STUDI PENGARUH SOSIO DEMOGRAFI TERHADAP REMITTANCE PADA MIGRASI INTERNASIONAL TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI
on
STUDI PENGARUH SOSIO DEMOGRAFI TERHADAP REMITTANCE PADA MIGRASI INTERNASIONAL TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI
Suandi
Program Studi Magister Ilmu Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Pascasarjana Universitas Jambi
Korespondensi Author: suandi_pertanian@unja.ac.id
ABSTRAK
Tujuan penelitian: menganalisis pengaruh sosio demografi terhadap Remittance Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Desain penelitian adalah croos-sectional. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kerinci dengan memilih empat kecamatan, yakni Kecamatan Danau Kerinci, Keliling Danau, Bukit Kerman dan Kecamatan Gunung Raya. Penelitian ini membutuhkan waktu selama 6 (enam) bulan kalender. Objek penelitian adalah Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di Malaysia dengan status kawin dan memiliki anak. Sampel penelitian diambil secara snaw ball sampling. Jumlah responden sebanyak 64 orang. Data dianalisis dengan cara deskriptif dan uji statistik dengan menggunakan Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah remitan (remittance) yang dikirmkan oleh TKW kepada keluarga yang tinggal di daearah asal sangat membantu kebutuhan keluarga yaitu mencapai 58,42 persen. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor jumlah anggota keluarga, lama tinggal di daerah tujuan, dan pengeluaran keluarga di daerah asal terhadap berpengaruh signifikan terhadap remitan, sedangkan faktor umur, tingkat pendidikan, dan jumlah pendapatan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.
Keywords: Migrasi Internasional, Remittance, Sosio Demografi, dan TKW.
ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the influence of socio demographics on Remittance of Women Workers (TKW) in Kerinci Regency, Jambi Province. The study design was croos-sectional. This research was conducted in Kerinci Regency by selecting four sub-districts, namely Danau Kerinci District, Keliling Danau, Bukit Kerman and Gunung Raya District. This research takes six calendar months. The object of research is the Female Workers (TKW) who work in Malaysia with marital status and have children. The research sample was taken by snaw ball sampling. The number of respondents was 64 people. Data were analyzed by descriptive and statistical tests using Multiple Linear Regression. The results showed that the number of remittances sent by TKW to families living in the original area really helped the needs of the family, reaching 58.42 percent. The results of the analysis showed that the factors of the number of family members, length of stay in the destination area, and family expenses in the area of origin had a significant effect on remittances, while the factors of age, level of education, and total income did not show a significant effect.
Keywords: International Migration, Remittance, Social Demography, and TKW.
PENDAHULUAN
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci pada tahun 2016 bahwa jumlah penduduk Kabupaten Kerinci tercatat sebanyak 234.882 jiwa yang tersebar ke dalam 16 kecamatan. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Keliling Danau yaitu mencapai 22.138 jiwa atau 9,43 persen, sedangkan jumlah penduduk paling kecil terdapat di Kecamatan Gunung Raya yaitu hanya 7.963 jiwa atau 3,39 persen. Berdasarkan jenis kelamin, distribusi penduduk Kabupaten Kerinci relatif berimbang antara penduduk perempuan dan penduduk laki-laki, yakni masing-masing 117.581 jiwa dan 117.301 jiwadengan rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 99 (BPS Kabupaten Kerinci, 2016). Artinya jumlah penduduk laki-laki hampir berimbang dengan jumlah penduduk perempuan yaitu terdapat sebanyak 99 orang penduduk laki-laki dalam 100 penduduk perempuan. Kemudian, Kabupaten Kerinci memiliki luas wilayah 3.328,04 km2, sedangkan jumlah penduduk mencapai 234.882 jiwa sehingga diperoleh tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Kerinci pada tahun 2015 yaitu mencapai 71 jikwa/km2, dan angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan Kepadatan penduduk Provinsi Jambi (60 jiwa/km2)(Kerinci dalam Angka 2016).
Mengingat Kabupaten Kerinci dilingkupi oleh Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dengan luasan 1990,89 km2 atau 59,8 persen dari luas wilayah secara total, sedangkan luas lahan yang tersisa untuk kepentingan hidup penduduk Kabupaten kerinci baik untuk keperluan bertani, permukiman, fasilitras umum dan kebutuhan lainnya tinggal 1337,15 km2 atau 41,2 persen sehingga kepadatan penduduk riil di Kabupaten Kerinci mencapai angka 176 jiwa/km2. Kepadatan Penduduk di 16 kecamatancukup beragam dengan kepadatanpenduduk tertinggi terletak dikecamatan Air Hangat Barat dengankepadatan sebesar 598 jiwa/ km2 danterendah di Kecamatan Gunung Rayasebesar 23 jiwa/ km2 (Kerinci dalam Angka 2016).
Tingginya tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Kerinci berdampak negatif terhadap lapangan pekerjaan. Mengingat lahan yang terbatas akan sulit medapat hasil yang diharapkan apalagi berusaha dibidang pertanian. Oleh sebab itu, salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan hidup yaitu mencari pekerjaan ditempat lain dengan melalukan mobilitas baik bagi tenaga kerja laki-laki maupun tenaga kerja perempuan. Namun, tenaga kerja perempuan kalah bersaing dengan tenaga kerja laki-laki sehingga mereka banyak melakukan migrasi keluar untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Sesuai kodratnya sebagai ibu rumahtangga dan isteri maka mereka tetap melakukan komunikasi dengan keluarga di daerah asal.
Seperti diungkapkan oleh Sigid Sriwanto, dan Esti Sarjanti (2014), bahwa penduduk yang melakukan mobilitas akibat dari keadaan daerah asal yang tidak menguntungkan seperti sempitnya lapangan pekerjaan. Daerah mana yang dipilih, tergantung dari kemampuan dalam memilih daerah mana yang sekiranya dapat memberikan peluang yang terbaik untuk bisa mendapatkan pekerjaan, diharapkan bisa merubah keadaan kehidupan ekonomi menjadi lebih baik. Namun, penduduk yang melakukan mobilitas akan tetap menjaga hubungan yang erat dengan sanak keluarga di daerah asal.
Eratnya hubungan dengan daerah asal terlihat dari kunjungan mereka secara periodik, misalnya pada hari raya, upacara perkawinan, kelahiran, kematian, dan hari besar lainnya. Hubungan mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
daerah asal biasanya disertai dengan pengiriman atau dibawanya uang atau barang yang sering disebut “remittance”, bahkan mungkin juga berupa pertukaran informasi atau ide-ide (Curson: Sigid Sriwanto, dan Esti Sarjanti, 2014).
Berbicara masalah mobilitas penduduk, kasus menarik untuk ditelah terutama di Indonesia adalah migrasi Internasional. Seperti diungkapkan oleh Anggraeni Primawati (2011) bahwa migrasi internasional sangat berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi dan transisi demografi dalam suatu negara. Ketika suatu negara mengalami kemunduran ekonomi yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah dan pertumbuhan populasinya yang masih tinggi, sangat tidak mungkin aktivitas perekonomian negara tersebut dapat menyerap kelebihan tenaga kerja sehingga pengiriman tenaga kerja ke luar negeri merupakan suatu pemecahan masalah ketenagakerjaan. Dalam teori ekonomi kependudukan dan ketenagakerjaan, hal ini sering dinyatakan sebagai “the first stage of labor migration transition” (Tjiptoheriyanto: Anggraeni Primawati (2011). Data yang ditemukan terdapat sekitar 70 persen adalah tenaga kerja perempuan yang rentan terhadap masalah dari proses migrasi. Tujuan Penelitian (a) Mendeskripsikan kondisi dan pola migrasi Internasional Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Kabupaen Kerinci Provinsi Jambi, (b) Mendeskripsikan kondisi sosio demografi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi, (c) Mendeskripsikan pola dan bentuk-bentuk Remittance pada Migrasi Internasional Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Kabupaen Kerinci Provinsi Jambi, dan (d) Menganalisis pengaruh sosio demografi terhadap Remittance Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Kabupaen Kerinci Provinsi Jambi.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian adalah croos-sectional. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kerinci dengan memilih 4 (empat) kecamatan, yakni Kecamatan Air Hangat Timur, Danau Kerinci, Keliling Danau, dan Kecamatan Gunung Raya. Adapun waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu selama 6 (enam) bulan kalender. Objek penelitian adalah Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di Malaysia dengan status kawin dan memiliki anak. Kemudian, variabel penelitian dibagi kedalam tiga kelompok, yakni sosio demografi meliputi variabel umur, jenjang pendidikan, jumlah anak, umur anak terakhir, lama bekerja sebagai TKW di Malaysia, pendidikan suami, pekerjaan suami, dan pendapatan suami. Pola Migrasi Internasional Tenaga Kerja Wanita (TKW) meliputi TKW bekerja secara legal, dan TKW bekerja secara tidak legal, masing-masing pola ini diambil data mengenai pola hubungan kerja di malaysia dan sistem pengupahan dan kontrak. Kelompok ketiga adalah variabel tentang remittance (kiriman) meliputi informasi (lisan, dan tulisan), barang, dan remittance dalam bentuk uang, masing-masing kiriman ini akan diambil data mengenai jumlah, frekuensi dan manfaat kiriman bagi keluarga. Data penelitian ini bersumber dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung dari keluarga dan responden terpilih, sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas instansi dan lembaga terkait disamping dari laporan hasil penelitian, jurnal maupun majalah yang memuat tentang masalah dinamika Migrasi Internasional TKW dan Remittance. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara yang dipandu dengan instrumen penelitian dan observasi. Untuk mendapatkan data lebih mendalam, pengumpulan data dilanjutkan dengan metode
wawancara mendalam (Indepth Interview) terhadap beberapa responden terpilih dan Focus Group Discussion (FGD). Daerah penelitian ditentukan dengan metode puposive sampling yaitu dengan cara memilih daerah penelitian secara sengaja pada daerah yang memiliki TKW dan bekerja di Malaysia baik secara legal maupun tidak legal, sehingga terpilih empat kecamatan yakni Kecamatan Air Hangat Timur, Danau Kerinci, Keliling Danau, dan Kecamatan Gunung Raya, sedangkan responden (TKW) diambil secara snaw ball sampling dengan jumlah 100 responden. Kemudian, jumlah responden terpilih sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, yakni TKW yang bekerja di Malaysia yang sudah bersuami dan mempunyai anak. Khusus pengambilan sampel untuk Indepth Study diambil sebanyak sepuluh responden, dengan kriteria: (a) umur responden, (b) jumlah anak yang dimiliki, (c) umur anak terakhir, (d) struktur keluarga, (e) pendidikan yang ditamatkan, (f) lama bekerja di Malaysia, dan (g) pekerjaan suami, dan (h) pendapatan suami. Untuk menjawab tujuan penelitian pengaruh sosio demografi terhadap jumlah remittance TKW di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi dianalisis dengan menggunakan uji statistik Regresi Linier Berganda.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Proses Migrasi Internasional TKW ke Malaysia
Berdasarkan determinan mobilitas penduduk, dimana seseorang melakukan mobilitas penduduk berdasarkan kepada keputusan yang dihadapi oleh seorang penduduk. Seseorang mengambil keputusan melakukan mobilitas penduduk karena kebutuhan dan tekanan (need and stress). Kebutuhan: ekonomi, sosial, psikologi, dan lain sebagainya. Apabila kebutuhan tidak terpenuhi akan terjadi tekanan (stress). Stress ada batas toleransi dan tidak dapat dielakkan. Kalau tekanan tidak dapat dielakkan maka penduduk mengambil keputusan untuk melakukan mobilitas. Seseorang mengalamai tekanan (stress), baik ekonomi, sosial, maupun psikologi di tempat ia berada. Tiap individu mempunyai kebutuhan yang berbeda. Artinya, makin heterogen struktur penduduk maka makin heterogen pula kebutuhannya. Terjadi perbedaan nilai kefaedahan wilayah antara tempat tinggal yang satu dengan tempat lainnya. Sebaliknya, kalau tidak ada perbedaan nilai kefaedahan wilayah, tidak akan terjadi mobilitas penduduk.
Berdasarkan Hukum Migrasi, maka seseorang melakukan mobilitas penduduk dengan pola: (1) Para migran cenderung memilih tempat terdekat sebagai daerah tujuan, (2) Faktor paling dominan yang mempengaruhi seseorang untuk pindah karena keterbatasan pekerjaan, (3) Aliran remitan mempengaruhi migrasi berantai, (4) Dampak pembanguan mempnegruhi pergerakan penduduk, (5) Tingkat kesejahteraan penduduk, (6) Tempat tinggal di daerah tujuan diutamakan tempat saudara atau keluarga, (7) Pola migrasi individu atau kelompok tidak dapat diperkirakan karena ketidakajegan, (8) Status umur dan perkawinan merupakan faktor penting mobilitas penduduk, dan (9) Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap frekuensi pergerakan.
Menurut Everett S. Lee (1976), bukunya: A Theory of Migration mengungkapkan bahwa volume migrasi di suatu wilayah berkembang sesuai dengan tingkat keanekaragaman daerah-daerah di wilayah tersebut. Di daerah asal dan tujuan ada faktor positif (+), negatif (-), dan faktor netral (0). Faktor positif misalnya, fasilitas sekolah, bekerja, atau iklim yang baik. Faktor negatif yaitu merugikan bagi penduduk
(kriminal, terbatas lap.kerja, sekolah, dan lain sebagainya). Perbedaan nilai kumulatif antara kedua tempat tersebut cenderung menimbulkan arus migrasi penduduk. Menurut Lee, ada empat faktor terjadinya proses migrasi: (1) faktor individu, (2) faktor daerah asal, (3) faktor daerah tujuan, dan (4) rintangan antara.
Berdasarkan determinan yang dibuat oleh Lee, maka Robert Norris (Mantra, 2000) menambahkan tiga komponen, yaitu migrasi kembali, kesempatan antara, dan migrasi paksaan (force migration). Robert Norris menekankan bahwa daerah asal merupakan faktor penting. Artinya, bagaimanapun keberhasilan migran di daerah tujuan ia tetap memperhatikan daerah asalnya baik secara langsung maupun tida, misalnya memberikan kiriman (remittance). Kiriman bisa dalam bentuk fisik maupun non fisik, fisik misalnya adalah berupa barang dan uang, sedangkan non fisik berupa informasi atau komunikasi. Sehubungan dengan itu, hubungan migran dengan daerah asal terlihat dari materi informasi yang mengalir (Mabogunjie: Mantra, 2000) . Jenis informasi bersifat positif dan negatif. Informasi positif biasanya datang dari migran yang berhasil, sehingga memberikan stimulus kepada penduduk lain untuk pindah lebih kuat. Menurut Mitchel (Mantra, 2000), seorang ahli sosiologi dari Inggris mengatakan bahwa seseorang melakukan mobilitas karena ada faktor kekuatan (force), dan faktor pendorong. Faktor kekuatan orang menetap didaerah asal karena ada faktor kekuatan sentripetal (centripetal forces), faktor pendorong disebut kekuatan sentrifugal (centrifugal forces).
Menurut Todaro dan Jerry Stilkind (Sriwanto S dan Esti sarjanti, 2014), diakui bahwa faktor pendorong dan penarik yang paling dominan adalah motif ekonomi. Pendapat ini selaras dengan apa yang dikemukakan Bintarto ((Sriwanto S dan Esti sarjanti, 2014), bahwa banyaknya penduduk di daerah perdesaan ke daerah lain adalah karena adanya daya dorong dari desa seperti rendahnya penghasilan, pengangguran, baik yang nyata, maupun yang tersembunyi; dan kurangnya pemilikan tanah. Selain itu adanya daya tarik daerah lain/kota, seperti kesempatan kerja dengan upah yang menarik, daya beli penduduk, kesempatan bersekolah. Adapun faktor positif di daerah asal yaitu menyebabkan penduduk untu memilih tidak meninggalkan daerah asalnya, apabila: (a) jalinan persaudaraan dan kekeluargaan diantara warga desa sangat erat, (b) masih tingginya sistem gotong royong masyarakat di desa, (c) sebagian besar penduduk masih terikat dengan tanah pertanian, dan (d) sebagian besar penduduk masih terikat dengan daerah asalnya (daerah kelahiran) (Mantra, 1985).
Faktor penyebab seseorang melakukan migrasi bermacam-macam, antara lain, motivasi ekonomi. Tujuan ekonomi merupakan unnsur paling dominan yang menyebabkan terjadinya migrasi, baik itu migrasi domestik maupun migrasi internasional. Tujuan ekonomi merupakan unnsur paling dominan yang menyebabkan terjadinya migrasi, baik itu migrasi domestik maupun migrasi internasional. Hal ini sejalan dengan pendapat Titus (1990), Todaro dan Smith (2006), Sudibia (2007) yang menyebutkan bahwa faktor ekonomi adalah motif utama terjadinya migrasi penduduk. Artinya akan terjadi arus migrasi dari daerah yang kesempatan ekonominya kurang menuju daerah yang memberikan kesempatan ekonomi lebih banyak. Kemudian, Soedarsono (Suandi Hamid, Edy (1999) menganggap motivasi ekonomi merupakan motivasi pokok terjadinya migrasi, sedangkan faktor lain hanyalah pertimbangan turunan yang pada akhirnya terkait dengan motivasi ekonomi tersebut.
Faktor lain yang menyebabkan sesorang melakukan mobilitas yaitu adanya ketidakstabilan politik dan keamanan di tempat asal, sehingga terjadi migrasi secara
besar-besaran ke tempat lain. Misalnya, pengungsi atau migran Vietnam yang menuju Amerika Serikat. Mereka ini sebelumnya banyak yang sudah kuat ekonominya, dan justru menjadi miskin atau tidak berubah kondisi ekonominya setelah migran ke AS. Disamping itu, adanya berbagai fasilitas di tempat yang baru yang lebih baik, yang tidak atau sukar diperoleh di tempat asal, seperti fasilitas pendidikan, hiburan, listrik, dan sebagainya.
Menurut Elliot (Suandi Hamid, Edy (1999), analisis yang terbanyak dalam kaitan dengan migrasi ini adalah dari sudut pandang ekonomi. Oleh karena itu, keputusan untuk melakukan migrasi atau tidak, tergantung dari kajian costs dan benefits dari tindakan bermigrasi tersebut. Aspek dari sudut biaya-manfaat ini akan mencakup paling tidak dua pertimbangan utama, yaitu dengan pertimbangan yang berkaitan dengan aspek ekonomisnya (pecuniary considerations) dan pertimbangan yang berkaitan dengan aspek sosial (social considerations). Pertimbangan pecuniary, mencakup (a) perbedaan upah riel dan tunjangan lainnya; (b) kemungkinan peluang kerja; (c) perbedaan prospek promosi dan pengembangan di masa depan; serta (d) biaya migrasi, sedangkan pertimbangan sosial mencakup (a) perbedaan sosial dan budaya; (b) perbedaan lingkungan fisik; dan (c) iklim politik di negara asal dan yang dituju (Elliot: Suandi Hamid, Edy, 1999).
Bentuk dan Jenis Remitan
Menurut Curson bahwa remitan yaitu berupa pengiriman uang, barang, dan ide-ide pembangunan dari daerah tujuan migrasi ke daerah asal dan merupakan instrument penting dalam kehidupan sosial ekonomi suatu masyarakat (Primawati A, 2011). Secara ekonomi keberadaan remitan sangatlah penting karena mampu meningkatkan ekonomi keluarga dan juga untuk kemajuan bagi masyarakat penerimanya. Khususnya kehidupan masyarakat desa, remitan dikirim karena pada dasarnya antara keluarga yang di daerah tujuan migrasi dan di desa merupakan kesatuan ekonomi. Menurut Primawati A, (2011), remitan atau yang lazim mereka sebut “kiriman” selain ditujukan untuk keluarganya juga ditujukan untuk anggota masyarakat desanya dan juga untuk keperluan desa asalnya.
Selanjutnya, remitan atau kiriman yang ditujukan untuk keluarganya lebih bersifat ekonomi dan pengiriman dilakukan secara rutin karena dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari hari, terutama untuk biaya pendidikan anak-anak, kesehatan dan menunjang kehidupan orang tua yang tinggal di desa. Selain dalam bentuk uang para pekerja migran juga mengirim barang-barang seperti pakaian, perabot rumah tangga, alat elektronik, dan juga mampu menginvestasikan kiriman dengan membeli tanah serta membuka usaha baru di desanya yang dijalankan oleh anggota keluarganya di desa.
Remitan dalam konteks migrasi di Negara-negara sedang berkembang merupakan upaya migran dalam menjaga kelangsungan ikatan sosial-ekonomi dengan daerah asal, meskipun secara geografis mereka terpisah jauh. Selain migran mengirim remitan karena secara moral maupun sosial mereka memiliki tanggung jawab terhadap keluarga yang ditinggalkan (Curson: Primawati A, 2011).
Remitan pada dasarnya adalah bagian dari penghasilan untuk kebutuhan keluarga yang terbagi kedalam dua bagian, yaitu penghasilan untuk keluarga inti. Bentuk keluarga inti atau Keluarga Batih (Nuclear Family) yaitu kelompok orang yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya yang belum memisahkan diri dan membentuk keluarga tersendiri. Keluarga ini bisa juga disebut sebagai keluarga conjugal (conjugal family), yaitu keluarga yang terdiri dari pasangan suami istri bersama anak-anaknya. Kemudian, kedua Keluarga Luas (Extended Family). Keluarga luas, yaitu keluarga yang terdiri dari semua orang yang berketurunan dari kakek dan nenek yang sama termasuk keturunan masing-masing istri dan suami. Dengan kata lain, keluarga luas ialah keluarga batih ditambah kerabat lain yang memiliki hubungan erat dan senantiasa dipertahankan. Keluarga Luas (Extended Family) digunakan bagi suatu sistem yang masyarakatnya menginginkan beberapa generasi yang hidup dalam suatu atap rumah tangga. Berkaitan dengan itu, Mantra (Primawati A, 2011) mengemukakan bahwa remitan akan menjadi lebih besar jika keluarga penerima remitan di daerah asal adalah keluarga inti. Sebaliknya, remitan akan lebih kecil jika keluarga penerima remitan di daerah asal bukan keluarga inti.
Berdasarkan data lapangan diperoleh bahwa jumlah remitan yang dapat dikirimkan oleh TKW yang bekerja di Malaysia untuk keluarganya di daerah asal (kerinci) dengan rata-rata Rp.9.976.000,- per tahun dengan distribusi terbesar terdapat pada selang kelas di bawah Rp.5.000.000,- per tahun, dan jumlah remitan terbesar kedua terdapat pada selang kelas diatas Rp.20.000.000,- per tahun. Untuk lebih jelas jumlah remitan yang dikirimkan oleh TKW ke daerah asalnya secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1, Distribusi TKW Berdasarkan Jumlah Remitan di Daerah Penelitian, Tahun 2017
No |
Jumlah Remitan (Rp.000/tahun) |
TKW | |
Jlh |
% | ||
01 |
< 5.000 |
28 |
43,8 |
02 |
5.000 – 9.999 |
12 |
18,8 |
03 |
10.000 – 19.999 |
11 |
17,2 |
04 |
> 20.000 |
13 |
20,2 |
- |
Total |
64 |
100,00 |
- |
Rata-rata |
Rp.9.976,- |
Pengaruh Sosio Demografi terhadap Jumlah Remitan
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai adj R² adalah 0,856. Artinya, jumlah remitan 85,60 persen dapat dijelaskan oleh faktor-faktor yang dianalisis dan sebesar 14,40 persen dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dianalisis. Faktor yang dianalisis mempengaruhi jumlah remitan Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di Malaysia adalah umur TKW, pendidikan TKW, jumlah anggota keluarga TKW, lama tinggal TKW di malaysia, jumlah pengeluaran keluarga TKW di desa asal, dan pendapatan TKW yang bekerja di Malaysia.
Nilai F hitung yang diperoleh dari hasil analisis data yaitu sebesar 56,60 dan jauh lebih besar dari F tabel (2,98) pada tingkat probabilitas sebesar 0,01%. Hal ini berarti bahwa variabel independen yaitu umur TKW, pendidikan TKW, jumlah anggota keluarga
TKW, lama tinggal TKW di malaysia, jumlah pengeluaran keluarga TKW di desa asal, dan pendapatan TKW yang bekerja di Malaysia secara bersama-sama berpengaruh pada tingkat kesalahan 1% terhadap variabel dependen yaitu jumlah remitan TKW yang bekerja di Malaysia. Untuk lebih jelas hasil analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2, Hasil Analisis Pengaruh Faktor Sosio Demografi terhadap Jumlah Remitan TKW di Daerah Penelitian, Tahun 2017
No |
Variabel |
Koefisien |
t-hitung |
Prob. (sig.) |
1 |
Konstanta (a) |
4.943,06 |
1,458 |
0,150 |
2 |
Umur TKW |
-0,048 |
-0,917 |
0,363 |
3 |
Jumlah Anggota Keluarga |
0,451 |
5,330 |
0,000 |
4 |
Pendidikan TKW |
0,010 |
0,195 |
0,846 |
5 |
Lama Tinggal di Daerah Tujuan |
-0,384 |
-5,233 |
0,000 |
6 |
Jumlah Pengeluaran Keluarga |
0,209 |
3,037 |
0,003 |
7 |
Pendapatan TKW |
-0,039 |
-0,759 |
0,451 |
8 |
Adj. R2 |
0,856 | ||
9 |
F-hitung |
56,60 |
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa struktur umur TKW tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah remitan yang dikirimkan oleh TKW kepada keluarga yang tinggal di daerah asal (kampung halaman). Seperti terlihat pada Tabel 4.9, bahwa nilai koefisien struktur umur TKW sebesar -0,048 dengan nilai t-hitung -0,917 dan angka ini jauh lebih kecil dari nilai t- tabel dengan alpha 5% (2,66). Hal ini mengindikasikan bahwa setiap peningkatan umur TKW tidak akan mempengaruhi jumlah remitan yang dikirimkan kepada keluarga di daerah asal (kampung halaman). Padahal faktor umur sangat berkaitan dengan produktivitas kerja dan tanggung jawab dalam keluarga ternyata hal ini tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Hal ini dimungkin karena faktor umur erat kaitannya dengan status pekerja TKW di Malaysia, rata-rata mereka berada pada pekerja buruh baik yang berasal dari TKW yang mengikuti kontrak melalui PJTKI maupun TKW yang berangkat dengan cara illegal. Namun, variabel jumlah anggota keluarga TKW menunjukkan pengaruh yang nyata dan signifikan terhadap jumlah remitan yang dikirimkan oleh TKW kepada keluarga yang tinggal di daerah asal (kampung halaman). Seperti terlihat pada Tabel 4.9, bahwa nilai koefisien jumlah anggota keluarga TKW sebesar 0,451 dengan nilai t-hitung 5,330 dan angka ini jauh lebih besar dari nilai t-tabel dengan alpha 5% (2,66). Hal ini mengindikasikan bahwa setiap peningkatan jumlah anggota keluarga TKW akan mempengaruhi jumlah remitan yang dikirimkan kepada keluarga di daerah asal (kampung halaman). Artinya, setiap penambahan satu orang anggota keluarga TKW maka jumlah remitan yang dikirimkan TKW kepada keluarga di daerah asal sebanyak Rp.451.000,- setiap tahunnya.
Kemudian, variabel jenjang pendidikan TKW di Malaysia tidak menunjukkan pengaruh yang nyata dan signifikan terhadap jumlah remitan yang dikirimkan oleh TKW kepada keluarga yang tinggal di daerah asal (kampung halaman). Seperti terlihat pada Tabel 4.9, bahwa nilai koefisien jenjang pendidikan TKW di Malaysia sebesar 0,010 dengan nilai t-hitung 0,195 dan angka ini jauh lebih kecil dari nilai t- tabel dengan alpha
5% (2,66). Hal ini mengindikasikan bahwa setiap peningkatan jenjang pendidikan TKW di Malaysia tidak akan mempengaruhi jumlah remitan yang dikirimkan kepada keluarga di daerah asal (kampung halaman). Dengan arti kata, semakin meningkat jenjang pendidikan TKW tidak akan menambahkan jumlah remitan yang dikirimkan ke daerah asal semakin berkurang. Padahal beberapa teori lain yang dapat digunakan untuk menganalisis faktor pendorong seseorang untuk melakukan migrasi yaitu teori modal manusia (human capital). Teori ini terkait dengan pendidikan, kesehatan dan kapasitas manusia lainnya yang dapat meningkatkan produktivitas (keahlian, pengetahuan dan pengalaman) jika terjadi peningkatan pada hal-hal tersebut. Pada teori ini menyatakan bahwa setelah investasi awal dilakukan, maka akan dihasilkan tingkat pengembalian (aliran penghasilan) pada masa yang akan datang. Tingkat pengembalian (rate of return) dapat diperoleh dan dibandingkan dengan pengembalian dari investasi lain, yaitu dengan cara memperkirakan nilai diskonto sekarang dari aliran pendapatan yang meningkat yang mungkin dihasilkan dari investasi-investasi tersebut dan membandingkannya dengan biaya langsung dan biaya tidak langsung (Todaro dan Smith: Sulistiawati, Lina, 2009).
Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh faktor pendapatan TKW di Malaysia tidak menunjukkan pengaruh yang nyata dan signifikan terhadap jumlah remitan yang dikirimkan oleh TKW kepada keluarga yang tinggal di daerah asal (kampung halaman). Seperti terlihat pada Tabel 4.9, bahwa nilai koefisien tingkat pendapatan TKW di Malaysia sebesar -0,039 dengan nilai t-hitung -0,759 dan angka ini jauh lebih kecil dari nilai t- tabel dengan alpha 5% (2,66). Hal ini mengindikasikan bahwa setiap peningkatan pendapatan TKW di Malaysia tidak akan mempengaruhi jumlah remitan yang dikirimkan kepada keluarga di daerah asal (kampung halaman).
Padahal berdasarkan teori human capital ini, Sulistiawati dan Lina (2009) menyimpulkan bahwa seseorang akan memutuskan migrasi ke tempat lain untuk memperoleh penghasilan yang lebih besar di daerah tujuan, dan asumsi ini dianalogikan sebagai tindakan melakukan investasi sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan jika seseorang telah memutuskan untuk berpindah ke tempat lain, berarti ia telah mengorbankan sejumlah pendapatan yang seharusnya ia terima di tempat asalnya, dan akan menjadi biaya tidak langsung untuk meraih sejumlah pendapatan yang lebih besar di tempat tujuan migrasi. Disamping itu, individu tersebut juga mengeluarkan biaya langsung dalam bentuk biaya migrasi. Seluruh biaya tersebut (biaya langsung dan tidak langsung) dianggap sebagai investasi dari seorang migran. Imbalannya adalah, adanya arus pendapatan yang lebih besar di tempat tujuan. Jika present value dari peningkatan pendapatan yang diharapkan melebihi biaya yang diinvestasikan, maka seseorang akan memilih untuk migrasi. Tetapi jika yang terjadi sebaliknya, maka orang tersebut akan menyimpulkan bahwa tidak ada manfaatnya untuk melakukan migrasi, meskipun pendapatan potensial pada daerah tujuan lebih tinggi daripada pendapatan di daerah mereka tinggal saat ini. Beberapa studi kasus menunjukkan bahwa mobilitas sirkuler internasional, migran melakukan mobilitas sirkuler melintasi batas negara menuju Malaysia dan Brunei selain dikarenakan gaji yang lebih tinggi juga akibat nilai tukar yang lebih stabil. Keterkaitan mobilitas penduduk dengan remitan merupakan motif utama. Remitan dari perantau mempunyai frekuensi yang berbeda, karena besarnya tergantung keterikatan mereka dengan daerah asal, serta tanggung jawabnya terhadap keluarga. Menurut Hugo (Sriwanto S dan Esti Sarjanti (2014) dalam penelitiannya di Jawa Barat, bahwa kiriman uang bukan
saja sebagai media pemindahan kekayaan, tetapi juga sebagai saluran hubungan yang berkelanjutan antara daerah tujuan dengan daerah asal.
Namun lama tinggal TKW di Malaysia menunjukkan pengaruh yang nyata dan signifikan terhadap jumlah remitan yang dikirimkan oleh TKW kepada keluarga yang tinggal di daerah asal (kampung halaman). Seperti terlihat pada Tabel 4.9, bahwa nilai koefisien lama tinggal TKW di Malaysia sebesar -0,384 dengan nilai t-hitung -5,233 dan angka ini jauh lebih besar dari nilai t- tabel dengan alpha 5% (2,66). Hal ini mengindikasikan bahwa setiap peningkatan lama tinggal TKW di Malaysia akan mempengaruhi jumlah remitan yang dikirimkan kepada keluarga di daerah asal (kampung halaman). Dengan arti kata, semakin lama TKW tinggal di Malaysia maka jumlah remitan yang dikirimkan ke daerah asal semakin berkurang. Hal ini erat kaitannya dengan sifat mobilitas/migrasi dari setiap pekerja termasuk pekerja wanita. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Connel (Primawati A, 2011), bahwa adanya kecenderungan pada mobilitas pekerja yang bersifat permanen, remitan lebih kecil dibandingkan dengan yang bersifat sementara (sirkuler). Kemudian, Hugo (Primawati A, 2011) dalam penelitian di 14 desa di Jawa Barat menemukan bahwa remitan yang dikirimkan oleh migran sirkuler merupakan 47,7 persen dari pendapatan rumah tangga di daerah asal, sedangkan pada migran permanen hanya 8,0 persen. Sejalan dengan hal tersebut, besarnya remitan juga dipengaruhi oleh lamanya migran menetap (bermigrasi) di daerah tujuan.
Menurut Lucas et al (Primawati A, 2011), bahwa semakin lama migrang menetap di daerah tujuan maka akan semakin kecil remitan yang dikirimkan ke daerah asal. Adanya arah pengaruh yang negatif ini selain disebabkan oleh semakin berkurangnya beban tanggungan migran di daerah asal (misalnya anak-anak migran di daerah asal sudah mampu bekerja sendiri), juga disebabkan oleh semakin berkurangnya ikatan sosial dengan masyarakat di daerah asal. Migran yang telah menetap lama umumnya mulai mampu menjalin hubungan kekerabatan baru dengan masyarakat lingkungan di daerah tujuan.
Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh variabel pengeluaran keluarga TKW menunjukkan pengaruh yang nyata dan signifikan terhadap jumlah remitan yang dikirimkan oleh TKW kepada keluarga yang tinggal di daerah asal (kampung halaman). Seperti terlihat pada Tabel 4.9, bahwa nilai koefisien jumlah pengeluaran keluarga TKW sebesar 0,209 dengan nilai t-hitung 3,037 dan angka ini lebih besar dari nilai t-hitung tabel dengan alpha 5% (2,66). Hal ini mengindikasikan bahwa setiap peningkatan jumlah pengeluaran keluarga TKW di daerah asal akan mempengaruhi jumlah remitan TKW di daerah tujuan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Primawati A, (2011) menunjukkan bahwa pengiriman remitan bertujuan untuk pembangunan di daerah asal, terutama untuk: (a) kebutuhan hidup sehari-hari keluarga. Sejumlah besar remitan yang dikirim oleh migran berfungsi untuk menyokong kerabat/keluarga migran yang ada di daerah asal. Migran mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengirimkan uang/barang untuk menyokong biaya hidup sehari-hari dari kerabat dan keluarganya, terutama untuk anak-anak dan orang tua. (b) Kebuituhan untuk peringatan hari-hari besar yang berhubugan dengan siklus hidup manusia, misalnya kelahiran, perkawinan dan kematian. (c) Kebutuhan investasi.
Bentuk investasi adalah perbaikan dan pembangunan perumahan, membeli tanah, mendirikan industri kecil dan lain-lainnya. Dan (d) Kebutuhan jaminan hari tua. Migran mempunyai keinginan, jika mereka mempunyai cukup uang ketika pensiun, mereka akan kembali ke daerah asal. Hal ini erat kaitannya dengan fungsi investasi, mereka akan membangun rumah atau membeli tanah di daerah asal sebagai simbol kesejahteraan, prestisius dan kesuksesan di daerah rantau. Oleh karena itu, remitan merupakan salah satu hal penting yang tidak dapat dipisahkan dalam proses migrasi. Remitan merupakan produk yang dihasilkan oleh migran yang merupakan rewards yang sangat dinantikan dan diharapkan oleh keluarga migran di daerah asal.
KESIMPULAN
-
1. Kondisi dan pola migrasi Internasional Tenaga Kerja Wanita (TKW) di daerah penelitian sebagian besar mengikuti perusahaan PJTKI yang ada di Kabupaen Kerinci Provinsi Jambi. Kondisi sosio demografi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di daerah penelitian tergolong pada kelompok sedang, dengan distribusi kondisi sumberdaya manusia tergolong rendah namun distribusi tingkat pengeluaran yang dimiliki keluarga TKW tergolong baik (kelompok hampir berkecukupan).
-
2. Jumlah remitan (remittance) yang dikirmkan oleh TKW kepada keluarga yang tinggal di daearah asal rata-rata sebesar Rp.9.840.625,- per tahun dengan frekuensi yang berbeda beda satu sama lainnya. Jumlah remitan yang diberikan oleh TKW yang bekerja di Malaysia ini sangat membantu kebutuhan keluarga di daerah asal (58,42 %).
-
3. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata dan signifikan faktor jumlah anggota keluarga TKW, lama tinggal TKW di daerah tujuan, dan jumlah pengeluaran keluarga TKW di daerah asal terhadap jumlah remitan yang dikirimkan oleh TKW yang bekerja di Malaysia, sedangkan faktor umur TKW, tingkat pendidikan TKW, dan jumlah pendapatan TKW tidak menunjukkan pengaruh yang nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Adika, I Nyoman. 2006. Pengembangan Wilayah Kabupaten Sidoarjo Sebagai Wilayah Pinggiran Kota Metropolitan Surabaya Dan Mobilitas Penduduk. Makalah Seminar. Surabaya: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya.
Anggraeni Primawati, 2011. Remitan Sebagai Dampak Migrasi Pekerja Ke Malaysia. Jakarta: Jurnal Sosiokonsepsia, Vol. 16 No. 02, Tahun 2011. Page: 209-222
Anonim, 2015. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Provinsi Jambi. Jambi: Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi
_______. 2015. Human Development Report 2015.Beyond scarcity: power, poverty, and the global water crisis. New York: United Nations Development Programme (UNDP).
_______, 2016.Kabupaten Kerinci Dalam Angka2016. Kerinci: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci, ISSN: 0215-241X.
Harlock. 1984. The Indonesian Family Planning Program: Goverment Influence and Client Choice. New York: McGraw Hill Book Company.
Mantra, Ida Bagus. 2000. Dasar-dasar Demografi. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Napitupulu, Dompak; Zulkifli Alamsyah, Suandi, Elwamendri, dan Zakky Fatoni, 2011. Identifikasi Kondisi Ekonomi dan Gizi Rumahtangga Masyarakat Provinsi Jambi. Laporan Penelitian. Jambi: Kerjasama Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi dengan Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
Putri Asih Sulistiyo dan Ekawati Sri Wahyuni, 2014. Dampak Remitan Ekonomi Terhadap Posisi SosialBuruh Migran Perempuan Dalam Rumahtangga. Bogor: Jurnal Sosiologi Pedesaan Periode Desember 2014. ISSN : 2302-7517, Vol. 06, No. 03. Page: 252258.
Saad Murdy, dan Suandi, 2015. Determinants of Sustainable Rubber Plantation in Jambi Province, Indonesia. Philipine: International Society for Southeast Asian Agricultural Sciences (ISSAAS)Volume 21, Nomor 1, tahun 2015. ISSN: 0859-3132. pp: 18-30
Sigid Sriwanto, dan Esti Sarjanti Kajian, 2014. Mobilitas Penduduk Dan Remitan Desa Semampir Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga. Purwokerto: Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP2014.ISBN 978-602-14930-2-1. Page: 121-126.
Suandi Hamid, Edy. 1999. Perubahan Pola Recent Migration Antar-Propinsi Di Indonesia : Analisis Hasil Supas 1995. Yogyakarta: Jurnal Logika, Volume 3, Nomor 4, 1999, ISSN : 1410 – 2315 Universitas Islam Indonesia (UII).
Suandi, 2010. Status Sosial Ekonomi dan Fertilitas: A Latent Variable Approach. PIRAMIDA: Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Bali: Pusat Penelitian Kependudukan dan PSDM Universitas Udayana, Bali. Vol. VI, No.1, page: 1-8.
_______, 2010a.Kajian Sosio Demografi dan Manjemen Sumberdaya Manusia dengan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga.Jurnal Agrisep. Bengkulu: Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Bengkulu. Volume , Nomor 2, September 2010. ISSN: 14128837. pp: 137-152.
_______, 2010b. Analisis Disparitas Kesejahteraan Ekonomi Subjektif Keluarga Petani di Daerah Perdesaan Provinsi Jambi Berdasarkan Agroekologi Wilayah. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora. Jambi: Lembaga Penelitian Universitas Jambi. Vol.12 No.1 Periode Januari-Juni 2010.
_______, 2012.Modal Sosial dan Pembangunan Ketahanan Pangan Berkelanjutan. Jurnal Agrisep. Bengkulu: Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Bengkulu. Volume 11, Nomor 2, September 2012. ISSN: 1412-8837. pp: 270-281.
_______, 2013. Hubungan Sosio Demografi dengan Mobilitas Penduduk di Provinsi Jambi(Anilisis Data SP-2010). PIRAMIDA: Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Bali: Pusat Penelitian Kependudukan dan PSDM Universitas Udayana, Bali. Vol. IX, No.2, page: 72-76.
_______, 2014.Hubungan Modal Sosial dengan dengan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga di Perdesaan Jambi. Jurnal Komunitas. Semarang: Jurusan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Volume 6, Nomor 1, Maret 2014. ISSN: 2086-5465 (cetak), dan 2337-5426 (online). Terakreditasi Berdasarkan SK Dikti No. 58/DIKTI/Kep/2013.pp: 38-46.
Suandi, Suryo Yoedo Utomo,Islakhiyah, dan Triana Falyanti. 2013. Survei Demografi dan Kesehatan Provinsi Jambi, Tahun 2012. Jakarta: Kerjasama Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Nasionaldengan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jambi dan Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Jambi.
Suandi, dan Yusma Damayanti, 2014. Kajian Sosio-Demografi Dan Pola Konsumsi Pangan Dan Gizi Rumahtangga Di Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Jambi: Laporan Penelitian Dibiayai oleh DIPA Universitas Jambi Tahun 2014Nomor: 023.04.2.415103/2014 tanggal 5 Desember 2013, Sesuai dengan Surat Perjanjian Kontrak Penelitian Nomor: 253/UN21.6/PL/2014 tanggal 02 Juni 2014.
Suandi, Dompak MT Napitupulu, dan Yusma Damayanti, 2014. Kajian Keterkaitan Modal Sosial dengan Ketahanan Pangan Rumahtangga di Daerah Perdesaan Provinsi Jambi Sebagai Model Kesejahteraan Petani Berkelanjutan. Jambi: Laporan Penelitian Dibiayai oleh DIPA Universitas Jambi Tahun 2014 Nomor: 023.04.2.415103/2014 tanggal 5 Desember 2013, Sesuai dengan Surat Perjanjian Kontrak Penelitian Nomor: 01/UN21.6/PL/2014 tanggal 12Maret 2014.
Suandi, Yuslidar, Sudirman Suma, dan Yusma Damayanti, 2014. Hubungan Karakteristik Kependudukan dengan Kesejahteraan Keluarga di Provinsi Jambi. PIRAMIDA: Jurnal Kependudukan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Bali: Pusat Penelitian Kependudukan dan PSDM Universitas Udayana, Bali. Vol. X, No.2, page: 71-77.
Suandi, dan Yusma Damayanti, 2015. Analisis Alokasi Waktu dan Pendapatan Wanita pada Industri Kerajinan Anyaman Pandan di Kota Sungai Penuh. Jambi: Laporan Penelitian Dibiayai Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Jambi Tahun 2015 Nomor: 042.04.2.400088/2015, Tanggal 15 April 2015, Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Penelitian Nomor: 264/UN21.6/PL/2015Tanggal 04 Juni 2015.
Suandi, dan Yusma Damayanti, 2016. The Relationship between Socioeconomic Status and The Patterns of Food and Nutrition Consumption of the Household in Rural Areas of Muaro Jambi Regency. KOMUNITAS:International Journal of Indonesian Society And Culture. ISSN: 2337-5426 (online). Semarang: Departement of Sociology and Antrhopology Universitas Negeri Semarang. Nationally Accredited by DIKTI SK. No. 58/DIKTI/Kep/2013.
Suandi, dan Dompak Napitupulu, 2016. Peranan Perkebunan Kopi Dalam Perekonomian Wilayah Kabupaten Kerinci. Jambi: Laporan Penelitian Dibiayai Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Jambi Tahun 2016 Nomor: 042.04.2.400088/2016, Tanggal 20 April 2016, Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Penelitian Nomor: 321/UN21.6/PL/2016Tanggal 04 Juni 2016.
Sudibia, I Ketut. (2007). Kecenderungan Pola Dan Dampak Migrasi Penduduk Di Provinsi Bali Periode 1980-2005 (Makalah). Bali: Pusat Penelitian Kependudukan Dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Universitas Udayana.
Sulistiawati, Lina, (2009). Analisis Kesempatan Kerja Dan Migrasi Penduduk Di Provinsi Jawa Tengah Pada Pra Dan Era Otonomi Daerah (Skripsi)(Tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
192
Discussion and feedback