://repository.usd.ac.id/2326/2/019114166_Full.pdf 27 November 2016.

Slavin, R. E. (2009). Educational psychology, Theory and Practice. Ohio: Pearson.

Sugiyono. (2012). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, S. (2014). Metodologi penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Swanson, J. L. & D'Archiadi, C. (2005). Beyond Interests, Needs/Values, and Abilities: Assesing Other Important Career Construct Over the Life-span. Dalam S. D. Brown, & R. W. Lent (Eds.), Career development and counseling: Putting theory and research to work (hal. 353-381). New Jersey: John Willey & Sons.

Tarigan, K. B. (2015). Kelompok Kecil dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Tentang Kelompok Kecil Sahabat Akrab di Kalangan Mahasiswa FISIP USU dan Konsep Diri Anggotanya). Jurnal USU 2(3). Diunduh dari http://jurnal.usu.ac.id/index.php/flow/article/view/11055 27 November 2016.

Winkel, W. S. & Hastuti, M. M. (2013). Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

Yudiaatmaja, F. (2013). Analisis regresi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

34