GAMBARAN KEPERCAYAAN, KOMITMEN PERNIKAHAN DAN KEPUASAN HUBUNGAN SEKSUAL PADA ISTRI DENGAN SUAMI YANG BEKERJA DI KAPAL PESIAR
on
Jurnal Psikologi Udayana 2017, Vol.4., No.2, 239-249
Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Udayana
ISSN: 2354 5607
GAMBARAN KEPERCAYAAN, KOMITMEN PERNIKAHAN DAN KEPUASAN HUBUNGAN SEKSUAL PADA ISTRI DENGAN SUAMI YANG BEKERJA
DI KAPAL PESIAR
Ni Luh Putu Gede Maharupa Asmarina, Made Diah Lestari
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana [email protected]
Abstrak
Menikah adalah tugas perkembangan manusia pada usia dewasa awal. Meningkatnya kebutuhan hidup dan keinginan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik untuk kehidupan rumah tangga membuat suami bekerja di Kapal Pesiar. Banyak isu seputar kehidupan kapal pesiar yang mempengruhi pasangan pernikahan jarak jauh. Kepercayaan, komitmen pernikahan, dan kepuasan hubungan seksual menjadi hal penting untuk mempertahankan pernikahan jarak jauh ini. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bagaimana gambaran kepercayaan, komitmen pernikahan dan kepuasan hubungan seksual pada istri dengan suami yang bekerja di kapal pesiar.Metode penelitian ini adalah kualitatif fenomenologi yang mewawancarai tiga subjek ibu rumah tangga yang bersuami pekerja di kapal pesiar, usia pernikahan minimal tiga tahun, dan minimal telah menjalani pernikahan jarak jauh minimal satu tahun. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa kepercayaan dipengaruhi oleh dua hal besar hal yang pertama adalah memercayai, dipercayai dan karakteristik tujuan orang lain dimana jaminan kepercayaan, pengingkaran janji dan prasangka dan pandangan positif istri menjadi fakor yang memengaruhi. Hal kedua adalah hubungan kekuasaan dan komunikasi yang dipengaruhi oleh komunikasi itu sendiri dan pengambilan keputusan. Komitmen pernikahan di pengaruhi oleh dua faktor besar yaitu level kepuasan dan investasi serta kualitas alternatif. Kepuasan hubungan seksual sendiri dipengaruhi oleh komunikasi dan keseimbangan kedudukan serta afeksi. Dari ketiga hal tersebut komunikasi menjadi hal yang sangat penting dan berpengaruh dalam kelangsungan kehidupan pernikahan jarak jauh khususnya suami yang bekerja di kapal pesiar.
Kata kunci: Istri, pernikahan jarak jauh, kepercayaan, komitmen pernikahan, kepuasan hubungan seksual, kapal pesiar
Abstract
Getting married is one of the task of human development in early adulthood. Nowadays, amount of life necessities increased and a desire to have a better life for the family makes the husband worked in Cruise. Many issues surrounding work life on cruise that affect married couples remotely. Trust, marital commitment, and sexual satisfaction becomes important to maintain this commuter marriage. This study aims to discover how the image of trust, marital commitment and sexual satisfaction on a cruise ship worker’s wife. The methodology used in this research is qualitative. Primary data sources obtained from interviews, and observation. Technical analysis is done through a process of data reduction, data presentation, and conclusion. This research interviewed three housewifes who married cruise ships workers at least three years of marriage, and separated by distance at least one year. The result of this research shows that trust is influenced by two big things the first thing is trusting, trustworthy and characteristics of other people's its depends on the trust warranty, failed promises, and also wife’s prejudice and positive outlook. The second thing is communication that influenced by the communication itself and decision making. Marital commitment is influenced by two major factors, there are the level of satisfaction and investment and also the quality of alternative. Sexual satisfaction is influenced by communication and equity and also affection. From those case, communication becomes very important and essential in the continuity of long-distance marriage, especially for couples of cruise ship workers.
Keywords: Wife, commuter marriage, trust, marrital commitment, sexual satisfaction, cruise
LATAR BELAKANG
Setiap individu akan melalui tahapan perkembangan dan tugas perkembangannya, salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi adalah tugas perkembangan pada tahapan usia dewasa awal yakni kedekatan dengan orang lain (intimacy) dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri (isolation) (Erikson dalam Papalia, Olds & Feldman, 2008). Selain itu, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki keinginan untuk selalu menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain menimbulkan sikap saling ketergantungan yang akan memengaruhi kehidupan pasangan kelak. Salah satu bentuk hubungan yang paling kuat tingkat ketergantungannya adalah hubungan suami istri dalam kehidupan pernikahan.
Pernikahan bersifat lembaga multifaset, pernikahan dipandang sebagai komitmen emosional dan hukum, terdiri dari dua orang yang berbagi keintiman emosional dan fisik, berbagi tugas, dan sumber daya ekonomi, (Olson & DeFrain, 2003). Definisi pernikahan menurut Dyer (dalam Dinda, 2012) adalah suatu subsistem dari hubungan yang luas yaitu dua orang dewasa dengan jenis kelamin berbeda membuat sebuah komitmen personal dan legal untuk hidup bersama sebagai suami dan istri. Pernikahan adalah hubungan yang diketahui secara sosial dan monogamous, yaitu hubungan berpasangan antara satu wanita dan satu pria. Pernikahan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan hubungan suami istri dengan harapan bahwa suami dan istri akan menerima tanggung jawab dan memainkan peran sebagai pasangan yang telah menikah, yang di dalamnya terdapat hubungan seksual, keinginan mempunyai anak dan menetapkan pembagian tugas antara suami istri (Duvall dan Miller, 1985). Secara normatif struktur masyarakat menggambarkan bahwa suami yang memiliki kedudukan dan peranan yang menonjol dalam keluarga dan rumah tangga, baik di dalam maupun di luar rumah tangga. Istri diharapkan sebagai pekerja rumah tangga, dan suami diharapkan sebagai pekerja pencari nafkah (Hasibuan, 2011). Parsons dan Bales (dalam Olson & DeFrain, 2003) menyatakan bahwa di dalam keluarga pria dan wanita memiliki peran masing-masing yang berbeda. Pria sebagai suami memainkan peran instrumental, yang bertanggung jawab atas tugas-tugas seperti mencari nafkah di luar rumah, dan wanita sebagai istri memainkan peran ekspresif, seperti mengasuh anak. (Olson & DeFrain, 2003). Meningkatnya kebutuhan hidup dan tingginya persaingan dalam meniti karir membuat banyak pasangan suami istri memilih tinggal terpisah untuk meniti karir di luar kota atau bahkan di negara yang berbeda. Pernikahan jarak jauh dilakukan untuk mempertahankan pekerjaan, pernikahan jarak jauh juga dijalani dengan tujuan untuk mencari penghasilan
lebih baik. Pasangan suami istri akan mencari pekerjaan yang lebih baik, untuk memperbaiki keadaan ekonomi dan untuk pencapaian jenjang karir (Ekasari, Wahyuningsih, & Setyaningrum, 2007).
Salah satu Provinsi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Provinsi Bali dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sebanyak 6,17 persen atau di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 4,17 (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2015). Perekonomian Bali bergerak di sektor pariwisata. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali tahun 2014, menunjukkan bahwa tahun 2012 tingkat kunjungan wisatawan mancanegara adalah sebanyak 2.949.332 orang, tahun 2013 sebanyak 3.278.598 dan tahun 2014 sampai bulan September 3.392.000 orang. Ketersediaan lapangan pekerjaan yang begitu banyak dan bervariasi yang ditawarkan industri pariwisata di Bali tidak menyurutkan minat dan keinginan tenaga kerja Bali untuk mencari pekerjaan di industri pariwisata luar negeri khususnya kapal pesiar (Pranadewi, 2013). Hasil penelitian dari Asmarina (2015) menyebutkan bahwa alasan seseorang untuk bekerja di kapal pesiar adalah karena dapat menghasilkan mencapai lima kali lipat dibandingkan bekerja pada industri perhotelan. Biaya hidup selama kontrak kerja di kapal pesiar sudah ditanggung pihak kapal pesiar, sehingga penghasilan yang didapatkan tiap dua minggu bisa langsung ditransfer kepada istri tanpa dipotong biaya hidup yang tinggi.
Olson & DeFrain, (2003) menyatakan bahwa peran ekspresif yang ideal dijalani oleh istri seperti diam di rumah, mengasuh anak yang disebut ibu rumah tangga. Litiloly dan Swastiningsih, (2014) juga menyebutkan bahwa ibu rumah tangga yang ditinggal suami bekerja dalam waktu yang cukup lama, tidak mudah dijalani terutama bagi yang sudah memiliki anak, karena risiko yang dapat saja terjadi yaitu hubungan dengan keluarga menjadi tidak harmonis, pertengkaran, kecurigaan, dan ketakutan yang dirasakan istri kadang menjadi salah satu faktor dalam keributan rumah tangga. Selanjutnya masalah yang dihadapi oleh istri yang ditinggal suami yang bekerja jauh adalah perannya sebagai ibu rumah tangga. Istri harus dapat mengatasi masalah rumah tangga, seperti pengasuhan terhadap anak, pekerjaan rumah tangga. Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan dukungan dari suami, namun seorang istri yang sedang ditinggal bekerja jauh dituntut untuk mengatasi masalah tersebut sendiri. Situasi tersebut menjadi masalah psikologis tersendiri bagi seorang istri dengan perannya sebagai ibu rumah tangga (Kurniawan, 2014).
Dalam segi emosional, istri cenderung untuk fokus pada orang lain, yang menjelaskan mengapa perasaan dan perilaku orang lain memengaruhi perilaku dan perasaan istri. Penelitian yang dilakukan oleh Sprecher (dalam Helgeson, 2012) menunjukkan bahwa dalam suatu hubungan perempuan lebih terlibat emosional dibandingkan laki-laki. Istri akan
lebih ekspresif baik dalam emosi positif maupun emosi negatif. Studi yang dilakukan oleh van Middendorpetal (dalam Helgelson, 2012) menemukan bahwa istri mengalami emosi lebih intens dibandingkan suami dan membiarkan emosi memengaruhi keputusan istri.
Penghasilan besar yang didapatkan istri dari suami yang bekerja di kapal pesiar bukan merupakan jaminan kebahagiaan, karena perasaan cemas sering muncul di pikiran istri (Asmarina, 2015). Berpisah secara fisik dengan suami merupakan hal yang berat karena suami istri harus saling berjauhan dan tidak dapat bertemu setiap saat. Pada pasangan yang terpisah jarak jauh terdapat beberapa masalah, seperti kelelahan terhadap peran, pekerjaan yang mengganggu waktu untuk bersama, durasi perpisahan, kurangnya kebersamaan, kurangnya kekuatan ego, dan penurunan kompetensi sebagai tenaga kerja profesional. Masalah yang muncul karena terpisah secara fisik tersebut adalah merasa kesepian, kurangnya waktu untuk bermesraan, pasangan suami istri tidak dapat bertukar pikiran, pendapat dan berkomunikasi secara langsung, dan kurangnya frekuensi hubungan seksual (Gerstel dan Gross, 1982). Ketidakhadiran suami dalam kehidupan sehari- hari menyebabkan istri tidak mendapatkan perhatian sebagaimana yang diharapkan. Pemisahan fisik dengan suami merupakan salah satu kejadian yang bisa memicu kesepian (Peplau dalam Septiantini, 2015)
Pada istri, keintiman diekspresikan dengan saling berbagi perasaan dan kepercayaan, sedangkan pria cenderung mengekspresikan keintiman melalui hubungan seksual, pemberian bantuan praktis, pendampingan, dan aktivitas yang dilakukan bersama (Papalia, Olds, & Feldman, 2008). Berdasarkan rangkuman diatas, didapatkan permasalahan yang akan diangkat peneliti adalah masalah kepercayaan, komitmen dan passion serta seksual pada istri. Karsner (2011) menyatakan juga bahwa ada empat komponen penting dalam pernikahan yaitu kepercayaan, komunikasi, intimasi dan komitmen. Bisa disimpulkan bahwa kurangnya kehadiran pasangan dapat memengaruhi kepercayaan, komitmen dan kepuasan hubungan seksual pada wanita.
Dalam pernikahan jarak jauh dimana sang suami bekerja di kapal pesiar ini diperlukan kepercayaan, selain juga kejujuran, kesetiaan dan komitmen (Mainnes dalam Arida, 2011). Farris (dalam Arida, 2011) menyatakan bahwa hal-hal penting yang sangat diperlukan dalam pernikahan jarak jauh adalah kepercayaan, dukungan dari pasangan, komitmen yang kuat, serta komunikasi yang terbuka antara pasangan. Apabila salah satu dari pasangan tersebut mulai tidak percaya dan tidak jujur maka pasangannya merasa tidak aman dan tidak nyaman.
Rempel (1985) menyebutkan bahwa kepercayaan adalah suatu harapan positif, asumsi, atau keyakinan yang dipegang seseorang yang ditujukan pada orang lain atau pasangannya bahwa pasangan akan berperilaku seperti yang diharapkan, dibutuhkan serta dapat dipercaya dan diandalkan.
Hal lain yang sangat krusial di dalam pernikahan jarak jauh adalah komitmen. Johnson & Johnson (1997) menyebutkan, komponen kepercayaan meliputi rasa untuk dapat percaya (trusting) dan dapat dipercaya (trustworthy). Sementara faktor pembentuk kepercayaan menurut Rakhmat (1992) adalah karakteristik dan maksud orang lain, hubungan kekuasaan, dan kualitas komunikasi.
Finkel (2012) menyatakan bahwa komitmen merupakan hal fundamental dalam suatu hubungan, khususnya hubungan romantis yang melibatkan perasaan yang lebih mendalam yaitu cinta, misalnya hubungan pernikahan. Komitmen akan terlihat dengan adanya upaya-upaya tindakan cinta (love behavior) yang cenderung meningkatkan rasa percaya, rasa diterima, merasa berharga, dan merasa dicintai pasangan hidupnya (Peplau & Sears, 2009). Dari perspektif komitmen Investment Model (Rusbult, Martz & Agnew dalam Lehmiller, 2014) faktor pembentuk komitmen antara lain adalah satisfaction levels, quality of alternative, dan investments.
Aspek penting lainnya dalam kehidupan pernikahan adalah unsur untuk memenuhi kebutuhan biologis dalam hal ini kebutuhan seksual. Kehidupan seksual, harus diperhatikan dengan baik, karena dapat menjadi pemicu pertengkaran bahkan perceraian dalam keluarga. Sebaiknya, masing-masing individu dalam pasangan harus memperhatikan keseimbangan kebutuhan seksual (Lehmiller, 2014). Dalam pernikahan, kepuasan seksual merupakan faktor pemelihara pernikahan. Kepuasan seksual merupakan sumber dari kekuatan pernikahan dan juga dapat menimbulkan konflik dalam pernikahan (Helgeson, 2012). Oleh karena itu hubungan seksual yang ideal adalah hubungan seksual yang dilakukan pasangan suami istri yang terikat dalam pernikahan sah dan masing-masing individu memiliki unsur passion, intimasi, dan komitmen sepanjang masa (Papalia, Olds & Feldman, 2008). Pasangan suami istri yang bahagia juga merasa bahwa pasangannya tidak akan menolak atau melakukan perilaku seksual yang kurang menyenangkan (Olson & DeFrain, 2003). Aspek-aspek kepuasan seksual dalam Byers dan Wang (2004) adalah komunikasi, pengungkapan seksual dan keseimbangan kedudukan seksual.
Penelitian ini menjadi penting karena apabila pernikahan jarak jauh tidak dipelihara dengan baik maka perceraian bisa saja terjadi dan anak-anak akan menjadi korban perceraian tersebut. Kenaikan angka perceraian pada lima tahun terakhir ini yang mencapai 10% dari angka pernikahan pada setiap tahun yang terjadi disebabkan 13 kriteria, termasuk di antaranya adalah masalah ekonomi, perselingkuhan dan hubungan jarak jauh antara suami dan istri (Nuraniy, 2012). Dampak perceraian pada anak dengan orangtua yang berjauhan bukan masalah yang mudah karena perceraian orangtua dianggap sebagai salah satu penyebab utama kegagalan masa depan anak. Anak dapat kehilangan
orientasi masa depan karena kehilangan kasih sayang orangtua. Masa ketika perceraian terjadi merupakan masa yang kritis buat anak, terutama menyangkut hubungan dengan orangtua yang tidak tinggal bersama (Nuraniy, 2012).
Apabila pasangan dengan suami yang bekerja di kapal pesiar dapat saling menjaga kepercayaan, memelihara komitmen pernikahan, dan kepuasan seksual dapat terpenuhi oleh suami dan istri maka pernikahan akan berlangsung harmonis. Sejalan dengan Papalia, Olds, & Feldman (2005) bahwa pernikahan dianggap ideal adalah yang dapat menjaga kepercayaan, dan komitmen serta memberikan (kedekatan), pertemanan, pemenuhan kebutuhan seksual, kebersamaan dan perkembangan emosional. Berdasarkan pemaparan latar belakang dan dampak yang dapat ditimbulkan dari pernikahan jarak jauh diatas peneliti tertarik untuk melihat bagaimana kepercayaan, komitmen pernikahan, dan kepuasan hubungan seksual istri dengan suami yang bekerja di kapal pesiar. .
METODE Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif fenomenologi, yang menekankan pada gambaran kepercayaan, komitmen pernikahan dan kepuasan hubungan seksual istri dengan suami yang bekerja di kapal pesiar. Unit analisis yang digunakan adalah unit analisis kelompok.
Kriteria Responden dan Tempat Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah sebanyak tiga orang ibu rumah tangga berusia 18-40 tahun yang memiliki suami yang bekerja di kapal pesiar, telah menjalani pernikahan minimal tiga tahun, dan minimal telah menjalani pernikahan jarak jauh minimal satu tahun. Proses wawancara pada ketiga responden berlangsung di bulan Maret 2016 hingga April 2016. Pengumpulan data dilakukan di tiga lokasi yang berbeda, lokasi pertama bertempat di kediaman responden SD di Perumahan Kampial, kedua adalah di Rumah Sakit Surya Husada Nusa Dua dan lokasi terakhir bertempat di kediaman RI. Wawancara yang dilakukan untuk tiap responden adalah satu sampai tiga kali wawancara dan berlangsung dengan durasi 40 sampai 60 menit.
Teknik Penggalian Data dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik penggalian data dengan wawancara dan observasi. Sebelum proses pengumpulan data dengan wawancara dilakukan penyusunan guideline interview yang akan diajukan kepada para responden. Proses wawancara didokumentasikan dengan bantuan aplikasi perekam audio pada smartphone iPhone 4S. Rekaman audio dilakukan untuk memudahkan proses olah data dalam bentuk verbatim yang selanjutnya akan dilakukan proses coding.
Setelah seluruh data telah terorganisir dengan baik, maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisa data. Teknik theoretical coding digunakan yang terdiri atas tiga tahap pengkodean, yaitu open coding, axial coding dan selective coding (Strauss & Corbin, 2013)
Teknik Triangulasi Data dan Isu Etik
Dalam penelitian ini teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber data dan metode. Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, yaitu mengecek kebenaran data dengan melakukan wawancara dengan significant others. Triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, dalam penelitian kualitatif ini menggunakan wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini, digunakan informed consent yang bersifat resmi yang disepakati oleh kedua belah pihak yaitu responden dan peneliti, untuk dapat mengantisipasi terjadinya cedera sosial baik dari sisi responden penelitian maupun peneliti itu sendiri.
HASIL PENELITIAN
Setelah ditemukan pola kesamaan dan hubungan dari seluruh responden atas pertanyaan penelitian, kemudian dibuat dalam bentuk topik-topik utama yang berlaku pada seluruh individu dalam tataran kelompok istri yang memiliki suami yang bekerja dikapal pesiar. Segala hal yang dituangkan dalam bagan hasil penelitian ini merupakan fakta hasil temuan dari proses pengumpulan data yang telah dianalisis. Hasil penelitian akan dipaparkan dalam empat bagian, masing-masing memiliki pola tersendiri. Hasil pertama adalah penemuan umum yang berisikan alasan suami bekerja di kapal pesiar, pengalaman, perasaan dan kegiatan para istri saat ditinggal suami. Alasan utama para suami bekerja di kapal pesiar adalah alasan ekonomi yaitu untuk memiliki penghasilan lebih baik, untuk memercepat mengumpulkan tabungan untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. Perasaan para istri saat pertama kali ditinggal adalah merasa kehilangan, perasaan berat ditinggalkan apalagi saat sudah memiliki anak. Menangis pada malam hari di tiga hari pertama saat ditinggal suami pergi adalah hal yang wajar, namun kehidupan istri perlahan mulai terbiasa dan menjalani aktifitas seperti biasa setelah ditinggal suami bekerja selama sebulan. Kesibukan para istri di rumah saat ditinggal suami bekerja adalah mengurus anak, menjaga anak. Jalan-jalan dengan anak-anak juga dilakukan para istri untuk menghilangkan rasa penat dari keseharian mengurus anak dan mengurus rumah. Menurut para istri tidak ada yang lebih penting selain mengurus anak dan rumah. Kesibukan lain yang juga di lakukan para istri ini adalah ngayah di Banjar, membuat canang saat rahinan. Para istri juga kerap sharing dengan para
istri lainnya yang memiliki kemiripan nasib yaitu memiliki suami bekerja di kapal pesiar.
Pola kedua yaitu kepercayaan didapatkan bahwa ada dua hal besar yang memengaruhi kepercayaan para istri, hal pertama adalah memercayai, dipercayai dan karakteristik maksud orang lain. Memercayai, dipercayai dan karakteristik maksud orang lain tersebut terbentuk dari tiga hal yaitu adanya jaminan kepercayaan yang terdiri dari perilaku terpercaya, karakteristik suami dan istri. Perilaku terpercaya dari suami yang dianggap istri dapat membangun dan mempertahankan kepercayaan seperti suami selalu berusaha untuk menelepon istri, setiap ada waktu luang, para suami menyempatkan dan berusaha untuk menelepon dan berkomunikasi dengan para istri. Apabila saat berlabuh, suami dan teman-temannya berkumpul dan ditempat tersebut tidak ada jaringan wi-fi, suami rela keluar dari kelompok kerjanya dan mencari tempat yang terdapat jaringan wi-fi untuk menghubungi para istri. Suami mengenalkan lingkungan bekerja dan orang terdekat pada istri, suami memberikan hampir seluruh penghasilan yang didapatkan dari bekerja ke istri, dan suami bisa memberikan hal-hal yang diinginkan istri. Karakteristik suami yang bertanggung jawab, dewasa, bisa menuntun para istri, perhatian dengan keluarga, humoris, serta suami bisa menjaga jarak dengan teman wanita menjadi jaminan kepercayaan untuk istri memercayai suami. Selain itu, lamanya mengenal suami menjadikan istri paham, terbiasa dan percaya bahwa suami tidak mungkin menghancurkan kepercayaan yang diberikan. Hal terakhir yang menjadi hasil dari pembentuk jaminan kepercayaan adalah karakteristik istri yang setia, bisa menjadi istri dan ibu yang baik serta patuh terhadap suami dapat membuat suami mempercayakan kehidupan rumah tangga pada istri.
Pembentuk lainnya adalah adanya pengingkaran janji serta prasangka dan pandangan positif istri terhadap suami. Pengingkaran janji masih terlihat diantara kedua belah pihak baik istri maupun suami. Para istri mengingkari janji ketika tetap pulang ke rumah asal saat suami sedang bekerja di kapal pesiar padahal suami tidak mengijinkan istri pulang ke rumah asal. Suami juga mengingkari janji saat pulang ke rumah dan tetap bermain judi serta rela membatalkan rencana berlibur bersama keluarga demi bermain judi. Solusi dari pengingkaran janji diatas adalah salah satu pihak mengalah dan menyelesaikan permasalahan dengan cara dibicarakan baik-baik. Prasangka istri terhadap suami di kapal pesiar dianggap berpengaruh dalam kepercayaan suami dan istri. Banyaknya isu khas kehidupan dikapal pesiar turut memengaruhi perasaan istri dalam menjaga keutuhan rumah tangganya. Beberapa isu yang sangat sering didengar adalah isu tentang wanita lain di kapal pesiar. Selain isu mengenai adanya wanita lain selama berjauhan, isu lain yang ada dalam kehidupan para pekerja kapal pesiar adalah tekanan yang diberikan atasan saat bekerja dan senioritas para pekerja yang sangat dominan, suami
pernah hampir bermasalah dengan para pegawai yang lain, sehingga merasa tidak kuat bekerja disana dan takut dipecat dan dikembalikan ke Indonesia. Para istri menghadapi keluhan suami dengan cara terus memberi dukungan dan mengatakan bahwa suami kerja untuk anak, untuk kehidupan yang lebih baik.
Hal kedua yang memengaruhi kepercayaan adalah hubungan kekuasaan dan komunikasi yang terbentuk dari komunikasi itu sendiri dan pengambilan keputusan. Komunikasi didalamnya mencakup komunikasi interpersonal antara para istri dan suami yang berlangsung melalui telepon, fasilitas video call dari LINE, BBM, dan Facebook Messenger. Suami menelepon istri memiliki dua pola, istri ditelepon satu hari dua sampai tiga kali dengan durasi percakapan 10-20 menit atau menelepon dua sampai tiga hari sekali dengan durasi percakapan dua sampai tiga jam. Isi percakapan yan dibahas dengan suami adalah kehidupan sehari-hari dan anak secara mendetail, sehingga tidak ada cerita yang terlewatkan. Para istri memiliki beberapa kendala saat melakukan komunikasi dengan suami yang bekerja di kapal pesiar diantaranya, perbedaan waktu, kualitas sinyal dan perbedaan antara suami dan istri. Perbedaan waktu pada saat suami menelepon dan istri menerima telepon dianggap menjadi kendala karena adanya perbedaan suasana hati antara suami dan istri. Waktu saat suami menelepon adalah waktu makan siang, beristirahat dan dalam keadaan ingin bercerita, berbeda dengan kondisi istri di rumah yang sedang mengantuk dan ingin tidur. Kualitas sinyal yang terkadang tidak stabil mengganggu kualitas percakapan para istri dan suami. Kendala lainnya yang dihadapi saat berkomunikasi dengan suami adalah saat suami mengatakan lelah sehingga istri tidak dapat bercerita dan mengungkapkan keluh kesahnya karena takut membebani suami dan memilih untuk mengerti keadaan suami disana yang lelah bekerja. Pengambilan keputusan yang dimaksud adalah bagaimana para istri mengambil keputusan ketika sedang berjauhan dengan suami dan bagaimana respon suami dengan pola pengambilan keputusan yang diambil istri. Para istri mengakui sering mengambil keputusan sepihak karena menurutnya sulit untuk menghubungi suami secara langsung pada saat keputusan harus diambil dengan segera. Perihal keputusan yang diambil biasanya mengenai masalah keuangan, saat kerabat ingin meminjam uang dengannya. Menurut istri penting ntuk tetap membicarakan perihal keputusan apa yang sudah diambil dengan suami.
Pola ketiga yang dihasilkan dari penelitian ini adalah komitmen. Komitmen terbentuk dari level kepuasan dan kualitas alternatif. Level kepuasan dipengaruhi kepuasan pernikahan dan investasi. Para istri merasa sangat puas dengan pernikahan yang dijalani. Berbagai alasan diungkapkan untuk kepuasan pernikahan para istri diantaranya karena justru dengan berjauhan, para istri bisa merasa lebih merasa hidup berkecukupan. Hal yang dianggap menjadi faktor kepuasan
pernikahan adalah merasa puas dengan pernikahan yang dijalani melalui perjalanan yang sulit, tidak memiliki apa-apa namun sekarang kehidupan para istri sudah berangsur membaik. Alasan faktor kepuasan pernikahan lainnya karena para istri sudah nyaman dengan pernikahannya, sudah memiliki anak, dan keluarga dari suami menerimanya dengan baik. Wawancara yang dilakukan kepada para istri terungkap hal yang sama mengenai investasi atau hal apa yang akan hilang apabila pernikahan responden tidak dapat dipertahankan. Para istri menyatakan hal yang sama bahwa kehilangan terbesar yang akan dialami adalah kehilangan anak. Para istri juga memiliki pertimbangan lain yang juga akan hilang apabila tidak dapat menjaga pernikahannya seperti tidak mau mengecewakan orangtuanya. Kontribusi suami termasuk dalam invetasi yang diberikan dari pihak suami. Berdasarkan penilaian yang disampaikan responden terkait kontribusi suami responden memberikan angka dari skala 1-10 untuk menunjukkan seberapa besar kontribusi suami dalam perannya di keuangan, pengasuhan anak, tugas rumah tangga, dan afeksi. Bagi para istri penilaian suami berdasarkan kontribusi perannya di keuangan adalah 100%. Para istri mengatakan bahwa kontribusi suami terhadap pengasuhan anak sangat besar walaupun suami jauh dari anak-anak namun suami bisa mengontrol, memonitor anak-anak melalui istri. Para suami juga sangat pandai untuk menjaga anak saat suami sedang berada di rumah. Urusan tugas rumah tangga, para suami memiliki kontribusi yang sedikit karena saat di rumah cenderung tidak peduli dengan keadaan rumahnya. Ada kalanya suami juga bersikap layaknya seperti bapak rumah tangga seperti menyapu halaman. Untuk urusan afeksi suami memiliki kontribusi besar karena para istri melihat suami adalah pribadi penyayang.
Kualitas Alternatif membahas mengenai ada atau tidaknya pilihan alternatif lain dalam kehidupan responden dibandingkan menjalani pernikahan dan memiliki suami yang bekerja di kapal pesiar. Para istri mengaku tidak memiliki alternatif lain yang lebih baik dibandingkan menjalani pernikahan yang sedang dijalani. Para istri bahkan mengatakan bahwa suami yang meminta agar lebih cepat menikah agar lebih fokus bekerja dan mengaku puas dengan pernikahan yang sedang dijalani. Para istri juga mengatakan bahwa apabila suaminya tidak bekerja di Kapal Pesiar seperti saat ini, para istri masih mengalami tekanan hidup bersama mertua dan bisa saja membuat dirinya tidak nyaman. Saat ini para istri sangat bersyukur dengan kehidupan rumah tangga yang dijalani. Urusan masa lalu, para istri memiliki masa lalu yang dirasa tidak akan lebih baik kehidupannya apabila tetap dan menikah bersama seseorang dimasa lalu karena alasanalasan seperti seseorang tersebut berasal dari keluarga brahmana yang mengharuskan untuk berperilaku sebagai kaum brahmana dan apabila menikah dengan seseorang dari
masa lalu tersebut saat ini tinggal di desa dan sakit-sakitan karena tidak kuat dengan cuaca dingin di desa.
Pola keempat yang didapat adalah kepuasan hubungan seksual yang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu komunikasi, keseimbangan kedudukan serta afeksi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi seksual dimana responden dan suami dapat berkomunikasi menyampaikan hal-hal yang dipendam selama pasangan berpisah. Komunikasi dipengaruhi oleh pola kehidupan seksual dan pengaruh kehidupan suami di kapal pesiar.Para istri cenderung merasakan suami lebih agresif saat baru pulang dari bekerja, suami mengambil inisiatif terlebih dahulu dan memegang kontrol saat pertama kali bertemu saat suami pulang. Terkadang para istri juga tidak perlu menyampaikan pada suami mengenai hal yang dirasakan karena dianggap sudah saling mengetahui. Tidak ada kendala saat berjauhan dalam urusan seksual karena menurut para istri, istri bisa menahan hasrat seksual, dan bukan merupakan individu yang selalu menginginkan kegiatan seksual. Hal tersebut terbukti karena para istri tidak pernah meminta hal yang aneh pada suami apabila sedang rindu pada suami, hanya jujur mengatakan bahwa para istri sedang rindu lewat telepon. Terkadang suami yang terkadang meminta mengirimkan foto telanjang, namun jarang diberikan istri alasannya karena risih.
Berhubungan seksual dengan suami dirasakan lebih baik ketika para istri dan suami bertemu setelah berpisah jauh dibandingkan tiap hari bertemu dan dirasakan lebih bermakna apabila setelah berjauhan sekian lama dan kemudian bertemu. Perbedaan frekuensi hubungan seksual terdapat saat suami baru datang dan di rumah dalam jangka waktu tertentu. Para istri mengaku minggu pertama kedatangan suami adalah masa dimana para pasangan ini melakukan hubungan seksual lebih dari biasanya dan lebih menggebu dari biasanya. Frekuensi hubungan seksual akan berkurang setelah minggu pertama kedatangan suami dikarenakan karena sudah ada jadwal pergi dengan orang lain, dan lebih fokus dengan hal lain seperti anak-anak. Para istri mengaku memiliki ritual khusus untuk menyambut datangnya suami yaitu mempercantik diri di salon, rajin senam dan bersih-bersih rumah.
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan akan disampaikan dalam empat topik utama, yaitu penemuan umum, kepercayaan, komitmen pernikahan dan kepuasan hubungan seksual. Seluruh hasil merupakan gabungan dari penemuan hasil penelitian yang digabung dengan beberapa teori terkait kepercayaan, komitmen pernikahan dan kepuasan hubungan seksual. Penemuan umum akan disampaikan secara langsung tanpa sub-bab. Kepercayaan akan disampaikan melalui dua sub-bab dari teori Johnson dan Johnson (1997). Komitmen pernikahan dipaparkan secara langsung dari teori perspektif komitmen Investment Model dari Rusbult, Martz & Agnew (dalam Lehmiller, 2014) serta kepuasan hubungan seksual dibahas dalam dua sub-bab.
-
1. Temuan Umum
Temuan umum yang dibahas adalah seputar kehidupan rumah tangga para istri dengan suami yang bekerja di kapal pesiar seperti alasan suami berangkat ke kapal pesiar, perasaan istri ketika ditinggalkan suami bekerja dan kegiatan istri selama suami bekerja. Alasan para suami bekerja di kapal pesiar adalah alasan ekonomi seperti ingin mencari penghasilan yang lebih baik, agar cepat memiliki tabungan untuk masa depan hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Nilan dan Artini (2013) mengenai alasan kebanyakan calon pekerja kapal pesiar asal Indonesia bekerja
di kapal pesiar, karena calon pekerja memandang pekerjaan di kapal pesiar merupakan jalan untuk memperbaiki ekonomi keluarga dan menggapai masa depan yang lebih cerah. Hal lain yang dibahas pada temuan umum adalah perasaan para istri ketika ditinggal oleh suami bekerja di kapal pesiar. Perasaan seperti berat ditinggalkan dan kehilangan sangat terasa pada awal keberangkatan suami ke kapal pesiar karena selama masa libur, suami selalu berada disamping istri. Hal tersebut sejalan dengan Gerstel dan Gross (1982), bahwa pasangan jarak jauh melaporkan adanya dampak emosional dari perpisahan dan kurangnya dukungan dan pendampingan emosional, seperti perasaan kesepian, terisolasi, tertekan, frustasi dan terkadang depresi. Para istri memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yang memiliki kegiatan seperti mengurus anak, mengurus pekerjaan rumah, jalan-jalan dengan anak, dan sharing pengalaman dengan sesama istri yang memiliki suami yang bekerja di kapal pesiar melalui facebook dan terkadang melakukan pertemuan, saling berkunjung ke rumah teman-teman senasib dengan para istri ini. Hal tersebut dilakukan para istri untuk mendapatkan penguatan dan dukungan dari orang-orang yang memiliki cerita yang sama, hal ini diperkuat oleh Dykstra (2007) dapat dilihat bahwa dukungan sosial merupakan faktor penting yang menentukan kesepian yang dialami oleh seseorang yang hidup jauh dari pasangan.
-
2. Kepercayaan
Kepercayaan akan dibahas dalam dua sub bab, pertama adalah memercayai, dipercayai, karakteristik dan maksud orang lain, terdapat komponen jaminan kepercayaan tersebut antara lain perilaku tepercaya dari suami ke istri seperti para istri mengetahui tentang penghasilan yang diterima suami bekerja di kapal pesiar dan sang suami mengirimkan hampir dari keseluruhan penghasilan yang didapatkan setiap dua minggu sekali. Para istri juga mengetahui lingkungan kerja suami seperti nomor kabin, teman satu kabin dan istri dari teman-teman dekat suami yang dianggap dapat memudahkan para istri untuk mendapatkan beragam informasi dari teman-teman suami hal tersebut termasuk dalam jaminan kepercayaan. Hal tersebut sejalan dengan Kurnia (2006) bahwa adanya kedekatan dengan lingkungan suami dan para istrinya akan mempermudah untuk mengetahui adanya suatu permasalahan yang mungkin timbul dan sedang terjadi, misalnya terjadinya perselingkuhan yang dilakukan oleh suami maupun istri.
Sifat dan karakter suami turut berperan dalam membentuk kepercayaan terhadap pasangan. Menurut Amanah (2013), sifat dan respon pasangan yang mendukung individu dalam situasi yang sulit dapat membangun keyakinan individu terhadap pasangan. Sifat dan karakter suami yang ditemukan dalam hasil penelitian ini seperti bertanggung jawab, penyanyang, setia, dan selalu bisa mengarahkan istri. Perilaku pasangan yang konsisten dan stabil tersebut dapat
membentuk bagaimana individu melihat karakter pasangannya. Karakteristik suami yang sudah dikenal oleh istri juga dianggap sebagai jaminan kepercayaan. Alasan para istri sudah mengenal betul karakteristik suami dikarenakan lamanya masa pacaran dan lamanya masa menjalani pernikahan, sehingga para istri percaya bahwa suami tidak melakukan hal-hal yang menjurus dalam isu perselingkuhan. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Hurlock (2000) bahwa semakin banyak pengalaman dalam hubungan interpersonal antara pria dan wanita yang diperoleh dimasa lalu, makin besar pengertian dan wawasan sosial pasangan tersebut sehingga memudahkan dalam memercayai dan penyesuaian dengan pasangan.
Karakteristik istri juga menjadi salah salah satu komponen dalam kepecayaan, bedanya kali ini bagaimana karakteristik istri menjadi penguat istri untuk dipercayai oleh suami. Para istri yang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga hanya mengurus pekerjaan rumah, mengurus anak dan tidak ada indikasi untuk melakukan perselingkuhan. Hal lain yang membuat suami bisa memercayai istri tersebut karena bisa menjadi ibu yang baik bagi anak-anak, lalu para istri mau menuruti suami ketika suami meminta istri untuk berhenti bekerja dan fokus mengurus anak dan mewakili suami untuk menyama braya.
Dalam aspek pengingkaran janji meliputi respon pasangan dalam menghadapi pengingkaran. Kedua belah pihak baik suami maupun istri mengaku masih mengingkari janji. Hal tersebut tidak terlalu memengaruhi kepercayaan kedua belah pihak, karena kedua belah pihak selalu memiliki cara masing-masing untuk membicarakan dan memaafkan pengingkaran janji seperti istri yang mengalah dan suami mengajak istri bercanda saat istri marah. Hal tersebut sejalan dengan Kurnia (2006) yang mengatakan bahwa pengingkaran janji bisa ditolerir dan tidak mengganggu kepercayaan suami ataupun istri apabila dapat dibicarakan dengan baik dan menemui kesepakatan kedua belah pihak. Banyaknya isu khas kehidupan dikapal pesiar turut memengaruhi perasaan istri dalam menjaga keutuhan rumah tangganya. Isu yang sangat sering didengar adalah isu tentang wanita lain disana. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian dari Kurnia (2006) yang menyebutkan bahwa kondisi suami yang berlayar jauh dalam waktu lama, dan sulitnya berkomunikasi selama masa bekerja, dapat membuat istri merasa cemas terhadap perilaku suaminya selama berlayar khususnya apakah ia terlibat perselingkuhan atau tidak.
Dalam pembahasan hubungan kekuasaan dan komunikasi, kedua elemen dari faktor pembentuk kepercayaan ini saling berkaitan, karena pengambilan keputusan termasuk dalam bagaimana menyampaikan pendapat dengan pasangan kemudian mengambil keputusan, hal tersebut termasuk dalam komunikasi. Para istri menggunakan telepon, BBM, Facebook Messenger dan fasilitas video call yang disediakan oleh
layanan seperti LINE. Berbicara melalui telepon dipilih karena alasan tertentu. Kelebihan audio dan video pada telepon ini membuat seseorang saling mendengarkan suara dan mimik wajah lawan bicaranya seperti yang terungkap pada penelitian yang dilakukan oleh Juairiyah (2014).
Topik utama yang dibahas dalam komunikasi suami istri jarak jauh berkomunikasi untuk berbagi kabar atau keadaan masing-masing yakni keadaan atau kabar keluarga yang dirumah ataupun pekerjaan. Hal tersebut sejalan dengan percakapan para istri dengan suami yang membahas masalah keluarga dan hal-hal mendetail lainnya. Isi percakapan lain yang sesuai dengan hasil penelitian Juariyah (2014) adalah perkembangan anak atau sekolah, keluarga, hubungan dan rencana-rencana tentang masa depan. Para istri menyatakan bahwa suami masih bisa mengontrol perkembangan anak walaupun berada jauh dari anak. Fajar (2009) juga mengklasifikasikan hambatan komunikasi dalam empat kategori yaitu berasal dari unsur-unsur komunikasi itu sendiri, seperti perbedaan waktu saat suami menelepon, saat istri sibuk mengurus anak atau sedang jam tidur. Kedua adalah permasalahan teknis dalam proses komunikasi seperti yang dialami oleh para istri mengenai kualitas jaringan saat suami berada di kapal sehingga memengaruhi kualitas audio dan gambar.
Para istri mengakui sering mengambil keputusan sepihak karena menurutnya sulit untuk menghubungi suami secara langsung pada saat keputusan harus diambil dengan segera. Keputusan-keputusan sepihak yang diambil oleh isri ketika suami berada di kapal seperti masalah finansial dan anak. Menurut Devito (2001) pola keseimbangan terbalik prinsip dalam pola keseimbangan terbalik yakni masing-masing anggota keluarga mempunyai otoritas diatas daerah atau wewenang yang berbeda. Suami istri sebagai pembuat keputusan konflik yang terjadi antara keduanya dianggap bukan ancaman karena keduanya memiliki keahlian masing-masing untuk menyelesaikan konflik yang ada.
-
3. Komitmen Pernikahan
Suatu hubungan akan mampu bertahan jika individu merasa puas dengan hubungannya, memiliki kualitas alternatif yang rendah, serta adanya investasi bersama baik secara moril maupun materil. Kepuasan sangat dipengaruhi oleh besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu hubungan dengan tingkat perbandingan. Perbandingan di sini erat hubungannya dengan persepsi tentang keadilan (Sears, 1999). Investasi yang dianggap sangat bisa mempertahankan rumah tangga para istri dengan suami yang bekerja di kapal pesiar adalah anak. Handayani (2014) mengungkapkan hal yang sama yaitu anak adalah faktor pendorong yang membuat istri mempertahankan pernikahannya meskipun harus menjalani jarak jauh. Selain itu kontribusi suami yang dianggap sangat besar dalam kehidupan pernikahan para istri menjadi salah satu investasi yang akan hilang apabila pernikahan ini berakhir. Kontribusi suami
dalam keuangan yang hampir 100 persen menjadikan hal tersebut hal yang dianggap sebagai investasi. Kontribusi suami terhadap pengasuhan anak yang tetap berjalan walaupun keadaan jauh, karena suami tetap mengontrol perkembangan anak. Kontribusi suami yang tinggi dalam urusan rumah tangga dan kasih sayang juga termasuk dalam investasi. Para istri tidak memiliki alternatif yang lebih baik lagi selain menjalani pernikahan jarak jauh bersama suami yang bekerja di kapal pesiar. Para istri menyatakan bahwa kehidupannya sekarang lebih baik daripada harus menjalani sesuatu lain diluar menjalani pernikahan ini. Para istri juga menganggap bahwa suami adalah pria terbaik untuk hidupnya.
-
4. Kepuasan Hubungan Seksual
Prinsip hubungan seks yang baik adalah adanya keterbukaan dan kejujuran dalam mengungkapkan kebutuhan masing-masing pasangan. Kegiatan seks yang menyenangkan akan memberikan dampak positif bagi kepuasan pernikahan (Zulaikah, 2008). Para istri merasa sangat bisa untuk mengkomunikasikan keinginan bercinta saat para istri jauh dari suami. Para istri secara konkret mengatakan bahwa sangat rindu dengan suami dan ingin melakukan hubungan seksual hal tersebut sejalan dengan Barbara De Angelis, Ph. D (dalam Chandrasari, 2009), yang menyatakan bahwa pasangan dengan kehidupan seks yang memuaskan biasanya memiliki pola komunikasi yang baik dalam mengekspresikan kebutuhan dan fantasinya. Para istri merasakan tidak ada kendala saat berjauhan dalam urusan seksual karena menurut para istri bisa menahan hasrat seksual. Hal tersebut terbukti karena para istri tidak pernah meminta hal yang aneh pada suaminya apabila sedang rindu pada suami, para istri akan jujur mengatakan bahwa para istri sedang rindu melalui telepon. Suami juga melakukan sikap yang sama, suami selalu jujur mengatakan bahwa ingin bercinta dan meminta foto telanjang dari istri, namun apabila istri tidak berkenan, suami tidak memaksakan hal tersebut.
Para istri cenderung merasakan suami lebih agresif saat baru pulang dari bekerja, suami mengambil inisiatif terlebih dahulu dan memegang kontrol saat pertama kali bertemu saat suami pulang. Adanya perbedaan frekuensi berhubungan seksual dengan suami ketika pulang dirasakan para istri. Saat suami baru datang, para istri dan suami melakukan hubungan seksual dengan frekuensi yang tinggi dan akan menurun frekuensinya sejalan dengan lamanya suami berada dirumah karena fokus sudah berbeda alasannya karena sudah fokus dengan anak dan teman-teman dirumah sampai akhirnya frekuensi kembali normal tiga hari sekali namun demikian para istri sangat puas dengan hubungan seksual yang dilakukannya bersama suami. Pernyataan para istri sejalan dengan Lehmiller (2014) yang menjelaskan bahwa frekuensi melakukan hubungan seksual dapat memengaruhi kepuasan hubungan seksual dan sekaligus membuat pasangan lebih merasa bahagia.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
-
1. Alasan utama para suami bekerja di kapal pesiar adalah alasan ekonomi, perasaan para istri saat ditinggal suami bekerja adalah kehilangan namun para istri akan terbiasa dan menjalani kehidupan kembali dengan normal. Kesibukan yang dilakukan para istri saat ditinggal suami bekerja adalah
mengurus rumah dan anak serta menyama braya dan saling sharing dengan ibu-ibu yang memiliki
kesamaan yaitu memiliki suami yang bekerja di kapal pesiar.
-
2. Adanya jaminan kepercayaan dari suami, minimnya pengingkaran janji dan prasangka serta pandangan positif para istri memengaruhi terbentuknya rasa memercayai istri terhadap suami dan rasa dipercayai oleh suami. Hubungan kekuasaan dan komunikasi dipengaruhi oleh komunikasi itu sendiri dan pengambilan keputusan. Hal-hal tersebut yang memengaruhi kepercayaan istri terhadap suami
-
3. Komitmen terbentuk dari level kepuasan dan investasi yang dipengaruhi oleh kepuasan pernikahan, investasi dan kontribusi dari suami. Kualitas alternatif juga membentuk komitmen
pernikahan. Para istri merasa tidak ada hal yang lebih baik dibandingkan menjalani kehidupan rumah
tangga saat ini. Anak adalah investasi terbesar para istri.
-
4. Kepuasan hubungan seksual istri dipengaruhi oleh dua hal. Hal pertama adalah komunikasi dan keseimbangan kedudukan dalam hal hubungan seksual yang dipengaruhi oleh kualitas hubungan seksual, frekuensi melakukan hubungan seksual dan keseimbangan kedudukan yang memengaruhi. Hal kedua yang berpengaruh dalam kepuasan hubungan seksual istri adalah faktor afeksi.
Saran untuk istri dan suami yang bekerja di kapal pesiar adalah tetap memercayai dan menjaga komitmen pernikahan dengan cara tetap berkomunikasi dan menyampaikan hal-hal yang harus disampaikan pada suami sehingga perasaan dekat dengan suami tetap terjaga. Istri juga diharapkan lebih aktif untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan hubungan seksual agar suami juga mengetahui bahwa istri juga menginginkan hal tersebut dari suaminya sendiri. Bagi penulis selanjutnya agar bisa membandingkan kelompok istri yang memiliki suami yang bekerja di kapal pesiar berdasarkan lama pernikahan dan lamanya ditinggal oleh suami serta dapat
melakukan observasi secara langsung pada saat komunikasi terjadi antara istri dan suami.
DAFTAR PUSTAKA
Amanah, Mutiara. (2015). Gambaran trust pada pasangan suami-istri yang menjalani commuter marriage tipe adjusting dengan usia pernikahan 0-5 tahun. Skripsi (tidak dipublikasikan). Universitas Diponegoro
Arida, Putri. (2011). Gambaran trust pada istri yang menjalani commuter marriage tipe adjusting. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi. Universitas Sumatera Utara.
Asmarina, Maharupa. (2015). Suka duka istri dengan suami yang bekerja di kapal pesiar. Artikel Tidak Dipublikasikan. Program Studi Psikologi Universitas Udayana. Denpasar.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (bali.bps.go.id) diakses pada tanggal 8 April 2015.
Byers, E. S., & Wang, A. (2004). Understanding sexuality in close relationships from the social exchange perspective. In J.H.Harvey, A.Wenzel,& S.Sprecher (Eds.), The Handbook of Sexuality in Close
Relationships. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates
Chandrasari, Rita Eka. (2009). Hubungan antara kualitas komunikasi seksual dengan kepuasan pernikahan. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah. Surakarta
Devito, Joseph A. (2001). The Interpersonal Communication Book. Hunter College of the City University of New York
Dinda, Hasni. (2012). Gambaran penyesuaian pernikahan pada wanita indonesia yang menikah dengan pria asing (barat). Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Duvall, Evelyn Millis., Miller, Brent C. (1985). Marriage and family development. Ed: 6th.J.B Lippincott
Company: Philadelphia.
Dykstra, Pearl A. (2007). Loneliness among the never and formerly married: the importance of supportive friendships and a desire for independence. The Journals of Gerontology, 117
Ekasari, N., Wahyuningsih, S., & Setyaningrum, I. (2007). Permasalahan pada istri dalam commuter marriage. Jurnal Fakultas Psikologi Ubaya. Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.
Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu komunikasi teori dan praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Finkel, E.J., Rusbult, C.E., Kumashiro, M., & Hannon, P.A., (2012). Dealing with betrayal in close relationships : does commitment promote forgiveness?. Journal of Personality and Social Psychology, 82, (6), 115
Gerstel, N., & Gross, H. E. (1982). Commuter marriage. Marriage and Family Review, Human Relations. Michigan.
Handayani, Bella. (2015). Gambaran komitmen pernikahan pada istri bekerja yang menjalani commuter marriage tipe established. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran
Hasibuan, Malayu S.P., (2011). Manajemen sumber daya manusia. Bumi Aksara: Jakarta.
Helgelson, Vicki S. (2012). The psychology of gender 4th edition. New Jersey: Pearson Education
Hurlock, Elizabeth B. (1990). Psikologi Perkembangan 5th ed. Mc Graw-Hill, Inc. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Johnson, D., & Johnson, F. (1997). Joining together, group theory and group skill. 6th ed. Allyn & Bacon.
Juariyah, Eni. (2014). Pola komunikasi suami istri jarak jauh (studi kasus pada keluarga tki di kelurahan parang, kecamatan parang, kabupaten magetan). Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Karnser, L. (2011). Beliefs about a partner’s personal qualities that facilitate intimacy. Journal of Marriage and the Family. 7, 35-36
Kurnia PL, Indah. (2006). Hubungan Antara Harga Diri Dengan Kecemasan Istri Pelaut Terhadap Perselingkuhan Suami Yang Berlayar. Skripsi (tidak dipublikasikan). Widya Mandala Catholic University Surabaya.
Kurniawan, Dani. (2014). Gambaran psychological well-being istri prajurit tni-ad yang tergabung sebagai kontingen garuda dalam misi perdamaian di lebanon. Skripsi (tidak dipublikasikan). Universitas Mercubuana. Jakarta.
Lehmiller, Justin J. (2014). The psychology of human sexuality. John Willey, Ltd
Litiloly, Fariyuni., Swastiningsih Nurfitria. (2014). Manajemen stres pada istri yang mengalami long distance marriage. Jurnal Fakultas Psikologi 2, (2). Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
Nilan, Pam & Artini, Luh Putu. (2013). Motivasi, pengalaman, dan harapan kaum muda bali bekerja di kapal pesiar. Jurnal Studi Pemuda, 2, (1).
Nuraniy, Risyf. (2012). Strategi coping pada remaja korban perceraian orang tua. Skripsi (tidak dipublikasikan). Universitas Muhammadiyah Semarang.
Papalia D.E., Olds, S.W, & Feldman, R.D. (2008). Human development (perkembangan manusia edisi 10 buku 2). Jakarta: Salemba Humanika
Peplau, L.A., Taylor, S.E., Sears, D.O. (2009). Psikologi sosial. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Olson, D. H., & DeFrain, J. (2003). Marriage family:
intimacy, diversity, and strengths. 5th ed. New York: McGraw Hill.
Pranadewi, Putu Mira Astuti (2013). Motivasi tenaga kerja bali bekerja di kapal pesiar disney cruise line. Thesis (tidak dipublikasikan). Kajian Pariwisata. Universitas Udayana. Denpasar
Rakhmat, J. (1992). Psikologi komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya
Rempel, JK. (1985). Trust in close relationships. Journal of Personality and Social Psychology, 49, 95-112.
Septiantini, Asri Y. (2015). Studi deskriptif mengenai tipe kesepian pada istri anggota tni yang ditinggal suami bertugas ke libanon. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran. Jatinagor.
Strauss, Anselm. Corbin, Juliet, (2013). Dasar-dasar penelitian kualitatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Zulaikah, Nur. (2008). Hubungan antara kepuasan seksual dengan kepuasan pernikahan. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
249
Discussion and feedback