Hubungan antara Self Regulated Learning dan Kelekatan Remaja Awal terhadap Ibu dengan Prestasi Belajar Siswa SMP N 6 Denpasar
on
Jurnal Psikologi Udayana 2016, Vol. 3 No. 1, 54-63
Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Udayana
ISSN: 2354 5607
Hubungan antara Self Regulated Learning dan Kelekatan Remaja Awal terhadap Ibu dengan Prestasi Belajar Siswa SMP N 6 Denpasar
Putu Riana Artyanti Putri dan I Made Rustika Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana [email protected]
Abstrak
Salah satu pencapaian yang menjadi tujuan utama remaja adalah prestasi belajar. Para remaja memandang keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai prestasi akan menjadi suatu prediksi bagi keberhasilan dan kegagalan ketika dewasa nanti. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal dari faktor internal maupun faktor eksternal siswa. Salah satu faktor internal siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah kemampuan siswa dalam menerapkan self regulated learning dan dari faktor eksternal, kelekatan remaja awal terhadap orangtua terutama ibu dapat menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan self regulated learning dan kelekatan remaja awal terhadap ibu dengan prestasi belajar remaja awal di sekolah. Subjek dalam penelitian adalah siswa siswi kelas VIII SMP N 6 Denpasar yang dipilih dengan stratified random sampling sebanyak 150 orang. Instrumen dalam penelitian ini adalah skala self regulated learning, skala kelekatan dan data raport siswa. Pada data raport siswa data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis korelasi Spearman’s. Hasil analisis korelasi Spearman’s menunjukkan koefisien korelasi self-regulated learning dengan prestasi belajar sebesar 0,320 (p=0,000) dan koefisien korelasi kelekatan remaja terhadap ibu dengan prestasi belajar sebesar 0,196 (p=0,016). Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa koefisien korelasi self-regulated learning dengan prestasi lebih besar dibandingkan dengan koefisien korelasi kelekatan remaja terhadap ibu.
Kata kunci: Prestasi belajar, self regulated learning, kelekatan remaja awal terhadap ibu, remaja awal
Abstract
One of the main aims the achievement of adolescents is the achievement of learning. The teens looked at the successes and failures in achieving the feat would be a prediction for the success and failure when adult. Accomplishment of learning is influenced by many factors that originate from internal factors or external factors of students. One of the internal factors that may affect the achievement of student learning is the ability of the students in applying self regulated learning and from external factors, adolescents against parental attachment to mother can be one of the factors that affect the achievement of student learning. The purpose of this research is to know the relationship of the self regulated learning and adolescents attachment against the mother with the learning achievements of the adolescents in school. The subject in this study is students of class VIII SMP N 6 Denpasar chosen with stratified random sampling as many as 150 students. Instrument in this study is self regulated learning scales, attachment scale and scale data student report cards. Student report cards data on the research data is unnormal distribution, then the analysis of the data used in this research is the analysis of correlation Spearman's. From the results of the analysis of correlation Spearman's correlation coefficient shows the value of self-regulated learning with the learning achievements of 0,320 (p=0.000) and the correlation coefficient adolescents attachment against the mother with the learning achievements of 0,196 (p=0,016). From the results of the analysis performed looks that the correlation coefficients of Self-regulated learning with greater achievements as compared with correlation coefficient of adolescents attachment against the mother.
Keywords: Achievements, self regulated learning, early adolescents attachment with mother , early adolescents
LATAR BELAKANG
Prestasi menjadi suatu hal yang sangat didambakan oleh banyak orang di era globalisasi saat ini. Ketika seseorang mampu mencapai prestasi yang baik maka akan memunculkan rasa kepuasan pada diri orang tersebut. Seseorang yang mampu berprestasi maka kebutuhan akan penghargaan menjadi terpenuhi. Akan tetapi untuk dapat memenuhi kebutuhan akan penghargaan atau aktualisasi diri maka seseorang harus terlebih dahulu memenuhi kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan akan cinta dan keberadaannya.
Maslow (dalam Feist & Feist, 2010) mengidentifikasikan kebutuhan akan penghargaan menjadi reputasi dan harga diri. Ketika seseorang mampu berprestasi maka orang tersebut akan mendapatkan reputasi berupa pengakuan dari orang lain akan keberadaannya, serta memperoleh penghargaan terhadap diri akan keberhasilan seseorang dalam mencapai prestasi. Penghargaan yang seseorang terima dari lingkungan sekitarnya akan memotivasi orang tersebut untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri.
Pada masa remaja pencapaian merupakan salah satu hal yang dianggap penting oleh para remaja, salah satu pencapaian yang menjadi tujuan utama remaja adalah prestasi belajar. Hal ini dikarenakan prestasi belajar yang mereka peroleh akan menjadi awal bagi para remaja untuk menempuh langkah-langkah selanjutnya. Masalah prestasi kemudian menjadi suatu permasalahan yang lebih serius ketika para remaja mulai memandang keberhasilan dan kegagalan mereka dalam mencapai prestasi akan menjadi suatu prediksi bagi keberhasilan dan kegagalan ketika mereka dewasa nanti (Santrock, 2007). Prestasi belajar yang siswa peroleh di masa sekolah akan dapat mempengaruhi ke mana siswa itu akan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Semakin tinggi prestasi belajar yang siswa peroleh, maka akan memungkinkan siswa untuk dapat bersekolah di sekolah yang baik dan favorit. Jika dari awal memulai pendidikan siswa sudah dapat memperoleh prestasi yang baik maka prestasi belajar tersebut akan membantu siswa dalam menentukan karier mereka kedepannya. Seperti misalnya prestasi belajar yang diperoleh siswa di masa remaja juga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan karier, ini terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono (2009) yang menyatakan bahwa, prestasi belajar yang tinggi pada siswa berkaitan dengan tingginya kematangan karier siswa yang berujung pada kemampuan siswa dalam melakukan pengambilan keputusan karier.
Selain itu prestasi belajar mempengaruhi beberapa aspek dari diri siswa, diantaranya seperti rasa percaya diri dari siswa itu sendiri. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Roring (2011) yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi belajar dengan kepercayaan diri siswa kelas VIII – A SMP N
34 Semarang tahun ajaran 2010/2011. Prestasi belajar yang diperoleh di masa sekolah sangat berperan bagi siswa dan arah karir mereka ke depannya. Akan tetapi dilihat dari fakta yang ada di lapangan, tidak semua siswa yang berada di masa remaja awal yang biasanya sedang duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki prestasi belajar yang baik di sekolah. Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal siswa itu sendiri. Faktor yang bersifat internal misalnya adalah intelegensi, motivasi belajar, minat, bakat, sikap, persepsi diri dan konsep diri. Sedangkan faktor yang bersifat eksternal adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (dalam Akbar & Hawadi, 2004).
Teori perkembangan kognisi piaget (dalam Slavin, 2011) menyebutkan bahwa masa remaja adalah tahap peralihan dari penggunaan penalaran operasi konkret ke penerapan operasi formal. Pada tahap ini para remaja sudah mampu berfikir abstrak, remaja mulai mampu berfikir membayangkan apa yang mungkin terjadi. Pada tahap operasi formal akan membuat remaja mampu mengintegrasikan apa yang telah dipelajari dengan tantangan di masa depan dan mampu membuat rencana untuk masa mendatang. Dengan tahap perkembangan oprasi formal memungkinkan para remaja untuk menerapkan self-regulated learning (SRL) untuk membantu remaja dalam mencapai prestasi belajar yang lebih baik.
Bandura (dalam Feist, 2010) meyakini bahwa manusia menggunakan strategi proaktif maupun reaktif untuk melakukan regulasi diri. Regulasi diri memandang belajar sebagai kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk diri mereka sendiri dengan cara aktif dalam mencari informasi mengenai pelajaran yang mereka dapat dan bukan sebagai akibat dari pengalaman pembelajaran (Zimmerman & Schunk, 2001). Teori metakognitif menjelaskan regulasi diri merupakan sebuah proses pembelajaran dalam hal memilih strategi yang tepat, menguji pemahaman dan pengetahuan seseorang, mengoreksi kekurangan seseorang, dan mengakui kegunaan strategi kognitif. Teori metakognitif mengkategorikan pendekatan regulasi diri menjadi pengetahuan deklaratif atau faktual dan pengetahuan prosedural. Kedua pendekatan tersebut merupakan langkah-langkah yang biasa digunakan dalam memecahkan suatu masalah (Bandura, 1997).
Schunk dan Zimmerman (dalam Slavin, 2011) menyebutkan pembelajaran regulasi diri adalah proses pembelajaran yang berasal dari bagaimana siswa berfikir dan berperilaku untuk dapat mencapai tujuan dari pembelajaran siswa. Dengan menggunakan strategi pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk dapat mengendalikan tujuan belajar mereka sendiri dan mengembangkan strategi umum bagi diri mereka masing-masing untuk menentukan dan mencapai tujuan pribadi dan standar pribadi mereka.
Siswa yang memiliki regulasi diri dalam proses pembelajaran akademik maka siswa akan memperoleh pengetahuan dan mampu meningkatkan keterampilan kognitif mereka dengan menggunakan strategi metakognitif dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka. Penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman dan Martinez-Pons menyatakan bahwa self-regulated learning merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan prestasi belajar antar siswa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Schunk menyatakan bahwa self-regulated learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan yang beragam (dalam Zimmerman & Schunk, 2011). Sebuah penelitian eksperimen yang berjudul SelfRegulated Leraning (SRL) dalam Meningkatkan Prestasi Akademik pada Mahasiswa yang dilakukan oleh Fasikhah & Fatimah (2013) menunjukkan terdapat perbedaan nilai prestasi akademik yang signifikan antara kelompok eksperimen yang diberi pelatihan SRL dengan kelompok kontrol yang tidak diberi pelatihan SRL, kelompok yang diberi pelatihan SRL memiliki nilai prestasi akademis (IP) lebih tinggi dengan mean = 2,78 dibandingkan kelompok yang tidak diberi pelatihan dengan mean = 2,47. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pelatihan SRL berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan prestasi akademik pada mahasiswa.
Salah satu ciri dari remaja awal yaitu mulai mendekatkan diri dengan teman sebaya dan berusaha bebas dari ketergantungan orangtua (Monks dkk., 2004). Pentingnya arti penerimaan oleh teman sebaya pada usia remaja akan membuat para remaja lebih memilih menggunakan barang yang sering digunakan oleh teman sebayanya atau melakukan hal-hal yang dilakukan oleh teman sebayanya dibandingkan dengan apa yang dipilihkan oleh orang tua mereka (Slavin, 2011). Melihat pentingnya penerimaan teman sebaya pada masa remaja awal orangtua harus tetap mengarahkan anaknya yang masih remaja agar tidak terjerumus pada pergaulan ataupun lingkungan teman sebaya yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap prestasi belajar remaja di sekolah. Orangtua tetap berusaha memberikan otonomi bagi anaknya dalam menemukan dan memahami diri mereka, akan tetapi dalam prosesnya orang tua harus tetap menjaga kelekatannya dengan para remaja agar remaja tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif (Santrock, 2003).
Santrock (2003) menyatakan bahwa orang tua terutama ibu harus mengetahui kapan para remaja memang harus tetap di kontrol dan kapan remaja dapat dibiarkan bereksplorasi dengan dunianya sendiri, meskipun remaja memilik kebebasan dalam mengeksplorasi dunianya, ada baiknya secara psikologis remaja harus memiliki kelekatan yang kuat dengan orang tuanya. Kelekatan remaja dengan orang tua terutama ibu merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar remaja di sekolah.
Orang tua terutama ibu dapat mempengaruhi prestasi belajar anak mereka dengan melibatkan diri dalam pendidikan anak dengan bertindak sebagai penasehat bagi anak mereka dan memberi kesan pada guru tentang keseriusan target pendidikan yang harus dicapai di dalam keluarga (Papalia, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwija (2008) yang meneliti tentang hubungan antara konsep diri, motivasi berprestasi, dan perhatian orang tua dengan hasil belajar sosiologi, menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara perhatian orang tua dan hasil belajar Sosiologi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahmi (2011) menunjukkan adanya dukungan orang tua dan motivasi belajar secara signifikan memberikan sumbangsih pada prestasi belajar musik.
Keterlibatan orang tua dalam membantu meningkatkan prestasi belajar anak dapat dilakukan dengan memberi perhatian dan dukungan terhadap anak remaja mereka dengan tetap menjaga kelekatan antara anak dan orang tuanya. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Maentiningsih (2008) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara secure attachment dengan motivasi berprestasi pada remaja. Remaja dengan secure attachment akan terpenuhi rasa aman dan kasih sayang dari orangtua sehingga mampu memenuhi kebutuhan penghargaan dari orang lain (aktualisasi diri) khususnya dalam bentuk prestasi.
Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2008) sosok ibu menjadi tokoh sentral dan memiliki peran penting dalam membangun relasi antar remaja dan orang tuanya. Setiap ibu memiliki peran pemeliharaan, pengasuhan dan pendidikan yang baik sebagai dasar dalam pembentukan kepribadian anak. Oleh karena itu ibu dikatakan memiliki fungsi yang fundamental dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Ibu memberi rangsangan dan pelajaran, rangsangan yang ibu berikan telah dimulai sejak anak masih bayi dengan melakukan percakapan dengan bayi. Setelah anak mulai bersekolah ibu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar anak lebih giat untuk belajar. Dengan kasih sayang yang ibu tunjukkan pada anak akan memberikan rasa aman tidak hanya bagi anak tetapi bagi seluruh anggota keluarga, jadi dapat dikatakan hubungan ibu dan anak sangat penting. Ibu yang memberikan kasih sayang dan perhatian yang baik bagi anak remaja akan mampu membuat anak remaja merasa nyaman, aman dan percaya kepada ibunya karena telah mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui hubungan self-regulated learning dan kelekatan anak remaja terhadap orang tua terutama ibu yang biasanya menjadi figur lekat dari seorang anak dengan prestasi belajar yang diperoleh anak di sekolah.
METODE PENELITIAN
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel bebas pada penelitan ini adalah selfregulated learning dan kelekatan remaja terhadap ibu sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar. Adapun definisi operasional dari variabel penelitian ini ialah sebagai berikut:
-
1. Prestasi Belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan, dimana hasil belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif (teori), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Pencapaian hasil belajar diukur dengan menggunakan tes prestasi belajar yang dirangkum dalam buku raport. Taraf prestasi belajar ditentukan berdasarkan nilai rata-rata total raport siswa yang diperoleh pada semester 2. Semakin tinggi nilai total subjek, maka semakin tinggi prestasi belajar siswa.
-
2. Self-regulated learning adalah kegiatan dimana individu belajar secara aktif sebagai pengatur proses belajarnya sendiri, mulai dari merencanakan, memantau, mengontrol dan mengevaluasi dirinya secara sistematis untuk mencapai tujuan dalam belajar. Taraf Self-regulated learning diukur dengan skala self-regulated learning. Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi kemampuan selfregulated learning siswa
-
3. Kelekatan remaja terhadap ibu adalah hubungan yang hangat dan penuh rasa percaya dengan ibu atau penggantinya membuat anak memiliki rasa aman dan rasa percaya diri sehingga anak lebih kompeten dalam membangun relasi sosial dan memperoleh kesejahteraan. Taraf kelekatan remaja dengan ibu diukur dengan Skala Kelekatan Remaja terhadap Ibu. Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi kelekatan remaja awal terhadap ibunya.
Responden
Populasi dari penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 6 Denapasar, Bali yang berusia 12 sampai 15 tahun yang berjumlah 625 siswa. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik stratified random sampling. Pengambilan sampel dengan teknik stratified random sampling merupakan suatu cara pengambilan sampel dengan cara mengambil sampling dari kelompok yang homogen yang dilakukan secara random (Nazir, 2003).
Tempat Penelitian
Proses pengambilan sampel dilakukan di SMPN 6 Denpasar. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – Juni 2015.
Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah arsip raport semester 2, serta dua skala yaitu, skala selfregulated learning dan skala kelekatan remaja terhadap ibu. skala self-regulated learning yang di modifikasi dari skala yang dikembangkan oleh Wolters (2003) disusun berdasarkan tiga dimensi self-regulated learning yang diungkapkan oleh Zimmerman. Skala yang dipergunakan untuk menentukan tinggi rendahnya kelekatan remaja awal terhadap ibu mereka adalah dengan memodifikasi skala IPPA (Inventory of Parent and Peer Attachment) yang telah diadaptasi kedalam bahasa Indonesia oleh Dewi (2013) disusun berdasarkan tiga dimensi dari Armseden & Greenberg dengan menggunakan model skala likert. Skala self-regulated learning terdiri dari 28 item pernyataan, skala kelekatan remaja terhadap ibu terdiri dari 24 item pernyataan. Skala self-regulated learning dan kelekatan remaja terhadap ibu disusun dalam bentuk pernyataan favorable dan unfavorable yang diberi skor mulai dari 1 sampai 4. Pada skala konsep diri, kerharmonisan keluarga, dan penerimaan teman sebaya terdapat 4 respon jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Pada pernyataan dalam aitem favorable jawaban sangat setuju (SS) diberi skor 4, setuju (S) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2, dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1. Sedangkan dalam pernyataan dalam aitem unfavorable jawaban sangat setuju (SS) diberi skor 1, setuju (S) diberi skor 2, tidak setuju (TS) diberi skor 3, dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 4.
Pada pengujian validitas skala self-regulated learning koefisien korelasi item total bergerak dari 0,278 sampai dengan 0,650. Hasil reliabilitas skala self-regulated learning dengan menggunakan Cronbach Alpha (α) adalah sebesar 0.872. Alpha (α) sebesar 0,872 menunujukkan bahwa skala ini mampu mencerminkan 87,2% variasi skor subjek adalah skor murni. Hasil tersebut menggambarkan skala self-regulated learning dapat digunakan untuk mengukur self-regulated learning.
Pada pengujian validitas skala kelekatan remaja awal terhadap ibu koefisien korelasi item total bergerak dari 0,327 sampai dengan 0,740. Hasil reliabilitas skala kelekatan remaja awal terhadap ibu dengan menggunakan Cronbach Alpha (α) adalah sebesar 0.911. Alpha (α) sebesar 0,911 menunujukkan bahwa skala ini mampu mencerminkan 91,1% variasi skor subjek adalah skor murni. Hasil tersebut menggambarkan skala kelekatan remaja awal terhadap ibu dapat digunakan untuk mengukur kelekatan remaja awal terhadap ibu.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan untuk dapat menguji hipotesis mayor dan minor dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Teknik analisis regresi berganda digunakan
untuk meramalkan nilai variabel tergantung apabila variabel bebas minimal dua atau lebih (Santoso, 2003). Analisis dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 16.00. Sebelum melakukan analisis dengan teknik regresi berganda, peneliti melakukan uji normalitas, multikolinieritas, dan linieritas terlebih dahulu. Uji normalitas sebaran data penelitian akan menggunakan teknik Kolmogorov–Smirnov Goodnessof Fit Test, uji multikolinearitas dalam penelitian ini dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai VIF (Variance Inflation Factor) dari model regresi, dan uji normalitas dengan menggunakan teknik Compare Means.
Namun apabila terdapat salah satu data penelitian tidak memnuhi syarat uji asumsi, maka uji hipotesis yang digunakan adalah analisis korelasi spearman’s.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil data karakteristik subjek penelitian, diketahui bahwa subjek penelitian berjumlah 150 orang dengan laki-laki berjumlah 63 orang dan perempuan berjumlah 87 orang, rentang usia dari 13 tahun sampai 15 tahun, dan dari data pekerjaan ibu diketahui sebanyak 60 orang siswa memiliki ibu yang tidak bekerja, 25 orang siswa memiliki ibu yang bekerja sebagai pegawai swasta, 20 orang siswa memiliki ibu yang bekerja sebagai pegawai negri sipil, serta terdapat 45 orang siswa yang memiliki ibu yang bekerja sebagai wiraswasta.
Deskripsi Data Peneltian
Tabell
Deskripsi data penelitian
Variabel |
N |
Mean Teoritis |
Mean Empiris |
Srd Deviasi Teoritis |
Std Deviasi Empiris |
Sebaran teoritis |
Sebaran Empiris |
SRL |
150 |
70 |
86.36 |
14 |
10.333 |
28-112 |
60-110 |
Lekat |
150 |
60 |
80.86 |
12 |
8.529 |
24-96 |
62-96 |
Prestasi Belajar |
150 |
2.5 |
3.227 |
0.5 |
0.225 |
1-4 |
2.86-3.72 |
Perbedaan mean empiris dan mean teoritis pada variabel self regulated learning adalah 16,36. Mean empiris lebih tinggi dari mean teoritis, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara mean empiris dan mean teoritis pada self regulated learning. Rentang skor subjek penelitian antara 60 sampai dengan 110.
Perbedaan mean empiris dan mean teoritis pada variabel kelekatan remaja terhadap ibu adalah 20,86. Mean empiris lebih tinggi dari mean teoritis, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara mean empiris dan mean teoritis pada kelekatan remaja terhadap ibu. Rentang skor subjek penelitian antara 62 sampai dengan 96.
Perbedaan mean empiris dan mean teoritis pada variabel prestasi belajar adalah 0,727. Mean empiris lebih tinggi dari mean teoritis, menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan antara mean empiris dan mean teoritis pada prestasi belajar. Rentang skor subjek penelitian antara 62 sampai dengan 96.
Uji Asumsi
Tabel 2.
Uji Noinialiras Variabel Penelitian
Variabel |
Kolmogorof-Smirnov (K-S) Z |
Asymp. Sig. (2 tailed) |
Self Regulated Learning |
1.036 |
0.233 |
Kelekaran Remaja dengan Ibu |
0.975 |
0.297 |
Prestasi Belajar |
2.359 |
0.000 |
Berdasarkan data pada tabel 2, diketahui bahwa variabel self regulated learning memiliki nilai sebesar 1,036 dengan signifikansi sebesar 0,233 (p>0,05). Nilai tersebut menunjukkan bahwa data pada variabel self regulated learning memiliki distribusi yang normal. Data dari kelekatan remaja dengan ibu memiliki nilai sebesar 0,975 dengan signifikansi sebesar 0,297 (p>0,05). Nilai tersebut menunjukkan bahwa data pada variabel kelekatan remaja dengan ibu memiliki distribusi yang normal. Data dari prestasi belajar memiliki nilai sebesar 2,359 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Nilai tersebut menunjukkan bahwa data pada variabel prestasi belajar tidak berdistribusi normal.
Tabel 3
Uji Linieriras Variabel Penelitian
srl* Iatatotaliaport Between (Combined) Group Liniarih-
DeviariOJi from Liniarity kelekatan* τatatotalrapoτt Betn een (Combined) Group Liniarity
Deviation from Liniarity
Hasil analisis uji linieritas dengan menggunakan Compare Means diatas, terlihat bahwa nilai signifikansi liniarity pada kedua variabel lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000 dan 0,016. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linier antara variabel self regulated learning dengan prestasi belajar, dan juga terdapat hubungan yang linier antara variabel kelekatan remaja dengan ibu dengan prestasi belajar.
Hasil uji normalitas dan linieritas yang telah peneliti lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat salah satu data variabel penelitian yaitu data prestasi belajar tidak memenuhi syarat uji asumsi karena data tersebut tidak berdistribusi normal. Oleh karena tidak terpenuhinya salah satu uji asumsi maka selanjutnya akan dilakukan uji hipotesis penelitian dengan mengubah uji regresi berganda menjadi uji korelasi spearman’s.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang selanjutnya akan digunakan adalah uji korelasi Spearman’s.
Oleh karena peneliti mengubah uji hipotesis, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha1: Self-regulated learning berhubungan dengan prestasi belajar siswa di SMPN 6 Denpasar
Ha2: Kelekatan remaja awal terhadap ibu berhubungan dengan prestasi belajar siswa SMPN 6 Denpasar
Tabel 4 Uji Korelasi Speannan 's |
Self Regulated Leannng densan prestasi Belajar | ||
Spearman's rho |
Totalrapon |
Correlations tora IrapoiT C Orrelarion C oeflic ienr 1.000 |
Srl .32θ" |
Sig. (2-tailed) . |
.000 | ||
Srl |
N 150 Correlation Coefficient .320 Sig. (2-tailed) .000 |
150 1.000 | |
N 150 |
150 |
Hasil analisis korelasi spearman’s terlihat nilai koefisien korelasi antara self regulated learning dengan prestasi belajar sebesar 0,320 dengan angka probabilitas 0,000 (<0,001). Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara self regulated learning dengan prestasi belajar siswa kelas VIII siswa SMP N 6 Denpasar dengan nilai korelasi sebesar 0,320 dan taraf signifikansi 0,000, jadi semakin tinggi skor self regulated learning yang diperoleh oleh siswa kelas VIII siswa SMP N 6 Denpasar maka akan semakin tinggi prestasi belajar siswa tersebut.
Tabel 5.
Uji Korelasi SpeaniMin ’s Kelekatan Remaja dengan Ibn dengan prestasi Belajar
Correlatioiis
Kelekatan ToraliapoiT
Speannansrlio Kelekatan CoiTelarionCoefficient 1,000.196'
Totalraport Correlation Coefficient .1961.000
Hasil analisis korelasi spearman’s terlihat nilai koefisien korelasi antara kelekatan remaja terhadap ibu dengan prestasi belajar siswa kelas VIII siswa SMP N 6 Denpasar sebesar 0,196 dengan angka probabilitas 0,016 (<0,005). Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara kelekatan remaja dengan ibu dengan prestasi belajar yang menunjukkan nilai korelasi sebesar 0,196 dan taraf signifikansi 0,016, jadi semakin tinggi skor kelekatan remaja dengan ibu yang diperoleh oleh siswa kelas VIII siswa SMP N 6 Denpasar maka akan semakin tinggi prestasi belajar siswa tersebut.
Tabel 6.
Rangkuman Hasil Uji Hipotesis_______________________________________________________
No_________________________Hipotesis_______________________________Hasil
-
1 Self regulated Ieaniing berhubungan dengan prestasi belajar
siswa di SMPN 6 Denpasai Diterima
-
2 Kelekatan remaja awal terhadap ibn berhubungan dengan prestasi belajar siswa SMPN 6 Denpasar Diterima
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik analisa korelasi Spearman’s, dapat disebutkan bahwa pengujian terhadap dua hipotesis yang diajukan yaitu adanya hubungan self regulated learning dengan prestasi belajar siswa kelas VIII di SMPN 6 Denpasar serta adanya hubungan kelekatan remaja dengan ibu dengan prestasi belajar siswa kelas VIII di SMPN 6 Denpasar dapat diterima. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi self regulated learning dengan prestasi belajar sebesar 0,320 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 dan nilai koefisien korelasi kelekatan remaja dengan ibu dengan prestasi belajar sebesar 0,196 dengan taraf signifikansi sebesar 0,016. Dilihat dari hasil analisis yang dilakukan terlihat bahwa nilai koefisien korelasi self regulated learning dengan prestasi belajar lebih besar dibandingkan dengan koefisien korelasi kelekatan remaja dengan ibu.
Besarnya koefisien korelasi self regulated learning dengan prestasi belajar lebih tinggi dari besarnya nilai koefisien korelasi kelekatan remaja terhadap ibu dengan prestasi belajar disebabkan oleh kemampuan siswa dalam menerapkankan self regulated learning merupakan salah satu faktor internal dari diri siswa. Siswa yang mampu mengoptimalkan self regulated learning akan belajar dari pengalaman yang telah dialami. Dari pengalaman yang telah dialami, siswa akan mengatur strategi untuk dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Selanjutnya dilihat dari kelekatan remaja terhadap ibu, siswa yang memiliki kelekatan terhadap ibu yang baik tentu akan mendapatkan rasa aman dan rasa percaya dari ibunya. Rasa aman dan rasa percaya yang diberikan oleh ibu akan menjadi motivasi eksternal bagi siswa serta memunculkan rasa percaya diri akan kemampuan yang dimiliki. Akan tetapi jika siswa tidak memiliki motivasi intrinsik yang tinggi untuk berprestasi maka rasa percaya serta motivasi yang diberikan oleh ibunya tidak terlalu kuat pengaruhnya terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di sekolah. Ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyo (2010) yang menunjukkan bahwa faktor internal siswa yang terdiri atas intelegensi, minat, bakat dan motivasi siswa berperan sebesar 26,9% terhadap prestasi belajar sedangkan faktor eksternal yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat berperan sebesar 19,5%. Jadi dapat dikatakan faktor internal
siswa memberi peran lebih besar terhadap prestasi belajar dibandingkan dengan fekator eksternal siswa.
Siswa yang menerapkan self regulated learning akan mengobservasi diri untuk melakukan pengamatan atas apa yang telah dilakukan untuk mencapai prestasi belajar yang telah ditetapkan. Selain melakukan observasi diri, siswa juga akan melakukan proses penilaian yang berdasarkan pada standar pribadi, pencapaian sebelumnya, pemberian serta atribusi terhadap performa. Siswa memiliki standar pribadi untuk mengevaluasi pencapaian prestasi yang telah diperoleh tanpa membandingkan dengan orang lain. Selain itu siswa juga menggunakan taraf pencapaian prestasi sebelumnya sebagai pembanding untuk mengevaluasi performa yang ditunjukkan saat ini. Proses penilaian pada self regulated learning juga tergantung dari bagaimana siswa menilai alasan dari perilaku yang dimunculkan. Apabila siswa mempercayai bahwa keberhasilan yang dicapai merupakan hasil dari usahanya sendiri maka siswa akan berusaha lebih keras untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Jika siswa percaya bahwa dirinya bertanggung jawab atas kegagalan atau performa yang tidak maksimal, maka siswa tersebut akan lebih siap untuk berusaha ke arah regulasi diri daripada menyalahkan faktor-faktor di luar kendali sebagai sebab kegagalan dan ketakutan.
Siswa yang memiliki kemampuan Self-regulated learning yang baik akan menyebabkan siswa lebih bisa bertanggung jawab atas tindakannya sendiri, menjadi lebih terarah, dan bisa memberi kontribusi bagi masyarakat. Ketika siswa mulai menerapkan Self-regulated learning dalam kegiatan belajar, mereka akan mulai mengubah cara berfikir mereka untuk lebih fokus pada tujuan mencapai prestasi belajar yang lebih baik, ketika siswa mulai memikirkan tujuannya, maka akan muncul motivasi dari dalam diri siswa untuk mencapai tujuan tersebut, motivasi yang dimiliki siswa akan mendorong siswa untuk memunculkan perilaku-perilaku yang dapat membuat siswa mampu mencapai prestasi belajar sesuai dengan target yang telah mereka buat. Pernyataan ini di dukung oleh pendapat Zimmerman & Martinez–Pons yang mendefinisikan self regulated learning sebagai tingkatan dimana partisipan secara aktif melibatkan metakognisi, motivasi, dan perilaku dalam proses belajar (dalam Zimmerman & Schunk, 2011). Hasil penelitian ini sejalan dengan Latipah (2010) yang menyatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara startegi self regulated learning dengan prestasi belajar. Selain itu penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Fasikhah dan Fatimah (2013) yang berjudul self-regulated learning (SRL) dalam meningkatkan prestasi akademik pada mahasiswa menunjukkan bahwa, kelompok yang diberi pelatihan SRL memiliki prestasi akademik lebih tinggi dibandingkan kelompok yang tidak diberi pelatihan SRL dengan nilai p< 0,003. Dimana kelompok yang diberi pelatihan memiliki nilai rata-rata indeks prestasi (IP) lebih
tinggi dengan mean = 2,78 dibandingkan kelompok yang tidak diberi pelatihan dengan nilai mean = 2,47.
Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2008) sosok ibu menjadi tokoh sentral dan memiliki peran penting dalam mengembangkan relasi antara remaja dan orang tuanya. Remaja yang memiliki kelekatan yang baik dengan ibu akan berusaha menjaga komunikasi dan kedekatan dengan ibu, mereka akan berusaha untuk menceritakan masalah-masalah yang mereka hadapi, tidak terkecuali masalah yang mereka hadapi selama proses belajar mengajar di sekolah. Ketika ibu dan anak mampu saling menjaga komunikasi dan kedekatan antar keduanya maka akan memunculkan rasa saling percaya antar ibu dan anak. Ketika kelekatan antara remaja awal dengan ibu telah terbangun dengan baik, maka ibu akan dapat berperan aktif dalam peningkatan prestasi belajar anak dengan bertindak sebagai penasehat bagi anak ketika menghadapi masalah di sekolah. Selain itu dengan adanya perhatian dan rasa percaya yang dimunculkan oleh ibu kepada kemampuan anak dalam mencapai prestasi di sekolah akan meningkatkan motivasi anak dalam mencapai prestasi belajar yang telah mereka targetkan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwija (2008) yang meneliti tentang hubungan antara konsep diri, motivasi berprestasi, dan perhatian orang tua dengan hasil belajar sosiologi, yang menunjukkan terdapat hubungan positif dan signifikan antara perhatian orang tua dan hasil belajar Sosiologi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rahmi (2011) menunjukkan adanya dukungan orang tua dan motivasi belajar secara signifikan memberikan sumbangsih pada prestasi belajar musik. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Maentiningsih (2008) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara secure attachment dengan motivasi berprestasi pada remaja. Dengan demikian maka dapat dikatakan ketika siswa memiliki kelekatan yang baik dengan ibunya akan diikuti dengan peningkatan motivasi siswa untuk berprestasi sesuai dengan target yang telah dibuat.
Dari hasil kategorisasi data prestasi belajar menunjukkan bahwa tidak ada siswa dengan kategori nilai prestasi belajar D, tidak ada siswa dengan kategori nilai prestasi belajar D+, tidak ada siswa dengan kategori nilai prestasi belajar C-, tidak ada siswa dengan kategori nilai prestasi belajar C (0%), tidak ada siswa dengan kategori nilai prestasi belajar C+, tidak ada siswa dengan kategori nilai prestasi belajar B-, siswa yang masuk ke dalam kategori nilai prestasi belajar B sebanyak 19 orang (12,67%), siswa yang masuk ke dalam kategori nilai prestasi belajar B+ sebanyak 91 orang (60,67%), siswa yang masuk ke dalam kategori nilai prestasi belajar A- sebanyak 35 orang (23,33%), dan siswa yang masuk ke dalam kategori nilai prestasi belajar A+ sebanyak 5 orang (3,33%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas subjek tergolong dalam kategorisasi nilai prestasi belajar B+ Prestasi belajar yang
tinggi menunjukkan bahwa siswa telah menguasai materi yang diberikan oleh guru serta sikap dan keterampilan yang ditunjukkan sesuai dengan yang diharapkan oleh pendidik.
Prestasi belajar pada penelitian ini mayoritas masuk ke dalam ketegorisasi nilai prestasi belajar B+ dikarenakan prestasi belajar yang subjek peroleh merupakan rata-rata dari nilai total tiga aspek yang dinilai, yaitu nilai kognitif (teori), afektif (sikap), serta psikomotorik (keterampilan). Masing-masing aspek memiliki nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar, daya dukung serta karakteristik peserta didik. Nilai KKM menentukan ketuntasan siswa dalam menempuh mata pelajaran di sekolah. Jika siswa belum mencapai nilai KKM, maka siswa diberikan kesempatan mengikuti program remedial. Jika siswa mampu melampaui niali KKM maka siswa diberikan program pengayaan. Dengan adanya program remedial, memungkinkan siswa yang memiliki nilai dibawah KKM dapat memperbaiki nilai sehingga tidak ada nilai siswa yang rendah atau dibawah dari KKM.
Dari hasil kategorisasi data self regulated learning menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang memiliki skor self regulated learning yang rendah, sebanyak 65 orang (43,3%) siswa yang memiliki skor self regulated learning yang sedang, dan sebanyak 85 orang (56,7%) memiliki skor self regulated learning tinggi. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas subjek tergolong dalam kategorisasi self regulated learning yang tinggi. Self regulated learning yang tinggi menunjukkan bahwa siswa siswi kelas VIII SMP N 6 Denpasar sudah menerapkan model pembelajaran self regulated learning dengan melakukan pemantauan terhadap diri sendiri, membuat tujuan pembelajaran dan strategi-strategi yang sesuai dengan kemampuan untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan, serta melakukan evaluasi terhadap strategi-strategi yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Self Regulated Learning pada penelitian ini tergolong tinggi dikarenakan siswa siswi kelas VIII SMP N 6 Denpasar sudah mulai mencari materi tambahan agar lebih memahami materi pelajaran yang sedang dibahas. Hal tersebut terlihat pada jumlah siswa yang memberi skor tinggi pada salah satu item skala self regulated learning yaitu nomer 1 yang berbunyi “saya mencari materi tambahan dengan membaca dari sumber buku lain, mencari di internet atau berdiskusi dengan teman”, sekitar 81 subjek menyatakan sangat setuju terhadap item tersebut. Selain itu siswa juga sudah melakukan proses penilaian dengan memberikan nilai yang penting akan materi atau ulangan yang akan dihadapi agar dapat mencapai target prestasi yang ditentukan. Hasil ini sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Bandura (dalam Feist & Feist, 2009) yang menyatakan bahwa apabila seseorang menganggap tidak terlalu penting pada suatu
kemampuan maka akan menghabiskan sedikit waktu dan usaha untuk meningkatkan kemampuan tersebut dan begitu sebaliknya. Hal tersebut terlihat pada jumlah siswa yang memberi skor tinggi pada skala self regulated learning yaitu nomer 13 yang berbunyi “Saya mengingatkan diri saya, bahwa materi yang sedang dipelajari sangat penting untuk dipelajari, agar mendapatkan nilai yang baik” sekitar 88 subjek menyatakan sangat setuju terhadap item tersebut dan pada item 18 yang berbunyi “Saya mengingatkan diri saya, bahwa sangat penting bagi saya untuk dapat menyelesaikan ulangan ataupun tugas dengan baik” sekitar 83 subjek menyatakan sangat setuju terhadap item tersebut.
Hasil kategorisasi data kelekatan remaja dengan ibu menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang memiliki skor kelekatan yang rendah, siswa yang memiliki skor kelekatan yang sedang sebanyak 27 orang (18%), dan siswa yang memiliki skor kelekatan yang tinggi sebanyak 123 orang (82%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas subjek tergolong dalam kategorisasi kelekatan remaja terhadap ibu yang tinggi menunjukkan bahwa siswa siswi kelas VIII SMP N 6 Denpasar memiliki hubungan yang hangat dengan tetap menjaga komunikasi dan kedekatan dengan ibu serta memiliki rasa percaya dengan ibu yang membuat anak memiliki rasa aman dan rasa percaya diri untuk mencapai tujuan belajar yang mereka telah ditentukan. Kelekatan remaja awal terhadap ibu tergolong tinggi dikarenakan pada penelitian ini terlihat bahwa pekerjaan dari ibu subjek sebagian besar merupakan ibu rumah tangga yang memungkinkan interaksi antara ibu dengan anak lebih banyak. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Monks, Knoers, dan Haditono (2002) yang menyatakan terdapat dua macam tingkah laku yang menyebabkan seseorang dipilih sebagai objek kelekatan, yaitu karena orang tersebut sering mengadakan reaksi terhadap tingkah laku anak, yang kedua karena orang tersebut sering membuat interaksi secara spontan dengan anak.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil analisis data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu self regulated learning memiliki hubungan yang positif dengan prestasi belajar pada siswa kelas VIII SMP N 6 Denpasar, dimana ketika siswa kelas VIII SMP N 6 Denpasar memiliki skor self regulated learning yang tinggi maka akan diikuti dengan meningkatnya prestasi belajar. Kelekatan remaja awal terhadap ibu memiliki hubungan yang positif dengan prestasi belajar pada siswa kelas VIII SMP N 6 Denpasar, dimana ketika siswa kelas VIII SMP N 6 Denpasar memiliki skor kelekatan ramaja awal dengan ibu yang tinggi maka akan diikuti dengan meningkatnya prestasi belajar. self regulated learning siswa kelas VIII SMP N 6 Denpasar tergolong tinggi, karena berdasarkan kategorisasi 56,7% subjek penelitian memiliki self regulated learning tinggi menunjukkan bahwa
siswa siswi kelas VIII SMP N 6 Denpasar sudah menerapkan model pembelajaran self Regulated Learning dengan melakukan pemantauan terhadap diri sendiri, membuat tujuan pembelajaran dan strategi-strategi yang sesuai dengan kemampuan untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan, serta melakukan evaluasi terhadap strategi-strategi yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Kelekatan siswa kelas VIII SMP N 6 Denpasar terhadap ibu tergolong tinggi, karena berdasarkan kategorisasi 82% subjek penelitian memiliki kelekatan dengan ibu yang tinggi. menunjukkan bahwa siswa siswi kelas VIII SMP N 6 Denpasar memiliki hubungan yang hangat dengan tetap menjaga komunikasi dan kedekatan dengan ibu serta memiliki rasa percaya dengan ibu yang membuat anak memiliki rasa aman dan rasa percaya diri untuk mencapai tujuan belajar yang mereka telah ditentukan. Prestasi belajar siswa kelas VIII SMP N 6 Denpasar tergolong tinggi, karena berdasarkan kategorisasi 60,67% subjek penelitian memiliki nilai prestasi belajar B+ menunjukkan bahwa siswa telah menguasai materi yang diberikan oleh guru serta sikap dan keterampilan yang ditunjukkan sesuai dengan yang diharapkan oleh pendidik. Nilai B+ menujukkan nilai yang diperoleh siswa tergolong baik dengan rentang nilai 3,00 ˂ B+ ≤ 3,33.
DAFTAR PUSTAKA
Affianti,R. Hartati, S. & Sawitri, D. (2010). Hubungan antara selfregulated learning (SRL) dengan kemandirian pada siswa program akselerasi SMA Negeri 1 Purworejo. Thesis (tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas
Diponegoro, Semarang.
Akbar & Hawadi. (2004). Akselerasi (a-z inf program percepatan belajar). Jakarta: Grasindo.
Apranadyanti, N. (2010). Hubungan antara regulasi diri dengan motivasi berprestasi pada siswa kelas X SMK Ibu Kartini Semarang. Skripsi (tidak dipublikasikan), Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.
Raja, Y. (2013). Format raport kurikulum 2013 untuk SMP. (n.d.). Diunduh dari
http://www.academia.edu/6316762/Format_Raport_Kurikul um_2013_Untuk_SMP_-_Blog_Pendidikan tanggal 7 Juli 2015
Cahyo, R. (2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar kewirausahaan siswa kelas XI SMK N 1 Punggelan Banjarnegara. Skripsi (tidak dipublikasikan). Semarang : Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negri Semarang.
Dewi, A. A. (2013). Hubungan kelekatan orangtua-remaja dengan kemandirian pada remaja di SMKN 1 Denpasar. Skripsi (tidak dipublikasikan). Denpasar : Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Dwija, W. (2008). Hubungan antara konsep diri, motivasi berprestai dan perhatian orang tua dengan hasil belajar sosiologi pada siswa kelas II sekolah menengah atas unggulan di kota
Amlapura. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Undiksha, 1(1), 1-17.
Fasikhah, S., & Fatimah, S. (2013). Self-regulated learning (SRL) dalam meningkatkan prestasi akademik pada mahasiswa. Jurnal Ilmu Psikologi Terapan, 1(1), 142-152.
Feist, J. & Feist, G.J. (2010). Teori kepribadian (7th ed., Vol. 1& 2). Jakarta: Salemba Humanika.
Gunarsa, S.D. (1985). Dasar dan teori perkembangan anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunarsa, S.D. (2004). Dari anak sampai usia lanjut: Bunga rampai psikologi anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Gunarsa, S.D. dan Gunarsa, Y. (2008). Psikologi praktis: anak, remaja dan keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hapsari, S. (2005). Bimbingan & konseling SMA kls XI. Jakarta: Grasindo.
Latipah, E. (2010). Strategi self regulated learning dan prestasi belajar: kajian meta analisis. Jurnal Psikologi, 37(1), 110129.
Liliana, A. W. (2009). Gambaran kelekatan (attachment) remaja akhir putri dengan ibu (studi kasus). Skripsi (tidak dipublikasikan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.
Maentiningsih, D. (2008). Hubungan antara secure attachment dengan motivasi berprestasi pada remaja. Skripsi (tidak dipublikasikan) Depok: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.
Mayasari, K. (2008). Aktualisasi diri remaja ditnjau dari kelekatan remaja dan ibu. Skripsi (tidak dipublikasikan). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.
Monks, F.J., Knoers, A.M.P. & Haditono, S.R. (2004). Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nazir, M. (2003). Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Papalia, D. E & Old, S. W. (2010). Human development (psikologi perkembangan) edisi ke sembilan. Dialihbahasakan oleh A. K. Anwar. Jakarta: Kencana.
Papalia, D. E & Old, S. W. (2008). Human Development (psikologi perkembangan) edisi ke sembilan. Dialihbahasakan oleh A. K. Anwar. Jakarta: Kencana.
Purwanto. (2010). Metodelogi penelitian kuantitatif untuk psikologi dan pendidikan. yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahmi, V. (2011). Pengaruh dukungan orang tua dan motivas belajar terhadap prestasi belajar musik pada remaja. Skripsi (tidak dipublikasikan). Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.
Roring, R. (2011). Hubungan prestasi belajar dengan kepercayaan diri siswa kelas VIII-A SMP Negeri 34 Semarang tahun ajaran 2010/2011. Skripsi (tidak dipublikasikan). Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan IKIP PGRI.
Santoso, S. (2005). Mengatasi berbagai masalah statistik dengan SPSS versi 11.5. Jakarta: Gramedia.
Santrock, J. W. (2007). Remaja edisi kesebelas jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. W. (2011). Psikologi pendidikan edisi kedua. Jakarta: Kencana.
Santrock, J. W. (2003). Adolescence perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, J. W. (2013). Psikologi remaja. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Slavin. R, E. (2011). Educational psychology: Theory and practice,
9’th edition ( psikologi pendidikan: teori dan praktik), Edisi ke Sembilan. Diterjemahkan oleh Murianto Samosir. Jakarta Barat: Indeks.
Sudarma, K. & Nugraheni, F. (2006). Pengaruh motivasi berprestasi
dan strategi belajar efektif terhadap prestasi belajar akuntansi. Jurnal Dinamika Pendidikan, 1(1), 28-43.
Sunyoto, D. (2011). Praktik SPSS untuk kasus. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wicaksono, L (2009). Pengaruh prestasi belajar terhadap pengambilan putusan karier. pontianak. Jurnal Cakrawala Kependidikan, 2(7), 173-180.
Wolters, C.A., Pintrich, P.R., Karabenick, S.A. (2003). Assessing Academic Self-regulated Learning, Indicators of Positive Development: Definitions, Measures, and Prospective
Validity. Michigan: ChildTrends.
Zimmerman, Barry J, & Schunk, H. (2001). self-regulated learning
and accademic achievement: theoretical perspective (2nd, ed). New York: Lawrence Erlbaum Associates.
Zimmerman, Barry J, & Schunk, H. (2011). Hand book of selfregulated learning and performance. New York: Routledge.
63
Discussion and feedback